Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Pakan

PAPER
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG
SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Disusun Oleh :
Dyan Sulys Tyaningsih / 5213412035
Teknik Kimia S1

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wonogiri memiliki daya potensi yang tinggi akan tanaman singkong.
Tanaman yang tahan akan kekeringan itu sangat mudah tumbuh di kabupaten
Wonogiri. Pemanfaatan singkong oleh masyarakat sekitar pun sudah cukup
beragam. Sebagai pengganti makanan pokok, mayoritas masyarakat Wonogiri
mengolahnya menjadi gaplek. Dari gaplek tersebut dibuatlah menjadi nasi tiwul.
Nasi Tiwul itulah yang menjadi makanan khas Wonogiri. Selain itu mereka juga

mengolahnya menjadi aneka jajanan maupun makanan ringan. Seperti keripik
singkong, utri, gethuk, dan masih banyak lagi.
Namun dibalik itu limbah kulit singkong masih belum termanfaatkan.
Melihat potensi Wonogiri yang juga mayoritas penduduknya berternak sapi
maupun kambing maka salah satu pengolahan limbah singkong adalah dengan
memanfaatkan kulit singkong yang biasanya terbuang percuma menjadi suatu
produk yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai tambah khususnya untuk ternak
ruminansia (domba/kambing/sapi). Sehingga akan mempertinggi kualitas hasil
ternak daerah Wonogiri nantinya.
Produk yang dihasilkan adalah bahan awetan kulit singkong rasa
dibuat dengan berbagai bahan alami dan melalui proses yang higienis. Pembuatan
pakan awetan kulit singkong untuk ternak ruminansia (domba/kambing/sapi)
dengan berbagai cara teknologi inovasi baru yang perlu untuk dikembangkan.
Karena pembuatan bahan pakan kulit singkong dapat megembangkan kreativitas
dalam pemanfaataan limbah singkong yang pada umumnya dibuang begitu saja.

B. Tujuan
a. Mengetahui bahwa limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak.
b. Mengetahui teknik pemberian kulit singkong kepada ternak.


2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kulit Singkong
Singkong memiliki nama latin Manihot utilissima. Merupakan umbi atau akar
pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80
cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih
atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di
lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Singkong merupakan makanan bersumber energi yang kaya karbohidrat,
demikian juga dengan daun singkong yang telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan
kita karena mengandung protein dan zat besi. Hampir semua bagian dari pohon
singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbi hingga daunnya. Umbi singkong
biasanya hanya diambil dagingnya dan untuk digoreng atau direbus, dan daun
biasanya dijadikan lalap atau direbus sebagai sayur.
Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka,
tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya. Potensi kulit singkong di

Indonesia khususnya Wonogiri sangat melimpah, seiring dengan eksistensi negara ini
sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia

dan terus mengalami

peningkatan produksi dalam setiap tahunnya. Pada singkong juga memiliki spesifikasi
kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi Kalori 121 kal, juga kandungan
karbohidrat yang tinggi yang dapat dikonsumsi pula oleh manusia. Presentase jumlah
limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah
kulit bagian dalam sebesar 8-15%. Sampah kulit singkong termasuk dalam kategori
sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara
alami.
B. Kandungan dalam kulit singkong
Kalori
Air
Fosfor
Karbohidrat
Kalsium

121 kal

62,50 gram
40,00 gram
34,00 gram
33,00 miligram

Vitamin C
Protein
Besi
Lemak
Vitamin B1

30,00 miligram
1,20 gram
0,70 miligram
0,30 gram
0,01 miligram

Selain itu dalam kulit singkong juga terdapat kandungan HCN. Asam sianida
disebut juga Hidrogen sianida (HCN), biasanya terdapat dalam bentuk gas atau larutan
dan terdapat pula dalam bentuk garam-garam alkali seperti potasium sianida. Sifat3


sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar
dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan, sukar
terionisasi, mudah berdifusi dan lekas diserap melalui paru-paru, saluran cerna dan
kulit (Dep Kes RI, 1987). HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan
menyerang langsung dan menghambat sistem antar ruang sel, yaitu menghambat
sistem cytochroom oxidase dalam sel-sel, hal ini menyebabkan zat pembakaran
(oksigen) tidak dapat beredar ketiap-tiap jaringan sel-sel dalam tubuh.
Dengan sistem keracunan ini maka menimbulkan tekanan dari alat-alat
pernafasan yang menyebabkan kegagalan pernafasan, menghentikan pernafasan dan
jika tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Bila dicerna, HCN sangat cepat
terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah. Tergantung jumlahnya
HCN dapat menyebabkan sakit hingga kematian (dosis yang mematikan 0,5 – 3,5 mg
HCN/kg berat badan) (Winarno, F.G. 2004 ).

4

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengolahan Kulit Singkong

1) Pengurangan Kadar HCN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN
yang terdapat dalam singkong, yaitu dengan cara perendaman, pencucian, perebusan,
pengukusan, penggorengan atau pengolahan lain. Dengan adanya pengolahan
dimungkinkan dapat mengurangi kadar HCN sehingga bila singkong dikonsumsi tidak
akan

membahayakan

bagi

tubuh.

Pengolahan

secara

tradisional

dapat


mengurangi/bahkan menghilangkan kandungan racun. Pada singkong, kulitnya
dikupas sebelum diolah, direndam sebelum dimasak dan difermentasi selama beberapa
hari.
Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen
sianidanya ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10- 40 mg/kg. Asam biru
(HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan asam biru tersebut cara
yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu tertentu.
Kulit singkong yang berpotensi sebagai pakan ternak mengandung asam
sianida. Konsentrasi glukosida sianogenik di kulit umbi bisa 5 sampai 10 kali lebih
besar dari pada umbinya. Sifat racun pada biomass ketela pohon (termasuk kulitnya
umbinya) terjadi akibat terbebasnya HCN dari glukosida sianogenik yang
dikandungnya. Total kandungan sianida pada kulit singkong berkisar antara 150
sampai 360 mg HCN per kg berat segar. Namun kandungan sianida ini sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh varietas tanaman singkongnya.
Dilaporkan bahwa ternak domba mampu mentoleransi asam sianida pada
konsentrasi 2,5 – 4,5 ppm per kg bobot hidup. Sedangkan Tweyongyere dan
Katongole (2002), melaporkan bahwa konsentrasi asam sianida yang aman dari
pengaruh toksik adalah dibawah 30 ppm. Tingginya kandungan asam sianida dalam
kulit singkong ini dapat menimbulkan keracunan jika dikonsumsi oleh ternak

(domba/kambing).
2) Pengolahan Limbah Kulit Singkong
Pada pengolahan limbah singkong ini diperlukan beberapa alat agar mudah
dalam pembuatan pakan dari limbah kulit singkong. Alat-alat yang dibutuhkan antara
lain pisau untuk memotong atau mengupas kulit singkong, telenan sebagai alas ketika
memotong kulit singkong, wadah untuk merendam kulit singkong, kompor sebagai
alat untuk merebus/ mengukus, tampah, dan saringan untuk meniriskan kulit.
Proses pengolahan kulit singkong diantaranya:
5

a.

Perendaman: dilakukan dengan cara memasukkan kulit singkong yang sudah
dipotong kecil-kecil ke dalam ember yang kemudian diisi air sampai kulit

b.

singkong terendam dan dibiarkan semalaman (16 jam).
Pengukusan: dilakukan dengan membersihkan kulit singkong dari tanah yang
melekat (dicuci) kemudian dipotong kecil-kecil selanjutnya dikukus dalam


c.

panci yang ada saranganya yang berisi air dan didihkan selama 15 menit.
Dicampur dengan urea 3% BK: Kulit singkong dicuci kemudian dipotong
kecil-kecil selanjutnya dicampur dengan urea dengan konsentrasi 3% dari berat
kering. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam plastik disimpan

d.

dalam kondisi kedap udara selama 1 minggu.
Fermentasi: dilakukan dengan cara kulit singkong yang sudah dicuci kemudian
diiris kecil-kecil yang selanjutnya dikukus dalam panci yang berisi air
mendidih selama 15 menit, setelah itu diangkat kemudian ditebar dalam
nampan sampai dingin. Setelah dingin kulit singkong ini diinokulasi dengan
menggunakan kapang Trichoderma resii, kemudian ditutup dengan nampan
diatasnya dan dibiarkan selama 4 hari.

Hasil percobaan perlakuan terhadap kulit singkong dapat dilihat dari Tabel 1
bahwa kulit singkong yang tidak diolah mempunyai kandungan HCN yang sangat

tinggi (459,56 ppm).
Dengan berbagai proses pengolahan yang dilakukan pada percobaan ini
terlihat bahwa kandungan HCN dapat turun secara drastis dan konsentrasi masih
dibawah ambang toleransi, seperti proses fermentasi yang dapat menurunkan kadar
HCN hampir hilang (0,77 ppm). Bahkan dengan proses yang paling sederhana dengan
perendaman, kandungan HCN nya dalam batas yang aman Hal ini menunjukkan
bahwa

kapang

Trichoderma

mampu

dengan

sangat

efisien


mendegradasi/mendetoksikasi asam sianida
B. Pemberian Makan Ternak
6

Kulit singkong memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, setelah melalui
proses pengolahan kulit singkong ini dapat diberikan kepada ternak sebagai bahan
pakan substitusi dan bahkan dapat dikonsumsi oleh manusia. Dalam pemberiannya
limbah kulit singkong kepada ternak ada beberapa cara antara lain :
a. Dicampurkan dalam bahan pakan lainnya yang sebelumnya kulit singkong sudah
dipotong kecil-kecil, dan dilayukan pemberian dengan memeliki takaran yang
sesuai dengan takaran dan kebutuhan yang diinginkan,
b. Dilayukan dan dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kadar air 15-20%,
agar tidak ditumbuhnya mikroorganisme (jamur). Kemudian diberikan ke ternak
di siang hari
c. Pemberian pakan limbah kulit singkong pada ternak domba dicampurkan pada air
minumnya (“comboran” kalau bahasa jawanya) yang tercampur dengan bahan
pakan seperti dedak padi ataupun dedag jagung.
Pemberian kulit singkong harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan bahan
pakan campuran lainnya, untuk menghindari hal-hal yang merugikan ternak maupun
peternak. Sehingga perlu dilakukan dengan mencacahnya/di potong kecil-kecil
terlebih dahulu kemudian dilayukan sebelum diberikan ke ternak sebagai bahan pakan
alternatif

7

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan Dan Saran
1) Kulit singkong merupakan limbah sampah yang belum termanfaatkan
secara maksimal
2) Berdasarkan kandungan dalam limbah kulit singkong, Kulit singkong dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.
3) Pengolahan menjadi pakan ternak meliputi pengurangan kadar HCN dan
pengolahan kulit singkong (perendaman, pengukusan, pencampuran
dengan urea, dan fermentasi).
4) Ragam cara pemberian kulit

singkong

kepada

ternak

meliputi

Dicampurkan dalam bahan pakan lainnya, dilayukan dan dikeringkan
dibawah sinar matahari, atau dicampurkan pada air minumnya.

8

DAFTAR PUSTAKA
http://caraberternak.com/search/kulit-singkong-sebagai-pakan-ternak/ Diakses pada hari
Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.15 WIB.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro10-81.pdf Diakses pada hari Jumat,
22 Mei 2013 pukul 10.17 WIB.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/521 Diakses pada hari Jumat,
22 Mei 2013 pukul 10.23 WIB.
http://www.lembahgogoniti.com/artikel/29-pakan-kambing/66-tabel-kandungan-nutrisibahan-pakan-ternak.html Diakses pada hari Jumat, 22 Mei 2013 pukul 10.35 WIB.
http://blog.ub.ac.id/budipangestu/2013/05/20/memanfaatkan-kulit-singkong-menjadi-pakanalternatif-ternak-kambing-dan-domba/ Diakses pada hari Sabtu, 23 Mei 2013 pukul 09.14
WIB.
http://www.stpp-malang.ac.id/index.php/component/content/article/68-artikel/196artikelkulitsingkong Diakses pada hari Sabtu, 23 Mei 2013 pukul 09.55 WIB.

9