BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH - BAB III Buku RKPD 2016
Subang
1
6 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Arah kebijakan ekonomi daerah disusun berdasarkan kajian internal dan eksternal serta
berpedoman pada dokumen RPJMD Kabupaten Subang Tahun 2014-2018. Untuk menjamin
keberlanjutan arah pembangunan, arah kebijakan ekonomi Kabupaten Subang Tahun 2016
harus sejalan dengan kebijakan ekonomi nasional dan provinsi Tahun 2016. Berikut arah
kebijakan ekonomi daerah Tahun 2016 yang mendasarkan pada perkembangan ekonomi
daerah, nasional dan global serta tantangan yang masih akan dihadapi3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan 2015 dan Perkiraan Tahun 2016
Kondisi perekonomian daerah Kabupaten Subang sangat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian nasional dan juga kondisi perekonomian Provinsi Jawa Barat. Semakin baik
kondisi perekonomian nasional akan berdampak langsung pada kondisi perekonomian di
provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Subang.a. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang dalam kurun waktu lima tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan semakin membaik dan meningkat, pada tahun 2013
pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan dan menjadi sebesar 3,10% dan pada tahun
2014 naik kembali sebesar 4,10%. Secara lengkap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam
tabel 3.1. dan Grafik 3.1.Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Subang tahun 2009-2014* Harga Berlaku Harga Konstan (2000) Tahu (Rupiah) Pertumbuhan (Rupiah) Pertumbuhan n (%) (%)- 2009 14.767.393.000 7.066.546.000 2010 15.894.711.000 7,63 7.377.211.000 4,34 2011 17.120.524.000 7,71 7.701.017.000 4,45 2012 18.559.472.180 8,40 8.049.444.790 4,52 2013 19.823.498.000 6,81 8.299.085.000 3,10 2014* 21.066.210.990 6,27 8.639.429.495 4,10
1
4.52
Grafik 3.2 Kinerja Perekonomian per Sektor di Kabupaten Subang
Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang ekonomi memberikan tanda ke arah
perbaikan ekonomi. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu
indikator ekonomi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 PDRB
Kabupaten Subang berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 18.559.472.180,- pada tahun 2013
naik menjadi Rp. 19.823.498.000,- dan pada tahun 2014 diprediksikan menjadi
Rp. 21.066.210.990,- Sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2000, pada tahun 2012
mencapai Rp. 8.049.444.790,-, pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 8.299.085.000,- dan pada
tahun 2014 diprediksikan mencapai Rp. 8.639.429.495,-. Secara lengkap kinerja
perekonomian Kabupaten Subang dapat dilihat pada Grafik 3.2 berikut.5.61 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI LPE SUBANG LPE JAWA BARAT
6.3
6.21
6.48
6.2
4.1
3.1
4.45
6 Grafik 3.1 Trend Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Subang tahun 2010-2014*
4.34
7
6
5
4
3
2
1
2010 2011 2012*) 2013**) 2014 (est)
b. Produk Domestik Regional Bruto
Subang
1
6
14
12 PERTANIAN PERTAM-
10 BANGAN
8.61 INDUSTRI
8 LISTRIK, GAS
6.15
6.67
5.93 DAN AIR
6
5.39 KONTRUKSI PERDA-
4
3.99 GANGAN
3.14 ANGKUTAN
2
1.58
1.29 KEUANGAN JASA - JASA 2011 2012*) 2013**)
- 2
Laju pertumbuhan sektor Pertanian selalu berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang secara keseluruhan, sementara itu hal yang cukup mendapatkan perhatian adalah laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan industri cenderung mempunyai pola yang berlawanan.
Pada Grafik 3.2 terlihat bahwa Sektor industri mempunyai kinerja yang baik, berada di puncak pertumbuhan pada tahun 2012, sedangkan kinerja sektor perdagangan dan pertanian masih harus terus ditingkatkan.
c. Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita merupakan salah satu variabel atau angka yang dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek perekonomian suatu wilayah. Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Subang atas dasar harga berlaku maupun harga konstan dari tahun 2011 hingga 2013 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Subang Tahun 2011-2013 PDRB PER KAPITA PDRB PER KAPITA TAHUN (ADHB) (ADHK)2011 11.479.006 5.163.395 2012 12.393.629 5.375.252
Subang
1
6 2013 13.208.948 5.497.706
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Tahun 2016
Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Kabupaten Subang maka tantangan
yang dihadapi pada Tahun 2015 dan 2016 adalah sebagai berikut : a. Tantangan1) Percepatan pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan pertumbuhan sektor- sektor ekonomi dominan sehingga dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan;
2) Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. dengan mengadakan perbaikan di bidang peraturan perundang- undangan, pelayanan, dan kemudahan dalam perijinan; 3) Membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. didukung oleh kelembagaan yang memadai, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup; 4) Optimalisasi pemeliharaan infrastruktur untuk mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016 Melihat perkembangan perekonomian Kabupaten Subang tahun 2011–2014, proyeksi
perekonomian tahun 2015, perekonomian Kabupaten Subang pada Tahun 2015 dan tahun
2016 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif.
Untuk meningkatkan sinergitas dan kesinambungan kebijakan pembangunan antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan strategi yang
mengarah pada pro poor, pro job, pro growth dan pro environment, maka kebijakan umum
perencanaan pembangunan daerah utamanya diarahkan untuk :1) Mendorong percepatan dan pemerataan pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2016 yang diprediksikan pada kisaran 6% dan Kabupaten Subang pada kisaran 5% dengan asumsi adanya dukungan ketersediaan infrastruktur, kawasan industri yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi serta iklim usaha yang kondusif; 2) Menurunkan angka inflasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebesar 5 ± 1% dan Kabupaten Subang sebesar 5,0% dengan asumsi terjaganya ketersediaan bahan
Subang
1
6 kebutuhan pokok, kelancaran distribusi, stabilitas harga barang dan jasa serta ekspektasi masyarakat
3) Mengupayakan percepatan penurunan tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebesar 10% dan Kabupaten Subang sebesar 11 - 10% melalui keterpaduan dan perluasan intervensi program/kegiatan sektoral berdimensi kewilayahan, mengutamakan pada wilayah sasaran prioritas dengan tingkat kemiskinan tinggi dengan pola quick win;
4) Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebesar 8-7 % dan Kabupaten Subang pada kisaran 8%. 5) Mengupayakan peningkatan infrastruktur utamanya jalan, jembatan, jaringan irigasi dan air bersih sebagai kesatuan sistem untuk mendukung daya saing dan keseimbangan pembangunan antar wilayah 6) Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas serta pengendalian alih fungsi lahan untuk mendukung ketahanan pangan 3.2 Arah kebijakan Keuangan Daerah.
Kabupaten Subang dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah menerapkan pola
pengelolaan keuangan berbasis kinerja sebagaiman yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang laporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah
akan berfungsi optimal bila penyelenggaraan urusan pemerintahan didukung dengan sumber –
sumber penerimaan yang cukup berdasarkan peraturan perundang – undangan (money follow
function). Analisis keuangan daerah pada prinsipnya dimanfaatkan untuk memberi gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah.Menganalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan harus memahami
jenis obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan serta struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh sebab itu sebelum penentuan arah Kebijakan
Umum Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mendukung pembangunan Kabupaten Subang
lima tahunan melalui rencana keuangan tahun dapat dijelaskan sebagaiamana disebutkan
dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah
beberapa kali dan yang terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun
Subang
1
6
2011 tentang Pendanaan Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa Struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah meliputi : a) Pendapatan Daerah; b) Belanja Daerah;
c) Pembiayaan Daerah. Dari struktur APBD tersebut untuk dapat menilai kinerja pelaksanaan
APBD dilakukan dengan menganalisis dari masing-masing susunan/struktur APBD dimaksud
dan perkembangan Neraca Daerah.Menyadari akan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif kecil, maka Pemerintah
Kabupaten Subang telah mengoptimalkan penerapan pola intensifikasi maupun ektensifikasi
terhadap sumber-sumber pendapatan. Demikian pula terhadap sumber-sumber pendapatan
yang bersumber dari pemerintah atasan maupun pusat telah dimanfaatkan sebagai motorisator
pembangunan yang diharapkan mampu meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah.Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang, stabilitas
perekonomian adalah merupakan salah satu prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan,
serta dapat memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi, oleh karenanya
stabilitas ekonomi makro akan dapat dicapai apabila hubungan variabel ekonomi makro yang
utama berada dalam keseimbangan, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran fiskal,
serta tabungan dan investasi Perekonomian yang tidak stabil akan dapat menimbulkan biaya
yang tinggi bagi perekonomian dan akan menyulitkan masyarakat, baik swasta maupun
rumah tangga. Tingkat investasi yang rendah akan menurunkan potensi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dan adanya fluktuasi yang tinggi dalam pertumbuhan produksi, hal
ini sangat berpengaruh terhadap tenaga kerja menganggur. Inflasi yang tinggi akan
merupakan beban yang sangat berat dan sangat dirasakan oleh penduduk miskin, dimana daya
beli masyarakat akan semakin rendah. Kebijakan keuangan diarahkan pada :a. Menyeimbangkan antara peningkatan alokasi anggaran dengan upaya untuk memantapkan kesinambungan anggaran melalui peningkatan penerimaan daerah untuk dapat menaikkan belanja daerah, dengan harapan penurunan defisit anggaran secara bertahap.
b. Peningkatan penerimaan daerah terutama ditempuh melalui reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan dan sumber-sumber penerimaan daerah yang syah lainnya;
c. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengeluaran daerah ditempuh melalui mempertajam pengalokasian anggaran agar lebih terarah dan tepat sasaran.
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Subang
1
6 Dalam upaya mencapai pembangunan daerah memerlukan dukungan penganggaran
yang berasal dari berbagai sumber, antara lain dari Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari:
Pajak Daerah, Retribusi, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan serta lain-lain
PAD yang sah. Selain itu juga dari Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak/
Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Anggaran Pendapatan Daerah
disusun sebagai kesatuan sistem komprehensif dan tersusun atas dasar potensi yang dikelola
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil Pendapatan Daerah.Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu
tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan daerah atau pendapatan daerah, dimana
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pendapatan daerah
adalah bahwa setiap upaya meningkatkan pendapatan tidak menambah beban bagi
masyarakat. Meskipun dari sisi pendapatan daerah, kemampuan keuangan daerah masih jauh
dari yang diharapkan namun Pemerintah Kabupaten Subang selalu berupaya untuk
mengembangkan dan menggali potensi pendapatan yang ada dalam rangka memperkuat
pelaksanaan otonomi daerah dan meningkatkan kemandirian daerah.Kerangka pendanaan disusun untuk memberikan gambaran proyeksi kinerja pendapatan
yang akan berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan yang akan diambil pemerintah
daerah selama kurun waktu lima tahun mendatang. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Subang untuk mendanai pembangunan daerah pada lima tahun mendatang diprediksikan
mengalami peningkatan, namun relatif kecil. Pendapatan daerah diproyeksi secara moderat
dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 11% untuk PAD, sekitar 10% untuk dana perimbangan,
dan sekitar 9% untuk lain-lain pendapatan yang sah. Sem entara itu penerimaaan pembiayaan
terutama berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA) tahun lalu untuk menutup defisit anggaran.Dalam penyusunan kerangka pendanaan, terdapat beberapa jenis belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaan yang bersifat periodik, wajib dan mengikat, serta prioritas utama.
Belanja periodik yang temasuk kategori wajib dan mengikat serta prioritas utama di
Kabupaten Subang meliputi: belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan
belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa (pada pos belanja tidak langsung), dan
belanja pegawai pada pos belanja langsung. Sementara itu pengeluaran pembiayaan yang
wajib dan mengikat serta prioritas utama meliputi Penyertaan modal (Investasi) pemerintah
daerah.Subang
1
6 Dengan memperhatikan kinerja selama lima tahun yang lalu, pengeluaran belanja tidak langsung yang bersifat wajib dan mengikat di Kabupaten Subang yang paling besar adalah pada belanja pegawai, diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar 8,30%. Peningkatan belanja pegawai dipengaruhi oleh pengangkatan CPNS kategori 2 pada tahun 2014 serta hal-hal rutin seperti peningkatan gaji berkala, gaji ke-13 dan penambahan cadangan sekitar 2,5% atau sesuai dengan keputusan dari pemerintah mengenai kenaikan gaji pegawai. Belanja tidak langsung lainnya yang cukup besar adalah belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa, ditetapkan mengalami kenaikan dengan harapan meningkatkan pembangunan di wilayah perdesaan. Belanja bagi hasil kepada pemerintah desa diprediksikan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan perolehan pajak daerah. Sementara itu belanja bunga diperkirakan tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber-sumber pendapatan
daerah meliputi pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah dan pinjaman daerah. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan meliputi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAK, DAU dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Adapun proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Subang Tahun 2016 adalah sebagai berikut :Tabel 3.3 Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Subang
BERTAMBAH/
NO URAIAN APBD 2015 RKPD 2016 %
(BERKURANG)1. PENDAPATAN DAERAH 2,219,884,543,487 1,784,672,137,801 (435,212,405,687) (19.61) PENDAPATAN ASLI 1.1 251,064,375,850 298,434,194,843 47,369,818,993
18.87 DAERAH 1.1.
Pajak Daerah 90,979,516,250 95,528,492,063 4,548,975,813
5.00
1
Subang
1
6 1.1.
Retribusi Daerah 19,108,859,600 19,882,202,780 773,343,180
4.05
2 Hasil Pengelolaan 1.1.
Kekayaan Daerah yang 13,115,000,000 13,911,000,000 796,000,000
6.07
3 Dipisahkan
1.1. Lain-lain pendapatan asli 127,861,000,000 169,112,500,000 41,251,500,000
32.26 4 daerah yang sah
1.2 DANA PERIMBANGAN 1,447,839,682,000 1,363,237,942,958 (84,601,739,042) (5.84)
Dana Bagi Hasil 1.2. Pajak/Bagi Hasil Bukan 201,511,707,000 190,043,607,958 (11,468,099,042) (5.69)
1 Pajak 1.2.
- Dana Alokasi Umum 1,173,194,335,000 1,173,194,335,000
2 1.2.
- Dana Alokasi Khusus 73,133,640,000 (73,133,640,000) (100.00)
3 Lain-lain Pendapatan
1.3 520,980,485,637 123,000,000,000 (397,980,485,637) (76.39)
Daerah yang Sah1.3. Pendapatan Hibah - 3,202,855,122.00 (3,202,855,122) (100.00)
1 Dana Bagi Hasil Pajak dari 1.3.
Provinsi dan Pemerintah 121,479,434,478 123,000,000,000 1,520,565,522
1.25
3 Daerah Lainnya
1.3. Dana Penyesuaian dan
- 396,298,196,037 (396,298,196,037) (100.00)
4 Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari 1.3. Provinsi atau Pemerintah - - -
5 Daerah lainnya
2 BELANJA DAERAH 2,350,244,680,037 2,012,902,000,000 (337,342,680,038) (14.35)
2.1 Belanja Tidak Langsung 1,542,560,717,365 1,228,702,000,000 (313,858,717,365) (20.35)
2.1.Belanja Pegawai 1,303,689,811,328 990,000,000,000 (313,689,811,328) (24.06)
1 2.1.
Belanja Subsidi - - -
3 2.1.
Belanja Hibah 51,129,230,000 51,000,000,000 (129,230,000) (0.25)
4 2.1.
Belanja Bantuan Sosial 11,031,500,000 11,000,000,000 (31,500,000) (0.29)
5 Belanja Bantuan
2.1. Keuangan Kepada 168,467,816,037 168,460,000,000 (7,816,037) (0.00)
7 Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
2.1. Belanja Tidak Terduga 8,242,360,000 8,242,000,000 (360,000) (0.00)
8
2.2 Belanja Langsung 807,683,962,672 784,200,000,000 (23,483,962,673) (2.91)
Surplus (Defisit) (130,360,136,550) (228,229,862,199) (97,869,725,649) 75.08 -3
- - PEMBIAYAAN DAERAH
3.1 Penerimaan Pembiayaan 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93 Sisa Lebih Perhitungan 3.1.
Anggaran Daerah Tahun 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93
1 Sebelumnya (SiLPA)
Subang
1
6 Jumlah Penerimaan 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93 Pembiayaan
- - Pengeluaran 3.2 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29 pembiayaan
3.2. Pembentukan Dana
1 Cadangan Penyertaan modal 3.2. (Investasi) pemerintah 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29
2 daerah
3.2.
- Pembayaran pokok utang
3
- - Jumlah Pengeluaran 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29 Pembiayaan Pembiayaan Neto 130,360,136,550 228,229,862,199 97,869,725,649
75.08 Sisa Lebih Pembiayaan
3.3 Anggaran Tahun - - - Berkenaan (SILPA)
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan pengelolaan pendapatan daeah diarahkan untuk menggali dan
mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui upaya intensifkasi dan ekstensifkasi pendapatan daerah termasuk mengembangkan sektor-sektor potensial yang selama ini belum optimal. Optimalisasi peningkatan pendapatan daerah terhadap obyek yang betul-betul potensial dilakukan dengan tidak memberatkan masyarakat serta tidak merusak lingkungan.
Merujuk pada konsep hak dan kewajiban, dan menerapkannya pada
pengelolaan keuangan daerah, maka pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, dan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, komponen pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah. Dana Perimbangan, yang berasal dari pemerintah pusat, terdiri dari Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil. Dana Bagi Hasil terbagi menjadi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak. Selain itu lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat berupa hibah, dana darurat, dan bantuan keuangan pemerintah daerah lainnya.Subang
1
6 Pada dana perimbangan ini (DAU, DAK, bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak), akurasi penggunaan pendekatan metode proyeksi belum ada yang benar
- – benar dapat dipergunakan sebagai pedoman, karena penentuan dana perimbangan yang berasal dari pusat merupakan pemberian langsung (given) dan sangat tergantung kepada beberapa hal antara lain:
a. Kebutuhan fskal adalah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar, dengan dasar ukuran jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB perkapita dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia).
b. Kapasitas fskal adalah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan dana bagi hasil.
Pengelolaan pendapatan daerah harus memperhatikan upaya untuk
meningkatkan pajak dan retribusi serta penerimaan daerah lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pendapatan daerah dalam struktur APBD Kabupaten Subang masih merupakan momen yang cukup penting peranannya dalam mendukung penyelengggaraan pemerintahan maupun pelayanan publik.
Arah pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Subang tahun 2016
ditekankan pada mobilisasi sumber-sumber PAD dan penerimaan lainnya guna lebih mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan daerah Kabupaten Subang meliputi 3 (tiga) sumber pendapatan yaitu : 1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Adapun proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Subang untuk tahun 2016 secara rinci adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut :Tabel 3.4 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Subang Tahun 2016BERTAMBAH/
NO URAIAN APBD 2015 RKPD 2016 %
(BERKURANG)1. PENDAPATAN DAERAH 2,219,884,543,487 1,784,672,137,801 (435,212,405,687) (19.61) PENDAPATAN ASLI 1.1 251,064,375,850 298,434,194,843 47,369,818,993
18.87 DAERAH 1.1.
Pajak Daerah 90,979,516,250 95,528,492,063 4,548,975,813
5.00
1 1.1.
Retribusi Daerah 19,108,859,600 19,882,202,780 773,343,180
4.05
2 Hasil Pengelolaan 1.1.
Kekayaan Daerah yang 13,115,000,000 13,911,000,000 796,000,000
6.07
3 Dipisahkan
1.1. Lain-lain pendapatan asli 127,861,000,000 169,112,500,000 41,251,500,000
32.26 4 daerah yang sah Subang
1
6
1.2 DANA PERIMBANGAN 1,447,839,682,000 1,363,237,942,958 (84,601,739,042) (5.84)
Dana Bagi Hasil 1.2. Pajak/Bagi Hasil Bukan 201,511,707,000 190,043,607,958 (11,468,099,042) (5.69)
1 Pajak 1.2.
Dana Alokasi Umum 1,173,194,335,000
- 1,173,194,335,000
2 1.2.
- Dana Alokasi Khusus 73,133,640,000 (73,133,640,000) (100.00)
3 Lain-lain Pendapatan
1.3 520,980,485,637 123,000,000,000 (397,980,485,637) (76.39)
Daerah yang Sah1.3.
- Pendapatan Hibah 3,202,855,122.00 (3,202,855,122) (100.00)
1 Dana Bagi Hasil Pajak dari 1.3.
Provinsi dan Pemerintah 121,479,434,478 123,000,000,000 1,520,565,522
1.25
3 Daerah Lainnya
1.3. Dana Penyesuaian dan
- 396,298,196,037 (396,298,196,037) (100.00)
4 Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari 1.3.
- Provinsi atau Pemerintah
5 Daerah lainnya
3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Arah pengelolaan belanja daerah Kabupaten Subang pada tahun 2014
ditekankan pada peningkatan proporsi belanja untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat Subang dengan tetap memperhatikan proporsi dan eksistensi penyelenggaraan Pemerintahan, sehingga perlu penekanan pada efsiensi belanja tidak langsung pada pelaksanaannya. Disamping itu perlunya efektivitas anggaran dan prioritisasi program dalam mendukung pembangunan daerah.Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai salah satu instrumen kebijakan fskal yang dilakukan pemerintah (pemerintah daerah), di samping pos pendapatan pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian). Di sisi lain, semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pajak-pajak dan retribusi atau penerimaan-penerimaan yang bersumber dari masyarakat, maka akan dapat mengakibatkan menurunnya kegiatan perekonomian (terjadi kontraksi perekonomian).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 menegaskan,
belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (provinsi ataupun kabupaten/kota) yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan.Subang
1
6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juga telah
menentukan, struktur belanja terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja
langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang
meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.Selain itu belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.Adapun langkah – langkah dalam mewujudkan belanja yang produktif Kabupaten Subang Tahun 2016 adalah :
1. Meneruskan kebijakan pemberian gaji ke 13 dan penyesuaian gaji pokok dan pensiunan pokok sesuai dengan kebijakan fskal Nasional ;
2. Menjaga agar pelaksanaan operasional Pemerintahan lebih efsien untuk meningkatkan pelayanan masyarakat melalui flat l poliiy罈 pada belanja barang operasional perkantoran;
3. Mengarahkan peningkatan anggaran infrastruktur dalam rangka mendukung Dlmestiy l Clnneytivit罈, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainabie leylnlmiy lgrlwth) dalam upaya mencapai target pertumbuhan sebesar 6,52 % dan memantapkan stabilitas perekonomian domestik;
4. Meningkatkan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui dukungan anggaran untuk konservasi lingkungan dan pengembangan energi terbarukan ;
5. Mendukung program MP3EI dengan mengarahkan pembangunan infrastruktur dan penguatan program pro rakyat dan sinergi antara yiuster dalam mendukung program MP3KI;
6. Meningkatkan efsiensi belanja barang non operasional dan non prioritas antara lain perjalanan dinas, seminar dan konsinering ;
7. Mengarahkan pemanfaatan anggaran pendidikan untuk peningkatan sarana prasarana dan infrastruktur pendidikan serta memperluas akses masyarakat terhadap dunia pendidikan
8. Mendukung pengembangan industri kecil dan industri kreatif dalam rangka meningkatkan daya saing .
Tabel 3.5 Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Subang Tahun 2016Subang
1
6 BERTAMBAH/
NO URAIAN APBD 2015 RKPD 2016 %
(BERKURANG)2 BELANJA DAERAH 2,350,244,680,037 2,012,902,000,000 (337,342,680,038) (14.35)
2.1 Belanja Tidak Langsung 1,542,560,717,365 1,228,702,000,000 (313,858,717,365) (20.35)
2.1.Belanja Pegawai 1,303,689,811,328 990,000,000,000 (313,689,811,328) (24.06)
1 2.1.
Belanja Subsidi - - -
3 2.1.
Belanja Hibah 51,129,230,000 51,000,000,000 (129,230,000) (0.25)
4 2.1.
Belanja Bantuan Sosial 11,031,500,000 11,000,000,000 (31,500,000) (0.29)
5 Belanja Bantuan
2.1. Keuangan Kepada 168,467,816,037 168,460,000,000 (7,816,037) (0.00)
7 Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
2.1. Belanja Tidak Terduga 8,242,360,000 8,242,000,000 (360,000) (0.00)
8
2.2 Belanja Langsung 807,683,962,672 784,200,000,000 (23,483,962,673) (2.91)
3.2.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang defsit, dan harus ditutupi dengan penerimaan daerah. Sebaliknya, jika pendapatan daerah lebih besar daripada belanja daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus, dan harus digunakan untuk pengeluaran daerah. Karena itu, pembiayaan daerah terdiri penerimaan daerah dan pengeluaran daerah.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, penerimaan
daerah berasal dari sumber antara lain, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; dan Penerimaan Piutang Daerah. Sedangkan sumber pengeluaran daerah, antara lain, Pembentukan Dana Cadangan; Penanaman Modal (investasi) Pemerintah Daerah; Pembayaran Pokok Utang; dan Pemberian Pinjaman Daerah. Secara rinci proyeksi pembiayaan daerah tahun 2016 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :Tabel 3.6 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Subang Tahun 2016BERTAMBAH/
NO URAIAN APBD 2015 RKPD 2016 % (BERKURANG) Subang
1
6
3 PEMBIAYAAN DAERAH 130,360,136,550 228,229,862,199 97,869,725,649
75.08
3.1 Penerimaan Pembiayaan 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93 Sisa Lebih Perhitungan 3.1.
Anggaran Daerah Tahun 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93
1 Sebelumnya (SiLPA)
Jumlah Penerimaan 137,590,136,550 242,059,862,199 104,469,725,649
75.93 Pembiayaan
- - Pengeluaran 3.2 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29 pembiayaan
3.2. Pembentukan Dana
1 Cadangan Penyertaan modal 3.2. (Investasi) pemerintah 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29
2 daerah
3.2. Pembayaran pokok utang
3
- - Jumlah Pengeluaran 7,230,000,000 13,830,000,000 6,600,000,000
91.29 Pembiayaan Pembiayaan Neto 130,360,136,550 228,229,862,199 97,869,725,649
75.08