Tugas Sejarah Indonesia Masa Pergerakan

Nama

: Zulkifli Pelana

NIM

: 4415120305

Prodi

: Pendidikan Sejarah (A)

Matkul : Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional
______________________________________________________________________________
Soal Pertanyaan
(Tugas ke-1)
1.

Jelaskan dampak dari perubahan ‘de Indonesische Vereeniging’ pada tahun 1925 menjadi
‘Perhimpunan Indonesia’ dalam aktivitas politiknya di Hindia Belanda!
Jawaban:

Transisi dari ‘Indonesische Vereeniging’ menjadi ‘Perhimpunan Indonesia’ menimbulkan
dampak berupa perubahan peran sosial dan kebudayaan (yang sebelumnya menjadi fungsi
organisasi yang utama) menjadi organisasi yang mengutamakan masalah-masalah politik
sejak Februari 1925, meskipun kedua peran sebelumnya memang tetap ada.
Perubahan nama tersebut juga sebagai usaha penemuan kembali identitas pribadi yang
sejalan dengan pencarian identitas sebagai bangsa Indonesia, yang mana kedua usaha itu
tersalur dalam aktivitas pergerakan kebangsaan. (Ingleson, 1988: 2)

2.

Apa yang mendasari Hatta menjadikan ‘Perhimpunan Indonesia’ sebagai sebuah organisasi
radikal?
Jawaban:
Dijadikannya PI sebagai sebuah organisasi radikal oleh Hatta didasari beberapa alasan,
yakni kemerdekaan bukanlah hadiah dari Belanda, tapi harus direbut oleh bangsa Indonesia
dengan usaha sendiri, dan tidak perlu berkooperasi dengan kolonial, seperti dengan
Volksraad (Ingleson, 1988: 5). Hal ini pula berguna agar menghindarkan bangsa Indonesia
dari ketergantungan psikologis dan perasaan rendah diri terhadap Belanda (Ingleson, 1988:
12). Sebenarnya, para anggota PI tidak mau menggunakan kekerasan, tetapi konflik
kepentingan dengan penjajah membuat kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan kekerasan.

Hatta berpendapat bahwa bila sampai terjadi penggunaan kekerasan, itu merupakan
tanggung jawab Belanda. Hatta pun tak mau bertindak gegabah guna rakyat dapat mencapai
kemerdekaan dengan aksi kekerasan, karena kegegabahan itu mengakibatkan tersia-sianya
hidup orang Indonesia (Ingleson, 1988: 11-12)

3.

Apa yang menyebabkan organisasi-organisasi sosial politik Hindia Belanda pada masa
dekade kedua di awal-awal abad ke-20 saling bersaing?
Jawaban:
Adapun yang menyebabkan persaingan itu di antaranya adalah banyaknya jumlah partai
yang masing-masing mengejar kepentingannya sendiri yang seringkali sempit, dan dengan
sedikit sekali perhatian terhadap pergerakan nasional sebagai suatu keseluruhan (Ingleson,
1988: 50-51). Perbedaan kepentingan terlihat dari adanya organisasi-organisasi berbasis
islam, marxis, dan nasionalis yang menekankan semangat pergerakan berdasarkan ideologi
yang mereka anut masing-masing.

4.

Jelaskan maksud dari strategi non-kooperasi ‘Perhimpunan Indonesia’ dikaitkan dengan

pemikiran Ali Sastroamidjojo yang menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk
bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda!
Jawaban:
Perhimpunan Indonesia memang benar menyatakan secara tegas bahwa kerja sama dengan
Belanda tidak mungkin dan bahwa non-kooperasi dan swadaya merupakan hal yang asasi.
Tetapi pendirian tegas ini dimaksudkan untuk saat tertentu, serta strategi non-kooperasi bagi
PI bukan sebagai prinsip yang harus dipegang teguh dalam segala situasi. (Ingleson, 1988:
11)

5.

Sejauh mana manfaat dibentuknya kelompok-kelompok studi (seperti: Kelompok Studi
Indonesia, Kelompok Studi Umum) dalam membentuk kesadaran bangsa Indonesia?
Jelaskan!
Jawaban:
Kelompok-kelompok studi tersebut merupakan langkah pertama ke arah aksi politik yang
terbuka, dan untuk banyak orang merupakan suatu bentuk peralihan antara PI dan tujuan
terakhir mereka yaitu partai nasional yang baru. (Ingleson, 1988: 20)
Selain itu, kelompok-kelompok studi tersebut bermanfaat sebagai sarana pendidikan
kesadaran politik bangsa Indonesia guna melakukan pergerakan melawan penjajahan.


Referensi:
Ingleson, John. 1988. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia tahun 1927-1935
Jakarta: LP3ES.

Soal Pertanyaan
(Tugas ke-2)
1.

Mengapa Tan Malaka sebagai salah satu tokoh PKI yang dibuang oleh penguasa Hindia
Belanda berpendapat bahwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI pada tahun 1926
merupakan sebuah tindakan yang prematur? Jelaskan!
Jawaban:
Karena pemberontakan tersebut direncanakan dengan tidak seksama oleh pimpinan partai
yang tidak sepakat antara mereka sendiri tentang hikmah aksi tersebut, serta gerakan
tersebut juga hanya sedikit memperoleh pendukung. (Ingleson, 1988: 26)

2.

Apa yang menyebabkan rencana pembentukan Sarekat Ra’jat Nasional Indonesia (SRNI)

yang diusulkan Hatta kurang mendapat tanggapan yang hangat?
Jawaban:
Organisasi tersebut dianggap oleh sebagian rakyat sebagai organisasi yang terlalu moderat.
Di mana hal itu didasari tanggapan Sudjadi terhadap Hatta bahwa organisasi tersebut tidak
sesuai dengan keinginan para pendukung Hatta yang memilih prinsip non-kooperasi. Karena
memang Sarekat Ra’jat Nasional Indonesia cenderung berfokus pada bidang pendidikan dan
melalui pendidikan menyiapkan rakyat secara pelan-pelan untuk merdeka. Selain itu, para
pemimpin Kelompok Studi Umum percaya bahwa rencana Hatta terlalu moderat bukan
karena tujuan-tujuannya, tetapi karena tekanan pada peranan pendidikan partai dianggap
sebagai taktik yang tidak tepat yang tidak akan cukup cepat membawa rakyat ke arah suatu
Indonesia yang merdeka. (Ingleson, 1988: 32-34)

3.

Jelaskan pengertian ‘radikal’ dan ‘moderat’ dalam perjuangan gerakan kaum nasionalis
Indonesia!
Jawaban:
Radikal adalah suatu aliran pergerakan yang sangat keras dalam tuntutan atau tindakan
dalam mencapai perubahan. (Badudu, 2003: 294)
Moderat adalah suatu aliran pergerakan yang cenderung mengambil jalan tengah yang dapat

menghindari tindakan ekstrem. (Badudu, 2003: 229)

4.

Di titik mana perbedaan dan persamaan antara Hatta dan Soekarno dalam strategi
perjuangan kebangsaan Indonesia?

Jawaban:
Dalam strategi perjuangan kebangsaan Indonesia baik Hatta maupun Soekarno, keduanya
memiliki kesamaan keyakinan bahwa orang-orang Indonesia secara politik harus dididik
terlebih dahulu sebelum kemerdekaan dicapai. Hanya saja ada perbedaan dalam hal ini,
Soekarno percaya bahwa agitasi dan propaganda dalam rapat-rapat akbar merupakan alat
yang paling efektif untuk pendidikan politik, maka Hatta percaya bahwa cara semacam itu
hanya mempunyai manfaat yang terbatas dalam situasi kolonial yang represif di mana
pemerintah kolonial Hindia Belanda setiap saat dapat melakukan penangkapan.
Berkebalikan dengan pandangan agitatif Soekarno yang dapat memancing sikap represif
pemerintah kolonial Hindia Belanda, Hatta pun menolak pandangan Soekarno itu dan
berkeyakinan bahwa yang terpenting adalah bagaimana agar organisasi partai itu terus hidup
tanpa terganggu sehingga suatu ketika di masa depan ia akan berkembang penuh dan
mengantarkan Indonesia kepada kemerdekaan. (Ingleson, 1988: 218)

5.

Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam pertumbuhan di cabang-cabang PNI yang
disebabkan kurangnya tokoh-tokoh organisasi yang cakap dan mengapa hambatan tersebut
dapat muncul?
Jawaban:
Cara mengatasi hambatan dalam pertumbuhan di cabang-cabang PNI yaitu dengan
menginstruksikan untuk mulai mengadakan kursus-kursus secara teratur untuk membina
pemimpin-pemimpin yang mempunyai kesadaran politik, yang mana hal itu memungkinkan
dibentuknya suatu klub debat.
Adapun terkait mengapa hambatan tersebut muncul, ini karena kurangnya pemimpinpemimpin eselon II yang cakap dalam kesadaran politik. (Ingleson, 1988: 65)

Referensi:
Ingleson, John. 1988. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia tahun 1927-1935
Jakarta: LP3ES.
[E-Book] Badudu, Yus. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Soal Pertanyaan
(Tugas ke-3)

1.

Tiga aliran politik: Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, menurut Soekarno memiliki asalusul yang sama dalam gerakan nasionalisme. Apa maksud pandangan Soekarno tersebut?
Jelaskan!
Jawaban:
Pokok pikiran Sukarno bahwa gerakan-gerakan islam, marxis, dan nasionalis di Indonesia
berasal dari suatu dasar yang sama yaitu hasrat kebangsaan untuk melawan kapitalisme dan
imperialisme Barat dan bahwasanya ketiga aliran gerakan politik tersebut harus bersatu
dalam perjuangan melawan musuh bersama, bukanlah buah pikiran yang orisinal. (Ingleson,
1988: 25)

2.

Apa yang melatarbelakangi “pengusiran” Hatta dari organisasi ‘Perhimpunan Indonesia’?
Jawaban:
Adanya penghentian strategi kerja sama dengan kelompok-kelompok nasionalis nonkomunis yang dilakukan oleh Komintern yang disebabkan perubahan taktik yang terjadi
setelah pecahnya Kuomintang dari Partai Komunis Cina tahun 1927. Selain itu,
penyingkiran terhadap Hatta dan Sjahrir oleh Badan Pengurus PI yang didominir oleh
komunis dengan alasan bahwa Hatta dan Sjahrir mencoba memecah-belah gerakan
nasionalis karena menyokong Gerakan Merdeka, mengakibatkan Hatta maupun Sjahrir

kecewa terhadap kerja sama dengan kaum komunis di masa depan. Hal ini pun berujung
pada pengunduran diri Hatta sebagai ketua PI pada permulaan 1928. (Ingleson, 1988: 166)

3.

Apa yang menimbulkan polemik hangat antara Partindo dan PNI Baru?
Jawaban:
Polemik hangat antara Partindo dan PNI Baru di antaranya ditimbulkan oleh beberapa hal,
yaitu adanya perbedaan bahwa Partindo adalah partai ‘orang Indonesia’ dan PNI Baru
adalah partai ‘orang Eropa’. Perbedaan ideologis dan taktik kedua partai itu, di mana
Partindo sebagai alat Soekarno yang notabene tidak pernah mengalami langsung kebudayaan
Barat, meskipun ia berpendidikan Barat juga. Dan lain pihak, PNI Baru sebagai alat Hatta /
Sjahrir yang telah terkena proses eropanisasi karena mereka menempuh pendidikan di Barat
dan mengalami langsung kebudayaan Barat.

Di samping itu, para pemimpin Partindo umumnya adalah produk didikan di negeri Belanda
dan anak-anak para elite tradisional di Jawa (priyayi), sedangkan para pemimpin PNI Baru
adalah anak-anak para pejabat desa atau pegawai negeri rendahan. (Ingleson, 1988: 215)
4.


Di antara Soekarno dan Hatta/Sjahrir (menurut Ingleson) terdapat perbedaan mendasar
tentang konsep persatuan dalam gerakan golongan nasionalis. Jelaskan maksud pernyataan
tersebut!
Jawaban:
Mengenai perbedaan mendasar tentang konsep persatuan dalam gerakan golongan
nasionalis, dapat kita perhatikan sebagai berikut.
Soekarno percaya bahwa agitasi dan propaganda dalam rapat-rapat akbar merupakan alat
yang paling efektif untuk pendidikan politik, yang mana bagi Soekarno yang terpenting
adalah menanamkan semangat pergerakan dalam hati rakyat.
Hatta/Sjahrir dalam keyakinannya bahwa orang-orang Indonesia secara politik harus dididik
terlebih dahulu sebelum kemerdekaan dicapai, dan bagi Hatta yang terpenting adalah
bagaimana agar organisasi partai itu terus hidup tanpa terganggu sehingga suatu ketika di
masa depan ia akan berkembang penuh dan mengantarkan Indonesia kepada kemerdekaan.
(Ingleson, 1988: 218)

5.

Apa yang melatarbelakangi Soekarno bergabung dengan Partindo?
Jawaban:
Soekarno bergabung dengan Partindo dikarenakan Partindo lebih sesuai dengan ideologi

pribadi Soekarno, dan lebih penting lagi, Partindo sendiri telah menawarkan kebebasan
bertindak yang cukup besar kepada Soekarno untuk bertindak meneruskan gaya agitasinya
dalam kegiatan politiknya yang merupakan sumber kekuatan dirinya itu. (Ingleson, 1988:
195)

Referensi:
Ingleson, John. 1988. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia tahun 1927-1935
Jakarta: LP3ES.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1