Hubungan Kredibilitas Selebriti “Pasha” Terhadap Keputusan Pemilih Pada Pilkada (Kasus Pilkada Walikota Palu 20

  

Hubungan Kredibilitas Selebriti “Pasha” Terhadap Keputusan

Pemilih Pada Pilkada (Kasus Pilkada Waliikota Palu 2015)

Nurhidayati

  Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP

  • – Universitas Tadulako

    Jln. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu, Sulawesi Tengah

    Email

  

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kredibilitas selebriti “Pasha” terhadap keputusan pemilih pada pilkada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

  mengukur hubungan kredibilitas selebriti Pasha terhadap keputusan pemilih pada pilkada.

  Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplanatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 69 (enam puluh sembilan) orang sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti. Untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pengukuran Skala Likert. Variabel yang diteliti yaitu: variabel independen berupa kredibilitas komunikator yang terdiri dari 4 subvariabel yaitu daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian, serta variabel dependen yaitu keputusan memilih. Untuk pengujian hipotesisnya menggunakan rumus analisis korelasi berganda dengan bantuan program SPSS

  for windows versi 19.0 .

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kredibilitas selebriti “Pasha” terhadap Keputusan Memilih, hubungan yang terjadi berada dalam kategori sangat kuat. Hal ini terlihat pada nilai multiple-R sebesar 0,993. Untuk mengetahui pengaruh kelompok variabel (X) terhadap variabel (Y), maka dilakukan analisis varian. Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah dengan membandingkan nilai F hitung > F tabel dan membandingkan nilai Sig.F. Dengan ini dapat disimpulkan untuk menolak H dan menerima

  a

  H . Hal tersebut dapat diartikan bahwa variabel independen (Kredibilitas Selebriti Pasha) mempunyai hubungan secara signifikan terhadap variabel dependen (keputusan memilih).

  Kata kunci : Kredibilitas, Selebriti, Keputusan, Memilih Submisi : 29 Maret 2018

Pendahuluan beragam macam profesi masing-masing.

  Pemilihan Umum menjadi salah Salah satunya adalah profesi seorang artis. satu indikator bahwa demokrasi disebuah Artis biasanya dikenal sebagai seorang negara telah berjalan dengan baik. Agar seniman yang bekerja di dunia hiburan terwujudnya demokrasi dalam kehidupan (entertainment). Tugas mereka adalah berbangsa dan bernegara. Tentunya menghibur pemirsa dengan berbagai diharapkan dengan adanya partisipasi talenta yang mereka mliki. politik dari warga negara. Partisipasi Pemilukada di Indonesia pada politik dapat dilakukan dengan berbagai tahun 2005 untuk pertama kalinya cara. Partisipasi politik sendiri diartikan diselenggarakan, fenomena yang terjadi sebagai keterlibatan rakyat untuk ikut adalah artis yang mulai bergeliat terjun berpartisipasi dalam mempengaruhi menjadi politisi. Tidak sedikit artis pembuatan dan pelaksanaan kebijakan berminat menjadi Kepala Daerah maupun politik oleh pemerintah. Warga negara Wakil Kepala Daerah dalam pemilukada di yang berada di Indonesia memiliki derahnya masing-masing. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah partai politik dengan mengusung nama- nama artis sebagai calon wakil rakyat untuk menjadi pendongkrak suara (vote

  getter ) pada saat pemilu maupun pemilukada.

  Di provinsi Banten untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, pada tahun 2004 partai keadilan sejahtera bersama Serikat Islam mengusung nama artis Marissa Haque yang berpasangan dengan Zulkiflie Masya, yang diajukan partai politik ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten. Meskipun pasangan ini akhirnya kalah dari pasangan putri daerah yakni Ratu Atut Chosiyah bersama M. Masduki, namun pasangan Zul-Marissa menduduki urutan kedua suara terbanyak setelah Ratu Atut Chosiyah dan M. Masduki.

  Pada tahun 2008 ada nama artis Dede Yusuf yang sukses terpilih menjadi Wakil Gubernur pada pemilukada Jawa Barat, bersama pasangannya Ahmad Heryawan. Dede Yusuf bersama Aher unggul atas pasangan lain yakni Agum Gumelar mantan Ketua Umum PSSI bersama Nurman Abdul Hakim, dan Danny Setiawan bersama Iwan Sulahjana.

  Di tingkat kabupaten untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, ada nama Dicky Chandra yang sukses menjadi wakil Bupati Garut untuk periode 2009- 2013, namun pada tahun 2011 dia mengundurkan diri karena kurang cocok dengan Bupati Aceng H.M. Fikri. Selanjutnya Zumi Zola yang mewarisi daerah politik ayahnya, Zulkifli Nurdin yang merupakan Gubernur Jambi Periode 1999-2004 dan 2005-2010. Pada pilkada Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dia dicalonkan sebagai Bupati dan terpilih bersama wakilnya, Ambo Tang untuk periode 2011-2016. Di tanggerang ada nama Rano Karno yang sukses terpilih menjadi Wakil Bupati Tanggerang. Namun pada tanggal 19 Desember 20011, ia mengundurkan diri dari jabatannya Wakil sebagai Wakil Gubernur Banten mendampingi Gubernur terpilih Ratu Atut Chosiyah periode 2012-2017.

  Di Palu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said yang di kenal dengan Pasha Ungu, akhirnya mendaftarkan diri sebagai calon Wakil Walikota Palu ke kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Palu. Pada pemilihan Kepala Daerah periode 2015-2020 ini Pasha maju sebagai Wakil Walikota Palu mendampingi calon Walikota Palu Hidayat, mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Sulawesi Tengah.

  Kedua pasangan ini diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

  Beberapa nama tersebut menunjukan bahwa artis mempunyai ekspetasi yang tinggi di masyarakat daerah. Bahkan sebagian besar pimpinan partai politik menilai mereka dapat menjadi magnet untuk memperbesar dukungan pemilik hak suara, artis yang dikenal karena popularitas diharapkan bisa menjadi senjata untuk mendongkrak sekaligus mendulang suara dalam pemilihan umum. Pemilukada di Indonesia dalam sejarahnya sangatlah menarik, pemilihan artis sebagai calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.

  Berhubungan dengan artis yang mencalonkan sebagai kepala daerah terdapat penelitian terdahulu yang telah mengangkat judul tersebut, yaitu penelitian oleh Muhammad Rosit (2012) tentang Strategi Komunikasi Politik Dalam Pilkada (Studi Kasus Pemenangan Kandidat Ratu Atut dan Rano Karno Pada Pilkada Banten). Berdasarkan hasil penelitian analisis data dan pembahasan masalah yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan sangat efektif dalam mendulang suara pemilih masyarakat Banten dan pasangan calon Ratu Atut dan Rano Karno merupakan sosok yang memiliki popularitas lebih sehingga peran popularitas ini sangat besar dalam memenangkan pilkada Banten 2011.

  Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kredibilitas Selebriti “Pasha” Terhadap Keputusan Pemilih Pada Pilkada (Kasus Pilkada Wali Kota Palu 2015)” yang berlokasi di Kelurahan Mamboro Kec.

  Palu Utara , alasan pemilihan lokasi karena Pasha pernah melakukan kampaye politik di Kelurahan tersebut.

  Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam

  bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama mkna (Effendy, 2002:9). Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Seorang ahli psikologi dan ahli politik asal Amerika Serikat yaitu Carl

  I. Hovland mengemukakan komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan) (Setiadi, 2003:239).

  Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah fungsi

  penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik, komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat nadi” proses politik. Aneka struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik, lembaga swadaya warga negara bisa memperoleh informasi politik melalui komunikasi politik ini. Setiap struktur menjadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan berdasarkan informasi ini.

  Komunikasi politik banyak menggunakan konsep dari ilmu komunikasi, karena ilmu komunikasi berkembang terlebih dahulu daripada komunikasi politik. Konsep-konsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik juga digunakan dalam komunikasi politik. Menurut Dahlan (1999:3),”komunikasi politik merupakan bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.” Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan lambang- lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. R.M. Perloff (1998) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang mendorong pemimpin, media, dan warga negara bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik.

  Ragam Komunikator Politik

  Kommunikator itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Rakhmat (dalam Dan Nimmo, 2005) digolongkan menjadi tiga yaitu politisi, profesional dan aktivis. Ketiganya dalam aktivitas mereka harus melakukan komunikasi politik. Nimmo (2005:30) menjelaskan secara rinci mengenai komunikator politik ini. Ia memaparkan bahwa terdapat tiga macam komunikator politik. Pertama, adalah komunikator politik yang mempunyai pekerjaan sebagai politisi/politikus, mereka adalah calon atau pemegang jabatan tertentu di pemerintahan. Tak dan tak mengindahkan apakah jabatan itu, eksekutif, legislatif atau yudikatif. Pekerjaan mereka adalah aspek utama kegiatan ini. Politisi atau politikus inilah yang sering juga disebut sebagai elit politik.

  Dalam kegiatan keseharian, para politikus harus melakukan komunikasi politik. Hal ini dilakukan, untuk mengomunikasikan pesan

  • – pesan politik kepada sesama politikus, pesan politik ini bisa berupa tuntutan, protes dan kebijakan. Kemudian, melakukan komunikasi politik kepada masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meraih dukungan masyarakat agar ia tetap bisa menduduki jabatan yang saat ini dimilikinya ( bagi yang belum mempunyai jabatan, dukungan masyarakat diperlukan untuk meraih jabatan tersebut.

  Kedua, profesional sebagai komunikator politik muncul diakibatkan karena berkembangnya perangkat teknologi media massa. Ia menyuarakan pendapat komunikator politik yang sesungguhnya dan menghubungkan dengan masyarakat, menghubungkan publik umum, dengan pemimpin politik dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik. Yang termasuk dalam profesional adalah para jurnalis (reporter, koordinator berita, penerbit, pengarah berita, eksekutif stasiun dan lainnya). Profesional lainnya adalah promotor, ia adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertenntu. Seperti agen publisitas, tokoh masyarakat, pejabat humas, pejabat informasi publik, sekretaris presiden dan lainnya (Nimmo, 2005:35)

  Pemilihan Umum (Pemilu)

  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, antara lain menyatakan bahwa “kemerdekaan kebangsaan Indonesia disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang beredaulatan rakyat.

  Perubahan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 1 ayat (2). Menyatakan bahwa “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar”.Berdasarkan perubahan tersebut seluruh anggota DPR, DPD, Presiden

  Wakil Presiden, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan masing-masing Kepala Daerah dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan secara langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil setiap lima tahun sekali. Melalui pemilu tersebut akan lahir lembaga perwakilan dan pemerintahan yang demokratis.

  Kansil (1986:15) menyatakan bahwa di beberapa negara demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai lambang kehidupan demokrasi sekaligus nilai ukur dari demokrasi itu sendiri. Tetapi pemilihan umum bukan merupakan satu- satunyan nilai ukur karena perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain seperti kampanye, propaganda, lobi dan negosiasi. Salah satu kegiatan yang paling menonjol dilakukan oleh partai politik dalam pemilihan umum tidak lepas dari strategi kampanye dan propaganda.

  Pemilih Pemula

  Dalam undang-undang pemilihan umum, pemilih pemula adalah mereka yang telah berusia 17 sampai 21 tahun. Sebagian besar mereka adalah para siswa SMA/SMK dan mahasiswa. Sesungguhnya mereka adalah pemilih potensial baik dari segi politik praktis maupun dari segi politik kepentingan masa depan bangsa ke depannya.

  Sebagai pemilih pemula tentunya generasi muda tersebut perlu dibekali tentang arti pentingnya pemilu buat mereka, kita dan massa depan bangsa juga keluarga besar (negara) yang bernama Indonesia. Mereka tentunya tidak mesti menerima pesta demokrasi itu sebagai suatu kepasrahan, apatis, dan tidak peduli.

  Pemilih pemula yang baru memasuki jangkauan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus memilih sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk dipengaruhi dan di dekati dengan pendekatan materi politik kepentingan partai-partai politik. Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya di manfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya. Pengetahuan pemilih pemula sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainya. Perilaku pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya, namun yang membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah sosial pengalaman politik dalam menghadapi pemilu. Preferensi yang dijadikan sandaran dalam melakukan pemilihan cenderung tidak stabil atau mudah berubah-ubah sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya (Sumarno, 2011 : 4 )

  Selebriti

  Berbicara tentang selebriti ada kaitannya dengan sejarah kesenian, sebab selebriti merupakan para pekerja seni. Kesenian dalam pengertian sehari-hari berhubungan dengan keindahan (estetika) dari umat manusia yang meliputi seni sasra, seni rupa, seni pertunjukan, dan seni rekam yang berupa produk teknologi mutakhir seperti film dan televisi. Namun dalam pengertian yang lebih luas kesenian juga mencakup segala produk kebudayaan sebagai hasil dari peradaban manusia.

  Berasal dari sejarah kesenian tersebut, maka saat ini lahirlah para pekerja seni modern. Di mana mereka adalah para pekerja seni yang memiliki bakat dalam bidang acting, musik, olah para pekerja seni tersebut semakin populer dengan adanya media massa. Kepopuleran para pekerja seni tersebut selanjutnya melahirkan satu kelompok baru yang disebut artis atau sebriti.

  Kata “selebriti” berasal dari bahasa Inggris, “celebrity” yang berarti pesohor atau orang terkenal lantaran terlalu dekatnya dengan dunia pemberitaan (pers). Untuk kata “celebrity” sendiri, sebenarnya berakar dari kata celebrate yang artinya “rayakan” atau “merayakan”. Adapun pengertian selebriti menurut Rober Tura dan Eddy Soetrisno adalah “sebutan bagi artis yang sudah mempunyai nama besar, dan tenar didalam memainkan peran dan akting sebagai pemain film ataupun penyanyi serta tokoh-tokoh yang di idam- idamkan setiap orang.(Aziz,2004:2)

  Komunikasi Persuasif

  Djamaludin (1994 :1) menyatakan komunikasi persuasif adal ah “sebuah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja ) melalui cara-cara verbal atau non verbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau kelompok”.

  Mempengaruhi seseorang atau banyak orang agar berpendapat, bersikap, dan bertingkah laku seperti yang diharapkan dapat pula dilakukan dengan beberapa cara seperti boikot, teror, atau pemerasan. Namun dalam penelitian yang dimaksud dengan mempengaruhi pendapat, sikap, dan tingkah laku adalah dengan tidak menggunakan cara-cara di atas melainkan persuasif dengan cara berkomunikasi.

  Masih dalam buku komunikasi persuasif, menurut pendapat Bettinghous (Djamaludin,1994: 1) komunikasi persuasif adalah “suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap orang lain.” Sedangkan untuk pengertian Zanna dalam Sevverin-Thankard, persuasif adalah “perubahan sikap akibat paparan informasi orang lain”.

  Komunikasi persuasif dilakukan dalam segala bentuk komunikasi, dengan demikian segala bentuk komunikasi yang digunakan bersifat persuasif dan semata- mata bekerja dengan menggunakan argumentasi serta alasan-alasan. Mempengaruhi, memperkuat, mengubah pendapat, sikap, dan tingkah laku, memerlukan rangkaian proses yang mesti dilalui. Oleh karena itu tingkah laku seseorang ditentukan oleh pendapat, kepercayaan, dan sikap yang sudah dimiliki sejak lahir.

  Kredibilitas Komunikator

  Menurut Severin,dkk (2009 : 162) bahwa kredibilitas adalah aset terpenting dari seorang komunikator, seorang komunikator di media berita yang kurang memiliki kredibilitas mungkin juga tidak memiliki pemirsa.

  Menurut Rakhmat (2008 : 254) kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) Kredibilitas adalah persepsi komunikate; jika tidak inheren dalam diri komunikator; (2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator.

  Pendapat lain dari Tubbs dan Moss (2000 : 114) mengatakan bahwa kredibilitas dalam arti luas berarti kesediaan kita mempercayai sesuatu yang dikatakan dan dilakukan seseorang.

  Kredibilitas merupakan pengaruh paling penting dalam penilaian kita terhadap sorang pembicara. Aristoteles percaya bahwa kualitas-kuakitas dalam dimensi kredibilitas membantu pembicara meningkatkan penerimaan pendengar atau pesan-pesannya. Sejumlah penelitian menegaskan bahwa pembicara dalam kredibilitas tinggi cenderung lebih berpengaruh pada sikap pendengar daripada pembicara dengan kredibilitas

  Tubbs dan Moss (2000), kredibilitas diuraikan sebagai sikap seorang pendengar terhadap pembicara. Menurut Petrie (1963) dalam Tubbs dan Moss (2000), kredibilitas pembicara nampaknya tidak berpengaruh nyata pada tingkat pemahaman khalayak pendengar. Tampaknya kredibilitas merupakan pertimbangan yang lebih penting ketika kita meyakinkan hadirin dibanding ketika kita menyampaikan informasi kepada mereka. Menurut Belch dan Belch (2004) khalayak lebih merespon positif komunikator yang mereka sukai. kesukaan terhadap komunikator terjadi jika sebuah iklan menggunakan selebriti.

  Menurut Aakers dan Myers (1987) kredibilitas adalah bagaimana perasaan komunikan terhadap komunikator yang dapat mempengaruhi dampak persuasif iklan. Rakhmat (2007) menyatakan bahwa ketika komunikator berkomunikasi yang mempengaruhi bukan saja apa yang ia katakan tetapi keadaan ia sendiri.

  Menurut Tubbs dan Moss (2000) : Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan, keahlian. Kredibilitas mempengaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya

Hasil dan Pembahasan Hubungan Kredibilitas Selebriti “Pasha” Terhadap Keputusan Pemilih Pada Pilkada (Kasus Pilkada Walikota Palu 2015)

  Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji hipotesis untuk melihat Pengaruh Tayangan Mario Teguh the Golden Ways Terhadap Motivasi Pengembangan Diri di Kalangan Mayarakat Kelurahan Lere. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0 terlihat hasil regresi linear berganda pada tabel 4.14 Berikut :

  Dari perhitungan, diperoleh nilai koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0, 993.

  2. Kesukaan menyangkut hal-hal yang dimiliki Pasha dalam hal ini kemampuannya dalam memperoleh respon positif dari pemilih. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilih pemula menyukai pada saat Pasha berbicara dan menurut mereka Pasha cukup di kenal dikalangan masyarakat. Hasil pengolahan data yang diperoleh, 15 responden atau 21.7% sangat suka, 41 responden atau 59.5% suka, 49 responden atau 71% sangat kenal dan 14 responden

  F hitung =

  1. Daya tarik berhubungan dengan hal-hal menarik yang dimiliki Pasha, dalam hal ini kelebihannya dalam menarik perhatian pemilih melalui daya tarik fisik dan daya tarik kepribadian yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pasha mampu menarik perhatian pemilih melalui daya tarik yang dmilikinya. Pemilih pemula menilai bahwa penampilan fisiknya yang terlihat menarik dan percaya diri. Hasil pengolahan data yang diperoleh 29 responden atau 42% menyatakan sangat menarik dan 36 responden atau 52.2% menyatakan menarik, 38 responden atau 55.1% menyatakan sangat percaya diri, 27 responden atau 39.1% menyatakan percaya diri. Senada dengan pernyataan Rakhmat (2007) bahwa “Ketika komunikator berkomunikasi yang mempengaruhi bukan saja apa yang ia katakan, tetapi keadaan ia sendiri. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Pasha mampu menarik perhatian pemilih pemula melalui daya tarik yang dimilikinya dalam hal ini penampilan dan wajahnya yang menarik, serta Pasha juga dinilai sangat percaya diri.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 69 responden menggunakan analisis Product Moment dan Korelasi Ganda. Untuk melihat Hubungan Kredibilitas Selebriti “Pasha” Terhadap Keputusan Pemilih Pada Pilkada dengan mengacu pada teori Clow & Baack bahwa kredibilitas komunikator terdiri atas gabungan dari Daya Tarik, Kesukaan, Kepercayaan dan Keahlian.

  = F (0,99) (4, 64) Dari perhitungan di atas, diperoleh angka 4 sebagai pembilang dan angka 64 sebagai penyebut, kemudian lihat di tabel distribusi F. F tabel yang di peroleh dengan melihat tabel F ( sesuai dengan tingkat kepercayaan yang di tentukan) adalah 2,03. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel atau 878,571 > 2,03. Dengan demikian H di tolak dan H a di terima, dengan tingkat hubungan yang sangat kuat.

  tabel

  F

  1)} F tabel = F (1- 0,1) {db = 4), (db = 69

  F tabel = F (1- α ) { (db = K), (db = n – k –

  F hitung yang di peroleh dari perhitungan di atas, kemudian dibandingkan dengan F tabel . Nilai F tabel dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

  , , = 878,571

  F hitung =

  , ( , ) ( )

  , ( − , ) ( )

  interpretasi terhadap koefisien korelasi, hasil penelitian mengenai hubungan kredibilitas selebriti Pasha terhadap keputusan pemilih pada pilkada berada pada tingkat hubungan yang sangat kuat.

  F hitung =

  ( , )² −( , )² ( − − )

  =

  hitung

  F

  ² ( − ) ( − − )

  F hitung =

  hitung < F tabel , maka tidak signifikan

  Jika F

  hitung > F tabel , maka signifikan b.

  0,1). Dengan kaidah pengujian signifikansi (Riduwan, 2003 : 238) yaitu : a. Jika F

  Menguji signifikansi korelasi menggunakan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel dependen (Y) , dengan melakukan perbandingan antara F hitung dengan F tabel pada taraf signifikansi (α =

  • – 4
  • – 1)}
dengan yang dikemukakan Belch dan Belch (2004), khalayak lebih merespon positif komunikator yang mereka sukai.

  Kesukaan terhadap komunikator terjadi jika sebuah iklan menggunakan selebriti. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Pasha di sukai oleh pemilih pemula Kel.Mamboro, karena Pasha adalah seorang selebriti yang di kenal oleh masyarakat luas.

  Pasha untuk membuat pemilih percaya terhadap apa yang dilakukan olehnya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesan yang di sampaikan Pasha pada saat kampanye dianggap cukup meyakinkan oleh pemilih pemula di Kel. Mamboro. Hasil pengolahan data yang diperoleh, 41 responden atau 59.5% menyatakan sangat meyakinkan. Responden juga percaya terhadap apa yang disampaikan Pasha pada saat kampanye. Dari hasil pengelolaan data 39 responden atau 65.5% menyatakan percaya. Serta menurut responden pesan yang disampaikan Pasha pada saat kampaye adalah realita, hal ini terlihat pada hasil pengelolaan data yang menunjukkan bahwa 46 responden atau 66.7% menyatakan realita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tubbs dan Moss (2000 : 114) mengatakan bahwa kredibiltas dalam arti luas berarti kesediaan kita mempercayai sesuatu yang di katakan dan dilakukan seseorang, kredibilitas merupakan pengaruh paling penting dalam penilaian kita terhadap seorang pembicara. Dengan demikian dapat diasumsikan kepercayaan pemilih pemula Kel.Mamboro cukup tinggi terhadap Pasha sebagai wakil walikota palu.

  4. Keahlian berhubungan dengan sesuatu yang dimiliki Pasha untuk mengubah opini atau sikap pemilih berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilih menganggap Pasha memenuhi kriteria untuk menjadi Wakil Walikota Palu. Hasil pengolahan data yang diperoleh, 44 memenuhi kriteria. Pasha jg dianggap mampu dalam mengubah sikap pemilih untuk memilihnya menjadi Wakil Walikota Palu karena keahlian yang dimilikinya, dari hasil pengelolaan data 50 responden atau 72.5% menyatakan mampu. Sedangkan keahlian Pasha dalam menyampaikan pesan pada saat kampanye dianggap cukup mempengaruhi pemilih pemula dengan hasil pengelolaan data yaitu

  46 responden atau 66.7% menyatakan mempengaruhi. Senada dengan yang di kemukakan Clow & Baack, “komunikator dengan tingkat keahlian yang lebih tinggi, lebih dipercaya daripada komuniator dengan keahlian yang rendah”. Dengan demikian Pasha sebagai seorang komunikator memiliki keahlian yang cukup baik, sehingga pemilih pemula Kel.Mamboro menilai Pasha memenuhi kriteria sebagai Wakil Walikota Palu.

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pasha memiliki kredibilitas yang tinggi, karena Pasha menarik, disukai dan di percaya oleh pemilih pemula Kel. Mamboro. Selain itu Pasha sebagai seorang komunikator memiliki keahlian yang cukup baik, sehingga cukup memenuhi kriteria sebagai calon Wakil Walikota Palu. Dengan kredibilitas yang dimilikinya, Pasha mampu mempersuasi pemilih pemula untuk memilihnya pada saat pemilu.

  Kesimpulan

  Pada penulisan hasil karya ilmiah ini, mengenai hubungan kredibilitas selebriti Pasha terhadap keputusan pemilih pada pilkada di Kelurahan Mamboro. Bertitik-tolak dari permasalahan yang telah dikemukakan maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

  Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa kredibilitas selebriti Pasha mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan pemilih pada pilkada di Kelurahan Mamboro. Hal ini menjukkan tinggi, karena Pasha menarik, disukai dan di percaya oleh pemilih pemula Kel. Mamboro. Dengan demikian hipotesis nol (H ) di tolak dan hipotesis alternatif (H a ) di terima.

  Referensi Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar.

  Severin, Werner J, Tankard Jr, James W.

  Persuasif Caleg Partai dan Tim Sukses Untuk Mendapat Suara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009. (Studi Di Dapil IV Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala) : Tidak di terbitkan

  Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi

  Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

  Ruslan, Rosady. 2008. Metode Penelitian Public relation dan Komunikasi.

  Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

  Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta : PT.

  Raja Grafindo Persada. Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen . Kencana. Jakarta.

  2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Kencana. Slamet, Saksono. 1989, Konsep Dasar

  Sekebriti Berpolitik Pada Media Massa (Sebuah Analisisi Framing Pada Surat Kabar Kompas)

  Partai Politik , Yogyakarta

  Suseno,Magis,1988, Etika Politik Gramedia, Jakarta. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta. ________ 1999. Metode Penelitian

  Administrasi . Bandung : Alfabeta.

  Sumarno. Modul Pendidikan Pemilih

  Untuk Pelajar SMA, SMK, dan MAN.Panduan Pemilu Untuk Pemula . Jakarta : Komisi

  Pemilihan Umum provinsi DKI Jakarta. 2011 : 4 Tubbs, Stewart & Moss, Syilvia. 2000.

  Human Communication : Konteks- Konteks Komunikasi (Buku Kedua) .

  Panoramica, Ruta.2010. Komunikasi

  Nuriadin, Ade.2010. Analisis Pemberitaan

  Jakarta : Rineka Cipta Bungin, Burhan. 2005. Metode penelitian

  Rosdakarya. Kansil,C,S,T 1986, Memilih dan Dipilih,

  Kuantitatif . Jakarta : Kencana

  Prenada Media Group Bungin, Burhan.2007. Sosiologi

  Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat . Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

  Cangara, Hafied. 2010. Pengatar Ilmu

  Komunikasi . Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa.

  Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi, teori dan praktek .

  Bandung : Remaja Rosdakarya. ___________ 2008. Dinamika Komunikasi . Bandung : PT.

  Jakarta. Pradya Paramita Samsi Ibnu 1994, Pokok-pokok Organisasi Manajemen ,Jakarta.

  Rosdakarya.

  Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik

  Praktis Riset Komunikasi . Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

  Morin, D. Tubbs, M. Ivory, J.D.

  (2008). Celebrty Politics :Effects

  of endorser Credibility and Gender on Voter Attitudes,Perceprion,and Behaviors.

  The Association For Education in Journalism and Mass Communication.

  Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

  Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.

  Bandung : Remaja Rosdakarya.