MENGASAH KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI (1)

MENGASAH KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI DEBAT
Fitri Indah Sari
English Department
Faculty of Teacher Training
Muhammadiyah University of Makassar
dinda_fitrhy@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penulisan ini untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, rasional,
dan kreatif dalam keterampilan berbicara siswa melalui debat. Debat merupakan
praktek keahlian, praktik berbicara dan berperilaku cerdas dalam menghadapi
berbagai perbedaan sudut pandang dan mempunyai keterampilan memecahkan
masalah dan perbedaan.

Keywords: keterampilan berbicara, debat

A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan antara manusia dengan
hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah Swt yang dengannya manusia
dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam dan penciptanya,
serta


mampu

memposisikan

dirinya

sebagai

mahluk

berbudaya

dan

mengembangkan budayanya. Untuk berkomunikasi dengan baik manusia dituntut
untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Dalam keterampilan berbahasa,
terdapat empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek ini, pada
dasarnya memiliki hubungan yang erat dan saling keterkaitan satu sama lain.


Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu
dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator terpenting bagi
keberhasilan siswa terutama dalam belajar bahasa Inggris. Dengan penguasaan
keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide mereka,
baik di sekolah maupun dengan penutur asing, dan juga menjaga hubungan baik
dengan orang lain.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian keterampilan berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud,
1984/1985:7).
Tarigan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan . Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk
menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.
Brown dan Yule, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama
dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara
berkaitan dengan pengucapan kata-kata.
Haryadi dan Zamzani, secara umum, berbicara dapat diartikan sebagai suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.
Pengertian ini mempunyai makna yang sama dengan kedua pendapat yang

diuraikan diatas, hanya saja diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu
agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain.
St. Y. Slamet dan Amir, pengertian berbicara sebagai keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak.
Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan
kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau
gagasan.
Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
keterkaitan erat dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu antara

berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan
membaca.
a) Hubungan berbicara dengan menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat
dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab,
interview, dan sebagainya. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi,
tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak
mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan
menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
b) Hubungan berbicara dengan membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara
bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai
penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan
berfungsi sebagai penerima informasi. Bahan pembicaraan sebagian besar didapat
melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang

bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara

lain melalui berbicara.
c) Hubungan berbicara dengan menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua
kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi
melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan
penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui
kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah
kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis.
Keterampilan

menggunakan

kaidah

kebahasaan

menunjang

keterampilan


berbicara.

Iskandarwassid (2013: 241) berpandangan, keterampilan berbicara pada
hahikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada
orang lain. Berbicara mencakup beberapa kegiatan yang semuanya membutuhkan
latihan

dan

rutinitas

agar

pembicara

terampil

dalam


menyampaikan

pembicaraannya. Sedangkan Suharyanti (2011: 5) cenderung berpendapat tentang
cakupan keterampilan berbicara, yaitu semua kegiatan yang membutuhkan
pengungkapan ide antara lain: tanya jawab, berpidato, bercerita, diskusi, ceramah,
dan percakapan. Kegiatan tersebut akan sulit dilakukan jika seseorang masih
kurang pengalaman atau belum pernah melakukannya sama sekali. Butuh latihan
dan rutinitas, sehingga seseorang akan menjadi pembicara yang terampil dalam
menyampaikan pembicaraan. Latihan atau rutinitas tersebut bertujuan untuk
mengikis hambatan-hambatan dalam berbicara. Tim Grasindo (2005: 87-88), hal
penghambat tersebut antara lain menolak kesempatan untuk tampil, belum
terbiasa, kurang persiapan, kondisi tidak sehat, dan motivasi yang tidak kuat.

Berdasarkan pendapat dari para ahli yang berkompeten di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa berbicara merupakan penyampaian pesan, perasaan, ide, dan
pikiran

tentang


hal

tertentu

yang

membutuhkan

keterampilan

dalam

mengungkapkannya secara lisan agar makna pembicaraan dapat tersampaikan
dengan baik dari pembicara kepada pendengar. Berbicara membutuhkan
keterampilan, karena di saat-saat tertentu kegiatan tersebut dapat menjadi hal yang
sulit dilakukan bahkan ditakuti oleh sebagian orang. Selain itu, keterampilan
berbicara juga merupakan suatu kemahiran dalam hal berbicara yang diperoleh
dengan cara mengasah potensi tersebut melalui latihan atau rutinitas untuk
mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan, sehingga makna atau tujuan
pembicaraan dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar.


1.2. Tujuan berbicara
Tarigan (2008: 16-17) mengungkapkan tujuan utama seseorang melakukan
kegiatan berbicara adalah untuk berkomunikasi, namun agar pembicaraan dapat
tersampaikan secacra efektif, tujuan berbicara dapat dijabarkan menjadi tiga hal
utama, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan
menghibur (to entertain), dan membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan
(to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan
tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki
tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para
pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya
untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki
reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
berbicara terdiri dari tiga hal utama yaitu sebagai sarana untuk memberitahu atau
melaporkan sesuatu, meyakinkan orang lain, dan untuk menghibur pendengar.
1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara
Maidar (1988: 17) mengatakan bahwa keefektifan komunikasi dipengaruhi

oleh keterampilan berbicara seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keterampilan berbicara, dan dari faktor tersebutlah dapat diketahui seberapa jauh
keterampilan seseorang dalam berbicara. Faktor-faktor tersebut juga penting

untuk dikuasai karena sangat menunjang efisiensi dan efektivitas seseorang dalam
berbicara. Balqis (2013: 24) faktor penunjang kegiatan berbicara di depan umum
antara lain: penampilan, volume suara dan intonasi, luasnya wawasan, penguasaan
waktu, pola pikir sistematis, pembicaraan yang konkret, dan sikap mental.
Burhan (1995: 274-275) mengatakan, dalam situasi normal kegiatan berbicara
ditunjang oleh unsur gerak tubuh, ekspresi, nada suara, dan siatuasi yang santai.
Untuk dapat berbicara dengan baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur,
kosakata, penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan, dan
kemampuan memahami bahasa lawan bicara.
Maidar (1988: 17) lebih cenderung membagi faktor yang harus diperhatikan
pembicara agar dapat berbicara secara efektif dan efisien pada dua hal utama,
yaitu: 1) faktor kebahasaan, ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, dan
durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), serta ketepatan sasaran pembicaraan.
2) faktor non-kebahasaan, sikap wajar, tenang, dan tidak kaku, arah pandangan
mata, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang
tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi/penalaran, serta penguasaan topik.

Sujanto (1988:192) membagi faktor penghambat kemampuan berbicara menjadi
tiga, yaitu:
(1) faktor fisik, yang merupakan faktor dalam dan luar diri partisipan,
(2) faktor media, yang terdiri dari segi linguisitik dan non linguistik (misal:
tekanan, ucapan, gesture),
(3) faktor psikologis, yang merupakan faktor kondisi kejiwan partisipan dalam
keadaan marah, menangis, sedih.

1.4. Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara (speaking) menurut Tarigan (2008: 24) dapat
dibagi atas:
a. Berbicara di muka umum pada masyarakat (publik speaking) yang
mencakup empat jenis, yaitu: informative speaking, fellowship speaking,
persuasive speaking, deliberative speaking.

b. Berbicara dalam konferensi (conference speaking) yang meliputi: Diskusi
kelompok (group discussion), yang dapat dibedakan atas: tidak resmi (informal)
dan dapat diperinci lagi atas: kelompok studi (study groups), kelompok pembuat
kebijakan (policy making groups), komik.
c. Resmi (formal) yang mencakup pula: konferensi, diskusi panel, simposium
d. Prosedur parlemen (parliamentary prosedure), dan debat.

1.5. Langkah-langkah dalam berbicara
(Powers, 1951; 195-197). Apapun tujuan yang hendak dicapai dalam suatu
pembicaraan, perlu adanya suatu rencana terlebih dahulu. Dalam merencanakan
suatu pembicaraan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut:
a) Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita. Kalau pokok pembicaraan
yang hendak disampaikan memang menarik hati kita sebagai pembicara, hampirhampir dapat dipastikan akan menarik perhatian para pendengar juga.
Kebanyakan orang akan lebih cenderung, mendengarkan suatu pembicaraan yang
baik mengenai suatu pokok atau judul yang disenangi oleh sang pembicara dari
pada suatu pembicaraan yang membosankan mengenai suatu hal yang sedikit
diketahui oleh sang pembicara.
b) Membatasi pokok pembicaraan. Tidaklah mungkin menceritakan segala
sesuatu secara terperinci dari setiap pokok pembicaraan dalam waktu singkat.
Dengan jalan membatasi pokok pembicaraan maka mungkinlah kita mencakup
suatu bidang tertentu secara baik dan menarik. Kalau kita coba mempelajari
terlalu banyak hal, mau tidak mau pembicaraan kita menjadi terlalu umum dan
akan meninggalkan kesan yang samar-samar pada para pendengar.
c) Mengumpulkan bahan-bahan. Andaikata kita telah biasa dengan pokok masalah
yang hendak disampaikan maka yang menjadi masalah adalah mencari bahan
yang lebih banyak yang diperlukan. Akan tetapi, bila kita membutuhkan bahan
tambahan, kita dapat mengumpulkannya dari berbagai sumber, misalnya dari
buku-buku, ensiklopedia, majalah, makalah, dan lain-lain. Dan, kalau kebetulan
ada orang-orang ahli dalam bidang itu yang dapat kita hubungi, kita dapat
mengadakan wawancara dengan mereka.

d) Menyusun bahan. Pembicaraan yang hendak disampaikan hendaknya terdiri
atas tiga bagian, yaitu: pendahuluan, isi, dan simpulan.
2. Pengertian Debat
Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih
yang masing–masing berusaha memengaruhi orang lain untuk menerima usul
yang disampaikan (Simon, 2005:3). Debat dapat diartikan pula sebagai silang
pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal
melalui dialog formal yang terorganisasi (Depdiknas, 2001: 2).
Tarigan (2008:92) adalah, “Debat merupakan suatu argument untuk
menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak
yang disebut pendukung atau afirmatif dan ditolak, disangkal oleh pihak lain
yang disebut penyangkal atau negatif”. Abidin (2012:212) lebih memperkuat
bahwa “debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antar pribadi atau
pihak. Kegiatan ini diadakan dengan tujuan mengemukakan bahwa gagasan atau
konsep yang dikemukakan oleh satu pihak lebih baik, lebih benar, dan lebih
tepat dibandingkan gagasan pihak lain”.
Azzam (2008:72) juga mengatakan bahwa, “Debate can help bring that
living truth back into the classroom, along with the exhilaration students
experience when, in a social and they make those truths their own ”. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa debat dapat membantu menghidupkan suasana aktif dalam
kelas dengan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik dan mereka
dapat menyampaikan hal yang dialaminya. Selain itu, debat juga merupakan
suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya usul tertentu yang didukung
oleh satu pihak pendukung atau afirmatif dan ditolak, disangkal oleh pihak lain
yang disebut penyangkal atau negatif/oposisi.
Dalam dunia pendidikan debat bisa menjadi metode berharga untuk
meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama jika anak didik diharapkan
mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya bertentangan dengan
mereka sendiri. Dalam pengajaran metode debat, dimana pembicara dari pihak
yang pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti oleh suatu

tangkisan atau tidak perlu dan anggota kelompok lain dapat juga bertanya pada
peserta debat atau pembicara.
Jadi metode debat merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan
anak didik untuk menyalurkan ide, gagasan, dan pendapatnya dengan cara
beradu argumentasi baik perorangan atau kelompok. Masing-masing pembicara
memberikan alasan-alasannya secara logis dan dapat diterima. Selain itu, debat
juga merupakan forum yang sangat tepat dan strategis untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan mengasah keterampilan berbicara.

2.1. Tujuan Debat
Wina Sanjaya, tujuan debat adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk
membuat suatu keputusan. Pendapat lain dari Rahmat nurcahyo, tujuan dari
pelaksanaa debat adalah untuk berbicara secara meyakinkan dan juga
mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda, dan diakhir debat dapat
menghargai perbedaan tersebut.
Dengan demikian debat merupakan sarana yang paling fungsional untuk
menampilkan, mengembangkan dan meningkatkan komunikasi verbal dan
melalui debat pembicara dapat menunjukan sikap intelektualnya. Selain itu juga,
debat mengajarkan anak untuk berpikir kritis danmenghargai pendapat orang
lain.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat
Adapun kelebihan metode debat yaitu:
a. Siswa menjadi lebih kritis dalam berpikir
b. Suasana kelas menjadi lebih bersemangat
c. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dalam forum
d. Siswa dapat memberikan pendapatnya dengan logis dan bahasa yang runtun
e. Siswa menjadi lebih besar hati ketika pendapatnya tidak sesuai dengan
peserta lainnya

f. Siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya

Adapun kekuranag metode debat yaitu:
a. Biasanya hanya siswa aktif saja yang berbicara
b. Terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena tidak
terima pendapatnya disanggah
c. Biasanya timbul rasa ingin saling menjatuhkan antar lawan
d. Menyita waktu yang cukup lama

2.4. Ciri-ciri Debat
Ciri-ciri dari debat adalah
a. Terdapat dua sudut pandang, yaitu afirmatif (pihak yang menyetujui topik)
dan negatif (pihak yang tidak menyetujui topik)
b. Adanya suatu proses dalam mempertahankan pendapat antara kedua belah
pihak
c. Adanya saling adu argumentasi yang tujuannya untuk memperoleh
kemenangan
d. Hasil debat diperoleh melalui voting atau keputusan juri
e. Sesi tanya jawab bersifat terbatas dan bertujuan untuk menjatuhkan pihak
lawan
f. Adanya pihak yang berperan sebagai penengah yang biasanya dilakukan
oleh moderator

2.5. Etika Berdebat
Dalam berdebat harus diperhatikan beberapa etika yaitu:
a. Berpikir logis dan memiliki pengetahuan yang mendukung permasalahan
yang dibahas dalam debat
b. Mampu bebahasa dengan baik, benar dan komunikatif serta tanggap
terhadap respon yang diterima
c. Dilarang menyangkut-pautkan pembahasan dengan SARA

Simpulan dan Saran

A. Simpulan
Keterampilan berbicara dengan metode debat merupakan pembelajaran
efektif yang mampu melatih siswa berbicara menyampaikan pendapat, ide,
bertanya dan merespon pertanyaan secara langsung serta mampu mengeksplorasi
keintelektualan dan emosi sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan
pemikiran kritis, keterampilan berbicara dan juga keterampilan lainnya.

B. Saran
Penulis menyarankan agar pendidik mampu menerapkan pembelajaran aktif
dengan penggunaan metode yang menarik, kreatif, dan variatif seperti metode
debat yang tidak hanya mampu mengasah keterampilan berbicara tetapi juga
keterampilan menyimak, membaca dan keterampilan lainnya.

Bibliography

Mirnawati,

Fery.

2013.

Keterampilan

Berbicara.

http://ferymirna.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 29 april 2017, pukul 20:00
Riadi, Muchlisin. 2013. Pengertian, Tujuan dan Tes Kemampuan Berbicara.
http://www.kajianpustaka.com. Diakses pada tanggal 29 april 2017, pukul 20:00
Akram,

gio.

2013.

Makalah

Debat

Keterampilan

Berbahasa.

http://gioakram13.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 29 april 2017, pukul 20:15

Aulia, Wilda. 2014. Makalah Debat. http://aulialubies7.blogspot.co.id.
Diakses pada tanggal 29 april 2017, pukul 20:15

Fitria.

2014.

Kelebihan

dan

Kekurangan

Metode

Pembelajaran.

http://fitria507.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 april 2017, pukul 20:15

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENGINFORMASIKAN TELKOMFLEXI MELALUI NEWSLETTER PADA KARYAWAN DI PT TELKOM Tbk DIVRE III BANDUNG

2 38 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45