TUGAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN daerah dalam
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
"EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PRINSIP GOOD GOVERNANCE"
OLEH
INDAH PERTIWI SIREGAR
170523099
PROGRAM STRATA 1 EKONOMI EKSTENSI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
9. Efektivitas dan efisiensi dalam prinsip good governance
Good governance dapat diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber
daya dengansubstansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
yang efisien danefektif secara adil. Salah satu prinsip dari good governance adalah
efektivitas. Secara etimologis,efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya memiliki
efek, pengaruh atau akibat. Konsep keefektifan digunakan untuk merujuk kepada derajat
pencapaian tujuan sebagai upaya kerjasama. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan. Untuk mengukur keefektifan organisasi dapat ditinjau dari
kemampuan organisasi mengelola sumber daya yang ada dan memberikan nilai tambah
kepada sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu pemerintah
daerah yang efektif adalah pemerintah daerah yang mampu memberikan pelayanan yang
responsif sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarkat. Agardapat meningkatkan
kinerjanya, tata kepemerintahan membutuhkan dukungan struktur yang tepat.Tidak hanya
efektivitas, melainkan efesiensi juga suatu prinsip dari good governance.
Efisiensi sendiri adalah sesuai dengan anggaran dan waktu yang telah ditetapkan.
efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha
untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut Apabila
membicarakan efektivitas danefisiensi maka harus dihubungkan dengan sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Pengertian good governance menurut
bank dunia adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaanlegal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Jadi, Unsur utama dalam goodgovernance
adalah birokrasi yang efisien. Dengan adanya birokrasi yang efisien maka tugas dalam
melayani publik akan lebih cepat dan rapi, karena apabila kita berkaca pada birokrasi saat
ini banyak masyarakat merasa susah dan tidak efisien. Oleh karena itu cara agar membuat
birokrasi yang efektif dan efisen adalah dengan dengan melakukan perubahan atau
reformasi,bukan saja terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan
perubahan pada tingkat struktur, sikap dan tingkah laku / etika.
Istilah good governance dimata para birokrat sejak berlangsungnya reformasi
sudah tidak asing karena memang sudah sangat banyak sekali kegiatan berupa sosialisasi,
seminar, worshop, bimbingan teknis dengan tema good governance yang dilaksanakan
oleh pemerintah diberbagai tingkatan. Akan tetapi wujud dari good governance yang
sesungguhnya belum kelihatan. Dapat diambil contoh yang sangat sederhana sebagai
berikut ; penulis pada suatu kesempatan berjalan disuatu tempat yang ramai oleh
pengunjung. Sebuah mobil dinas berplat merah menurunkan penumpang seorang wanita
separoh baya dengan penampilan mentereng berjalan menuju sebuah pusat perbelanjaan.
Lalu seorang pengunjung lainnya disebelah penulis berciloteh kepada temannya yang
laing enakya jadi ibuk pejabat kemana pergi pakai mobil yang dibeli dengan uang rakyat.
Ciloteh masyarakat seperti yang dicontohkan diatas adalah merupakan sindiran terhadap
prilaku sebagian pejabat yang menggunakan fasilitas pemerintah tidak menurut
semestinya.
Menurut para ahli ada beberapa ciri-ciri dari good governance yaitu akuntabilitas,
pengawasan, tanggung jawab, professional, efisien dan efektif, transparan, partisipatif,
jangkauan kedepan, kesetaraan dan penegakan hukum. Dari apa yang telah kejadian yang
telah dicontohkan diatas jelas bahwa pemakaian kendaraan dinas untuk kegunaan diluar
kegiatan kedinasan adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip efisien dan efektif
sebagaimana ciri-ciri good governance. Kasus seperti itu banyak terjadi baik secara sadar
dilakukan oleh pejabat maupun secara tidak .
Bila diamati apa akibat dari penyalah gunaan fasilitas negara berupa kendaraan dinas
tersebut, pertama; akan mengganggu kelancaran tugas-tugas pemerintahan, kedua;
kendaraan dinas tersebut juga disertai dengan biaya operasional lainnya seperti BBM,
pemeliharaan, suku cadang dan lain-lain yang membebani keungan negara, bila tidak
digunakan untuk kepentingan dinas itu berarti sama dengan melakukan korupsi.
Contoh penerapan prinsip efektif dan efisien lainnya adalah kecendrungan pemerintah
melaksanakan kegiatan rapat dan acara lainnya di hotel. Kegiatan yang dilaksanakan
dihotel apalagi dihotel berbintang mengeluarkan biaya yang cukup besar dan
membebebani keuangan negara atau daerah. Sementara pelaksana kegiatan mempunyai
ruangan kantor yang dapat dijadikan tempat pertemuan. Kebiasaan melaksanakan
kegiatan di hotel ini telah berlangsung sejak lama, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintahan daerah. Salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan di hotel adalah
pembahasan APBD oleh DPRD bersama mitranya pemerintah daerah dan Pembahasan
Kebijakan Umum Anggaran/ PPAS antara DPRD dan TAPD pemerintah daerah.
Pembahasan biasanya dilakukan selama berhari-hari diluar kota. Dengan diadakan diluar
kota disamping menyediakan ruang pertemuan pihak hotel juga menyediakan kamar utuk
menginap. Karena kegiatan dilaksanakan diluar kota maka masing-masing peserta juga
mendapatkan uang perjalanan dinas selama berhari-hari. Bisa dihitung berapa
pemborosan keuangan negara akibat tidak diterapkannya prinsip-prinsip good
governance.
Sebetulnya pada beberapa daerah sudah ada juga mencoba menerapkan aturan untuk
tidak menggunakan fasilitas negara sesuai peruntukannya. Seperti yang dilakukan oleh
Gubernur Sumatera Barat semasa Gawawan Fauzi untuk tidak membolehkan membawa
pulang kendaraan dinas. Kendaraan dinas dipoolkan dikantor, bagi yang dinas keluar
daerah dan membutuhkan waktu lama harus ada izin atasan. Namun kebijakan ini apakah
masih berlaku sampai saat ini kita tidak tahu sebab kita melihat tidak ada kendaraan yang
dipoolkan dikantor dan kita sering melihat adanya kendaraan dinas milik propinsi yang
diparkir dihalaman rumah pejabat.
Kalau pemerintah ingin menerapkan prinsip efektif dan efisien dalam pemerintahan tentu
pemerintah akan menghentikan pembelian kendaraan dinas untuk menunjang operasional
dan melakukan kerjasama dengan pihak swasta untuk penyediaan jasa transportasi seperti
yang telah banyak dilakukan lembaga usaha swasta. Banyak keuntungan yang dapat
diperoleh dari menyerahkan jasa transportasi ini kepada swasta pertama; pemerintah
tidak perlu mengeluarkan biaya ratusan juta untuk pengadaan sebuah mobil dinas, kedua ;
pemerintah tidak perlu mengalokasikan biaya operasional kendaraan yang mencapai
puluhan juta setiap bulannya, ketiga; pemerintah tidak perlu mengalokasikan dana untuk
membiayai sopir yang digaji setiap bulannya.
Dari janji-janjinya sewaktu kampanye dalam pencalonan sebagai presiden Presiden
Jokowi akan berupaya memperbaiki sistem pemerintahan menjadi pemerintahan yang
lebih baik (good governance). Beberapa hal yang akan dilakukan adalah merubah main
set aparatur dan memberantas korupsi. Kita harus tetap optimis kedepan pemerintahan
akan lebih baik. Kita mengapresiasi apa yang telah disampaikan oleh Menteri Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi yang melarang kegiatan pemerintah diadakan di hotel.
Kita tunggu hasilnya apakah ini tidak hanya sekedar basa basi saja. Selanjutnya tentu kita
tunggu gebrakan lainnya apakah akan ada kebijakan tentang pengelolaan fasilitas Negara
seperti penggunaan kendaraan dinas seperti yang telah di uraikan diatas.
Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi
Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus
berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas. Penerapan prinsip efektivitas
dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di
Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang
responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible, kurang koordinasi,
terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan
inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam
penerapan Good Governance, karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian
juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif
belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga,
waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah melakukan
pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah
dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Efektivitas (epat sasaran) adalah taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik
ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta
ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu yang telah
digariskan. Efektivitas yaitu para birokrat dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan
kepada publik harus baik yaitu memenuhi target atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya tercapai1[2]. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan publik dalam pencapaian
tujuannya, bukan tujuan pemberi pelayanan (birokrat publik).
Efisiensi menunjukkan bagaimana mencapainya, yakni dibanding dengan usaha,
biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan. Adanya efisiensi diharapkan para
birokrat dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat tidak boros.
Dalam artian bahwa para birokrat secara berhati-hati agar memberikan hasil yang
sebesar-besarnya kepada publik. Dengan demikian nilai efisiensi lebih mengarah pada
penggunaan sumber daya yang dimiliki secara cepat dan tepat, tidak boros dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada publik.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada dasarnya penerapan prinsip
tersebut adalah berdasarkan pada pendapat Gie. Penerapan prinsip efektivitas dan
efisiensi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan birokrasi secara cepat
dalam waktu singkat, ringkas dan tidak berbelit-belit (tidak lagi melalui banyak meja),
berprestasi tinggi, tidak mengalami pemborosan atau keborosan waktu maupun dana dan
daya, serta menghasilkan pelayanan yang berkualitas (Adisasmita, 2011:2) 2[3].
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
Birokrasi dikatakan efektif dan efisien apabila dalam realita pelaksanaannya
birokrasi dapat berfungsi melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat artinya tidak ada
hambatan yang terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat dalam memberikan
pelayanan serta mampu memecahkan fenomena yang menonjol akibat adanya perubahan
sosial yang sangat cepat dari faktor eksternal. Agar birokrasi dapat berjalan efektif dan
efisien perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti dikemukakan
Gie. Gie (1991) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas kerja adalah (1) motivasi kerja, (2) kemampuan kerja, (3) suasana kerja, (4)
lingkungan kerja, (5) perlengkapan dan fasilitas dan (6) prosedur kerja. Mengacu pada
faktor-faktor yang dikemukakan oleh Gie tersebut di atas, maka penulis yakin ada (1)
sumber daya manusia, (2) lingkungan kerja yang benar-benar dapat mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi penyedia pelayanan publik di Indonesia.
1
2
Sumber daya manusia ini mempengaruhi peningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam birokrasi, artinya suatu efektivitas dan efisiensi dapat tercapai ketika sumber daya
manusia itu memiliki keinginan kuat untuk mencapainya. Dengan kata lain, memiliki
motivasi yang kuat untuk mencapai efektivitas dan efisiensi. Motivasi adalah suatu
proses menstimulasi manusia untuk melakukan kegiatan dalam upaya mencapai sasaran
atau sasaran-sasaran yang diinginkan secara efektif dan efisien (Adisasmita, 2011 :167).
Dengan demikian motivasi diperlukan agar pegawai dapat melakukan pekerjaan dengan
penuh semangat dan tanggung jawab. Motivasi meliputi jaminan
keamanan
dan
kenyamanan dalam bekerja, penghargaan kerja kepada pegawai yang berprestasi. Gaji
tidak berpengaruh kuat terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi pegawai hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan sehingga motivasi yang
dimaksud disini tidak termasuk gaji. Pegawai yang memiliki motivasi tinggi akan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensinya dalam bekerja.
Lingkungan meliputi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan
internal dan eksternal merupakan faktor-faktor yang membentuk, memperkuat atau
memperlemah efektivitas pertanggungjawaban instansi atas wewenang dan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya (Adisasmita, 2011:85). Lingkungan internal disini
termasuk budaya organisasi, perlengkapan dan fasilitas, serta prosedur kerja. Budaya
organisasi (Tangkilisan, 2007:14) adalah seluruh pola perilaku anggota organisasi dan
menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup
internal maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan eksternal 3[4]. Perlengkapan dan
fasilitas yaitu peralatan yang dimiliki organisasi untuk dijalankan oleh individu dalam
organisasi. Adanya perlengkapan dan fasilitas yang lengkap dapat menunjang kelancaran
dalam pelaksanaan tugas pegawai yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Prosedur kerja adalah perincian langkah-langkah dari serangkaian fungsi yang
diarahkan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Prosedur kerja dapat diartikan sebagai
rincian dinamika mekanisme organisasi yang detail (rinci) dan runtut. Seorang pegawai
yang menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur kerja maka akan meningkatkan
efektivitas dan efisiensinya dalam bekerja.
3
Lingkungan eksternal adalah kekuatan yang timbul dari luar batas organisasi
yang mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi seperti masyarakat dan
peraturan pemerintah.
"EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PRINSIP GOOD GOVERNANCE"
OLEH
INDAH PERTIWI SIREGAR
170523099
PROGRAM STRATA 1 EKONOMI EKSTENSI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
9. Efektivitas dan efisiensi dalam prinsip good governance
Good governance dapat diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber
daya dengansubstansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
yang efisien danefektif secara adil. Salah satu prinsip dari good governance adalah
efektivitas. Secara etimologis,efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya memiliki
efek, pengaruh atau akibat. Konsep keefektifan digunakan untuk merujuk kepada derajat
pencapaian tujuan sebagai upaya kerjasama. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan. Untuk mengukur keefektifan organisasi dapat ditinjau dari
kemampuan organisasi mengelola sumber daya yang ada dan memberikan nilai tambah
kepada sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu pemerintah
daerah yang efektif adalah pemerintah daerah yang mampu memberikan pelayanan yang
responsif sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarkat. Agardapat meningkatkan
kinerjanya, tata kepemerintahan membutuhkan dukungan struktur yang tepat.Tidak hanya
efektivitas, melainkan efesiensi juga suatu prinsip dari good governance.
Efisiensi sendiri adalah sesuai dengan anggaran dan waktu yang telah ditetapkan.
efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha
untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut Apabila
membicarakan efektivitas danefisiensi maka harus dihubungkan dengan sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Pengertian good governance menurut
bank dunia adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaanlegal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Jadi, Unsur utama dalam goodgovernance
adalah birokrasi yang efisien. Dengan adanya birokrasi yang efisien maka tugas dalam
melayani publik akan lebih cepat dan rapi, karena apabila kita berkaca pada birokrasi saat
ini banyak masyarakat merasa susah dan tidak efisien. Oleh karena itu cara agar membuat
birokrasi yang efektif dan efisen adalah dengan dengan melakukan perubahan atau
reformasi,bukan saja terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan
perubahan pada tingkat struktur, sikap dan tingkah laku / etika.
Istilah good governance dimata para birokrat sejak berlangsungnya reformasi
sudah tidak asing karena memang sudah sangat banyak sekali kegiatan berupa sosialisasi,
seminar, worshop, bimbingan teknis dengan tema good governance yang dilaksanakan
oleh pemerintah diberbagai tingkatan. Akan tetapi wujud dari good governance yang
sesungguhnya belum kelihatan. Dapat diambil contoh yang sangat sederhana sebagai
berikut ; penulis pada suatu kesempatan berjalan disuatu tempat yang ramai oleh
pengunjung. Sebuah mobil dinas berplat merah menurunkan penumpang seorang wanita
separoh baya dengan penampilan mentereng berjalan menuju sebuah pusat perbelanjaan.
Lalu seorang pengunjung lainnya disebelah penulis berciloteh kepada temannya yang
laing enakya jadi ibuk pejabat kemana pergi pakai mobil yang dibeli dengan uang rakyat.
Ciloteh masyarakat seperti yang dicontohkan diatas adalah merupakan sindiran terhadap
prilaku sebagian pejabat yang menggunakan fasilitas pemerintah tidak menurut
semestinya.
Menurut para ahli ada beberapa ciri-ciri dari good governance yaitu akuntabilitas,
pengawasan, tanggung jawab, professional, efisien dan efektif, transparan, partisipatif,
jangkauan kedepan, kesetaraan dan penegakan hukum. Dari apa yang telah kejadian yang
telah dicontohkan diatas jelas bahwa pemakaian kendaraan dinas untuk kegunaan diluar
kegiatan kedinasan adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip efisien dan efektif
sebagaimana ciri-ciri good governance. Kasus seperti itu banyak terjadi baik secara sadar
dilakukan oleh pejabat maupun secara tidak .
Bila diamati apa akibat dari penyalah gunaan fasilitas negara berupa kendaraan dinas
tersebut, pertama; akan mengganggu kelancaran tugas-tugas pemerintahan, kedua;
kendaraan dinas tersebut juga disertai dengan biaya operasional lainnya seperti BBM,
pemeliharaan, suku cadang dan lain-lain yang membebani keungan negara, bila tidak
digunakan untuk kepentingan dinas itu berarti sama dengan melakukan korupsi.
Contoh penerapan prinsip efektif dan efisien lainnya adalah kecendrungan pemerintah
melaksanakan kegiatan rapat dan acara lainnya di hotel. Kegiatan yang dilaksanakan
dihotel apalagi dihotel berbintang mengeluarkan biaya yang cukup besar dan
membebebani keuangan negara atau daerah. Sementara pelaksana kegiatan mempunyai
ruangan kantor yang dapat dijadikan tempat pertemuan. Kebiasaan melaksanakan
kegiatan di hotel ini telah berlangsung sejak lama, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintahan daerah. Salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan di hotel adalah
pembahasan APBD oleh DPRD bersama mitranya pemerintah daerah dan Pembahasan
Kebijakan Umum Anggaran/ PPAS antara DPRD dan TAPD pemerintah daerah.
Pembahasan biasanya dilakukan selama berhari-hari diluar kota. Dengan diadakan diluar
kota disamping menyediakan ruang pertemuan pihak hotel juga menyediakan kamar utuk
menginap. Karena kegiatan dilaksanakan diluar kota maka masing-masing peserta juga
mendapatkan uang perjalanan dinas selama berhari-hari. Bisa dihitung berapa
pemborosan keuangan negara akibat tidak diterapkannya prinsip-prinsip good
governance.
Sebetulnya pada beberapa daerah sudah ada juga mencoba menerapkan aturan untuk
tidak menggunakan fasilitas negara sesuai peruntukannya. Seperti yang dilakukan oleh
Gubernur Sumatera Barat semasa Gawawan Fauzi untuk tidak membolehkan membawa
pulang kendaraan dinas. Kendaraan dinas dipoolkan dikantor, bagi yang dinas keluar
daerah dan membutuhkan waktu lama harus ada izin atasan. Namun kebijakan ini apakah
masih berlaku sampai saat ini kita tidak tahu sebab kita melihat tidak ada kendaraan yang
dipoolkan dikantor dan kita sering melihat adanya kendaraan dinas milik propinsi yang
diparkir dihalaman rumah pejabat.
Kalau pemerintah ingin menerapkan prinsip efektif dan efisien dalam pemerintahan tentu
pemerintah akan menghentikan pembelian kendaraan dinas untuk menunjang operasional
dan melakukan kerjasama dengan pihak swasta untuk penyediaan jasa transportasi seperti
yang telah banyak dilakukan lembaga usaha swasta. Banyak keuntungan yang dapat
diperoleh dari menyerahkan jasa transportasi ini kepada swasta pertama; pemerintah
tidak perlu mengeluarkan biaya ratusan juta untuk pengadaan sebuah mobil dinas, kedua ;
pemerintah tidak perlu mengalokasikan biaya operasional kendaraan yang mencapai
puluhan juta setiap bulannya, ketiga; pemerintah tidak perlu mengalokasikan dana untuk
membiayai sopir yang digaji setiap bulannya.
Dari janji-janjinya sewaktu kampanye dalam pencalonan sebagai presiden Presiden
Jokowi akan berupaya memperbaiki sistem pemerintahan menjadi pemerintahan yang
lebih baik (good governance). Beberapa hal yang akan dilakukan adalah merubah main
set aparatur dan memberantas korupsi. Kita harus tetap optimis kedepan pemerintahan
akan lebih baik. Kita mengapresiasi apa yang telah disampaikan oleh Menteri Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi yang melarang kegiatan pemerintah diadakan di hotel.
Kita tunggu hasilnya apakah ini tidak hanya sekedar basa basi saja. Selanjutnya tentu kita
tunggu gebrakan lainnya apakah akan ada kebijakan tentang pengelolaan fasilitas Negara
seperti penggunaan kendaraan dinas seperti yang telah di uraikan diatas.
Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi
Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus
berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas. Penerapan prinsip efektivitas
dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di
Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang
responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible, kurang koordinasi,
terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan
inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam
penerapan Good Governance, karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian
juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif
belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga,
waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah melakukan
pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah
dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Efektivitas (epat sasaran) adalah taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik
ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta
ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu yang telah
digariskan. Efektivitas yaitu para birokrat dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan
kepada publik harus baik yaitu memenuhi target atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya tercapai1[2]. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan publik dalam pencapaian
tujuannya, bukan tujuan pemberi pelayanan (birokrat publik).
Efisiensi menunjukkan bagaimana mencapainya, yakni dibanding dengan usaha,
biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan. Adanya efisiensi diharapkan para
birokrat dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat tidak boros.
Dalam artian bahwa para birokrat secara berhati-hati agar memberikan hasil yang
sebesar-besarnya kepada publik. Dengan demikian nilai efisiensi lebih mengarah pada
penggunaan sumber daya yang dimiliki secara cepat dan tepat, tidak boros dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada publik.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada dasarnya penerapan prinsip
tersebut adalah berdasarkan pada pendapat Gie. Penerapan prinsip efektivitas dan
efisiensi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan birokrasi secara cepat
dalam waktu singkat, ringkas dan tidak berbelit-belit (tidak lagi melalui banyak meja),
berprestasi tinggi, tidak mengalami pemborosan atau keborosan waktu maupun dana dan
daya, serta menghasilkan pelayanan yang berkualitas (Adisasmita, 2011:2) 2[3].
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
Birokrasi dikatakan efektif dan efisien apabila dalam realita pelaksanaannya
birokrasi dapat berfungsi melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat artinya tidak ada
hambatan yang terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat dalam memberikan
pelayanan serta mampu memecahkan fenomena yang menonjol akibat adanya perubahan
sosial yang sangat cepat dari faktor eksternal. Agar birokrasi dapat berjalan efektif dan
efisien perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti dikemukakan
Gie. Gie (1991) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas kerja adalah (1) motivasi kerja, (2) kemampuan kerja, (3) suasana kerja, (4)
lingkungan kerja, (5) perlengkapan dan fasilitas dan (6) prosedur kerja. Mengacu pada
faktor-faktor yang dikemukakan oleh Gie tersebut di atas, maka penulis yakin ada (1)
sumber daya manusia, (2) lingkungan kerja yang benar-benar dapat mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi penyedia pelayanan publik di Indonesia.
1
2
Sumber daya manusia ini mempengaruhi peningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam birokrasi, artinya suatu efektivitas dan efisiensi dapat tercapai ketika sumber daya
manusia itu memiliki keinginan kuat untuk mencapainya. Dengan kata lain, memiliki
motivasi yang kuat untuk mencapai efektivitas dan efisiensi. Motivasi adalah suatu
proses menstimulasi manusia untuk melakukan kegiatan dalam upaya mencapai sasaran
atau sasaran-sasaran yang diinginkan secara efektif dan efisien (Adisasmita, 2011 :167).
Dengan demikian motivasi diperlukan agar pegawai dapat melakukan pekerjaan dengan
penuh semangat dan tanggung jawab. Motivasi meliputi jaminan
keamanan
dan
kenyamanan dalam bekerja, penghargaan kerja kepada pegawai yang berprestasi. Gaji
tidak berpengaruh kuat terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi pegawai hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan sehingga motivasi yang
dimaksud disini tidak termasuk gaji. Pegawai yang memiliki motivasi tinggi akan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensinya dalam bekerja.
Lingkungan meliputi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan
internal dan eksternal merupakan faktor-faktor yang membentuk, memperkuat atau
memperlemah efektivitas pertanggungjawaban instansi atas wewenang dan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya (Adisasmita, 2011:85). Lingkungan internal disini
termasuk budaya organisasi, perlengkapan dan fasilitas, serta prosedur kerja. Budaya
organisasi (Tangkilisan, 2007:14) adalah seluruh pola perilaku anggota organisasi dan
menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup
internal maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan eksternal 3[4]. Perlengkapan dan
fasilitas yaitu peralatan yang dimiliki organisasi untuk dijalankan oleh individu dalam
organisasi. Adanya perlengkapan dan fasilitas yang lengkap dapat menunjang kelancaran
dalam pelaksanaan tugas pegawai yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Prosedur kerja adalah perincian langkah-langkah dari serangkaian fungsi yang
diarahkan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Prosedur kerja dapat diartikan sebagai
rincian dinamika mekanisme organisasi yang detail (rinci) dan runtut. Seorang pegawai
yang menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur kerja maka akan meningkatkan
efektivitas dan efisiensinya dalam bekerja.
3
Lingkungan eksternal adalah kekuatan yang timbul dari luar batas organisasi
yang mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi seperti masyarakat dan
peraturan pemerintah.