PENGGUNAAN KONSENTRASI PUPUK CAIR AZOLA

PENGGUNAAN KONSENTRASI PUPUK CAIR AZOLA (Azolla pinnata)
TERHADAP KEPADATAN POPULASI DAN KANDUNGAN PROTEIN
Skeletonema costatum

USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Budidaya Perairan

Oleh
IMAM PRATAMA
09930001

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

PENGGUNAAN KONSENTRASI PUPUK CAIR AZOLA (Azolla pinnata)
TERHADAP KEPADATAN POPULASI DAN KANDUNGAN PROTEIN
Skeletonema costatum
Oleh :

IMAM PRATAMA
09930001
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Budidaya Perairan

Menyetujui
Pembimbing Utama

Tanggal :

Dr.Ir. David Hermawan, MP
NIP : 19640526 19931003
Pembimbing Pendamping

Sri Samsundari Drh., MM
NIP : 110.8903.0100

Tanggal :

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan pakan alami sangat dibutuhkan terutama pada usaha
pembenihan udang dan ikan. Pakan alami merupakan salah satu faktor yang penting
sebagai dasar pemenuhan gizi pada saat awal kehidupan larva kopepoda, larva
moluska, larva udang, dan larva ikan. Salah satu jenis plankton sebagai pakan larva
adalah jenis skeletonema costatum, karena memiliki syarat yang dibutuhkan larva
karena mudah dicerna, berukuran kecil, nutrisi tinggi, mudah dibudidayakan dan
cepat berkembang biak. Kandungan nutrisi skeletonema costatum mengandung
protein 30,55 % dan lemak 1,55 %, serat 2,09 %, abu 44,37 %, dan kadar air 8,41 %
(BBPBAP Jepara, 2004).
Azolla pinnata adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung, banyak
terdapat diperairan yang menggenang terutama di sawah-sawah dan dikolam. Para
petani ikan mengenal dengan sebutan “mata lele”. Keistimewaan azolla pinnata
adalah dapat hidup bersimbosis dengan anabaena azollae yang dapat memfiksasi
Nitrogen (N2) dari udara. Saat ini pemanfaatan azolla pinnata sudah mulai banyak
digunakan mengingat ketersediaannya relatif banyak terdapat pada areal pesawahan
di Indonesia. Salah satunya adalah digunakan sebagai pupuk organik pada bidang
pertanian. Azolla pinnata memiliki berbagai unsur hara antara lain N (1,96-5,30%), P
(0,16- 1,59%), K (0,31-5,97%) , Si (0,16-3,35%), Ca (0,31-5,97%), Fe (0,04-0,59%),

Mg (0,22-0,66%), S (0,22-0,73%), Na (0,16-1,31%), Cl ( 0,62-0,90%), Al (0,040,59%), Co (0,264 ppm), Zn (26-989 ppm), Mn (66 – 2944 ppm) (Batan, 2006).
Penggunaan pupuk dalam media kultur skeletonema costatum sangat
penting untuk mendapatkan nilai produktivitas kultur yang tinggi serta kualitas
biomassa yang baik. Skeletonema costatum dapat memanfaatkan zat hara lebih cepat
dari diatom lainnya dalam penyerapan nutrient. Dalam mengkultur skeletonema
costatum

pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang ada di lingkungan

1

tempat hidupnya, oleh karena itu diperlukan pupuk dimedia kultur untuk menunjang
ketersediaan unsur hara baik makro maupun mikro. Salah satu unsur hara makro yang
sangat menunjang dalam pertumbuhan Skeletonema costatum adalah ketersediaan
unsur Nitrogen (N). Nitrogen yang umumnya dibutuhkan untuk media kultur yaitu
dalam bentuk senyawa nitrat yang banyak didapat dalam kandungan pupuk diatom,
namun yang menjadi masalah akhir-akhir ini adalah harga pupuk diatom yang mahal.
Pupuk diatom adalah pupuk yang digunakan untuk kultur mikroalga yang terbuat dari
bahan kimia PA (Pro Analis) dosis pemakaian 1 ml pupuk / 1 L volume kultur (BBAP
Situbondo, 2010). Kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan skeletonema costatum

adalah N (14 mg/L) ,P (2,4 mg/L), Si (3,2 mg/L) (Krichnavaruk et al., 2007).
Dari analisa kandungan kimia azolla pinnata memiliki potensi untuk dapat
diaplikasikan dalam pengganti pupuk diatom dalam kultur skeletonema costatum,
sehingga diperlukan penelitian tentang Penggunaan Konsentrasi Pupuk Cair Azola
(azolla pinnata) Terhadap Kepadatan Populasi dan Kandungan Protein Skeletonema
costatum.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah pemberian konsentrasi pupuk cair Azola (azolla pinnata) berpengaruh
terhadap kepadatan populasi dan kandungan protein Skeletonema costatum ?
2. Dosis berapakah konsentrasi maksimal pupuk cair Azola (Azolla pinnata)
pada kultur Skeletonema costatum ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pupuk cair Azola (azolla
pinnata) terhadap pertumbuhan populasi dan kandungan protein Skeletonema
costatum.
2. Mengetahui dosis konsentrasi pupuk cair Azola (azolla pinnata) yang
maksimal pada pertumbuhan Skeletonema costatum.

1.3 Manfaat
2


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan salah satu solusi dalam kultur
Skeletonema costatum yaitu pengganti pupuk diatom dengan pupuk cair Azola
(azolla pinnata) sebagai salah satu pupuk alternatif, selain itu untuk memberikan
informasi penggunaan dosis yang maksimal pada pertumbuhan Skeletonema
costatum, sehingga dapat diaplikasikan oleh para pembudidaya untuk memenuhi
ketersediaan pakan alami.
1.4 Hipotesa
H0

: Diduga pemberian konsentrasi pupuk cair Azola (azolla pinnata)
tidak berpengaruh terhadap kepadatan populasi dan kandungan

H1

protein Skeletonema costatum.
: Diduga pemberian konsentrasi pupuk cair Azola (azolla pinnata)
berpengaruh terhadap kepadatan populasi dan kandungan nutrisi
Skeletonema costatum.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Skeletonema costatum
2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Skeletonema costatum
Skeletonema costatum merupakan organisme uniseluler yang termasuk
dalam phytoplankton jenis diatom. Menurut (Edhy et al., 2003) klasifikasi
Skeletonema costatum adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Bacillariophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Skeletonemoidae
Genus : Skeletonema
Spesies : Skeletonema costatum

Gambar 1 : Skeletonema costatum (Sumber : (www.flickr.com/photos/29287337@N02 /
4438239))


4

Skeletonema costatum merupakan mikroalga bersel tunggal, dengan ukuran
sel berkisar antara 4-15 μm. Alga ini dapat membentuk untaian rantai yang terdiri dari
epiteka pada bagian atas dan hipoteka pada bagian bawah, serta pada setiap sel
dipenuhi oleh sitoplasma (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Dinding sel
Skeletonema costatum mempunyai frustula yang dapat menghasilkan skeletal external
yang berbentuk silindris (cembung) dan mempunyai duri-duri yang berfungsi sebagai
penghubung antar frustula yang satu dengan frustula yang lainnya sehingga
membentuk filamen. Skeletonema costatum merupakan diatom yang bersifat
euritermal yaitu mampu tumbuh pada kisaran suhu 3–300 C dan temperatur optimal
adalah 25-270 (Tjahjo et al., 2002). Daerah penyebarannya meliputi daerah tropis dan
subtropis, terdapatnya mulai dari pantai sampai lautan, sebagai meroplankton dan
benthos. Perkembangbiakan diatom Skeletonema costatum hanya dapat terjadi secara
aseksual.
2.1.2 Habitat
Habitat Skeletonema costatum adalah hidup di air laut yang mempunyai
intensitas cahaya kurang dari 500-12000 lux, Jika intensitas cahaya kurang dari 500
lux Skeletonema costatum tidak dapat tumbuh, sedangkan kisaran salinitas tumbuh
kembangnya adalah 25-29 ppt. Suhu untuk pertumbuhan 20-34 0C, sedangkan suhu

optimalnya adalah 25-27 0C. Sementara itu derajat keasaman media hidupnya
berkisar 7,5-8 (Edhy et al., 2003).
2.1.3 Reproduksi
Reproduksi adalah suatu proses biologis, dimana Skeletonema costatum
berkembang membentuk individu baru. Reproduksi merupakan cara dasar
Skeletonema costatum

mempertahankan diri. Reproduksi Skeletonema costatum

dapat terjadi secara aseksual maupun seksual (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Silikat (Si) adalah unsur hara penting dalam proses reproduksi Skeletonema costatum
yang berfungsi sebagai bahan pembentuk dinding sel (frustule) yang baru. Cara

5

reproduksi Skeletonema costatum sama dengan jenis diatom lainnya, dimana satu sel
induk yang membelah akan menghasilkan dua sel anak.
2.1.4 Fase pertumbuhan Skeletonema costatum
Pertumbuhan adalah penambahan jumlah atau ukuran yang telah ada yang
bergantung terhadap factor luar. Terdapat 4 fase dalam pertumbuhan mikroalga yaitu

fase lag (istirahat), fase logaritmik (pertumbuhan eksponensial), fase stasioner
(pertumbuhan stabil), dan fase deklinasi (kematian). Berikut adalah fase
perkembangan miroalga menurut (Edhy et al., 2003).
1. Fase lag merupakan fase ketika populasi mikroalga tidak mengalami perubahan,
tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan
organisme mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga
kepadatannya belum meningkat. Dalam perairan tambak kondisi air masih bening
atau remang-remang dengan transparansi >80 cm.
2. Fase logaritmik diawali dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang
terus menerus, pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Dalam perairan
tambak ditandai dengan air yang mulai berwarna sampai warna pekat dengan
transparansi 60-30 cm bahkan dapat

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSENTRASI GEOGRAFIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SITUBONDO

8 229 19

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26