Kerangka Regulasi Perbankan Oleh Bank In

Kerangka Regulasi Perbankan
Oleh Bank Indonesia
Dipublikasi pada Januari 12, 2012 oleh gerryghost

Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank sentral Republik Indonesia.
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai
mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi
perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. BI juga menjadi satu-satunya
lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Kebijakan Perbankan Indonesia
Dengan memandang bahwa pengelolaan ekonomi makro kedepan masih harus berhadapan
dengan risiko global dan kompleksitas permasalahan domestik yang begitu besar, arah
kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2012 akan di arahkan dalam rangka:
Mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendorong kapasitas perekonomian sekaligus
memitigasi risiko perlambatan ekonomi global.

Meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya dalam perekonomian,
dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan.
Meningkatkan efisiensi, kehandalan, dan keamanan sistem pembayaran, baik dalam sistem
pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri.
Memperkuat ketahanan makro dengan memantapkan koordinasi dalam manajemen pencegahan
dan penanganan krisis (PMK).
Mendukung pemberdayaan sektor riil termasuk melanjutkan upaya perluasan akses perbankan
(financial inclusion) kepada masyarakat
Pada tahun 2012, kebijakan moneter akan diarahkan dalam rangka melanjutkan stabilisasi di
sektor keuangan serta menjangkar BI Rate yang konsisten dengan upaya mengoptimalkan
stimulus pada perekonomian, namun dengan tetap memperhatikan pencapaian sasaran inflasi.
Respon suku bunga akan diarahkan agar konsisten untuk pencapaian sasaran inflasi IHK
sebesar 4,5 persen ± 1 persen pada tahun 2012 dan 2013, sekaligus untuk menjaga momentum
penguatan ekonomi dan memitigasi risiko dari perlambatan ekonomi global. Kebijakan suku
bunga ini akan dilengkapi dengan kebijakan makro prudensial, untuk memitigasi risiko
kerentanan pada sektor-sektor konsumtif yang pertumbuhannya tidak sustainable atau
berpotensi mengalami pengelembungan harga aset (asset bubble).
Strategi operasi kebijakan moneter akan tetap diarahkan untuk menjaga kestabilan suku bunga
di pasar uang rupiah, mendukung stabilitas nilai tukar, dan memelihara stabilitas pasar
keuangan. Saya memandang, bentuk stabilitas tersebut perlu memberikan ruang yang lebih luas

bagi pendalaman pasar keuangan nasional.
Oleh karena itu, operasi moneter akan bertumpu pada instrumen-instrumen yang secara
langsung dapat menghidupkan aktifitas transaksi di pasar uang seperti, transaksi pasar uang
rupiah antar bank (PUAB), Repurchase Agreement (Repo) dan swap. Dengan demikian, ini akan
mendorong pengelolaan likuiditas perbankan secara lebih sehat dan efisien. Bank Indonesia
juga melihat perlunya langkah-langkah untuk melanjutkan proses ‘re-alignment’ struktur suku
bunga di pasar keuangan melalui berbagai penyempurnaan dalam mekanisme operasi pasar
terbuka (OPT).
Kebijakan Bank Indonesia di nilai tukar akan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar
dengan memperhatikan pencapaian keseimbangan internal dan eksternal perekonomian, serta
memberikan kepastian bagi seluruh pelaku ekonomi. Sejak Januari 2012, kebijakan stabilisasi

nilai tukar akan didukung oleh implementasi kebijakan kewajiban penerimaan devisa hasil ekspor
(DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) di bank domestik. Bank Indonesia juga tengah mereview ketentuan-ketentuan untuk memperkaya instrument di pasar valas dalam rangka
menghidupkan transaksi lindung nilai (hedging).
Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, Bank Indonesia akan mengoptimalkan fungsi
Kantor Bank Indonesia (KBI) sebagai fasilitator dan katalisator percepatan pembangunan di
daerah, terutama di wilayah timur Indonesia dimana disparitas pertumbuhannya masih cukup
lebar. KBI akan didorong untuk menjalankan fungsinya secara efektif, dengan memperkuat
jalinan hubungan dengan Pemerintah Daerah. Pelaksanaa tugas TPID (Tim Pengendalian Inflasi

Daerah) ke depan akan ditopang dengan sistem informasi harga barang strategis terutama
mencakup informasi mengenai produksi dan stok secara nasional. Untuk dapat mewujudkan hal
tersebut memerlukan komitmen yang kuat dan dukungan dari banyak pihak termasuk dari
kementerian terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, termasuk
dari Pemerintah Daerah
Di bidang perbankan, kebijakan akan diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara
peningkatan daya saing dan memperkuat ketahanan perbankan, dengan tetap mendorong
intermediasi bank termasuk memperluas akses masyarakat ke layanan jasa perbankan berbiaya
rendah.
Dalam rangka meningkatkan daya saing perbankan, kebijakan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
akan dilanjutkan untuk memastikan mekanisme pasar berjalan dengan baik sehingga sasaran
kebijakan dapat tercapai. Sebagai tindak lanjut dari sisi pengawasan bank, akan ditingkatkan
enforcement ketentuan dengan mewajibkan Rencana Bisnis Bank (RBB) mencantumkan targettarget peningkatan efisiensi dan penurunan suku bunga kredit pada level yang wajar. Bank
Indonesia juga tengah “mengkaji” praktek pemberian tingkat bunga dana pihak ketiga (DPK) di
atas tingkat bunga yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta mengkaji
pembatasan pemberian hadiah bagi nasabah.
Kebijakan penguatan ketahanan perbankan dilakukan melalui peningkatan permodalan dalam
rangka mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan dan antisipasi perubahan siklus bisnis.
Melalui kebijakan ini perbankan Indonesia akan lebih siap dalam mengantisipasi berbagai risiko
karena dapat di-cover dengan permodalan yang mencukupi.

Aspek perlindungan nasabah dan tata kelola perbankan juga merupakan dua aspek yang perlu
memperoleh perhatian. Beberapa kasus fraud di perbankan yang menyita perhatian pada tahun
2011 memerlukan penataan kembali kebijakan terkait dengan kedua aspek di tersebut. Oleh
karena itu, pada tahun 2012 Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan untuk
menyempurnakan aspek perlindungan nasabah dan calon nasabah.
Lebih lanjut, untuk peningkatan kualitas tata kelola perbankan, Bank Indonesia akan
menyempurnakan ketentuan transparansi laporan keuangan, khususnya yang terkait laporan
keuangan publikasi, dan pengaturan terhadap akuntan publik yang digunakan oleh perbankan.
Bank Indonesia juga terus mengkaji kebijakan kepemilikan di perbankan dan kebijakan multilicense seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank.
Di luar aspek penguatan daya saing dan ketahanan perbankan, Bank Indonesia akan
mendorong intermediasi perbankan melalui beberapa langkah sebagai berikut :
Melanjutkan upaya mendukung perluasan akses perbankan (financial inclusion) kepada
masyarakat khususnya layanan perbankan bagi masyarakat pedesaan berbiaya rendah,
termasuk peningkatan kualitas program Tabunganku, pengembangan edukasi keuangan,
pelaksanaan Financial Identity Number dan pelaksanaan survei literacy.
Memfasilitasi intermediasi untuk mendukung pembiayaan di berbagai sektor potensial
bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah. Disamping itu, akan pula dikaji mengenai
berbagai hambatan dalam pembiayaan untuk sektor-sektor yang tingkat pertumbuhan kreditnya
masih relatif rendah. Terkait dengan kebutuhan pembiayaan sektor-sektor yang secara komersial
tidak diminati oleh perbankan namun memiliki peran strategis dalam perekonomian, Bank

Indonesia bersama-sama dengan pemerintah akan mengembangkan berbagai skim
pembiayaan.
Upaya peningkatan daya saing dan tata kelola juga akan menjadi arah kebijakan perbankan
Syariah. Selain itu akan didorong pengembangan produk dan aktivitas perbankan syariah.
Strategi pengembangan BPRS ke depan diarahkan sesuai dengan karakteristik BPRS sebagai
community bank yang sehat, kuat, produktif, serta fokus pada penyediaan pelayanan jasa

keuangan kepada UMKM dan masyarakat setempat di daerah.
Seperti juga dengan industri perbankan yang diharapkan dapat menurunkan biaya
perekonomian, area jasa pembayaran (financial services) juga memiliki tujuan serupa. Area jasa
pembayaran ini mencakup baik sistem pembayaran yang kita telah kenal, baik tunai dan nontunai, serta setelmen (penyelesaian transaksi).
Bank Indonesia berketetapan untuk mengambil posisi kepemimpinan dalam menentukan arah
kebijakan pengembangan jasa pembayaran ke depan. Koordinasi kebijakan antar instansi dan
otoritas akan terus dibutuhkan, terlebih karena terdapat pengembangan jasa pembayaran yang
melibatkan pihak di luar bank sentral. Pengembangan industri jasa pembayaran nasional ke
depan akan dilakukan melalui sejumlah upaya yaitu :
Pertama, peningkatan keamanan dan kehandalan penyelenggaraan jasa pembayaran melalui
penerapan mitigasi risiko termasuk memanfaatkan kemajuan teknologi, penguatan kerangka
hukum, penguatan pengawasan, serta peningkatan peran industri jasa pembayaran nasional;
Kedua, peningkatan efisiensi penyelenggaraan jasa pembayaran nasional, termasuk mendorong

terciptanya interoperabilitas dan interkoneksi di antara berbagai penyelenggara jasa
pembayaran.
Ketiga, peningkatan perlindungan konsumen melalui peningkatan transparansi oleh pelaku jasa
pembayaran, serta penguatan pengaturan perlindungan konsumen.
Berbagai program pengembangan jasa pembayaran nasional dituangkan dalam cetak biru, yang
secara terpadu menjadi pedoman dalam mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman
dan handal.
Sudut Pandang Manajemen Perusahaan
Merupakan suatu hal yang penting untuk melihat bagaimana dewan direksi dan manajemen
senior memilih untuk melaporkan seluruh aktivitasnya kepada stakeholder. Hal ini secara
signifikan akan menunjukkan bagaimana perusahaan dijalankan. Laporan tersebut menunjukkan
prioritas, kebijakan, dan bagaimana kinerja perusahaan dari sudut pandang dewan direksinya.
Inilah mengapa bank-bank besar di dunia menetapkan standar pelaporan yang tinggi tentang
bagaimana perusahaan dikelola.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Arah+Kebijakan+Perbankan/
http://manajemenrisiko.blogspot.com/2008/03/modul-manajemen-risikoperbankan.html
http://iiyyaa.blogspot.com/2012/01/kerangka-regulasi-perbankan-oleh-bank.html


Kerangka regulasi perbankan oleh
Bank Indonesia
13JAN
BANK INDONESIA

Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank sentral Republik Indonesia.
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya.
Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Untuk periode
2008-2013, Darmin Nasution menjabat posisi sebagai Gubernur BI menggantikan Boediono yang
menjadi Wakil Presiden.
KEBIJAKAN PERBANKAN
Arah Kebijakan Bank Indonesia


Meningkatnya kegiatan ekonomi tahun 2010 ditopang oleh ketahanan dan kinerja sektor perbankan
yang positif, tercermin dari terjaganya stabilitas. Financial Stability Index yang mencapai sebesar 1,75
atau jauh lebih rendah dibandingkan pada saat krisis 2007/2008 sebesar 2,43. Fungsi intermediasi
juga meningkat meski masih ada peluang untuk lebih tumbuh, risiko kredit masih terjaga (NPL
dibawah 5%), permodalan yang memadai (CAR mencapai 16%). Sebagaimana diketahui Bank
Indonesia telah mengeluarkan Paket Kebijakan Desember 2010 dengan sasaran utamanya adalah
untuk memperkokoh stabilitas makroekonomi dan meningkatkan intermediasi dan ketahanan
perbankan, yaitu:
Kebijakan untuk meningkatkan intermediasi perbankan yang dilakukan guna menjamin ketersediaan
pasokan melalui pendalaman pasar, mendorong biaya pinjaman yang lebih efisien, melonggarkan
bobot risiko untuk kredit ritel dan KMK serta upaya mengurangi asymmetric information dengan
penyediaan data informasi kredit yang lebih akurat dan lengkap. Untuk lebih mendorong keluasan
jangkauan dan kedalaman intermediasi, dilakukan upaya-upaya besar melalui program perluasan
akses kepada lembaga keuangan (financial inclusion) dan program BPD Regional Champion.
Kebijakan untuk meningkatkan ketahanan bank yang dimaksudkan untuk lebih mendukung
pertumbuhan bank, daya saing dan kemampuan dalam menyerap risiko. Untuk mencapainya akan
dilakukan penguatan melalui penyempurnaan aturan terkait dengan fit and proper test, peningkatan
fungsi kepatuhan bank umum, aktiva tertimbang menurut risiko, dan manajemen risiko terkait
kerjasama bisnis Bancassurance.

Kebijakan untuk penguatan kelembagaan, daya saing dan ketahanan bank perkreditan rakyat dan
bank syariah yang ditujukan untuk membangun kesetaraan playing field dengan bank konvensional.
Upaya ini akan didukung penyempurnaan aturan yang terkait penilaian kualitas aktiva produktif,
restrukturisasi pembiayaan bank dan unit syariah, batas maksimum pembiayaan dana BPR syariah,
dan perubahan perizinan bank umum menjadi bank syariah. Kebijakan untuk meningkatkan
efektivitas fungsi pengawasan bank yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi detektif early warning
system dan penerapan macroprudential supervision. Untuk mencapainya dilakukan penyempurnaan
aturan-aturan terkait dengan sistem pengawasan bank berdasarkan risiko, penetapan status dan
tindak lanjut pengawasan bank (exit policy) dan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan risiko.
Arah kebijakan ke depan difokuskan pada upaya untuk mentransformasikan kondisi perekonomian
dan perbankan paska krisis saat ini, menuju pertumbuhan yang berkesinambungan, melalui:
Pemanfaatan pasokan devisa yang berkesinambungan untuk menutupi kebutuhan impor dan
kebutuhan pembiayaan, disamping dapat digunakan untuk memperdalam pasar keuangan serta
menopang stabilitas makro, utamanya nilai tukar. Peningkatan permodalan dan kelembagaan serta
daya saing perbankan nasional dengan mempercepat proses konsolidasi untuk menyongsong
penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Mendorong pertumbuhan yang produktif dan meningkatkan
efisiensi dengan mendorong NIM perbankan ke arah yang lebih rendah, efisien, dan kondusif bagi
dunia usaha, termasuk sektor UMKM. Partisipatif dalam meningkatkan akses dan keterhubungan
masyarakat dengan jasa keuangan maupun lembaga perbankan.
Pengembangan Sistem Pembayaran yang diupayakan agar lebih efisien, handal, mudah, dan aman

dilakukan dengan menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur, pengembangan sistem, dan
penguatan aturan hukum. Upaya pengembangan di bidang Sistem Pembayaran tersebut juga terkait
dalam rangka mendorong financial inclusion.
Arah implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dilakukan dengan mendudukkan berbagai
jenis bank pada posisi yang tepat, sesuai dengan alasan keberadaannya masing-masing agar satu
sama lain dapat saling bersinergi dan mempertimbangkan roadmap API berdasarkan best practice
perbankan.
Mempertimbangkan potensi demografis Indonesia dan relatif masih rendahnya akses keuangan
masyarakat, Bank Indonesia bersama pemerintah sedang merumuskan strategi nasional keuangan
inklusif. Penguatan tata kelola untuk mencegah pengambilan risiko secara berlebihan bagi eksekutif
yang berpotensi memunculkan moral hazard.

MANAJEMENT RESIKO PERBANKAN DARI SISI PANDANG BANK INDONESIA
Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang Bank adalah, exposure terhadap ketidakpastian
pendapatan. Sedangkan Philip Best menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara finansial, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Risiko Bank adalah keterbukaan terhadap kemungkinan
rugi (exposure to the change of loss). Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI), risiko
bisnis Bank adalah risiko yang berkaitan dengan pengelolaan usaha Bank sebagai perantaraan
keuangan. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, risiko bisnis yang dihadapi juga berkembang
secara luas, antara lain mencakup: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional dan

risiko legal.
Sumber :





http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia
http://ivaninternisti.wordpress.com/2011/05/31/181/
http://edratna.wordpress.com/2008/03/17/mengapa-diperlukan-manajemen-risiko-kredit/
http://www.totalmortgage.com/blog/wp-content/uploads/2011/03/qualified-residentialmortgage.gif

Regulasi perbankan syariah
Judul

Deskripsi

POJK Nomor
64/POJK.03/2016

POJK tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syar

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/51/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/51/DPbS tanggal 30 Desember 2013 per
Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/28/DPbS tanggal 5 Oktober 2009 pe
Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/50/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/50/DPbS tanggal 30 Desember 2013 per
Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/9/DPbS tanggal 7 April 2009 perihal Ba

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/13/PBI/2013

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan Atas Peratu
Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/14/PBI/2013

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/14/PBI/2013 tentang Perubahan Atas Peratu
Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/44/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/44/DPbS tanggal 22 Oktober 2013 periha
Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/26/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS perihal Pelaksanaan Pedoman
Perbankan Syariah Indonesia

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/22/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/22/DPbS tanggal 27 Juni 2013 perihal Pe
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah Bank Pemb
Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
15/8/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/8/DPbS tanggal 27 Maret 2013 perihal Pe
Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Moda

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/20/PBI/2012

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/20/PBI/2012 tanggal 17 Desember 2012 ten
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Ja
Syariah Bagi Bank Umum Syariah

Judul

Deskripsi

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
14/33/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/33/DPbS tanggal 27 November 2012 per
Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
14/25/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/25/DPbS perihal Uji Kemampuan dan Ke
Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/6/PBI/2012

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/6/PBI/2012 tanggal 18 Juni 2012 tentang Uji
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
14/16/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS tanggal 31 Mei 2012 Perihal Pr
Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
14/7/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 perihal Pro
Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/23/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/16/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor Nomor 13/16/DPbS tanggal 30 Mei 2011 ten
atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/35/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 t
Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/15/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor Nomor 13/15/DPbS perihal Laporan Bulanan
Pembiayaan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/18/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang Pe
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 tentan
Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/17/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/17/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang Ba
Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Judul

Deskripsi

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/14/DKBU/2011

Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14/DKBU/2011 Tanggal 12 Mei 2011 Tentang
Program Antipencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank
Rakyat Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/10/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS perihal Penilaian Kualitas Aktiva
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/11/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/11/DPbS perihal Penilaian Kualitas Aktiva
Pembiayaan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/14/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/14/PBI/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang
Aktiva bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/9/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Februari 2011 tentang
Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiaya
Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
13/2/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/2/DPbS tanggal 31 Januari 2011 tentang
Penanganan Terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam Status Pengawa

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/5/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/5/PBI/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang
Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/6/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/6/PBI/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang
Penanganan Terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam Status Pengawa

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
12/39/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/39/DPbS tentang Fasilitas Pendanaan Ja
Syariah (FPJPS) bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
12/32/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/32/DPbS Tentang Rencana Bisnis Bank U
dan Unit Usaha Syariah

Judul

Deskripsi

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
12/13/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/DPbS Tentang Pelaksanaan Good Corpo
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
12/6/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/6/DPbS tanggal 8 Maret 2010 Tentang U
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/34/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/34/DPbS Tentang Bank Pembiayaan Rak

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/33/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 Tenta
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/28/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/28/DPbS Tentang Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/25/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/25/DPbS Tentang Perubahan Kegiatan U
Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/24/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/24/DPbS Tentang Perubahan Kegiatan U
Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/31/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/31/PBI/2009 Tentang Uji Kemampuan dan K
Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/29/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 Tentang Fasilitas Pendanaan Ja
Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/23/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 Tentang Bank Pembiayaan Rak

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/24/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 Tentang Fasilitas Pendanaan Ja
Syariah Bagi Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/15/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 Tentang Perubahan Kegiatan U
Konvensional Menjadi Bank Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/9/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/9/DPbS Tentang Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/10/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 Tentang Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/3/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/32/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008 Tentang Komite Perbankan Sya

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
10/34/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS Tentang Restrukturisasi Pembia
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
10/35/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/35/DPbS Tentang Restrukturisasi Pembia
Pembiayaan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
10/36/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/36/DPbS Tentang Perubahan atas Surat
Indonesia Nomor 8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/23/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/23/PBI/2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan V
Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/24/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/24/PBI/2008 Tentang Perubahan Kedua Atas
Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Ya
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
10/31/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/31/DPbS Tentang Produk Bank Syariah d
Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/16/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 Tentang Perubahan atas Peratu
Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Keg
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/17/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 Tentang Produk Bank Syariah d
Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/18/PBI/2008

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembia
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
10/14/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/DPbS Tentang Pelaksanaan Prinsip S
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
9/29/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbS Tentang Sistem Penilaian Tingka
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/17/PBI/2007

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingka
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
9/17/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/17/DPbS Tentang Perubahan Atas Surat E
7/13/DPbS tentang Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
9/14/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/14/DPbS tanggal 21 Juni 2007 tentang Pe
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tenta
Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip S
Lampiran

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/9/PBI/2007

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007 Tentang Perubahan atas Peratura
Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaks
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/6/PBI/2007

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 Tentang Perubahan Kedua Atas P
Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Kon
Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip S
Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prins
Bank Umum Konvensional

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/1/PBI/2007

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/26/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/26/DPbS Tentang Kewajiban Penyediaan
bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah dan Lampiran

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/24/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/24/DPbS Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/23/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/23/DPbS Tentang Lembaga Sertifikasi bag
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/22/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/22/DPbS Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/22/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban Penyediaan
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/24/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/25/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006 Tentang Perubahan atas Peratur
Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 Tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan P

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/21/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/23/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/23/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peratur
Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah Dan
Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/19/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/19/DPbS Tentang Pedoman Pengawasan
Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah dan Lampiran

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
8/10/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/10/DPbS Tentang Perubahan atas Surat E
Indonesia Nomor 7/53/DPbS tanggal 22 November 2005 tentang Kewajiban Peny
Minimum bagi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Pri

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 8/8/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/8/DPbS Tentang Perubahan Kegiatan Usa
Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasa
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berda
Syariah oleh Bank Umum Konvensional

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/7/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/7/PBI/2006 Tentang Perubahan atas Peratura
Nomor 7/13/PBI/2005 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umu
Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/3/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 Tentang Perubahan Kegiatan Usa
Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasa
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berda
Syariah oleh Bank Umum Konvensional

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
7/57DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/57DPbS Tentang Hubungan Antara Bank y
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor Akuntan Pub
Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia, serta Lampiran

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
7/52/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS Tentang Laporan Tahunan dan L
Publikasi Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan Lampiran

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/46/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan da
Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syaria

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/47/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005 Tentang Transparansi Kondisi Ke
Perkreditan Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
7/53/DPbS

Surat Edaran Nomor 7/53/DPbS Tentang Semua Bank Umum Yang Melaksanaka
Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/35/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 Tentang Perubahan atas Peratur
Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiat
Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/13/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 Tentang Kewajiban Penyediaan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
7/13/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/13/DPbS Tentang Laporan Bulanan Bank
Rakyat Syariah

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 7/5/DPbS

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/5/DPbS Tentang Bank Umum yang Melaks
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/9/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/9/PBI/2005 Tentang Laporan Bulanan Bank P
Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/24/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum yang Melak
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/21/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum dal
Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
6/31/DPbs

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/31/DPbs Tentang Bank Perkreditan Rakya
Prinsip Syariah

Judul

Deskripsi

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/17/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 Tentang Bank Perkreditan Rakya
Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/19/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/19/PBI/2004 Tentang Penyisihan Penghapusa
Bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/18/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/18/PBI/2004 Tentang Kualitas Aktiva Produkti
Perkreditan Rakyat Syariah

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI’AH DAN CARA PENYELESAIANNYA
A. Perbankan Syari’ah
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking
system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk
menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama- sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung
mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional. Perkembangan selanjutnya, kehadiran bank syari’ah di
Indonesia cukup menggembirakan. Disamping BMI, saat ini juga telah hadir bank syari’ah milik
pemerintah seperti Bank Syari’ah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri bank syari’ah sebagai
cabang dari bank konvensional yang sudah ada seperti Bank BNI, Kasmir, bank dan lembaga
keuangan lainnya, (Jakarta:Rajawali Press:2003), cet. ke-7, h.179)
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan
instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan
sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan
bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga
mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. Dengan
telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit
tanggal 16 Juli 2008 pada BAB I ketentuan umum pasal 1 ayat 1: “Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” Pasal 1 ayat 7: “Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.” Pasal 1 ayat 12:
“Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah”.
(Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah.) Maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi
masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka
arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis
lainnya.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah
perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep
ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang
sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di
dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya
pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap
masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri. Usaha untuk

penyelesaian sengketa pada perbankan syari’ah termaktub pada Undang-Undang No 21 Tahun 2008
tentang perbankan syari’ah pada Bagian ke tiga larangan bagi bank syaria’ah dan UUS pasal 24 ayat 1
point a,b,c dan d yang berbunyi : (1) Bank Umum Syariah dilarang: a. melakukan kegiatan usaha yang
bertentangan dengan Prinsip Syariah; b. melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar
modal; c. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
b dan huruf c; dan d.( Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah.) melakukan
kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi
syariah.
B. Aqad Penghimpun Dana Berdasarkan Prinsip Syari’ah
Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah dalam prakteknya di lembaga perbankan syari’ah telah
membentuk sebuah sub sistem, sistem pembiayaan 3 Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang
perbankan syari’ah. 15 berdasarkan prinsip syari’ah dilihat dari sudut pandang ekonomi bahwa
berdasarkan sifat pengunaannya dapat dibagi menjadi dua hal (4 Muhammad syafii Antonio, bank
syari’ah dari teori ke praktik, (Jakarta:Tazkia,tth), h.160.)
1. Pembiayaan produktif antara lain pembiayaan usaha produktif terdiri dari pembiayaan likuiditas,
piutang dan persediaan modal, pembiayaan modal kerja untuk perdagangan terdiri dari perdagangan
umum dan perdagangan berdasarkan pesanan dan pembiayaan investasi.
2. Pembiayaan konsumtif baik primer maupun sekunder. Perbankan syariah memiliki tujuan yang
sama seperti perbankan konvensional yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha atau
kegiatan lainnya yang sesuai. Adapun cara penyelesain sengketa ini terdapat dalam Peraturan Bank
Indonesia No.7/46/PBI/2005 pasal 11 ayat 2 point a,b, dan c. Pasal 11 Ayat 2 : “Dalam hal seluruh
atau sebagian barang tidak tersedia sesuai dengan waktu penyerahan, kualitas atau jumlahnya
sebagaimana kesepakatan maka Bank memiliki pilihan untuk : a. membatalkan (mem-fasakh-kan)
Akad dan meminta pengembalian dana hak Bank; b. menunggu penyerahan barang tersedia; atau c.
meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis atau tidak sejenis
sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula.” Kemudian pasal 11 ayat 3: “dalam
hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang lebih tinggi maka nasabah tidak
boleh meminta tambahan harga, kecuali terdapat kesepakatan antara Bank dengan nasabah.” Dan
pasal 11 ayat 4: “ dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang lebih
rendah dan Bank dengan sukarela menerimanya, maka tidak boleh menuntut pengurangan harga
(discount).( 5. Peraturan Bank Indonesia No.7/46/PBI/2005 tentang aqad penghimpun dana
berdasarkan prinsip syari’ah).
C. Fatwa Tentang Murabahah
Dewan Syariah Nasional adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
mempunyai fungsi melaksanakan tugas-tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Salah satu tugas pokok Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam
(Syari’ah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga
keuangan syari’ah.

Melalui Dewan Pengawas Syari’ah melakukan pengawasan terhadap penerapan prinsip syari’ah
dalam sistem dan manajemen lembaga keuangan syari’ah (LKS). Seperti yan telah dijelaskan dalam
Fatwa Dewan Syaria’ah Nasional MUI yang berbunyi sebagai berikut : Fatwa DSN-MUI NO: 04/DSNMUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati
kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus
sah dan bebas riba.
5. Peraturan Bank Indonesia No.7/46/PBI/2005 tentang aqad penghimpun dana berdasarkan prinsip
syari’ah.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian
dilakukan secara utang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang
telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual
beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan murabahah kepada nasabah:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya
secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima
(membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang
muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta
kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: a. Jika nasabah
memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. b. Jika nasabah batal
membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank
akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
c. Ketentuan jaminan dalam murabahah:
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
d. Ketentuan utang dalam murabahah:
1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya
dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah
menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan utangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera
melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan
utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau
meminta kerugian itu diperhitungkan.
e. Ketentuan penundaan pembayaran dalam murabahah:
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
f. Ketentuan bangkrut dalam murabahah: Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali,
atau berdasarkan kesepakatan.6 6 Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV