Optimalisasi Pembangunan Desa Melalui Pe

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

Optimalisasi Pembangunan Desa Melalui Pelatihan Perencanaan Pembangunan
Desa Bagi Sekretaris Desa.
Oleh;
Simon S. Hutagalung, Bambang Utoyo, Eko Budi Sulistio
dan, Ani Agus Puspawati
Dosen Jurusan Administrasi Negara FISIP Unila

ABSTRACT
This Community Services Activity is being carried out in South Lampung District
Jatiagung with a lecture and discussion / FAQ. Meanwhile evaluation design used
was a quantitative evaluation through pre test and post test. Also evaluated
qualitatively through discussion / question and answer with monitoring during the
extension / dissemination of the material presented during the process of counseling /
socialization takes place between the presenters material with participants
socialization, particularly with regard to the aspects related to Rural Development
Planning.
It can be concluded already understand the concept of Regional Planning and outline
the content of their policies in the Indonesian Government regulations by members of
the village in the district secretaries forum Jatiagung South Lampung regency. It has

also been understood mechanisms and normative regulations in Rural Development
Planning and the position of rural community participation in the activities of the
Rural Development Plan by the members of the village in the district secretaries
forum Jatiagung South Lampung regency.
Keywords: Development Planning, Rural Assembly
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sampai saat ini di pedesaan, masalah yang sering kali mengemuka adalah
tingginya jumlah kaum miskin. Banyak masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan.
Hidup mereka tergantung pada kemurahan alam dengan penghasilan subsisten.
Apalagi, dalam kondisi seperti saat ini daya beli masyarakat semakin menurun.
Jumlah orang miskin dan penganggur terselubung kian meningkat. Diakui atau tidak,
kemiskinan di pedesaan tidak sepenuhnya disebabkan faktor kemalasan. Akan tetapi,
hal itu lebih disebabkan masyarakat di desa kurang menguasai akses-akses dalam
menambah ilmu, keterampilan, modal, dan pengalaman untuk menggali sumber
penghidupan yang dapat membebaskannya dari belenggu kemiskinan.
Untuk mengatasi hal itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna
meningkatkan kesejahteraan masya-rakat desa. Dulu ada program-program bantuan
desa, seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Jaring Pengaman Sosial (JPS),
sedangkan saat ini ada program semacam bantuan langsung tunai (BLT) dan beras

110

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

untuk rakyat miskin (raskin). Namun, sering kali kita temui program-program
tersebut mengalami hambatan. Kalaupun menyentuh masyarakat, program-program
tersebut banyak yang tidak sesuai lagi dengan konsep. Selain itu, memang banyak
program yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat.
Oleh karena itu, upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat desa harus segera
dilakukan, seperti melalui pengem-bangan investasi masuk desa. Alih teknologi dan
manajemen perlu dijadikan tujuan utama yang dikelola secara profesional dan
komersial. Hal ini juga tidak dapat terpisah dari masalah pengembangan sumber daya
manusia (SDM) yang mengisyaratkan perlu adanya perubahan paradigma dan
orientasi, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku masyarakat pedesaan. Dengan
demikian, pemberdayaan masyarakat pedesaan merupakan konsep pola
pengembangan SDM sampai pada tingkat kemandirian, yang ditandai dengan adanya
produktivitas, efisiensi, dan partisipasi masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan diperlukan konsistensi. Hal itu
harus menjadi konsepsi yang benar-benar memungkinkan masyarakat pedesaan untuk
dapat bertahan dalam situasi perekonomian yang serba sulit seperti saat ini. Selain itu,

meningkatkan harkat dan martabat serta kemampuan dan kemandirian yang nantinya
dapat menciptakan suasana kondusif. Jadi, hal itu memungkinkan masyarakat
pedesaan untuk berkembang dan memperkuat daya saing serta potensi yang dimiliki.
Pemberdayaan masyarakat pedesaan juga harus mampu memberikan perlindungan
yang jelas terhadap masyarakat. Upaya perlindungan dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang akibat berlakunya mekanisme pasar dan
eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam hal ini, tampaknya sulit diterapkan
mekanisme pasar. Masyarakat desa jelas akan kalah bersaing. Mereka tidak punya
apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada umumnya kurang terlatih.
Upaya lain adalah menyempurnakan kembali program-program yang telah
dijalankan. Pemberian fasilitas kredit dan bantuan desa harus sesuai dengan prosedur
dan konsep yang telah digariskan. Namun, yang perlu diperhatikan, bantuan dan
pemberian fasilitas kredit bukan berarti memanjakan dan membuat masyarakat
pedesaan semakin tergantung, tetapi mampu menggali potensi yang ada pada
masyarakat desa. Sebab, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan
atas usaha sendiri dan hasilnya dapat ditukarkan dengan pihak lain.
Selain itu upaya yang juga penting dan melibatkan warga desa sebagai sebuah
kesatuan pemerintahan adalah pengembangan kapasitas dalam proses pembangunan
di desa tersebut. Pengembangan kapasitas tersebut dimulai dari proses perencanaan
pembangunan hingga pada proses akhir, yaitu evaluasi pembangunan tersebut.

Pengembangan kapasitas yang pada proses perencanaan pembangunan tersebut
merupakan aktivitas interaksi antara elemen-elemen pemerintahan desa dan
masyarakat desa dalam menginventarisasi, mengkategori dan mengelola sumber daya
yang dimiliki oleh desa untuk pencapaian tujuan pembangunan.
Demikian pentingnya perencanaan pembangunan desa tersebut menjadikan
peningkatan seluruh kapasitas sumber daya yang dimiliki desa untuk menunjangnya
menjadikan peningkatan kapasitas dari masing- masing sumber daya tersebut menjadi
kebutuhan yang harus diperhatikan. Elemen yang paling penting dari antaranya
adalah sumber daya manusia (SDM), yang dalam hal ini adalah aparatur pemerintah
111

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

desa yang menjadi pelaksanaan aktif di dalam proses perenca naan pemba- ngunan
desa tersebut. Dengan semakin meningkatnya kapasitas aparatur pemerintah desa
dalam proses peren-canaan pembangunan tersebut maka akan ada implikasi positif
terhadap aktivitas dan substansi yang dihasilkan dari proses yang lebih baik itu.
Sebagai sebuah entry point dari pembenahan kapasitas sumberdaya aparatur
pemerintah desa, arus informasi dan pengetahuan tentang pengelolaan desa,
khususnya perencanaan pembangunan desa akan sangat menentukan. Tersedianya

informasi dan pengetahuan yang memadai akan menjadi titik awal bagi masingmasing aparatur desa untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya. Karena itu
diperlukan adanya tindakan nyata terhadap masalah perencanaan pembangunan desa
yang berfokus pada kapasitas sumber daya aparatur pemerintah desa dengan cara
memberikan informasi dan pengetahuan yang relevan.
I.2. Perumusan Masalah
Masalah- masalah yang teridentifikasi dari analisis situasi yang telah dipaparkan
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.
Masih lemahnya kualitas proses dan substansi yang dihasilkan dari kegiatan
perencanaan pemba-ngunan desa menjadikan pemba-ngunan di desa belum
mampu menghasilkan perubahan yang ber-daya guna.
2.
Masih belum maksimalnya proses kegiatan perencanaan pemba-ngunan desa
tersebut merupakan implikasi dari lemahnya kapasitas aparatur pemerintah desa
terhadap pengetahuan dan pemahaman ten-tang Perencanaan Pembangunan
Desa.
3.
Belum maksimalnya kapasitas aparatur pemerintah desa tersebut dikarenakan
belum memadainya informasi dan pengetahuan dalam lingkup perencanaa n
pembangunan desa.

I.3. Tujuan Kegiatan

1.

2.
3.

Adapun tujuan dari kegiatan ini antara lain:
Dipahaminya konsep Perencanaan Pembangunan Desa dan garis besar
kandungan kebijakannya dalam tata aturan Pemerintah Indonesia oleh Apatur
Pemerintahan Desa.
Dipahaminya mekanisme dan tata aturan normatif dalam Perencanaan
Pembangunan Desa oleh Aparatur Pemerintahan Desa.
Dipahaminya pentingnya peran serta masyarakat desa dalam kegiatan
Perencanaan Pembangunan Desa oleh Aparatur Pemerintahan Desa.

II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Partisipasi Masyarakat
Sampai saat ini yang menjadi refleksi dari proses desentralisasi adalah
sempitnya ruang publik untuk berpartisipasi atau terlibat dalam pengambilan

112

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

kebijakan. Hak rakyat yang sudah diformalkan dalam konstitusi dan unda ng- undang
itu apakah pada kenyataannya sudah dilaksanakan secara efektif sehingga tidak ada
gap (Wignjosoebroto, 2002). Enggannya pemerintah membuka ruang bagi
masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan ini tampaknya berkaitan
dengan hal- hal berikut ini. Dalam arena sosial, warga secara tradisional terlibat secara
partisipatif dalam bentuk-bentuk kekerabatan atau paguyuban yang menyelamatan
kehidupan mereka dalam komunitas.
Namun di era orde lama partisipasi dianggap hanya sebagai kegiatan mobilisasi
masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat hanya dianggap sebagai
kewajiban masyarakat untuk menyumbangkan sumberdaya yang dimilikinya untuk
mensukseskan agenda pemerintah yang biasanya bukan merupakan kebutuhan
masyarakat. Sementara konsep partisipasi ini dihubungkan dengan tradisi warga,
bahwa secara tradisional warga telah terlibat dalam proses partisipasi politik seperti
pemungutan suara dalam Pemilu atau terlibat dalam partai politik. Ada anggapan jika
warga telah melakukan pemungutan suara untuk memilih wakilnya maka warga telah
menyerahkan mandatnya kepada wakilnya, sehingga dia kehilangan hak untuk ikut

berperan aktif dalam pengambilan kebijakan.
Perkembangannya kemudian, tradisi partisipasi kewargaan memperoleh
pemahaman baru dan diperluas dalam konteks pembangunan. Pembangunan sebagai
proses untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menentukan masa depannya,
berarti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam proses tersebut. Partisipasi atau
keterlibatan warga dalam kebijakan pembangunan merupakan alat untuk memperluas
dan memperdalam demokrasi, dalam arti melalui partisipasi warga maka terjadi
redistribusi kekuasaan dari pemerintah kepada rakyat. Baik pemerintah maupun
rakyat seharusnya menyadari partisipasi lebih sebagai alat penyadaran bahwa rakyat
masih memiliki hak untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan pembangunan
tidak hanya sekedar terlibat.
Partisipasi publik sendiri secara luas didefinisikan sebagai aktivitas kolektif
yang berkelanjutan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama, khususnya distribusi
manfaat pembangunan yang lebih adil (UNESCO, 1979: 15). Secara sempit
partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan aktif warga negara dengan institusi
publik, aktivitas tersebut adalah: voting, memberikan suara pada pemilu, dan
mengadakan hubungan (contacting) atau melakukan tekanan baik secara individu
maupun kelompok, termasuk melakukan protes damai (Verba et al., 1978; Parry et
al., 1992). Dari kedua definisi ini berarti bahwa partisipasi dilakukan oleh warga
negara untuk memperoleh kepastian atau jaminan dari pemerintah agar setiap

kebijakan yang diambil memberi manfaat secara adil bagi seluruh masyarakat, tidak
hanya kelompok tertentu saja. Memberi manfaat secara adil artinya bahwa kebijakan
yang dibuat benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat sehingga memberi dampak
positif bagi keberlanjutan mereka.
Menurut Arnstein, partisipasi adalah sebuah istilah untuk kekuasaan warga
negara. Partisipasi bermakna adanya redistribusi kekuasaan yang memungkinkan
warga negara -yang tereksklusi dari proses politik dan ekonomi- terlibat dalam
proses-proses tersebut di masa datang. Partisipasi juga merupakan strategi bagi rakyat
yang tidak memiliki kekuasaan terlibat dalam menentukan cara membagi informasi,
113

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

menentukan tujuan kebijakan, mengalokasikan sumber daya pajak, menjalankan
program, serta mendistribusikan keuntungan dari kontrak dan patronase. Terdapat
perbedaan penting antara bentuk partisipasi semu atau ritual dengan partisipasi yang
memiliki kekuasaan nyata untuk mempengaruhi hasil.
Menurutnya partisipasi tanpa ada redistribusi kekuasaan merupakan proses
semu dan membuat frustasi rakyat yang tidak memiliki kekuasaan. Arnstein
berpendapat partisipasi masyarakat harus masuk pada wilayah perumusan kebijakan

pemerintah dan tidak hanya sebatas pada tataran implementasi kebijakan ataupun
yang bersifat seremonial semata seperti dalam pelaksanaan pemilu. Berbeda halnya
kalau publik memasuki ruang perumusan kebijakan, maka partisipasi masyarakat
memiliki kekuasaan yang nyata untuk ikut menentukan kebijakan pemerintah.
Dengan demikian partisipasi masyarakat menempati tingkat kontrol masyarakat –tipe
tertinggi dari tangga partisipasi, yaitu kekuasaan untuk ikut mengarahkan. Karena itu,
keseriusan pemerintah daerah untuk memberdayakan warganya dalam era otonomi
daerah ini akan ditandai dengan dibukanya ruang partisipasi masyarakat dalam proses
pembuatan kebijakan.
II.2. Tinjauan Pe rencanaan Pe m-bangunan Desa
Suatu perencanaan pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana
dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila perencanaan tersebut benar-benar
memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, khususnya
pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan keikutsertaan masyarakat desa secara
langsung dalam penyusunan rencana.
Musyawarah perencanaan pembangun-an (musrenbang) desa/kelurahan adalah
forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa/
kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya.
Musrenbang desa/kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana
kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan kepada rencana

pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun. Musrenbang
yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kema juan
desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber pemba-ngunan yang tersedia baik
dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.
Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan
oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerjasama dengan warga dan
para pemangku kepentingan. Penyeleng-garaan musrenbang merupakan salah satu
tugas pemerintah desa/ kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan dan kema-syarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila
salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat,
swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum
pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan
pembangunan.
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan
kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya
perencanaan pem-bangunan dari bawah secara partisipatif. Peraturan Pemerintah
114

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

No.72/2005 tentang Desa menjabarkan lebih lanjut mengenai posisi desa dalam
konteks otonomi daerah dengan mengacu pada UU 32/2004 tersebut. Sedangkan
kelurahan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.73/2005 tentang Kelurahan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi, perencanaan pembangunan desa/
kelurahan merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah
(kabupaten/kota) dan merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan
nasional. Payung hukum untuk pelaksanaan musrenbang diatur dalam Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
yang secara teknis pelaksanaannya sejauh ini masih diatur dengan Surat Edaran
Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyele ng-garaan
Musrenbang yang diterbitkan setiap tahun.
Perencanaan dan penganggaran me-rupakan suatu kesatuan konsep dan proses
yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa anggaran
atau sumber pembiayaannya. Di tingkat desa disusun dokumen anggaran yang
disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Sementara itu,
meskipun kelurahan bukan unit pemerintahan otonom seperti halnya desa,
musrenbang kelurahan dilakukan salah satunya untuk merumuskan kegiatan prioritas
dalam urusan pembangunan yang dimasukkan kedalam Renja SKPD kelurahan yang
merupakan bagian dari penyusunan APBD (kabupaten/kota).
II.3. Tujuan dan Keluaran Musrenbang Desa
Tujuan Musrenbang Desa yaitu:
1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan
penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa dengan pemilahan sbb.:
Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai
melalui dana swadaya desa/masyarakat;
Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai
melalui Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal yang berasal dari APBD
kabupaten/kota atau sumber dana lain;
Prioritas kegiatan desa yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan
untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD
kab./kota atau APBD propinsi.
2. Menyepakati Tim Delegasi Desa yang akan memaparkan persoalan daerah yang
ada di desanya pada forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program
pemerintah daerah/ SKPD tahun berikutnya.
Adapun keluaran dari Musrenbang Desa tersebut adalah:
1. Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa
untuk tahun anggaran berjalan.
2. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.
3. Berita acara musrenbang desa.

115

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

II.4. Proses Umum Musrenbang Desa
A. Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan
1. Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa/Lurah
Struktur organisasi TPM dan pembagian tugas: Ketua, bendahara, seksiseksi (acara, materi, logistik)
Pembentukan tim pemandu oleh TPM (3 orang).
Persiapan teknis pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan oleh TPM:
Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang desa/kelurahan
Pengumuman kegiatan musrenbang desa/kelurahan dan penyebaran
undangan kepada peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelumnya)
Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan).
2. Persiapan oleh tim pemandu:
Pelaksanaan kajian desa/kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/isu
pembangunan) untuk menyusun data/informasi permasalahan desa/kelurahan
Penyusunan rancangan awal RKP Desa yang diturunkan dari RPJM Desa atau
Renja Kelurahan yang diturunkan dari Renstra Kelurahan/RPJM Kelurahan
terutama yang termasuk urusan pembangunan
Persiapan bahan masukan (materi) musrenbang lainnya yang relevan.
B. Tahapan Pelaksanaan Mus renbang Desa/Kelurahan
1. Pemaparan-pemaparan sebagai masukan untuk musyawarah:
Pemaparan oleh anggota masyarakat mengenai gambaran persoalan desa
menurut hasil kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidang pembangunan
desa: (1) Rangkuman permasalahan sosial-budaya desa (termasuk ekonomi,
pendidikan, kesehatan); (2) Rangkuman permasalahan infrastruktur desa; (3)
Rangkuman permasalahan pemerintahan desa
Pemaparan Kepala Desa mengenai: (1) Hasil evaluasi RKP-Desa yang sudah
berjalan; (2) Kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi
perkiraan ADD tahun berikut
Tanggapan pihak kecamatan mengenai paparan desa yang dihubungkan
dengan kebijakan dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan ybs.
Perumusan pokok-pokok penting hasil pemaparan di atas dan
tanggapan/diskusi oleh warga masyarakat.
2. Musyawarah penyepakatan prioritas masalah/kebutuhan yang ada di desa
kegiatan untuk RKP-Desa tahun berikutnya dengan proses sbb.:
Pemilahan permasalahan yang menjadi prioritas desa sendiri dan yang
menjadi prioritas untuk diusulkan melalui musrenbang kecamatan
Pembahasan rancangan awal RKP-Desa
Penyusunan prioritas perma-salahan/ kebutuhan daerah yang ada di desa.
3. Musyawarah penentuan tim delegasi desa dengan proses sbb.:
Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi desa
116

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

Penentuan calon dari peserta musrenbang desa
Pemilihan/pengambilan suara
Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada tim delegasi.
C. Tahapan Pasca Musrenbang Desa/Kelurahan
1. Rapat kerja tim perumus hasil musrenbang desa/kelurahan yang terdiri dari:
Dua-tiga (2-3) orang dari TPM dan perangkat desa/kelurahan
Tiga (3) orang anggota tim delegasi desa/kelurahan
2. Rapat kerja finalisasi dokumen:
RKP-Desa dan penyusunan APBDesa untuk desa
Renja SKPD Kelurahan dan penyusunan Daftar Prioritas Kegiatan
Pembangunan Swadaya Kelurahan dan Daftar Prioritas Permasalahan
Pembangunan Kelurahan
II. 5. Dokumen-Dokumen yang Dihasilkan Musrenbang Desa
Seluruh proses musrenbang desa/ kelurahan, menghasilkan dokumen-dokumen sbb.:
A. Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan
Rekap data/informasi hasil kajian desa (per dusun/RW ata per sektor);
Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan
untuk musrenbang desa dan Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang
kelurahan.
B. Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan
Notulensi dan berita acara pelaksanaan musrenbang;
Format- format isian penentuan prioritas kegiatan yang akan menjadi bahan
utama penyempurnaan rancangan awal RKP-Desa Tahunan atau Renja SKPD
Kelurahan.
C. Tahapan Pasca Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan
SK Kades/Kelurahan untuk Tim Delegasi Desa/Kelurahan;
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan atau Renja SKPD
Kelurahan;
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Rencana Anggaran dan Biaya Program Kelurahan.
III.4. Metode Kegiatan
Karena berhubungan dengan transfer pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan
aktivitas Perencanaan Pemba-ngunan Desa maka kegiatan ini dilaksanakan dalam
bentuk pelatihan. Oleh karena itu, kegiatan ini dilaksanakan dengan metode:
1.
Ceramah
2.
Diskusi/ Tanya Jawab

117

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

III.5. Rancangan Evaluasi
Ada dua rancangan evaluasi yang digunakan untuk kegiatan ini, yaitu:
1. Evaluasi secara kuantitatif melalui pre test dan post test. Rancangan tersebut
digunakan untuk mengukur perubahan pengetahuan dan kemampuan konsep
seluruh peserta kegiatan.
2. Evaluasi secara kualitatif dilakukan melalui diskusi/ tanya jawab dengan
pemantauan selama proses penyuluhan/ sosialisasi terhadap materi yang
disajikan selama proses penyuluhan/ sosialisasi berlangsung antara penyaji
materi dengan peserta sosialisasi, khususnya yang terkait dengan aspek yang
berhubungan dengan Perencanaan Pembangunan Desa.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Kegiatan
Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari pihak Forum
Sekretaris Desa di Kecamatan Jatiagung. Salah satu sambutan diberikan oleh Bapak
Camat Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan. Dalam sambutannya bapak Camat
mengapresiasi adanya kegiatan yang dinisiasi oleh anggota forum sekretaris desa dan
dosen Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung.
Setelah sambutan dari Bapak Camat Jatiagung, kegiatan dilanjutkan dengan
penyampaian post test kepada seluruh peserta. Penyampaian post test dilakukan untuk
mengetahui pengetahuan para peserta terhadap tema kegiatan yang hendak
dilaksanakan. Selanjutnya dilakukakn pemaparan materi dari para pemateri (dosen
Jurusan Administrasi Negara FISIP Unila) yang sudah disusun sebelumnya.
Penyampaian materi dilakukan secara panel dengan skema penyampaian yang
bergantian materi dapat disampaikan secara tuntas.
Setelah seluruh pemateri menyam-paikan materinya, acara dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab/diskusi yang dilakukan secara terpandu. Tanya jawab/diskusi
berlangsung secara aktif dan antusias. Hampir sebagian besar peserta kegiatan
menyampaikan pertanyaan atau meminta penjelasan lebih mendalam tentang topik
perencanaan pembangunan desa yang sudah mereka lakukan pada masing- masing
instansi.
Setelah sesi tanya jawab/diskusi dilaksanakan dan dianggap telah cukup
memuaskan para peserta kegiatan maka acara dilanjutkan dengan pemberian post test
kepada peserta. Post test dapat dilaksanakan secara lancar dan dijalankan dengan
penuh antusias. Post Test ini bermanfaat untuk melihat perubahan pengetahuan yang
terjadi pada peserta kegiatan. Berikut adalah daftar skoring yang membandingkan
antara pre test dan pro test:

118

Tabel. Daftar Skoring Pre Test dan Post Test Peserta Kegiatan
No

Nama Peserta

Skor Pre Test

Skor Post Test
% Peningkatan

1

Sukardi

60

70

2

Suwarto Windhi

65

72

3

Jumad i

62

72

4

Tri Andayani

62

70

5

Sunaryo

62

75

13

6

Marwoto

60

70

10

7

Sulistyoko

65

75

8

Mujito

62

72

10

9

Maryono

65

70

5

10

Sumardi

60

72

11
12

Heru Pu rnomo
Ari Winanto

62
62

70
75

12
8

13

Sihain i

62

75

13

14

Sarju

65

75

10

15

Samsudin

65

70

16
17

Eko Purwanto
Sahrodin

60
60

72
70

5
12

18

Hermanto

60

75

19

Amir Hamzah

62

72

10

20

Muksin

62

72

10

21

Japar

62

72

10

22

Lis

62

70

23
24

Sudarman
Nafroni

62
60

70
72

8
8
12

25

Supardi

60

70

10

26

Herman

65

70

5

27

Wamudin

65

72

7

28

Wasiono

65

70

5

29

Sutrisno

60

70

10

30

Untung S

62

72

10

31

Did ik Suprayogi

60

75

32
33
34

M Sodikun
Tubagus Maryun
Pendi

65
62
60

75
70
72

15
10
8

35

Muhtarom

62

72

RATA-RATA PENINGKATAN S KOR

10
7
10
8

10

13

10
15

12
10
10%

119

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

Pada akhirnya setelah post test selesai dilak sanakan, maka kegiatan ditutup
oleh Kordinator Forum Sekretaris Desa dan Kordinator Kegiatan Pengabdian Pada
Masyarakat. Dari pengamatan dan analisis skoring serta secara kualitatif maka
dapat dikatakan bahwa telah lebih dikuasainya pengetahuan tentang perencanaan
pembangunan desa oleh para anggota forum sekretaris desa.
IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dapat diketahui adanya beberapa faktor
pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kelancaran penyeleng-garaan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu. Faktor pendukung itu adalah adanya
gairah dan ekspektasi dari para peserta kegiatan untuk mengikuti kegiatan itu.
Sehingga adanya minat tersebut, memudahkan pemateri untuk melakukan
pengem-bangan kapasitas pengetahuan pada masing- masing mereka.
Selain itu, diketahui juga adanya faktor penghambat yang perlu diantisipasi
jika hendak melaksanakan kegiatan serupa pada masa yang akan datang.
Diantaranya adalah belum dapat dilaksanakannya kegiatan yang lebih teknis
dalam bentuk tutorial kepada para peserta. Adanya kegiatan tutorial yang lebih
teknis sebenarnya dapat lebih mampu meningkatkan kemam-puan praktis yang
semestinya memang dimiliki oleh para aparatur desa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap kegiatan yang dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
a. Telah dipahaminya konsep Peren-canaan Pembangunan Daerah dan garis
besar kandungan kebijakannya dalam tata aturan Pemerintah RI oleh para
anggota forum sekretaris desa di Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung
Selatan.
b. Telah dipahaminya mekanisme dan tata aturan yang normatif dalam
Perencanaan Pembangunan Desa oleh oleh para anggota forum sekretaris
desa di Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.
c. Telah dipahaminya posisi peran serta masyarakat desa dalam kegiatan
Perencanaan Pemba-ngunan Desa oleh oleh para anggota forum sekretaris
desa di Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.
V.2. Saran
Adapun saran yang bisa diperoleh berdasarkan hasil dari kegiatan ini adalah:
a. Perlu dilakukan kegiatan pelatihan yang lebih bersifat teknis, sehingga dapat
dikuasainya secara lebih menyeluruh kapasitas perencanaan pembangunan
desa.
b. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan pada target sasaran yang lebih luas lagi,
meliputi kecamatan lain ataupun kabupaten lainnya.

120

Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. TT. Pelembagaan Mekanisme Perencanaan Partisipatif.
Eko, Sutoro. 2005. “Memperdalam Demokrasi Desa”, dalam Orde Partisipasi
Bunga Rampai Partisipasi dan Politik Anggaran. Ed. Sugeng Bahagijo dan
Rusdi Tagaroa. Jakarta: Perkumpulan PraKarsa.
Fahmi, Erwin dan R. Yando Zakaria. 2005, “Good Governance dan Mutistakeholder Processes: Minus Malum Dalam Wacana Neoliberal?” dalam
Wacana Jurnal Ilmu Sosial Transformatif. Edisi 20 Tahun VI, 2005.
Yogyakarta: Insist Press.
Isna, Alizar dan Anwaruddin. 2003. “Prospek Terwujudnya Paradigma Baru
Manajemen Pembangunan di Daerah (Studi Efektivitas Peran Swasta dalam
Implementasi Program Pengembangan Kecamatan di Desa Purbadana)”,
Laporan Hasil Penelitian (tidak diterbitkan). Purwokerto: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman.
Sastropoetra, Santosa. 1986. Komunikasi Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1986. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Gunung
Agung.

121