Chapter I Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja pada Dinas Pemuda, Olahragaebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir penghujung abad ke 20, dunia di landa arus organisasi, transparansi, dan
tuntutan hak asasi manusia. Tidak satupun yang luput dari gelombang perubahan
tersebut. Seluruh Negara, terutama Negara - Negara berkembang menghadapi tantangan
baru yang membawa konsekuensi pada perubahan atau pembaharuan yang akan
mempengaruhi kehidupan umat manusia, baik di bidang ekonomi, politik, maupun
social budaya. Menghadapi perkembangan dunia yang lebih pesat, dan seiring dengan
derasnya aspirasi reformasi di dalam negeri, maka peranan penyelenggaraan
pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi sangat penting. Salah satu
elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas, di
samping transparansi dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang merupakan unsur
penting dalam manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk
terwujudnya akuntabilitas di dalam pemerintahan. Melalui seuatu kebijakan
pengawasan yang kemprehensif dan membina, maka diharapkan kemampuan
administrasi publik yang saat ini di anggap lemah terutama di bidang kontrol
pengawasan. Maka dari itu untuk mencapai tujuan dari pada organisasi secara optimal
di perlukannya aspek manajemen suatu organisasi tersebut agar dapat berfungsi sebagai
mestinya, selain itu pula pengawasan merupakan salah satu manajemen yang harus
dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat di peroleh
informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.
Informasi tersebut dapat di gunakan untuk sebagaimana pada ketetapan nomor
IX/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi
dan nepotisme, maka pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen
1

kepegawaian, melalui sosialisasi keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara
No.KEP/46/M.PAN/4/2004,

tentang

petunjuk

pelaksanaan

pengawasan

dalam


penyelenggaraan pemerintah di tegaskan bahwa pengawasan merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur Negara dalam
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya
pemerintah yang bersih dan beribawa.
Demi mewujudkan visi dan misi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Asahan tidak cukup totalitas dan loyalitas dalam implementasi
misi-misi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan ,
namun diperlukan pengawasan demi tercapainya visi dari organisasi tersebut. Tidak
hanya itu akan lebih jelas Akuntabilitas Kerja dari kerja setiap pegawai demi terarahnya
misi-misi organisasi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Asahan sehingga memaksimalkan setiap perencanaan, pelaksanaan serta
koordinasi dari dinas tersebut. Dengan demikian pegawai dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi
dalam kegiatan pemerintahan secara efektif dan efisien. Untuk itu setiap pegawai tidak
cukup melaksanakan pekerjaannya, melainkan harus mampu mempertanggungjawabkan
setiap pekerjaannya. Untuk membantu visi dan misi organisasi tersebut dibutuhkan
prinsip-prinsip administarasi yakni perencanaan, pembagian kerja, pelaksanaan dan
pengawasan. Dalam hal ini pengawasan akan membantu proses tanggung jawab setiap
pegawai atas pekerjaannya. Fungsi dari pengawasan adalah


meningkatkan kinerja

organisasi secara berkelanjutan, karena semakin tinggi misi dari organisasi menuntut
organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.
Bukti yang terlihat berdasarkan observasi di lapangan seperti, pada hari biasa
hanya beberapa pegawai yang meiliki prakarsa dan tanggungjawab melaksanakan setiap
pekerjaanya sesuai porsinya dengan struktur organisasi yang ada sehingga tidak jelas
2

Akuntabilitas Kerja dari instansi tersebut. Namun dibutuhkan pengawasan yang
menyeluruh dan sistematis terhadap semua program yang dilaksanakan untuk
memaksimalkan

setiap

anggaran

yang

digunakan,


sehingga

setiap

pihak

bertanggungjawab dalam menyusun laporan pertanggungjawaban kerjanya sebagai
akuntabilitas kerja pegawai maupun akumtabilitas Dinas Pemuda, Olahraga,
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Studi Pada
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan”.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki
arah yang jelas dalam menginterproduktivitaskan fakta dan data ke dalam penulisan
skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya.

Adapun permasalahan


yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Hubungan Pengawasan
Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Studi Pada Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengawasan Melekat di Dinas Pemuda, Olahraga,
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kerja pegawai di Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Pengawasan dengan
Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
3

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:
1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam
memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya
ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.
3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai
bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang
memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.
1.5 Kerangka Teori
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis
didalam menyelesaikan penelitian ini, maka diperlukan suatu landasan berfikir yang
dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut
disebut kerangka teori. Menurut Sugiyono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dari penelitian ini
adalah :
1.5.1 Pengawasan
1.5.1.1 Pengertian pengawasan
Pengawasan mempunyai arti penting bagi setiap organisasi. Pengawasan
bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisiensi)
dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan
dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (Manullang, 2008 : 172).

Pengertian Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan

4

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1985 ; 135). Menurut
Victor M. Situmorang (1994) Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam
rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut
ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson
(2006 : 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan
kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas
atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik
pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. George R. Tery (2006 : 395)
Menambahkan penjelasan bahwa pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah
dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan
tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dapat disimpulkan bahwa
pengawasan


adalah

sebagai

suatu

usaha

sistematis

oleh

manajemen

untuk

membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk
mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya
manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.

1.5.1.2 Pengertian Pengawasan Melekat
Menurut Mustopadidjaja, (2000) mengemukakan pengertian Pengawasan
melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap
bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu
kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk
menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan
organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta.

5

Menurut Siagian (2008:115-116) proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh
administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu : (1)
pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Selanjutnya Menurut Saragih
(1982:97) pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai
berikut : (1) pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Menurut
Situmorang, (1994 : 71) mengatakan bahwa pengawasan melekat yaitu berupa tindakan
atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung,
yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi. Nawawi, (1993)
menambahkan penjelasan bahwa pengawasan melekat adalah suatu proses pemantauan,
pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh

pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan
kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus menerus berfungsi secara
maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.46 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Melekat, dijelaskan bahwa pengawasan melekat merupakan salah satu
bentuk pengendalian aparatur pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi dalam
meningkatkan mutu kinerja didalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan
instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengawasan melekat dapat
diwujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan
pimpinan kepada para bawahannya. Dalam pelaksanaan pengawasan melekat seorang
pimpinan harus senantiasa memantau semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya,
apakah sesuai dengan program yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam Intruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian
yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara

6

preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif

dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengertian tersebut mengandung pemahaman bahwa fungsi pengawasan melekat
merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang harus dipunyai oleh seorang
pemimpin, dalam memberikan tugas atau tanggung jawab kepada orang-orang yang
dipimpinnya, agar arah, sasaran dan tujuan pelaksanaan tugas atau tanggungjawab
tersebut tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang dimaksud
tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan gaya kepemimpinan
seseorang.
1.5.1.3 Unsur – unsur Pengawasan Melekat
Sesuai dengan KEMENPAN NO. 46 Tahun 2004 menjelaskan bahwa unsurunsur pengawasan melekat yaitu sebagai berikut:
1. Pengorganisasian
Pengorganisasian

merupakan

proses

pembentukan

organisasi

sehingga

cakupannya lebih luas dan lebih dinamis dari pada istilah organisasi. Melalui
pengorganisasian, bentuk suatu organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan perkembangan.
2. Personil
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia
yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki kemampuan secara
profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya.

3. Kebijakan

7

Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen untuk
mendorong tercapainya tujuan instansi pemerintah.
4. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah
kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang dengan sumber daya yang diperlukan
dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuanorganisasi.
5. Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas
tertentuyang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yangdiharapkan.
6. Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasi antransaksi/kejadian secara
sistematis yang relevan dengan kepentingan organisasi instansi.
7. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja
yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang mempunyai garis
kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.
8. Supervisi dan Review Intern
Supervisi merupakan pengawasan unsur pimpinan terhadap pelaksanaan tugas
yang dilaksanakan stafnya. Reviewintern adalah suatu aktivitasuntuk mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan yang dilakukan
oleh pimpinan ataupejabat yang berwenang bersama-sama dengan staf pimpinan atau
dilakukan oleh APIP, terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan.
Menurut (Marnis, 2009 : 344) adanya banyak alasan mengapa pengawasan
penting dan dibutuhkan. Alasan yang sangat fundamental dan universal mengapa
pimpinan membutuhkan pengawasan adalah kebutuhan memonitor apa yang orang atau
unit organisasi sedang kerjakan dan secara khusus hasil dari apa yang mereka kerjakan.

8

Menurut (Rivai, 2009 : 530) menyatakan tujuan pengawasan adalah :
a. Meningkatkan

kinerja

organisasi

secara

berkelanjutan,

karena

kondisi

persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat
mengawasi kinerjanya.
b. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan
pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi penyalahgunaan alat atau bahan.
c. Menilai drajat pencapaian rencana kerja dengan hasil actual yang dicapai dan
dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai.
d. Mengkoordinasikan beberapa elemen atau program yang dijalankan.
e. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
1.5.1.4 Proses Pengawasan Kerja
Menurut (Manaullang, 2001 : 129) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) proses yang
harus dilakukan dalam mengontrol pekerjaan itu :
a. Mendefinisikan parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan membantu
pegawai untuk mengetahui tingkat produktivitas yang akan dihasilkan secara
efektif dan efisien. Untuk itu atasan melakukan hal-hal sebagai berikut : (a)
Menetapkan tujuan (b) Standar ukuran, dan (c) Pengukuran.
b. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai, atasan hendaknya memberikan
feedback kepada pegawai mengenai apa ynag harus dilakukan dan memberikan
fasilitas yang memadai.
c. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan atasan agar pegawai senantiasa
tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan secara konsisten.

1.5.1.5 Program dan Langkah-Langkah Pelaksanaan Pengawasan
Melekat
9

Menurut artikel blog ludiagung wahyudi pada tahun 2009 menjelaskan beberapa
program dan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana
Setiap pimpinan unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan diwajibkan menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan
melekat tiap tahun yang meliputi 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia
dan budaya serta tugas unit kerja.
2. Pelaksanaan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
diwajibkan memantau pelaksanaan kegiatan pengawasan yang meliputi:
a. Sarana dan sistem kerjanya.
b. Kegiatan substansif dalam rangka pelaksanaan tugas pokok unit kerja di
lingkungan Departemen.
Pemantauan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pemantauan formal
dilakukan secara berkala dengan interval waktu tertentu disesuaikan dengan sifat dan
jenis tugas pokoknya, pemantauan formal dengan menggunakan formulir tertentu.
Pemantauan informal dilakukan secara terus-menerus melalui komunikasi terbuka
antara atasan dan bawahan. Pelaksanaan kegiatan pengawasan melekat hendaknya tidak
ditekankan pada aspek ketidakpercayaan kepada bawahan, tetapi hendaknya diarahkan
pada usaha membimbing dan memberi motivasi kepada bawahan.
Cara penilaian pegawasan melekat meliputi:
a. Ketepatan sarana dan sistem kerja yang digunakan dalam rangka mencapai unit
kerja.
b. Ketepatan pelaksanaan dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.
c. Ketepatan hasil sesuai dengan yang direncanakan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menilai adalah:
10

a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan :
1. Sistem dan sarana kerja.
2. Pelaksanaan tugas unit kerja yang dinilai.
b. Menganalisis penggunaan sarana dan sistem kerja.
c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana.
d. Menganalisis gejala dan penyebab terjadinya penyimpangan untuk selanjutnya
melakukan langkah-langkah tindak lanjut.
3. Tindak Lanjut
a. Jenis tindak lanjut.
Tindak lanjut terhadap hasil pengawasan melekat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa:
1) Tindakan administratif di bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman
disiplin.
2) Tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran
kembali, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda,
ganti rugi dll.
3) Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada
instansi yang berwenang.
4) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan.
5) Tindakan peningkatan dayaguna dan hasilguna terhadap fungsi pengendalian
maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara
dengan sebaik-baiknya dan tercapai hasil kerja yang optimal.
6) Tindakan pemberian pengharagaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang
dinilai patut mendapat penghargaan.
b. Pelaksanaan
11

1) Tindak

lanjut

hasil

pengawasan

melekat

harus

secepat

mungkin

dilaksanakan setelah diyakini adanya penyimpangan dan diperoleh cara
mengatasinya, atau prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan.
2) Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan atasan bersangkutan
kecuali apabila tindak lanjut tersebut di luar batas kewenangan.
3) Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan melekat bukan menjadi wewenang
atasan yanng bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada
atasannya atau kepada pejabat yang berwenang melaksanakan tindak lanjut.
4) Laporan tersebut pada butir 3 diatas disertai saran/rekomendasi pelaksanaan
tindak lanjut.
5) Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya guna
memperoleh keyakinan bahwa tindakan-tindakan dalam tindak lanjut
tersebut mencapai sasaaran yang tepat.
4. Pelaporan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wajib
menyusun laporan Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
dan pelaksanaan tindak lanjut.
a. Materi laporan berupa kegiatan-kegiatan yang memenuhi salah satu atau lebih
dari kriteria dibawah ini:
1. Berkaitan dengan pelayanan umum.
2. Berkaitan dengan kepegawaian, keuangan dan materil.
3. Prioritas unit kerja/instansi.
4. Kegiatan yang dipandang oleh pimpinan unit kerja sifatnya rawan
terhadap

penyimpangan-penyimpangan

penyelewengan.
b. Penyusunan Laporan
12

atau

penyelewengan-

1) Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
meliputi:
a. Kegiatan yang terdiri dari 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat,
manusia dan budaya serta tugas unit kerja.
b. Program kerja pelaksanaan kegiatan di atas.
c. Waktu pelaksanaan kegiatan.
d. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan.
e. Tolak ukur dari keberhasilan peaksanaan kegiatan.
2) Pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat.
a. Menginvestrisasi penyimpangan dan prestasi kerja pegawai yang perlu
diberikan penghargaan.
b. Menyebutkan unit kerja dimana terjadinya penyimpangan atau prestasi
kerja pegawai.
c. Menguraikan peristiwa penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.
d. Menyebutkan nama pelaku penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.
e. Menyebutkan jenis tindak lanjut terhadap penyimpangan atau prestasi
kerja pegawai.
c. Waktu Penyampaian Laporan
1)

Pimpinan

Kantor

Kabupaten/Kotamadya

Departemen
menyusun

Pendidikan

program

dan

Kebudayaan

peningkatan

pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari
unit kerja di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor
Wilayah.
3) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikoordinasikan oleh Kantor
Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan
pelaksanaan tindak lanjut, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah.
13

a. Program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat (P3 Waskat) pada
awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
4) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Unit Utama menyusun program
peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit
kerjanya, kemudian melaporkan kepada pimpinan unit utama yang terkait.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
5) Pimpinan pusat-pusat menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian
melaporkannya kepada pimpinan unit utama pembinanya.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
6) Pimpinan Sekolah Tinggi /Akademi/Politeknik dan Koordinasi Perguruan
Tinggi Swasta menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan
pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini
Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.
7) Pimpinan Universitas/Institut, menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian
melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
14

dengan tembusan kepala ketua Lembaga Administrasi Negara (LAN), Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi dan Sekretaris Jenderal dalan hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.
8) Pimpinan Kantor Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Kantor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Unit Pelaksana Teknis, dan unit kerja di
lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini
Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)
pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
9) Pimpinan Unit Utama menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Unit
Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungannya, kemudian melaporkannya
kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
10) Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi mengevaluasi
program program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak
lanjut dari Unit Utama, Kantor Wilayah, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta menyusun
program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut di
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan hasil evaluasi,
kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN).
1.5.2 Akuntabilitas Kerja
1.5.2.1 Pengertian Akuntabilitas Kerja
15

Akuntabilitas Kerja adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam
suatu organisasi (Syahrudin, Rasul, 2003 : 8) Sedangkan menurut UNDP, Akuntabilitas
Kerja adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk
dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi
untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang.
Menurut the liang gie, (2001) akuntabilitas kerja adalah kesadaran dari seseorang
pengelola kepentingan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa
menuntut

untuk

di saksikan

oleh

pihak-pihak

lain

yang

menjadi

sasaran

pertanggungjawabannya.
Akuntabilitas Kerja merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit
mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas Kerja adalah keharusan
lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban
horizontal (masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih
tinggi) Turner and Hulme ,(1997). Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari
seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu
kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam
Akuntabilitas Kerja terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan Akuntabilitas Kerja menurut
majalah Akuntansi:
1. Akuntabilitas Kerja Personal. Akuntabilitas Kerja berkaitan dengan diri sendiri.
2. Akuntabilitas Kerja Individu. Akuntabilitas Kerja yang berkaitan dengan suatu
pelaksanaan.
3. Akuntabilitas Kerja Tim. Akuntabilitas Kerja yang dibagi dalam kerja kelompok
atau tim.
4. Akuntabilitas Kerja Organisasi. Akuntabilitas Kerja Internal dan Eksternal
didalam organisasi.

16

5. Akuntabilitas Kerja Stakeholders. Akuntabilitas Kerja yang terpisah antara
stakeholders dan organisasi.
1.5.2.2 Dimensi Akuntabilitas Kerja
Dimensi Akuntabilitas Kerja ada 5, yaitu (Syahrudin Rasul, 2003:11):
a. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran (accuntability for probity and
legality)
Akuntabilitas Kerja hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi,
sedangkan Akuntabilitas Kerja kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas Kerja hukum
menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan Akuntabilitas
Kerja kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang sehat.
b. Akuntabilitas Kerja manajerial yang dapat juga diartikan sebagai
Akuntabilitas Kerja kinerja (performance accountability) adalah
pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara
efektif dan efisien.
c. Akuntabilitas Kerja program
Akuntabilitas Kerja program juga berarti bahwa programprogram
organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung
strategi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga
publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat
sampai pada pelaksanaan program.
d. Akuntabilitas Kerja kebijakan
Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan
kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak

17

dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa
tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.
e. Akuntabilitas Kerja financial Akuntabilitas

Kerja ini merupakan

pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana
publik (public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada
pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas Kerja
financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.
Akuntabilitas Kerja ini mengharuskan lembaga-lembaga public untuk
membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial
organisasi kepada pihak luar.
1.5.2.3 Aspek-Aspek Akuntabilitas Kerja
Berdasarkan dimensi yang dikemukakan Syahrudin Rasul, artikel kajian pustaka
menjelaskan beberapa aspek-aspek akuntabilitas kerja.
(http://www.kajianpustaka.com/2012/12/teori-akuntabilitas.html) sebagai berikut :
1. Akuntabitas adalah sebuah hubungan
Akuntabilitas Kerja adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan
oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak
antara dua pihak
2. Akuntabilitas Kerja Berorientasi Hasil
Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini Akuntabilitas Kerja
tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
3. Akuntabilitas Kerja memerlukan pelaporan
Pelaporan adalah tulang punggung dari Akuntabilitas Kerja
4. Akuntabilitas Kerja itu tidak ada artinya tanpa konsekuensi

18

Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan
Akuntabilitas

Kerja

adalah

tanggung

jawab.

Tanggung

jawab

itu

mengindikasikan kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi.
5. Akuntabilitas Kerja meningkatkan kinerja
Tujuan dari Akuntabilitas Kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan
untuk mencari kesalahan dan memberikan hukuman.
1.5.2.4 Alat-alat Akuntabilitas Kerja
Alat- alat akuntabilitas kerja menurut Rasul, (2003) menjelaskan bahwa :
1. Rencana Strategis
Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk
memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi mereka dan
arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran tersebut. Hal tersebut adalah
dasar dari semua perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
kegiatan suatu organisasi. Manfaat dari Rencana Stratejik antara lain membantu
kesepakatan sekitar tujuan, sasaran dan prioritas suatu organisasi menyediakan dasar
alokasi sumber daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk
mengawasi hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.
2. Rencana Kinerja
Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil
tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis organisasi
untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.
3. Kesepakatan Kinerja
Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang
melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur kinerja dan
bersamaan dengan itu membangun Akuntabilitas Kerja.
a. Laporan Akuntabilitas Kerja
19

Dipublikasikan tahunan, laporan Akuntabilitas Kerja termasuk program
dan informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan
indikator kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan
pencapaian tujuan utama organisasi.
b. Penilaian Sendiri
Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan
mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian
kinerjanya dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan
proses itu.
c. Penilaian Kinerja
Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.
Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review
tertentu dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan
tersebut, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja
yang diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan.
d. Kendali Manajemen
Akuntabilitas Kerja manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan
bertanggungjawab

atas

kualitas

dan

ketepatan

waktu

kinerja,

meningkatkan produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan
berbagai aspek negatif kegiatan, dan menjamin bahwa program diatur
dengan integritas dan sesuai peraturan yang berlaku.
Dari dimensi Akuntabilitas Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat
diturunkan menjadi indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut Rasul, (2003) :
1. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran
a. Kepatuhan terhadap hukum
b. Penghindaran korupsi dan kolusi
20

2. Akuntabilitas Kerja Proses
a. Adanya kepatuhan terhadap prosedur
b. Adanya pelayanan publik yang responsif
c. Adanya pelayanan publik yang cermat
3. Akuntabilitas Kerja Program
a. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
b. Mempertanggung jawabkan yang telah dibuat
4. Akuntabilitas Kerja Kebijakan
Mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah diambil
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan
masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian.
Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta-fakta dan bukti-bukti
yang nyata. Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pengawasan dengan
Akuntabilitas Kerja Pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Asahan.

2. Hipotesis Kerja (Ha)
Bahwa Pengawasan memberi hubungan yang positif dan signifikan terhadap
Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Asahan.
1.7. Definisi Konsep
21

Adapun Kerangka Berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan Melekat dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula
(Manullang, 2008 : 172).
b. Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok
orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak
pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Untuk memberikan gambaran umum mengenai definisi konsep penelitian ini, maka
peneliti mencoba menjelaskannya dalam bentuk gambar dengan tujuan mempermudah
pemahaman mengenai penulisan definisi konsep penelitian. Berikut adalah gambar
mengenai definisi konsep penelitian.

Variabel X

Variabel Y

Pengawasan melekat

Akuntabilitas kerja

1.

Pemantauan

1.

Kepatuhan terhadap hukum

2.

Pemeriksaan

2.

Penghindaran korupsi dan kolusi

3.

Penilaian

3.

Adanya kepatuhan terhadap prosedur

4.

preventif

4.

Adanya pelayanan yang responsif

5.

Represif

5.

Adanya pelayanan publik yang cermat

6.

pengendalian

6.

Alternatif program yang memberikan
hasil yang optimal

7.

Mempertanggung jawabkan yang telah
dibuat

1.8. Definisi Operasional
Menurut Masri Singarimbun (1995:46) Definisi Operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,
Definisi Operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur variabel. Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja
22

pendukung untuk dianalisis variabel-variabel tersebut. Adapun yang menjadi definisi
operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas (X) Pengawaasan melekat adalah pengawasan
yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan dan satuan kerja yang
dipimpinnya yang merupakan salah satu bentuk pengendalian aparatur
pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi yang di wujudkan
melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian yang
dilakukan pimpinannya kepada bawahannya dalam meningkatkan mutu
kinerja di dalam

lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan

instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien sesuai dengan
rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(mustopadidjaja, 2000, Aparatur Negara no.46 tahun 2004, intruksi
presiden republik indinesia nomor 1 tahun 1989 tentang pedoman
pengawasan melekat) pengawasan melekat yang telah dijelaskan dan
disebutkan dapat diturunkan indikator sebagai berikut :
1. Pemantauan
Kesadaran tentang apa yang di ketahui dan bertujuan untuk
memberikan informasi serta mengevaluasi suatu kondisi demi
menuju kepada tujuan yang telah di tetapkan.

2. Pemeriksaan
Serangkaian

kegiatan

menghimpun

dan

mengolah

data,

keterengan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
propesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan dalam
pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan.

23

3. Penilaian
Suatu proses untuk melakukan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil baik yang
menggunakan tes maupun non tes.
4. Preventif
Sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu kejadian yang tidak di inginkan di masa depan.
5. Represif
Suatu tindakan yang dilakukan setelah kejadian terjadi untuk
menekan agar kejadian tidak meluas atau semakin parah.
6. Pengendalian
suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur kondisi tertentu agar
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Variabel (Y) Akuntanbilitas kerja adalah pertanggungjawaban dari
seseorang atau

sekelompok orang yang diberi amanat untuk

menjalankan tugas tertentu pada pihak pemberi amanat baik secara
vertikal maupun secara horizontal dan sebagai nilai yang terdapat dalam
kesadaran diri seseorang untuk bertanggungjawab dalam
amanat baik kepada ototritasnya maupun

memegang

kepada orang lain dengan

sebaik-baiknya demi meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.
(liang gie, 2001, turner and hulme, 1997, syahrudin, 2003) Akuntabilitas
Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat diturunkan menjadi
indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan terhadap hukum
Seseorang dikatakan bertanggungawab apabila berperilaku dan
bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.

24

2. Penghindaran korupsi dan kolusi
Korupsi dan kolusi merupakan wujud dari penyalagunaan
wewenang yang harus dihindari karna itu merupakan hal yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan dan melanggar hukum.
3. Adanya kepatuhan terhadap prosedur
Prosedur merupakan aturan yang ditetapkan dalam suatu
organisasi yang hendakmya dipatuhi oleh setiap
anggotanya,terutama pihak yang mendapat amanat/pihak yang
bertanggungjawab.
4. Adanya pelayanan publik yang responsif
Seorang pemimpin yang baik adalah yang peka terhadapa
lingkungan sekitarnya,mau menerima kritik dan saran serta
bertindak sebaik mungkin demi sebesar-besarnya kemakmuran
anggota/rakyat.
5. Adanya pelayanan publik yang cermat
Proses pelayanan publik hendaknya memiliki toleransi terhadap
setiap kondisi yang berbeda sehingga mampu menanggapinya
dengan cermat dan tepat sasaran.
6. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
Adanya program-program alternatif ataupun pilihan lain yang
disediakan demi menawarkan gambaran lain untuk peningkatan
kinerja yang lebih baik.
7. Mempertanggungjawabkan yang telah di buat
25

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24