Pembahasa Karya Tulis Ilmiah tentang Taa

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang mempelajari tentang
Agama Islam, Halal dan Haram dalam Islam, menjadi makhluk yang berguna bagi
sesama manusia, lingkungan dan Negara dalam lingkup Islam, dan lain- lain.
Dalam Pendidikan Agama Islam terdapat banyak materi tentang sifat–sifat, baik
itu sifat–sifat yang dimiliki oleh Allah SWT, maupun sifat–sifat yang dimiliki oleh
manusia yang semuanya bersumber dari Al- Qur’an, dalam sifat–sifat manusia
terbagi menjadi dua sifat yaitu sifat mahmudah (terpuji) dan sifat mazmumah
(tercela), sifat mahmudah manusia yaitu antara lain: Dermawan, tidak sombong,
kerja keras, tidak memiliki sifat iri terhadap orang lain, dan lain–lain, sifat
mazmumah yaitu antara lain: Sombong, iri atau dengki, ria, suka mencela orang
lain, kikir, dan lain – lain.
Salah satu sifat terpuji yaitu kerja keras, dalam kerja keras memiliki sesuatu
yang dinamakan etos kerja yang sangat penting dimiliki oleh seorang manusia
untuk dapat menjalani kehidupannya dengan memiliki suatu sifat terpuji yang
dicintai oleh Allah SWT, adapun sifat sikap toleransi juga sangat penting dimiliki
oleh seorang muslim agar dapat membuat lingkungan disekitarnya menjadi
tentram dan damai karena sikap toleransi dapat membuat antar sesama manusia
saling tenggang rasa yang bisa berdampak positif pada hubungan sesama manusia

tersebut, itulah sebabnya Allah SWT memberikan karunianya kepada orang-orang
yang selalu berlaku baik dan dapat menjaga hubungan baik dengan sesama
manusia, melalui sikap toleransi itulah seorang muslim bisa mendapatkan karunia
dari Allah SWT jika Ia menghendaki.
Selain sikap toleransi ada juga yang disebut perilaku manusia yang memiliki
pengertian yang sangat beragam, namun terdapat beberapa pengertian yang jelas,
padat dan tepat dengan perilaku manusia, setiap manusia memiliki perilaku yang
1

berbeda-beda dan hampir tidak sama karena memang manusia diciptakan oleh
Allah SWT berbeda–beda dan berbagai bentuk tubuh dan warna kulit yang
beragam, dan pastinya Allah SWT memiliki tujuan dengan menciptakan manusia
berbeda–beda yaitu agar supaya manusia dapat saling mengenal satu sama lain,
berinteraksi, membantu sebagai sesama manusia meskipun berbeda bentuk tubuh
atau warna kulit, dan masih banyak lagi tujuan Allah SWT menciptakan manusia
berbeda–beda
Selain sikap toleransi dan perilaku manusia ada juga yang disebut taat aturan
yang merupakan salah satu sikap terpuji yang dimiliki oleh seorang manusia, taat
aturan terdiri dari dua kata yaitu taat dan aturan, taat artinya suatu sikap patuh
terhadap seuatu, sedangkan aturan merupakan suatu hal yang selalu ada disekitar

manusia jika manusia itu berada suatu tempat/wilayah yang memiliki suatu
kesepakatan bersama antar sesama masyarakat maupun golongan, setelah
menelaah dan mengkaji dari pentingnya sikap toleransi, pengaruh perilaku
terhadap seseorang dan sikap taat aturan ini
Maka saya sebagai penulis mengambil judul untuk makalah ini “Berperilaku
Taat Aturan dan Bekerja Keras sebagai Pedoman Hidup Seorang Muslim”, dari
judul ini dapat dikaji tentang maksud dari taat aturan, bekerja keras, perilaku, dan
dari tiga hal itu dapat menjadi suatu pedoman hidup seorang muslim, yang dapat
bermanfaat bagi muslim tersebut dan orang disekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taat aturan dan contoh perilaku yang menunjukkan tentang
taat aturan ?
2. Apa pengertian kerja keras dan hikmah kerja keras ?
3. Bagaimana perilaku taat aturan dan kerja keras dapat menjadi pedoman
hidup seorang muslim ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian taat aturan dan contoh perilakunya.
2


2. Dapat mengetahui pengertian kerja keras dan hikmahnya.
3. Dapat mengetahui tentang perilaku taat aturan dan kerja keras dapat
menjadi pedoman hidup seorang muslim.
D. Manfaat
1. Agar pembaca dapat mengetahui secara luas dari taat aturan dan sifat
2.
3.
4.
5.
6.

terpuji lainnya.
Agar dapat memberikan informasi bagi pembacanya.
Dapat memberikan inspirasi bagi pembacanya.
Dapat memberikan contoh yang baik bagi orang lain.
Agar dapat membagi pengetahuan kepada yang membutuhkan.
Dapat menjadi Karya Tulis Ilmiah yang berguna dan bermanfaat bagi
orang lain.

3


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian :
a.

Berperilaku/Perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
seseorang yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap dirinya
sendiri dan objek.

b.

Taat Aturan adalah sikap tunduk terhadap tindakan atau perbuatan yang
telah dibuat oleh Allah SWT, Rasul atau Nabi, Pemimpin atau yang
lainnya.

c.

Bekerja Keras adalah suatu usaha yang dilakukan secara maksimal untuk

memenuhi keperluan hidup didunia dan diakhirat disertai dengan sikap
optimis.

d.

Pedoman Hidup adalah suatu prinsip yang dijadikan sebagai panduan
hidup seseorang ke tujuan yang ingin dicapainya.

e.

Muslim adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menginformasikan
bahwa terdapat seseorang yang beragama Islam.

Jadi pengertian Berperilaku taat aturan dan bekerja keras sebagai pedoman
hidup seorang muslim adalah “Reaksi Sikap tunduk terhadap sesuatu yang baik
disertai dengan usaha yang maksimal dan sikap optimis sebagai pedoman hidup
seorang muslim.

4


B. TINJAUAN TEORITIS
Dalam kehidupan manusia terdapat hal yang akan selalu ada dimanapun
manusia tersebut berada yaitu aturan, aturan atau peraturan akan selalu ada
dimana saja jika tempat yang akan membentuk aturan tersebut sudah memiliki
kesepakatan bersama antar lingkungan sekitar jika tidak ada kesepakatan bersama
tersebut berarti aturan tidak akan bisa dibuat karena aturan harus dibuat
berdasarkan kesepakatan tersebut untuk dapat disahkan dan diberitahukan kepada
masyarakat. Aturan sendiri bertujuan agar masyarakat sekitar dan masyarakat
pendatang dapat menghormati tata aturan atau tata kelakuan yang baik harus
diketahui dan dikerjakan.
Aturan yang selalu ditaati oleh masyarakatnya mencerminkan sifat
masyarakat dilingkungan sekitar tersebut, dalam membuat aturan yang baik dan
tidak melenceng dengan kaidah agama dibutuhkan ketelitian, sikap toleransi yang
tinggi, dan kerja keras, dari tiga sikap tersebut yang paling penting adalah kerja
keras untuk dapat menjadikan aturan tersebut dapat selalu ditaati oleh masyarakat,
meskipun akan ada banyak kritik yang berdatangan dari pihak–pihak tertentu,
tetapi dengan bekerja keras dapat membuat aturan tersebut ditaati dan bahkan
dapat menjadi pedoman hidup masyarakat sekitar.
C. Taat Aturan
1. Pengertian Taat Aturan

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah SWT, pemerintah, dan
sebagainya) tidak berlaku curang dan setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan
yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau
perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah SWT, nabi, pemimpin, atau yang
lainnya. Di sekolah, dirumah, dilingkungan masyarakat terdapat aturan, dimana
saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar
terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan.
Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.
Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah SWT, yaitu
terdapat pada Al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh
5

Nabi Muhammad SAW, yang disebut sunnah atau hadits. Dibawahnya lagi ada
aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah,
maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan pemimpin sangatlah penting, sebuah institusi dari terkecil sampai
pada suatu negara sebagai institusi terbesar tidak akan tercapai kestabilannya
tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara
tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh
kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada

pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak
maksiat) akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
2. Contoh perilaku taat aturan dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Zahra duduk di kelas VII SMP Bina Mulia, sebagai seorang muslim Zahra
menunaikan shalat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadhan, dan puasa sunah.
Tidak lupa setiap hari Jum’at Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah.
Zahra melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau
orang tuanya. Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat.
Zahra menaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Perilaku Zahra hendaknya
diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menerapkan perilaku taat
dalam keseharian? Simaklah uraian berikut untuk mengetahuinya.
3. Berperilaku Taat aturan dalam Keseharian
Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya.
Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
Dalam Islam terdapat tiga tingkatan objek ketaatan. Ketiganya adalah
Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Ulil Amri. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an.

6


Surah an-Nisa’ [4] ayat 59.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” (Q.S. an-Nisa’[4]: 59)[1]
Dalam ayat di atas dengan jelas Allah SWT memberitahukan tiga objek
ketaatan manusia islam menuntut untuk ketaatan kepada ketiganya dengan model
yang berbeda. Penerapan ketaatan dalam kehidupan dapat dilakukan dengan
mengacu pada kandungan ayat di atas.
a. Ketaatan kepada Allah SWT
Ketaatan kepada Allah SWT menempati posisi ketaatan tertinggi.
Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan
ketaatan kita kepada Allah SWT saat Allah SWT menginginkan sesuatu dari kita,
kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita kepada Allah SWT
Menunaikan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara
menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT. Misalnya, menunaikan shalat,

membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad SAW
Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan kepada
Allah SWT. Mengapa demikian ? Hal ini karena apa pun yang disampaikan,
dilakukan serta diinginkan Rasulullah SAW merupakan wahyu dari Allah SWT
1[]Qur’an.com/4/59, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 04.57

7

Pada saat yang sama Allah SWT senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut
segala gerak-gerik yang dilakukan beliau sedikit saja beliau bergeser dari
kebenaran Allah SWT. Dengan adanya penjagaan Allah SWT ini Rasulullah SAW
menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan dengan kedudukannya
yang sedemikian istimewa, Allah SWT menempatkan Rasulullah SAW dalam
posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim Allah SWT menyatakan
bahwa menaati Rasulullah SAW sama dengan menaati Allah SWT
Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah SAW merupakan prioritas
yang sama dengan ketaatan kepada Allah SWT meskipun begitu, kita tidak boleh
menganggap Rasulullah SAW sejajar dengan kedudukan Allah SWT sebagai
Tuhan menyamakan Rasulullah SAW dengan Allah SWT sebagai Tuhan

merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah hanyalah manusia biasa yang
diberi wahyu oleh Allah SWT menaati perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan-Nya berarti menaati rasul-Nya hal ini karena perintah rasul berarti
perintah Allah SWT.
c. Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada Ulil Amri sebagian ulama
menafsirkan kata Ulil Amri di sini terbatas pada pemerintah dinegara kita berada,
oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam
kehidupan bermasyarakat sebagian ulama yang lain meluaskan makna Ulil Amri
ini mereka tidak membatasi makna Ulil Amri sebatas pemerintah saja, tetapi
segala hal atau aturan atau sistem yang ada disekitar dan terkait dengan kita.
Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada
orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat
pada janji kita kepada teman. Ketaatan kepada Ulil Amri ini ada syarat-syarat
tertentu, syarat tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah
SWT dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah SWT. dan rasulNya perintah Ulil Amri harus kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap

8

taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi
perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli.
Kita patuhi perintah dan tugas yang guru berikan kepada kita, baik itu
tugas sekolah maupun tugas luar. Kita juga wajib menghormatinya, misalnya
dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat
ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya dan berbuat
sesuatu yang menyenangkan hatinya.
4. Pengertian Ulil Amri
Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur'an

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul ( sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)[2]
Asbabu al-Nuzul atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibnu Abbas adalah
berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah
SAW mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak
diikuti oleh Rasulullah SAW) As Sady berpendapat bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat
oleh Rasulullah SAW sebagai pemimpin dalam sariyah. Q.S. an-Nisa/4: 59
memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah SWT perintah

2[] Qur’an.com/4/59, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 04.58

9

Rasulullah SAW dan ulil amri tentang pengertian Ulil Amri, dibawah ini ada
beberapa pendapat.
1) Abu Jafar Muhammad
Arti ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqih (mereka yang memiliki
ilmu dan pengetahuan akan fiqih) sebagian ulama yang lain bin Jarir at-Thabari
berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah SAW itulah yang dimaksud
dengan ulil amri.
2) Al-Mawardi
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu:
A) Umara (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah
keduniaan)
B) Ulama dan Fuqaha,
C) Sahabat-sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar dan Umar.
3) Ahmad Mustafa Al-Maraghi
Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin
pasukan dan seluruh pemimpin lainnya. Kita memang diperintah oleh Allah SWT
untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih tentang makna ulil
amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak
digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan
dengan Allah SWT dan rasul-Nya.
Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik:
“Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa
ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat
dengan ketaatan kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah SWT dan rasul-Nya, tidak dibenarkan
untuk taat kepada mereka lebih lanjut Rasulullah SAW menegaskan dalam hadits

10

Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah
bersabda... Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah,
sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim)[3]
5. Perilaku mulia ketaatan yang perlu dilestarikan adalah :
1.

Selalu menaati perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya, serta
meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu
sempit.

2.

Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang
oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

3.

Menaati dan menjunjung tinggi aturan- aturan yang telah disepakati
baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

4.

Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntutan dan
syariat agama.

5.

Menolak dengancara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada
kemiskinan.[4]

D. Sifat – Sifat Terpuji ( Tawadu, Qanaah dan Sabar )
Shalat merupakan salah satu perintah Allah SWT dan Rasul-Nya yang harus
kita taati. Menunaikan shalat berarti menaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Taat merupakan salah satu perilaku terpuji yang patut dimiliki oleh muslim dalam
makalah ini kita akan mempelajari beberapa perilaku terpuji dan salah satunya
adalah taat.
1. Tawadu
3 [] http://setofschoolwork.blogspot.com/2014/09/pengertian-pentingnya-taat-kepada.html
Minggu, 1 Maret 2015 Pukul : 16.48 WITA

4 [] https://www.scribd.com/doc/242177487/membangun-bangsa-melalui-perilaku-taat-kompetisidalam-kebaikan-dan-etos-kerja, Jum’at, 6 Maret Pukul : 16.00 WITA

11

a. Pengertian Tawadu
Tawadu artinya sikap rendah hati. Sikap ini merupakan sikap seseorang
yang tidak ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya,
kebaikan yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya baik berupa harta, kepandaian,
kecantikan fisik, dan beragam karunia Allah SWT lainnya tidak membuat dirinya
lupa orang yang bersikap tawadu senantiasa ingat bahwa semua yang ada padanya
adalah milik Allah SWT semata, oleh karena itu, seorang yang tawadu tidak akan
menghina orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah SWT kepadanya.
Cara bicara orang yang tawadu senantiasa lembut dan merendah
sekaligus memiliki rasa percaya diri yang kuat, ia selalu berusaha berbuat yang
terbaik tanpa ingin kebaikannya diketahui orang lain ia lebih suka menyampaikan
kebaikan orang lain meskipun kebaikannya jauh lebih banyak tidak tersinggung
apalagi marah saat orang lain menyampaikan keburukannya kepadanya istighfar
mengkhiasi bibirnya jika ada kritikkan kepadanya, bukan sebagai pemanis bibir,
melainkan muncul dari hati yang merasa lalai atau tidak berhati-hati sehingga ada
salah yang tanpa sengaja ia lakukan.
Sikap diatas berbeda dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal
dari ketidakmampuan memandang dirinya dan orang lain dengan benar.
Ketidakmampuan itu menyebabkan orang yang rendah diri salah menilai dirinya
sebagai tidak baik, tidak mampu, tidak tampan atau cantik, atau tidak pantas. Pada
saat yang sama ia menilai orang lain sebagai sangat baik, sangat pandai, lebih
tampan atau cantik, dan lebih pantas untuk sesuatu hal, oleh karena itu, orang
yang salah menilai diri cenderung merasa minder, tidak mampu, dan tidak percaya
diri, selain berbeda dengan rendah diri, sikap tawadu merupakan kebalikan
dengan sikap sombong.
Sikap sombong muncul dari kesalahan menilai diri sebagai lebih baik,
lebih mampu, lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang sombong merasa
bahwa kelebihan yang ada padanya semata merupakan hasil kerja yang ia
lakukan, ia tidak melihat kehadiran Allah SWT dalam kehidupannya, dengan
pandangan seperti itu wajar jika orang yang sombong senang membandingkan
12

dirinya dengan orang lain saat ia melihat orang lain lebih dari dirinya, ia merasa
iri dan berbuat dengki sebaliknya, saat ia menemukan orang yang ia rasa lebih
rendah darinya, ia merasa tinggi hati dan merendahkan orang lain sombong
merupakan sikap tercela yang harus kita jauhi.
Selain mencela sikap sombong, Allah SWT juga memberikan anjuran
kepada kita untuk bersikap tawadu, salah satu anjuran Allah SWT itu terdapat
dalam Surah Luqman [31] ayat 19.

Artinya: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu.

Sesungguhnya

seburuk-buruk

suara

adalah

suara

keledai.”

(Q.S.Lugman [31]: 19)[5]
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lain juga banyak ditemukan perintah
untuk merendahkan diri, kita dianjurkan untuk bertawadu dan menjauhi sikap
sombong, meskipun memiliki harta kekayaan, keturunan, atau kedudukan yang
tinggi[6].
b. Contoh perilaku tawadu dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Ahmad seorang anak yang cerdas dan senantiasa menjadi juara kelas.
Ahmad tidak merasa sombong atau tinggi hati karena kecerdasannya, ia senantiasa
membantu teman-temannya dengan belajar kelompok, ia merasa bahwa
kecerdasannya merupakan karunia Allah SWT yang harus dimanfaatkan sebaikbaiknya, sikap Ahmad dikategorikan sebagai perilaku tawadu, ia tidak merasa
sombong atas karunia kecerdasan, justru ia merasa bahwa ilmu dan kecerdasannya
belum apa-apa dibanding ilmu Allah SWT. Oleh karena itu, ia tidak tinggi hati dan
memanfaatkan kecerdasannya untuk membantu teman temannya.
c. Berperilaku Tawadu dalam Keseharian
5[] Qur’an.com/31/15, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 04.59
6[] Husaini A. Majid Hasyim. 2005. Halaman 415

13

Sebagai sikap yang baik, sikap tawadu tentu juga membawa akibat yang
baik, hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadits-Nya yang
diriwayatkan oleh Baihaqi

Artinya: ”Barang siapa bersikap tawadu karena mencari rida Allah
SWT. Allah akan meninggikan derajatnya. Ia akan menganggap dirinya tiada
berharga namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Sebaliknya,
barang siapa menyombongkan diri, Allah akan menghinakan dirinya. Ia
menganggap dirinya terhormat padahal dalam pandangan orang lain ia sangat
hina”
Tawadu merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, tawadu akan muncul dengan membiasakan perilakuperilaku terpuji. Diantara perilaku terpuji yang dapat menimbulkan tawadu
sebagai berikut.
1) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan.
2) Merasa cukup dengan karunia Allah SWT.
3) Menyadari bahwa hanya Allah SWT yang pantas untuk sombong.
4) Menyadari kelemahan manusia.

2. Qanaah
a. Pengertian Qanaah

14

Qanaah merupakan sikap rela menerima atau merasa cukup dengan apa
yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan
yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap
rela menerima keputusan Allah SWT yang berlaku bagi dirinya, sikap ini muncul
bukan dari sikap pasif menunggu tanpa berbuat yang terbaik.
Sikap ini muncul dari keyakinan yang kuat kepada Allah SWT setelah
berusaha sebaik mungkin orang yang memiliki sikap qanaah sadar bahwa untuk
mencapai suatu keinginan harus dilakukan dengan usaha. Usaha yang dilakukan
pun bukan sekadar berusaha tanpa perencanaan dan kesungguhan. Ketika hasil
dari usaha tersebut belum sesuai dengan keinginan, orang yang qanaah
menerimanya dengan ikhlas, ridha dan lapang dada. Misalnya, ketika menghadapi
ulangan kalian telah belajar sungguh-sungguh dan berdoa serta bertawakal kepada
Allah SWT akan tetapi, hasil ulangan tersebut tidak sesuai dengan keinginan,
maka kita harus menerimanya dengan ikhlas.
Sikap qanaah terkait erat dengan sikap syukur kepada Allah SWT
perbedaannya sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima ketentuan Allah
SWT, sementara syukur lebih menekankan rasa terima kasih dan harapan kepada
Allah SWT kedua sikap ini berjalan beriringan dalam setiap kejadian. Misalnya
dalam masalah rezeki. Perbedaan dalam masalah rezeki menuntut setiap orang
untuk melatih sikap qanaah dan sekaligus syukur.
Bagi mereka yang berlapang rezeki, sikap qanaah ditunjukkan dengan
hidup sederhana dan bersyukur dengan cara berbagi karunia Allah SWT kepada
saudara yang masih kekurangan, bagi mereka yang bersempit rezeki, sikap qanaah
muncul dengan rasa rela menerima keadaan yang diberikan Allah SWT dan
bersyukur dengan berusaha lebih keras lagi menyongsong karunia-Nya.
b. Contoh qanaah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Arif hendak mengikuti lomba badminton antar sekolah. Oleh karena itu,
ia berlatih keras dan tidak lupa memohon keberhasilan usahanya. Sewaktu
pertandingan berlangsung Arif berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan

15

pertandingan. Dia mengeluarkan seluruh kemampuannya, tetapi apa daya dia
harus kalah. Kekalahan tersebut diterima dengan lapang dada dan ikhlas.
c. Berperilaku Qanaah dalam Keseharian
Perilaku

qanaah

harus

diteladani

kemudian

diterapkan

dalam

kehidupan. Qanaah merupakan perilaku terpuji yang membawa banyak manfaat
bagi kehidupan. Perilaku qanaah dapat diterapkan dengan melakukan hal-hal
berikut.
1) Bersyukur terhadap nikmat Allah SWT.
2) Berusaha sekuat tenaga untuk menggapai keinginan.
3) Menerima ketentuan Allah SWT dengan ikhlas setelah usaha
dilakukan dengan maksimal.
Mengingat dan memikirkan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT
kepada kita. Perilaku qanaah akan membawa kita mudah meraih kesuksesan.
Orang yang qanaah bersikap wajar dalam menghadapi sesuatu, baik yang
menyenangkan maupun menyedihkan, ia tidak mau larut dalam kesedihan ataupun
lalai dalam kegembiraan, berperilaku qanaah dalam keseharian perlu diterapkan
pada saat mendapatkan rezeki, ditimpa musibah, meraih prestasi, atau
mendapatkan kegagalan.
3. Sabar
a. Pengertian Sabar
Sabar artinya menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik
dalam menemukan sesuatu yang tidak diinginkan ataupun dalam bentuk
kehilangan sesuatu yang disenangi. Menurut Al-Gazali, sabar berarti suatu kondisi
mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran
agama. Kesabaran mutlak diperlukan dalam menghadapi kehidupan di dunia. Hal
ini karena hidup tidak lepas dari kenyataan bahwa setiap orang selalu bersentuhan
dengan nikmat dan cobaan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai
keadaan yang menuntut kita bersikap dengan tepat. Ada kalanya kita dihadapkan
16

dengan masalah hidup. Sakit yang tidak kunjung sembuh, ingin sepeda motor
tetapi tidak memiliki cukup uang untuk membelinya, atau masalah lain yang tidak
mengenakkan hati. Ada kalanya pula kita dihadapkan pada beratnya ketaatan
kepada Allah SWT. Misalnya: Saat terlelap tidur harus bangun untuk shalat
Subuh, semua keadaan ini menuntut sikap yang tepat untuk menghadapinya.
b. Berperilaku Sabar dalam Keseharian
Sabar merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan perilaku sabar dalam kehidupan menyangkut
dua hal sebagai berikut.
1) Sabar dalam Menghadapi Cobaan Hidup
Kata cobaan hidup sering ditujukan pada kondisi saat kita merasa
tidak nyaman dengan kondisi itu. Cobaan yang datang bisa berupa bencana banjir,
tanah longsor, sakit, kematian, kemiskinan, dan beberapa contoh lainnya. Dalam
keadaan seperti ini, kesabaran merupakan kunci untuk menghadapinya. Berkaitan
dengan perilaku sabar Allah SWT. berfirman seperti berikut.

Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ”Inna lillahi wa inna ilaihi
rajiun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)” (Q.S.
al-Baqarah [2]: 155–156)[7]
2) Sabar dalam Menjalankan Ketaatan kepada Allah SW1T.

7[] Qur’an.com/2/155-156, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.00

17

Melaksanakan perintah Allah SWT dan rasul-Nya bukan hal yang
mudah dan disinilah kesabaran diperlukan. Misalnya, untuk menjalankan perintah
zakat kita harus bersabar karena godaan untuk tidak mengeluarkan harta dan
berbagi dengan orang lain akan muncul.
Selain dalam menjalankan perintah Allah SWT, kita harus sabar
dalam menahan diri dari kemaksiatan. Kemaksiatan sering muncul sebagai
kenikmatan dunia dan tidak jarang kita tergoda untuk mencicipinya, padahal di
balik maksiat itu terdapat bahaya yang mengancam kebaikan kita sebagai
manusia. Oleh karena itu, Allah SWT melarang kita berbuat maksiat, di sinilah
kesabaran diperlukan.
A) Tawadu artinya sikap rendah hati. Tawadu merupakan sikap
seseorang yang tidak ingin menonjolkan diri dengan sesuatu
yang ada pada dirinya.
B) Taat secara bahasa berarti mengikuti atau menuruti.
Tiga objek ketaatan dalam Islam sebagai berikut.
a)

Ketaatan kepada Allah SWT.

b) Ketaatan kepada Nabi Muhammad SAW.
c)

Ketaatan kepada Ulil Amri.

C) Qanaah dapat berupa sikap rela menerima cobaan dan ujian dari
Allah SWT yang berlaku bagi dirinya.
D) Sabar dapat diartikan dengan sikap tahan dalam menghadapi
cobaan dan tabah.
E) Sabar dapat diterapkan dalam hal-hal berikut.
a)

Sabar dalam menghadapi cobaan hidup.

b) Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya.[8]
E. Bekerja Keras
1. Pengertian Kerja Keras
8[] http://setofschoolwork.blogspot.com/2014/09/pengertian-pentingnya-taat-kepada.html
Minggu, 1 Maret 2015 Pukul : 16.48 WITA

18

Kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga
untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada
umumnya, kerja keras merupakan salah satu cara yang dapat digunakan bila mana
sesuatu hal ingin dicapai dan yang penting kerja keras dalam konteks yang positif
tidak serta merta bekerja keras untuk tujuan yang negatif (melakukan perbuatan
melanggar hukum, merugikan hak asasi orang lain dan merugikan lingkungan di
sekitarnya).
Agama Islam mengajarkan umatnya agar selalu bekerja keras dalam
menjalankan kehidupannya di muka bumi ini. Segala sesuatu yang dilakukan
tidak dengan kerja keras, hasilnya tidak akan sempurna. Sebaliknya, seberat apa
pun suatu pekerjaan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, niscaya hasilnya
akan dapat diraih dengan baik.
2. Landasan Kerja Keras Dalam Islam
Kita mendapatkan sebuah perintah tegas Allah SWT dalam Al-Quran agar
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk bekerja keras karena dengan
bekerja keras mereka akan dilihat oleh Allah SWT dan akan dilihat oleh
Rasulullah SAW dan kaum mukminin,

Artinya: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (At-Taubah :105).[9]
Setelah ayat yang lalu mengarjukan bertaubat dan melakukan kegiatan
nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah, dalam ayat ini manusia
diminta untuk melakukan aktivitas lain baik nyata maupun tersembunyi, sesuai
ayat diatas bahwa setelah penyampaian harapan tentang pengampunan Allah
9[] Qur’an.com/9/105, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.05

19

SWT, ayat ini melanjutkan dengan perintah beramal shaleh. Agaknya hal ini perlu
walaupun taubat telah diperoleh. Tetapi waktu yang lalu dan yang diisi dengan
kedurhakaan tidak akan kembali lagi.
Manusia telah mengalami kerugian dengan berlalunya waktu itu tanpa diisi
dengan kebajikan, karena itu ia perlu melakukan kebajikan dengan giat agar
kerugian tidak terlalu besar, kerja keras harus disertai dengan disiplin yang tinggi,
yaitu bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Allah
SWT berfirman dalam QS. Al-An’am/6 ayat 135:

Artinya: “Hai kaumku, bekerjalah dengan sepenuh kemampuanmu,
sungguh aku pun bekerja. Kelak kamu akan mengetahhui siapakah yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sungguh orang-orang yang dzalim
tidak akan memperoleh keuntungan.”(QS. Al-An’am/6 ayat 135).[10]
Ayat ini menurut Al-Biqa’i menujukkan pula keadilan dan rahmat Allah
betapa tidak bukankah yang kejam dan tidak adil akan menjatuhkan sanksi tanpa
menangguhkan atau memperingatkan. Karena janji dan ancaman Allah SWT pasti
akan datang Allah SWT memerintahkan kepada kaumnya untuk berbuatlah
sepenuh kemampuan apapun yang akan kamu perbuat. Kata akibat adalah akhir
atau kesudahan dan hasil sesuatu. Al-Qur’an menggunakan untuk kesudahan yang
baik, jika kata ini tidak dikaitkan dengan kata lain.

3. Hikmah Kerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak hikmah
dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap
lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
10[]Qur’an.com/6/135, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.06

20

A. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan,
maupun keterampilan.
B. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
C. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu
maupun sebagai anggota masyarakat.
D. Meningkatkan

taraf

hidup

orang

banyak

serta

meningkatkan

kesejahteraan.
E. Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
F.

Mampu hidup layak.

G. Sukses meraih cita-cita
H. Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah
merupakan bagian dari ibadah.
4. Cara Bekerja Keras
a. Visi dan Misi
Visi yang berkaitan dengan eksistensi kemudian akan melahirkan cara
kita mengambil posisi, membuat formulasi tentang tujuan, dan kemudian
mengarahkan seluruh perilaku diri kepada sesuatu yang kita inginkan.
Dalam misi mempunyai cakupan yang serta dengan cara pandang
terhadap makna keberadaan, eksisitensi diri, maka setiap pribadi muslim
harus menyadari keberadaanya. Visi seorang muslim harus jelas dan
transparan. Etos kerja muslim yang dilandasi denga visi dan misi hidup
dan kemudian menjadi satu sikap hidupnya maka dia akan tampil sebagai
manusia teladan yang selalu bekerja keras.

21

b. Jihad dan Tauhid Sebagai Motivasi
Jihad secara umum adalah kesungguhan untuk mengerakkan segala
kekuatan dan potensi dalam melaksanakan sesuatu dan meninggikan
martabat sebagai manusia yang mengeban misi sebagai rahmatan
lil‘alamin. Dalam kaitan denga bekerja, jihad menjadi kekuatan yang
secara abadi harus terus menyala serta digali dan diuji potensinya
sehingga mampu mengeluarkan energi yang signifikan.
c. Cara Membiasakan Perilaku Kerja Keras
Agar terbiasa bekerja keras dalam mengerjakan sesuatu, lakukanlah
beberapa hal berikut ini.
A) Bekerja harus dilandasi niat yang baik. Niatkan untuk beribadah
kepada Allah SWT.
B) Awali suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah SWT.
C) Kerjakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
D) Akhiri dengan menyebut nama Allah. Serahkan segalanya kepada
Allah SWT (Tawakal)[11]
5. Surah dan Riwayat Allah SWT dan Rasulullah SAW tentang kerja
keras
Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah SAW baru tiba dari Tabuk,
peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum
muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak
ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur. Saat
mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan
seorang tukang batu.
Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh,
kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. Sang manusia
Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali ?" Si tukang batu
menjawab, "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan
11[] Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudistira. Hal 72

22

belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi
nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."
Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia
tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah
yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya
bersabda:

Artinya: “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka
selama-lamanya”.
Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan
para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun, sejarah mencatat hanya putrinya
Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah.
Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan
yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena
kerja keras. Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang
itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian
berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat
digolongkan jihad di jalan Allah (Fisabilillah), maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab,

Artinya: “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih
kecil, maka itu fisabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang
tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fisabilillah; kalau ia bekerja untuk

23

kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fisabilillah” (HR
Thabrani).
Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari
bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh
mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah SAW amat prihatin
terhadap para pemalas.

Artinya: “Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung” (QS. Al-Jumu’ah 10) [12]

Artinya: “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini” (QS Nuh19-20)[13]

Artinya: “Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari
rejeki yang halal, malam itu ia diampuni” (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

12[]Qur’an.com/62/10, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.07
13[]Qur’an.com/71/19-20, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.09

24

Artinya: “Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka
sore itu ia diampuni” (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)

Artinya: “Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu
makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah
Daud, selalu makan dan hasil usahanya” (HR. Bukhari)

Artinya: “Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat
terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah
yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah
payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Artinya: “Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk
keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR.
Ahmad)[14]

14[] http://ilmuamalan.blogspot.com/2014/06/bekerja-keras-dan-hikmah-nya.html
Selasa, 3 Maret 2015 PUKUL : 15.09 WITA

25

F.

Perilaku Taat Aturan Dan Bekerja Keras sebagai Pedoman Hidup
Seorang Muslim
Pedoman hidup diartikan sebagai suatu prinsip hidup yang dapat penopang

pikiran untuk menjalani hidup didunia, pedoman hidup manusia dapat berupa
sebuah pemikiran tentang bagaimana manusia tersebut menjalani hidup baik itu
jalan hidup yang baik maupun buruk, tergantung dari siapa yang menjalaninya.
Jika yang menjalani seorang ustadz maka pedoman hidupnya yaitu Al-Qur’an
dan hadits Rasulullah SAW, tetapi jika yang menjalani seseorang yang memiliki
sifat kurang bagus maka pedoman hidupnya akan berbeda dan tidak sama dengan
pedoman hidup dari ustadz tersebut, setiap orang memiliki pedoman hidup yang
berbeda-beda dan tidak sama karena setiap orang memiliki sifat atau perilaku
yang berbeda-beda juga, dari sifat atau perilaku ini dapat menjadi suatu pedoman
hidup manusia baik itu sifat atau perilaku terpuji maupun tercela, sebagai contoh
sifat atau perilaku terpuji yang dapat menjadi pedoman hidup yaitu: perilaku taat
aturan dan bekerja keras.
kedua sifat atau perilaku ini sangatlah bagus untuk dijadikan sebagi pedoman
hidup manusia, karena dari perilaku taat aturan jika seseorang bisa menjadikannya
sebagai suatu pedoman hidup maka seseorang tersebut dapat menjadi tauladan
bagi masyarakat sekitarnya, seseorang yang selalu taat pada aturan dan tidak
pernah melanggarnya baik itu aturan didalam agama maupun aturan dilingkungan
sekitar maka akan disayangi dan diridhai segala amal perbuatannya oleh Allah
SWT dan juga akan disayangi, dihormati dan dicintai oleh masyarakat lingkungan
sekitarnya, lalu dari sikap atau perilaku kerja keras juga seseorang bisa
menjadikannya sebagai suatu pedoman hidup, sama seperti seseorang yang
memiliki pedoman hidup taat aturan yang akan disayangi dan diridhai oleh Allah
SWT.
Maka seseorang yang memiliki pedoman hidup bekerja keras akan juga
disayangi dan diridhai oleh Allah SWT, karena Allah SWT sangatlah senang jika
melihat hamba-Nya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang
benar dan bukannya dengan cara yang salah, sama halnya dengan taat aturan
26

seseorang yang berpedoman hidup bekerja keras akan dihormati dan diteladani
oleh masyarakat sekitarnya. Jika seseorang dapat menjadikan kedua sifat atau
perilaku sebagai pedoman hidupnya maka seseorang tersebut dapat menjadi
pemimpin yang baik, bekerja keras dan selalu taat pada aturan bagi
masyarakatnya, dan masyarakatnya pun tidak salah memilih pemimpin yang
memiliki pedoman hidup seperti itu, karena Allah SWT menjadikan seorang
pemimpin yang akhlakul kharimah hanya untuk dapat memimpin masyarakatnya
ke jalan Allah SWT.
Maka milikilah pedoman hidup yang baik dan dapat mengarahkan ke jalan
yang benar, karena keberhasilan seseorang itu tergantung pada prinsip hidup atau
pedoman hidupnya dan kemampuannya untuk meraih keberhasilan tersebut.
G. ETOS KERJA DALAM ISLAM
1. Pengertian Etos Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang
khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat
kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara
berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja
Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim
bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu
manifestasi dari amal shaleh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Etos

Kerja merupakan

totalitas

kepribadian

diri

serta

cara

mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal.
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang
melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai
suatu manifestasi dari amal shaleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada
27

prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan
sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT yang didera
kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya,
menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap
pengabdian sebagaimana firman Allah SWT berikut:

Artinya: “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS. adz-Dzaariyat : 56).[15]
2. Perilaku mulia dalam etos kerja yang perlu dilestarikan adalah:
1.

Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan
sesuatu yang diinginkan (“man jada wa jada” Siapa yang giat, pasti
dapat).

2.

Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari
yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”

3.

Pentang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.

Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang–orang mukmin, dan kamu kan
dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. AtTaubah/9 : 105)[16]
Pada

Q.S.

At-Taubah/9:

105

menjelaskan,

bahwa

Allah

SWT

memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh
sebanyak–banyaknya. Allah SWT akan melihat dan menilai amal–amal tersebut.
15[]Qur’an.com/51/56, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.12
16[]Qur’an.com/9/105, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.13

28

Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT dengan
membawa amal perbuatannya masing–masing. Mereka yang berbuat baik akan
diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan
atas perbuatan yang telah mereka lakukan selam hidup di dunia.[17]
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah SWT. Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia,
maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau
mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk
amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan
menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang
muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran,
apalagi menjadi manusia yang kehilangan semangat inovatif.
Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban
dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang
muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin
berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah
SWT. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada
tiga dimensi kesadaran, yaitu :
a.

Dimensi ma’rifat (aku tahu)

b. Dimensi hakikat (aku berharap)
c.

Dimensi syariat (aku berbuat).
1) Etos Kerja: Dimensi Ma’rifat (Aku Tahu)

17[] https://www.scribd.com/doc/242177487/membangun-bangsa-melalui-perilaku-taatkompetinsi-dalam-kebaikan-dan-etos-kerja, Jum’at, 6 Maret Pukul : 16.00 WITA
29

A)
B)
C)
D)
E)
F)
G)

Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,
Tahu apa pekerjaanku,
Tahu siapa pesaingku dan kawanku,
Tahu produk yang akan dihasilkan,
Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,
Tahu siapa relasiku,
Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan

2) Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan
dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau
dorongan untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya
hidup.
3) Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapanharapan hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam
bentuk tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya. Yang
membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan
nilai serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja
merupakan kewajiban yang hakiki dalam rangka menggapai ridha
Allah. Sedangkan orang kafir bermujahadah untuk kesenangan
duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu.
Di

Jepang

dikenal

sebuah

istilah Keizen yang

dipelopori

oleh Masaaki Imai, yakni: semangat untuk terus-menerus melakukan
perbaikan yang melibatkan setiap orang mulai dari pimpinan puncak
sampai pekerja lapangan.
Motto Masaaki Imai: “Engineers at Japanese plants are often
warned, ‘There will be no progress if you keep on doing things
exactly the same way”

30

Artinya : “Dan para insinyur di Jepang sering diingatkan akan
sebuah moto, ‘Tidak pernah akan ada kemajuan jika Anda
mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dari waktu ke waktu”[18]
H. HAKEKAT ETOS KERJA DALAM ISLAM
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak,
karakter serta keyakinan atas sesuatu.
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem
nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir
mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik
buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang
amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Artinya: “Dan engkau akan melihat gunung–gunung, yang engkau kira tetap
ditempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah
yang Mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti apa
yang kamu kerjakan.” (An-Naml : 88)[19]
Dalam Al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang
sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. Etos kerja seorang muslim adalah
semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para
pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim.

18[] http://ikumpul.blogspot.com/2013/05/pengertian-maksud-etos-kerja-islam-muslim.html
Rabu, 4 Maret PUKUL : 15.27 WITA
19 Qur’an.com/27/88, Selasa 5 Mei 2015 Pukul: 05.15
[]

31

Artinya: “Ketika mereka masuk menemui Daud lalu dia terkejut karena
(kedatangan) mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut! (Kami) berdua sedang
berselisih, sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah
keputusan diantara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran
serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus” (QS. Ash Shaad : 22)
Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud
ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada
nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan
adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah)
kami ke jalan yang lurus.
1.

Pengertian Kerja
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan

manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun
hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus
besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja
adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan
untuk mencari nafkah.[20]
KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang
muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh aset
dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian
dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan b

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

CITRA PEREMPUAN BERCADAR DALAM FILM (Analisis Semiotika Pada Film Khalifah Karya Nurman Hakim 2011)

2 44 53

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22