Makalah Landasan Pendidikan Sistem Pendi

Makalah Landasan Pendidikan

Sistem Pendidikan Nasional
menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003
Disusun Oleh:
Munawarah (1506101020045)
Ajelita Winda Kesuma (1506101020010)
Ela Satria (1506101020019)
Putri Sarah Armanta
Khalil Akmal
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Murniati AR, M. Pd

Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh
2016
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurah
kepada keluarga dan para sahabatnya. Aamiin.
Makalah yang berjudul “Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang No 20 tahun
2003“ ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan pada
smester 3 dan 1. Makalah yang bersumber dari media cetak dan media lainnya bertujuan untuk
menjabarkan tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ungkapan terima kasih penulis hanturkan kepada dosen penanggung jawab mata kuliah
Landasan Pendidikan, atas bimbingan dan arahannya, hingga tersusunnya makalah ini.
Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Karena
keterbatasan waktu, sumber maupun kemampuan penulis, tentunya ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga ke depannya penulis dapat menjelaskan lebih detail tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Tak lupa saran serta kritik yang membangun senantiasa penulis
harapkan dalam perbaikan makalah ini.

Banda Aceh, 09 November 2016

Penyusun

ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A.

Latar Belakang...................................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah.................................................................................................. 1

C.

Tujuan................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A.


Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003.................................................................2

B.

Fungsi dan Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional........................................................2

C.

Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional...............................................................2

D.

Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003.......................................3

E.

Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003...................................5

F.


Pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional (pendidik da peserta didik).............5

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................10
A.

Kesimpulan........................................................................................................ 10

B.

Saran................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta
bertanggung jawab.Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan
suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam mewujudkan manusia yang mempunyai sikap dan prilaku baik serta
berilmu, dunia pendidikan tidak bisa lepas dari manusia tersebut. Pendidikan tersebut
mulai dari pendidikan anak usia dini (TK), pendidikan Sekolah Dasar, Pendidikan di
SMP serta pendidikan lainnya yang setara atau yang lebih tinggi. Untuk itu undangundang ikut serta dalam mengatur pendidikan itu yang terdapat dalam UU No 20 tahun
2003. Bagaimanakan mengimplementasikan pendidikan berdasarkan undang- undang
tersebut?. Makalah ini akan mencoba membahas permasalahan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003?

2. Apakah Fungsi dan Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional?
3. Apakah Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional?
4. Bagaimana Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun
2003?
5. Apa Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003?


6. Apa saja pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional
(pendidik da peserta didik)?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Mengetahui Fungsi dan Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional
Mengetahui Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional
Mengetahui Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun
2003
5. Mengetahui Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan menurut UU No. 20
Tahun 2003
6. Mengetahui isi dari pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan
Nasional (pendidik dan peserta didik).

1


BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang
secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang
dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik
merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah
berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk
kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas
dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga
setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik
pendidikan.
Untuk mengetahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.”

Berdasarkan definisi di atas, ditemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang
terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya;
dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

B. Fungsi dan Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, agar berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
C. Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional
2

Visi Sistem Pendikan Nasional:
Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem pendidikan

nasional sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga
mampu dan prokatif memjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi Sistem Pendidikan Nasional:
Dengan visi pendidikan nasional tersebut tentu aka nada misi dari pendidikan
nasional tersebut yaitu :
1. Mengupayakan peluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat
belajar.
3. Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk megoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pegalaman,
siakap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
RI.
D. Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003

Pendidikan karakter belakangan ini sering disebut-sebut lagi. Banyak kalangan
yang mensosialisasikannya, seperti sesuatu yang baru. Namun setelah dipahami defenisi
pendidikan dalam UU nomor 20 tahun 2003, pendidikan itu sudah mencakup pendidikan
karakter yang kini kembali disebut-sebut.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika dipahami lebih jauh, dalam UU ini sudah mencakup pendidikan karekter.
Misalnya pada bagian kalimat terakhir dari defenisi pendidikan dalam UU tentang
SISDIKNAS ini, yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Selain bagian dari defenisi pendidikan di Indonesia, bagian kalimat tersebut juga
menggambarkantujuan pendidikan yang mencakup tiga dimensi. Yaitu dimensi
ketuhanan, pribadi dan sosial. Artinya, pendidikan bukan diarahkan pada pendidikan
yang sekuler, bukan pada pendidikan individualistik, dan bukan pula pada pendidikan
3


sosialistik. Tapi dari defenisi pendidikan ini, pendidikan yang diarahkan di Indonesia itu
adalah pendidikan mencari keseimbangan antara ketuhanan, individu dan sosial.
Dimesi ketuhanan yang menjadi tujuan pendidikan ini tak menjadikan pendidikan
menjadi pendidikan yang sekuler. Karena dalam pendidikan sekuler, agama hanya akan
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran tanpa menjadikannya dasar dari ilmu yang
dipelajari.
Namun terkadang kita bangga melihat corak dan karakteristik pendidikan Barat
yang unik dan maju. Tetapi tidak bisa mengesampingkan kebobrokan moral dan etika
yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial manusia yang agung. Dan juga
menghilangkan fitrah asal manusia itu sendiri. Seperti teori Darwin. Jadi pendidikan di
Indonesia tidak memisahkan antara agama dan pendidikan, namun keduanya
disandingkan untuk mencapai generasi yang berotak Jerman dan berhati Mekkah.
Sehingga generasi yang terbentuk itu tidak menjunjung tinggi nilai-nilai materialistik
saja. Dengan menjadikan agama sebagai landasasan, generasi Indonesia menjadi generasi
mempunyai karakterisitik sendiri sebagaimana yang sering disebut dalam pendidikan
karakter.
Jadi dalam pendidikan di Indonesia, beranjak dari UU no 20 tahun 2003,
pendidikan yang mencakup dimensi ketuhanan akan menjadikan agama sebagai landasan.
Bukan memisahkan antara keduanya. Karena ketika keduanya dipisahkan, bagaimana
tidak generasi yang dihasilkan itu adalah generasi muda yang berkepribadian ganda dan
berprilaku buruk. Dan ini menjadi salah satu jalan pembentukan karakter bagi generasi
muda Indonesia.
Kemudian pendidikan juga tidak mengajarkan pada pendidikan individualistik,
yaitu pendidikan yang mengunggulkan diri sendiri namun hanya untuk kepentingan diri
sendiri. Seperti yang disebutkan dalam UU no 20 tahun 2003, pendidikan sebagai usaha
sadar agar peserta didik mengembangkan potensinya dalam pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia. Empat itu menjadi landasan kedua setelah
potensi spiritual keagamaan. Ketika peserta didik melakukan usaha belajarnya dalam
situasi tanpa landasan, menjadi jalan bagi peserta didik berfokus pada pengumpulan harta
benda demi memuaskan diri sendiri. Tanpa pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
dan akhlak mulian, peserta didik yang dihasilkan adalah manusia yang unggul secara
individualistik. Unggul secara individualistik menjadikan mereka rakus, dan menjadi
manusia yang mempunyai keberanian membunuh sesama demi mendapatkan apa yang
diinginkannya.
Pendidikan Indonesia juga tidak berupa pendidikan sosialistik yang menempatkan
pendidikan sebagai layanan publik dan membebankan tanggung jawab penyedianpembiayaan pendidikan kepada negara. Menurut UU no 20 tahun 2003, pendidikan itu
usaha sadar untuk mengembangkan potensi keterampilan peserta didik dalam hal
keterampilan yang diperlukan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan
keterampilan yang diberikan kepada peserta didik, peserta didik dapat mengembangkan
4

diri dengan petensi tersebut. Ketika keterampilan ini benar-benar tercapai, tak ada lagi
manusia yang membebankan manusia lain. Masing-masingnya punya keterampilan, maka
dengan keterampilan masing-masing, setiap individu berpeluang mengembangkan
dirinya. Jadi tidak membebankan semuanya pada negara. Bukan sekuler, bukan
individualistik dan bukan sosialistik, namun penyeimbangan dari ketiganya. Pendidikan
dalam UU no 20 tahun 2003 itu adalah mengembangkan potensi peserta didik yang
menjadikan agama sebagai landasan utama hidupnya, tidak mementingkan kepentingan
sendiri dan memiliki keterampilan yang berguna untuk dirinya dan orang-orang
sekitarnya.
E. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Contoh pendidikan formal: sekolah-sekolah
umum. Contoh pendidikan nonformal: les, bimbingan belajar, privat. Contoh pendidikan
informal: pendidikan yang didapat dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas: pendidikan menengah umum, dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat
berbentuk: akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.
F. Pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional (pendidik da peserta
didik)
a. Peserta Didik
Pasal 23
1. Pendidikan nasional bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan
gerak kepada peserta didik.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh Menteri.
Pasal 24
5

Setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak
berikut:
1. mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
2. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar
pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan
diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu
yang telah dibakukan;
3. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai
dengan persyaratan yang berlaku;
4. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih
tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan
pendidikan yang hendak dimasuki;
5. memperoleh penilaian hasil belajarnya;
6. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang
ditentukan;
7. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.
Pasal 25
1. Setiap peserta didik berkewajiban untuk ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
2. mematuhi semua peraturan yang berlaku;
3. menghormati tenaga kependidikan;
4. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan
keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.
5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh Menteri.
Pasal 26
Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya
dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan masing- masing.

b. Pendidik
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14
Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.
6

1. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus
mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggungjawab,
wibawa,
mandiri
dan
disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya
dalam
proses
pembelajaran
di
sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara
mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,
serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
2. Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,
membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan
teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik
merupakan hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan
karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan
harga relatif murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet
dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio
dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita.
Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru
sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas
seorang diri ?, menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan.
Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara
profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih
tetap diperlukan sepanjang hayat.
3. Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus
berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.
Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannya.
7

4. Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan
peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta
didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan,
baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing
peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan
lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak
mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal
itu tidaklah mungkin.
6. Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan
konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap
segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena
penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau
proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran
peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non
tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses
penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes
maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik,
karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik
atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya
beda dan tingkat kesukaran soal.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

8

Sistem pendidikan nasional Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 ini ada beberapa hal sudah bersifat
desentralistik seperti manajemen berbasis sekolah, tetapi ada juga yang masih bersifat
sentralistik yaitu pelaksanaan Ujian Nasional oleh pemerintah. UU ini menyebutkan juga
standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh suatu satuan pendidikan yaitu
standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan pendidikan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang
mengatur pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa,
agar tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional disusun sedemikian rupa, meskipun secara garis besar ada persamaan dengan
sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan
pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokrafis, historis, dan
kultural berciri khas. Jenjang pendidikan diawali dari jenjang pendidikan dasar yang
memberikan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa prasyarat
untuk mengikuti pendidikan menengah. yang diselenggarakan di SLTA. Pendidikan
menengah berfungsi memperluas pendidikan dasar. Dan mempersiapkan peserta didik
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depanya penulis
akan lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam mengembangkan pengetahuan tentang Sistem
Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003. Kami harapkan saran
dan kritik yang membangun dalam perbaikan makalah ini.

9

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat.2010. Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS. Jurnal pendidikan (Online). http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses
Minggu 11 Oktober 2002, jam 20.00 WIB
Tirtarahardja, Umar dan La sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ulfiarahmi.2010. Pendidikan Karakter. Jurnal pendidikan (Online).
http://ulfiarahmi.wordpress.com.
Diakses Minggu 11 Oktober 2002, jam 20.00 WIB
vhariss.2009. Peran dan fungsi guru. Jurnal pendidikan (Online).
http://vhariss.wordpress.com/tag/peran-dan-fungsi-guru/. Diakses Minggu 11 Oktober 2002, jam
20.00 WIB

10