Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan:Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008:

(1)

PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI

POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI

KASUS PADA PILKADA KABUPATEN

PROBOLINGGO TAHUN 2008)

Disusun Oleh:

Muhammad Dafan Inanda

NIM: 103033227821

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI

POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI

KASUS PADA PILKADA KABUPATEN

PROBOLINGGO TAHUN 2008)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Muhammad Dafan Inanda

NIM: 103033227821

Di Bawah Pembimbing,

M. Zaki Mubarok, SP. M.Si.

NIP. 150371093

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH ULAMA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KRAKSAAN (STUDI KASUS PADA PILKADA KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2008) telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Januari 2009. skripsi ini telah diterimah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 27 Januari 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Masri Mansoer, MA NIP. 150244493

Sekertaris Merangkap Anggota,

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA NIP. 150270808 Anggota,

Penguji I

Dr. Masri Mansoer, MA NIP. 150244493

Penguji II

A. Bakir Ihsan, M.S.i NIP. 150326915

M. Zaki Mubarak, S.IP. M.Si. NIP. 150371093


(4)

ABSTRAKSI

Muhammad Dafan Inanda “Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan Studi Kasus Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008”. Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2009

Ulama adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah dan berpandangan hidup luas dengan landasan rasa takut kepada Allah SWT. Keberadaan seorang ulama dalam tatanan masyarakat khususnya di Jawa adalah hal yang cukup signifikan untuk menciptakan masyarakat yang agamis. Oleh sebab itu, ulama mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap masyarakatnya.

Indonesia saat ini memberlakukan praktek otonomi daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pilkada sebagai sarana untuk memilih pemimpin pada daerah otonom, secara tidak langsung akan menyerap partisipasi masyarakat pada setiap tingkatan daerah otonom, baik kabupaten/kota maupun propinsi. Tingkat partisipasi tersebut bisa saja sangat tinggi atau bahkan sangat rendah. Partisipasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor atau cara yang digunakan oleh para kontestan Pilkada.

Kabupaten Probolinggo khususnya Kecamatan Kraksaan sebagai daerah yang memiliki corak ke-Islam-an yang sangat kental, mempunyai karakter partisipasi politik yang berbeda dengan daerah lain. Di daerah ini peran ulama menjadi salah satu variabel partisipasi politik yang cukup unik. Selain itu ulama dipercaya oleh masyarakat Kraksaan sebagai sosok yang suci dari perbuatan tercela dan menyesatkan, sehingga mampu mengkomposisi masyarakat dalam menjalankan partisipasi politik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi politik masyarakat dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang didukung dengan data-data yang bersifat kuantitatif.

Dari hasil analisis data yang terkumpul, disimpulkan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008 adalah cukup tinggi. Dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008 adalah sangat tinggi.


(5)

KATA PENGANTAR

Subhanallah Walhamdulillah Wa La Illallah, Allahu Akbar. Segala puji hanya milik Allah yang melimpahkan berkat serta rahmat dan kuasa-Nya serta kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah dan melimpah kepada penghulu agung, Rasul junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan dan kelemahan penulis, skripsi ini tidak bisa terselesaikan tanpa adanya bantuan, sokongan serta dukungan dari berbgai pihak. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda yang tercinta Drs. H. Moh. Idris dan Mama ku yang terkasih Dra. Hj. Hudawati yang tiada henti memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, dan dukungan baik materiil maupun inmateriil. Hanya Allah yang mampu menggantikan kebaikan itu.

2. Bapak M. Zaki Mubarok, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

4. Bapak Drs. Agus Darmadji M. Fil dan Ibu Drs Wiwi Siti Sajaroh, M. Ag, Selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pemikiran Politik Islam. Terima kasih atas kemudahan yang diberikan selama proses skripsi ini.

5. Segenap Dosen di Jurusan. Bapak Agus Nugraha, M.Si., selaku dosen Pebimbing akademik, Ibu Haniah Hanafie M.Si., Bapak Bakir Ihsan M.Si., Bapak Idris Thaha M.Si., dosen-dosen senior Bapak Prof. Dr. Din Syamsuddin, Bapak Dr. Bahtiar Effendy, Bapak Dr. Saiful Mujani (walaupun masuk kelas hanya dua kali per semester) serta dosen-dosen lainnya tanpa mengurangi rasa hormat penulis. Semoga ilmunya dapat bermanfaat.

6. Segenap tata usaha FUF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga administrasinya semakin rapih.

7. Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini dan telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penelitian ini.

8. Seluruh saudara-saudaraku tercinta; Om Yadi dan Lek wik sekeluarga, Om Riza dan keluarga, Om Yani dan sekeluarga, Mak Etek Tasnim dan keluarga, Mak Etek Adrian dan keluarga, dan Mak Etek yang lainnya semuanya yang selalu men-suport terus. Adik-adikku tersayang; Fada, Ila, Danan, Syfa, semua adikku Bani Munir Latief, semoga kesuksesan selalu menyertai kalian. Juga sepupu dan keponakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa sayang Mas dan Om kepada kalian

9. Teman-teman Forum Kajian Link; Uzank, Cimenk, Quro, Babeh, Sigit, Lius, Zite, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. Semoga ukhuwah kita diridhoi Allah SWT.


(7)

10.Sahabat-sahabat di PPI 2003; Fajri (syukron atas saran-sarannya selama penelitian), Anang (thanks buat bantuan buku-bukuny), Irma, Imam, Rizal, Nabil, Ust Amarul, Suhadin, Hendry, Nasa’I, Ghofur, Edi, Rudin dan semuanya yang tidak bisa disebutkan,(ngabsen namanya kalo disebutin semuanya).

11.Teman-teman surveyor penelitian ini; Farid, Bagus, Latief, Abu (maaf kalo yang diberikan tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan).

12.Teman-teman warnet Cyber semanggi; Budi, Amenk, Bayan, Kabul, Yamin (thanks atas saran n bantuannya terutama gratisan ngenet).

13.Segenap masyarakat Kecamatan kraksaan dan tata usaha pemerintahan Kecamatan Kraksaan, dalam penelitian ini terima kasih atas bantuannya. 14.KPUD Kabupaten Probolinggo, terima kasih akan data-data yang membantu

dalam penelitian ini.

15.Untuk yang telah merasuki relung hati ini dan bersemayam di dalamnya ….terima kasih telah tercipta, u are my secret motivator.

Penulis menyadari bahwa ada banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan dan terima kasih atas segala saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan peulisan skripsi ini.

Ciputat, Januari 2009 Muhammad Dafan Inanda


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI --- i

KATA PENGANTAR --- ii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- vi

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah --- 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian--- 4

D. Metode Penelitian --- 5

E. Teknik Penulisan --- 7

BAB II KONSEP ULAMA DAN PARTISIPASI--- 10

A. Ulama--- 10

1. Definisi Ulama --- 10

2. Tipologi Ulama--- 11

3. Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Ulama --- 13

4. Pengaruh Ulama--- 19

B. Partisipasi --- 20

1. Partisipasi Politik--- 20

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik --- 24

3. Konteks Partisipasi Politik di Indonesia --- 26

C. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat--- 27


(9)

BAB III PILKADA KAB. PROBOLINGGO TAHUN 2008 (STUDI KASUS

KECAMATAN KRAKSAAN)--- 31

A. Profil Lokasi Penelitian --- 31

B. Pelaksanaan dan Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 --- 36

C. Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008--- 49

D. Karakteristik Informan --- 50

BAB IV ULAMA DAN PARTISIPASI POLITIK --- 54

A. Kepemimpinan Informal Ulama --- 54

B. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan --- 66

C. Pengaruh Ulama Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 --- 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN --- 78

A. Kesimpulan --- 78

B. Saran --- 79

DAFTAR PUSTAKA--- 81


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL3.1PEROLEHAN SUARA PILKADA KABUPATEN PROBOLINGGO 2008...52

TABEL 3.2 Responden Bedasarkan Jenis Kelamin ...52

TABEL 3.3 Responden Berdasarkan Usia ...53

TABEL 3.4 Responden Berdasarkan Pendidikan...53

TABEL 3.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan...54

TABEL 3.6 Responden Berdasarkan AGAMA...55

TABEL 3.7 Responden Berdasarkan Suku ...55

TABEL 3.8 Responden Berdasarkan Status Kependudukan ...56

TABEL 4.1 Intensitas Responden: Siapakah Tokoh Yang Paling Didengar Pendapatnya Dalam Masalah (Sosial, Agama, Politik) Yang Dihadapi Masyarakat Di Daerah Kraksaan 57 TABEL 4.2 Intensitas Responden: Tentang Pernyataan Bahwa Ulama Seorang Yang Patut Di Tauladani ...58

TABEL 4.3 Intensitas Responden: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Agama ...59

TABEL 4.4 Intensitas Responden: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Politik...60

TABEL 4.5 Intensitas Responden: Pernyataan Bahwa Ulama Perlu Diikuti Tidak Hanya Untuk Masalah Agama Tapi Juga Untuk Masalah Politik...61

TABEL 4.6 Intensitas Responden: Apakah Alasan Bapak/Ibu Memilih Calon Tersebut ...62

TABEL 4.7 Pemilih Terdaftar Di Kecamatan Kraksaan...63

TABEL 4.8 Jumlah Pemilih Pasca Pilkada ...65

TABEL 4.9 Intensitas Responden: Siapakah Calon Bupati Yang Bapak/Ibu Pilih Pada Pilkada ...67


(11)

TABEL 4.10 Intensitas Responden: Apakah Alasan Bapak/Ibu Memilih Calon Tersebut....67 TABEL 4.11PENGARUH ULAMA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

KRAKSAAN PADA PILKADA KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2008...70 TABEL4.12PENGARUH ULAMA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN...76


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan memberlakukan praktek otonomi daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Daerah Indonesia dibagi ke dalam daerah Propinsi dan daerah Propinsi akan dibagi dalam daerah Kabupaten dan Kota. Kabupaten dan Kota dibagi ke dalam beberapa Kecamatan. Kecamatan dibagi ke dalam beberapa Desa atau Kelurahan.

Dalam upaya meningkatkan partisipasi pada masyarakat yang tinggal di daerah, salah satunya ada pada kemampuan seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pada dasarnya kepemimpinan yang ada di masyarakat desa terbagi ke dalam dua bagian yakni kepemimpinan formal dan non formal.

Kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada dan diakui sebagai sistem pengaturan hidup bagi mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Melvillie J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar karangan Soerjono Soekanto, bahwa Cultural


(13)

Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Dengan adanya kebudayaan telah memengaruhi cara pandang, keyakinan dan kepatuhan bagi masyarakat desa.1

Kebudayaan memengaruhi kepatuhan masyarakat desa terhadap tokoh-tokoh yang cenderung lebih dipatuhi dibandingkan pemimpin formal. Sebagai contoh masyarakat yang kehidupannya dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, tokoh ulama akan sangat dipatuhi ketimbang kepala desa sebagai pemimpin formal yang memiliki legalitas jelas.

Kecamatan Kraksaan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kawasan Pantai Utara Kabupaten Probolinggo, memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Dengan mayoritas beragama Islam maka budaya Islam mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, sebagai bukti ketika akan melakukan suatu kegiatan pembangunan atau kegiatan-kegiatan penting lainya baik sebelum maupun sesudahnya, masyarakat Kraksaan selalu mengadakan ritual-ritual keagamaan berupa pengajian atau tahlilan. Dengan mengadakan ritual keagamaan ini diharapkan ketika memulai kegiatan akan diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan dengan harapan akhir dari kegiatan bisa bermanfaat bagi anak, cucu, dan keturunan khususnya, dan bagi seluruh masyarakat pada umumnya.

Dengan pengaruh budaya Islam yang besar ini, telah memengaruhi kepatuhan dan kepercayaan masyarakat kepada salah satu kepemimpinan yaitu tokoh ulama. Tokoh ulama lebih dipercaya dan dipatuhi oleh masyarakat daripada Kepala Desa. Bukan hanya dalam masalah pembangunan, tetapi juga dalam

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 35.


(14)

keikutsertaan masyarakat dalam menentukan hak suara pada Pemilihan Umum. Sebagai contoh ketika diadakan Pemilihan Kepala Desa, suara tokoh ulama dalam menentukan siapa yang pantas dipilih menjadi Kepala Desa akan menjadi panutan oleh sebagian besar masyarakat yang menjadikan ulama sebagai pemimpin spiritual mereka.

Menurut beberapa tokoh di antaranya Fatoni selaku anggota MUI di kecamatan Kraksaan (Feb, 2008) mengapa terjadi hal demikian, ia memberikan informasi bahwa tokoh ulama lebih dipatuhi dan dipercaya oleh masyarakat disebabkan tokoh ulama selalu mengajarkan ilmu agama Islam dan mengajak masyarakat pada kebenaran dengan menjauhkan diri dari kemungkaran. Selain itu tokoh ulama dipercaya oleh masyarakat Kraksaan sebagai sosok manusia yang selalu mendekatkan diri pada sang pencipta, dengan ini masyarakat lebih percaya bahwa tokoh ulama akan jauh dari perbuatan tercela dan menyesatkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut “Pengaruh Ulama Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian, maka penulis perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada pengaruh Ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada PILKADA Kabupaten Probolinggo tahun 2008.


(15)

Fokus penelitian ini dibatasi pada fenomena opini masyarakat pasca Pilkada 2008 di Kecamatan Kraksaan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008?

2. Bagaimana pengaruh ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008.

b. Untuk mengetahui pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008. 2. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi penulis sendiri manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan seputar masalah partisipasi politik dan pengaruh kelompok sosial agama pada perkembangan politik di daerah.

b. Untuk menambah gagasan serta bahan materi mengenai persoalan partisipasi politik yang melibatkan peran ulama di dalamnya.

c. Dapat memberikan kontribusi akademis ilmiah mengenai partisipasi politik di lingkungan jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin


(16)

dan Filsafat khususnya dan Civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didukung oleh data-data yang bersifat kuantitatif dengan format deskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi.2

Jadi metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan tingkat partisipasi politik masyarakat dan pengaruh kepemimpinan ulama terhadap partisipasi politik masyarakat Kraksaan dalam Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008.

2. Objek Penelitian

Objek dari penilitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kraksaan yang ikut berpartisipasi pada Pilkada yang diselenggarakan pemerintah tahun 2008. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Kraksaan tepatnya di 9 Kelurahan yaitu Semampir, Kalibuntu, Bulu, Sidomukti, Patokan, Alassumur Kulon, Sidopekso, Asembagus, Kebonagung. Karena berdasarkan pengamatan penulis antuisme warga Kraksaan pada Pilkada 2008 kemarin sangat tinggi, terutama mereka yang memilih atau yang pro pada partai-partai Islam.

3. Teknik Pengumpulan Data

2

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004) h. 36.


(17)

Dalam pengumpulan data digunakan teknik sebagai berikut :

a. Observasi yaitu penulis mengamati secara langsung di lokasi penelitian serta mengamati hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel (Partisipasi dan peran Ulama) penelitian dan selanjutnya melakukan pencatatan terhadap hasil pengamatan. Kegunaannya adalah untuk menjelaskan secara baik dalam analisis nanti.3

b. Wawancara ini penulis lakukan dengan cara tanya jawab yang ditujukan kepada bapak Fatoni selaku anggota MUI dan pada Masyarakat Kecamatan Kraksaan. Wawancara ini dilakukan dengan terstruktur, yakni dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diteliti. Hal ini untuk menghindari kekakuan antara pihak peneliti dengan pihak responden. Namun data wawancara tersebut hanya dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian.

c. Kuesioner yaitu peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk dijawab secara tertutup. Dalam penyebaran dan pengisian kuesioner selalu dipandu atau diarahkan karena dikhawatirkan ada di antara responden yang terpilih tidak mengerti baca tulis, sekaligus mungkin terdapat pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden.4 Responden penelitian

berjumlah 100 dipilih secara acak (random) dari 9 kelurahan mewakili satu Kecamatan Kraksaan.

d. Studi Kepustakaan yaitu penulis berusaha mengumpulkan bahan-bahan dan informasi mengenai teori dan konsep-konsep guna menjelaskan

3

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 13.

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), h. 16.


(18)

fenomena yang berhubungan dengan penelitian mengenai pengaruh ulama dengan partisipasi politik masyarakat Kraksaan dalam Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008.

4. Teknik Analisis Data.

Untuk menganalisis data penelitian dipergunakan metode kajian secara kualitatif dari berbagai data yang telah terkumpul. Dalam menganalisis data penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif analisis, yaitu dengan menggambarkan beberapa data yang dikumpulkan, yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara, serta dari pihak pemerintahan Kabupaten Probolinggo yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya dilakukan analisa terhadap data yang telah terkumpul dengan tujuan memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian.

E. Sistematika Penulisan

Oleh karena penelitian ini merupakan karya ilmiah, maka penelitian disusun menjadi bab-perbab dengan tujuan untuk memudahkan dalam menarik sebuah kesimpulan dengan tetap mengacu pada inti permasalahan. Dan

masing-masing bab tersebut masih mempunyai korelasi dengan tema yang dibahas menjadi satu kesatuan.

Adapun uraian sistem penyusunan penelitian adalah sebagai berikut :

Bab pertama terdiri dari pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.


(19)

Bab kedua kerangka teori, berisi kajian tentang konsep ulama dan partisipasi. Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka seputar konsep ulama’, meliputi definisi ulama, tipologi ulama, peran, fungsi dan tanggungjawab ulama, dan pengaruh ulama. Partisipasi, meliputi partisipasi politik, bentuk-bentuk partisipasi politik, dan konteks partisipasi politik di Indonesia. Serta teknik kepemimpinan informal ulama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

Bab ketiga berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008, yang memuat profil lokasi penelitian, pelaksanaan dan tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008,

perolehan suara Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008, dan karakteristik responden yang menunjang hasil penelitian.

Bab keempat membahas tentang ulama dan partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008. Dengan pembahasan meliputi, kepemimpinan informal ulama, tingkat

partisipasi politik masyarakat Kraksaan, dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kraksaan pada Pilkada Kabupaten Probolinggo tahun 2008.

Bab kelima yaitu penutup terdiri dari kesimpulan akhir dan saran-saran berkenaan dengan pembahasan penelitian ini.


(20)

BAB II

KONSEP ULAMA DAN PARTISIPASI

A. Ulama

1. Definisi Ulama

Ketika mendengar dan melihat pertama kali kata ulama akan terbayang pada sosok seseorang yang mengenakan jubah putih, dan peci putih atau bahkan berkalung surban. Namun ternyata tidak demikan, seseorang bisa disebut ulama bukan karena ia memakai jubah putih, bukan pula karena ia menggunakan peci putih. Berikut adalah definisi Kata ulama.

Secara etimologi Kata ulama berasal dari akar kata ‘alima ya’ lamu ‘ilman, artinya mengetahui atau pengetahuan, lawan dari kebodohan (dhiddu al-jahl). Isim fâ’il-nya ‘âlim dan bentuk jamaknya ‘âlimun ‘ullam atau ulamâ’ , maknanya adalah orang yang berilmu, lawan dari orang yang bodoh atau yang tidak berpengetahuan(dhiddu al-jâhil). Jika pengetahuannya luas sekali dikatakan ’allamah, artinya sangat ahli atau sangat berpengetahuan. Bentuk superlatifnya ’âlimun. Salah satu sifat Allah Swt. adalah ’Alim (Maha Mengetahui) yang ditegaskan pada lebih dari 100 ayat. Salah satu nama Allah di antara Asma al-Husna adalah al-’Alim (Yang Maha Tahu).5

Adapun kata al-ulama’ dinyatakan dalam firman Allah :

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.(QS al-Fathir [35]: 28).

5


(21)

Menurut Ayat di atas menggambarkan bahwa yang dinamakan ulama adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah berpandangan hidup luas, dan berpandangan hidup luas dengan landasan rasa takut kepada Allah SWT.6 Hal serupa dapat ditemukan juga dalam

hadis yang salah satunya dijelaskan oleh Ibnu Katsir, Sesungguhnya yang takut kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah ulama yang mengenal-Nya, yang karena makrifatnya kepada Allah telah sempurna, ketakutan mereka kepada-Nya sangat besar.7 Ulama yang dimaksud di atas adalah seseorang yang benar-benar

sudah mencapai tingkatan makrifat kepada Allah sehingga menimbulkan rasa takut kepada-Nya. Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan semakin tinggi tingkat kemakrifatan seseorang maka semakin sempurna nilai ketaqwaannya.

Ada beberapa istilah yang digunakan masyarakat sebagai padanan kata ulama diantaranya adalah Kiai, ulil albab, cendikiawan muslim. Istilah-istilah ini yang menurut masyarakat syarat akan mengandung makna penghormatan kepada seseorang yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan agama Islam.8

2. Tipologi Ulama

Sejak kelahiran Islam sampai dewasa ini, eksistensi ulama tetap diakui. Bahkan di tengah masyarakat Islam, menurut Imam Mawardi dan Abdullah Faqih yang dikutip dari al-Sayyid Mahmud Abul Faidh al-Manufi al-Husaini dalam

6

K.H. Drs. Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1995), h. 44.

7

Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia & Akhirat

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 27.

8


(22)

kitab Jamharatul Auliya, bahwa ulama terbagi menjadi dua, yaitu ulama zhahir dan ulama batin.9

Sementara menurut Badruddin Hsubky dewasa ini ulama di tengah masyarakat dikenal lima macam ulama yaitu, ulama plus, ulama fulus, ulama dunia, ulama akhirat, dan ulama dunia akhirat. Menurutnya ulama terakhirlah yang dibutuhkan masyarakat untuk menuntun kepada kebahagian dunia dan akhirat.10

Menurut Imam Ghazali seperti yang dikutip Badruddin Hsubky mengemukakan dua macam ulama di dunia yaitu ulama akhirat dan ulama dunia (ulama su’). Imam Ghazali menjelaskan yang dimaksud ulama dunia adalah mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan duniawi. Ulama seperti ini selalu khawatir tertimpa kefakiran dan tidak puas anugerah yang diberikan Allah kepadanya dan hanya berorientasi pada kebahagiaan duniawi sebagaimana yang telah dilarang Islam. Sedangkan ulama akhirat adalah ulama yang tidak mencari kemegahan duniawi, perilakunya baik, mengajarkan ilmu untuk kepentingan akhirat, menjauhi godaan penguasa dzalim, senantiasa tawadhu’, dan tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum menemukan dalilnya.11

Meskipun peran ulama sangat penting, masyarakat berupaya mendeskreditkan dengan berbagai macam cara dan mereka berusaha memperkecil peranannya, bahkan ada yang memhilangkannya sama sekali. Ada pula yang ingin menggeser kedudukan ulama dengan berbagai tindakan yang sangat bertentangan

9

K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 41.

10

Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 56.

11


(23)

dengan ajaran Islam. Ironisnya, mereka yang ingin menggeser ulama itu adalah ulama juga, mereka berlaku zhalim terhadap dirinya sendiri.

3. Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Ulama

Berdasarkan ajaran Islam, ulama memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan peran yang penting dalam kehidupan umat, karena mereka merupakan pewaris para Nabi. Secara garis besar, peran ini merupakan tugas pencerahan bagi umat. Dalam bahasa lain juga disebut sebagai amar ma’ruf nahi munkar.

Arti fungsi ulama adalah rangkaian sistem atau peranan dalam melakukan suatu tugas yang sesuai dengan kedudukannya. Adapun tanggung jawab ulama adalah sejauh mana ulama dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk melaksanakan risalah Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Mengenai fungsi, peranan atau tugas serta tanggung jawab ulama dalam hubungannya sebagai pewaris Nabi, penulis mengutip pendapat Umar Hasyim dalam bukunya Mencari Ulama Pewaris Nabi antara lain adalah :12

1) Sebagai Da’i atau Penyiar Agama Islam

Kata Da’i mempunyai arti pengundang atau pengajak. Secara istilah, Da’i berarti penyiar atau penyebar agama Islam atau ajakan terhadap manusia kepada agama Islam. Untuk melakukan hal ini membutuhkan ilmu, harta benda, tenaga, dan pikiran.

Sebagai orang yang berilmu, ulama berfungsi sebagai penyeru kepada agama Allah dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Dalam arti lebih luas, ulama juga mempunyai peran untuk mengamalkan

12

Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Para Nabi; Selayang Pandang Sejarah Para Ulama, (T.tt: Dakta dan BI press, 1998), h. 134-152.


(24)

ilmu yang dimiliki demi kebaikan seluruh umat, dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di hari akhir.

2) Sebagai Pemimpin Rohani

Ulama sebagai pemimpin rohani adalah memimpin dan membimbing umat agar mereka benar di dalam menghayati agamanya. Di situlah tugas ulama yang memimpin umat agar tingkah laku umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Di sini juga sebagai bentuk pertangungjawaban ulama sebagai orang yang berilmu agar umat dapat menjiwai segala aktifitasnya karena Allah semata.

3) Sebagai Pengemban Amanat Allah

Amanat adalah semua hak yang dipertanggungjawabkan terhadap seseorang, baik secara tindakan, perbuatan dan perkataan maupun kebijaksananaan serta kepercayaan dalam hati. Baik hak-hak yang berupa milik Allah maupun jadi hal-hal, perkara, ataupun urusan yang dipercayakan kepada manusia tersebut diwajibkan memeliharanya atau melayaninya, berupa harta, hak, kehormatan, dan lain sebagainya.

Adapun sangkut pautnya dengan ulama pengemban amanat Allah adalah sebagaimana manusia telah menyanggupi untuk menjalankan tugas-tugas keagamaan sejak zaman ‘azali, termasuk tugas-tugas yang dibebankan kepada ulama. Ulama berkewajiban memelihara amanat dari Allah berupa memelihara agama Allah dari kerusakan dan agar tidak dikotori oleh manusia, Serta menjalankan segala perintah-Nya. Kewajiban disini yang dimaksud adalah apabila dari Allah itu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat umum terhadap masyarakat.


(25)

4) Sebagai Pembina Umat

Ulama yang dimaksud dengan pembina umat adalah ulama yang membina umatnya untuk ambil bagian dalam menetukan pola pikir manusia yang telah mengakui sang ulama tersebut sebagai pemimpin dan penuntun mereka. Jadi apa kata ulama akan mereka anut dan apa yang dilakukan perbuatan ulama akan mereka tiru. Dan disinilah peran ulama di dalam membina umatnya , sangat penting.

5) Sebagai Penuntun Umat

Ulama penuntun umat adalah ulama yang menunjukkan jalan dan membimbing umatnya ke jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah Saw. Dan disinilah ulama bertugas menuntun umatnya yang mengalami kegelapan dalam berpikir dan kebingungan, sebaliknya jika ulama memberikan petunjuk bukan dari petunjuk Allah maka dosalah sang ulama tersebut apabila umatnya dalam mengalami kegelapan berpikir dan kebingungan.

6) Sebagai Penegak Kebenaran

Sebagai umat Islam kewajiban untuk menegakkan agama Islam dengan segala cara daya upaya dan kemampuan yang dimiliki. namun yang istimewa bagi ulama lebih mengetahui ajaran-ajaran Allah yang menjadi pelopor untuk menegakkan kebenaran. Apabila ulama tidak menjunjung tinggi ajaran Islam, dan tidak menegakkan dan mempertahankan ajaran Allah. Maka terjadi kerusakan umat yang menjadi pendukung ajaran Allah. Apabila ulama tidak bertanggung jawab lagi


(26)

dalam menegakkan agama Allah, ulama itu sendiri yang akan terlebih dahulu binasa, baru kemudian umatnya akan hancur.

Dari ciri-ciri ulama diatas yang berdasarkan fungsi, peranan atau tugas serta tanggung jawab ulama dalam hubungannya sebagai pewaris Nabi. Semua itu adalah karena ulama menjadi contoh bagi umatnya ke jalan Allah. Ada banyak ayat-ayat menjelaskan salah satu ciri-ciri diatas sebagai berikut.

Abu Darda menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda :

«

!"

# $

#% &

'" ()

*

+,-. /

*

. /

(,0-(

1- 2

3

1

4-

(,-5ﺥ7

8ﺏ

5ﺥ7

9:;ﺏ

<#

»

Keutamaan ulama atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan terhadap seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian (tanggung jawab) yang besar. (HR at-Turmidzi dan Abu Dawud).

Arti tanggung jawab yang dimaksud dalam hadis di atas adalah tanggung jawab mengemban misi risalah para nabi untuk menuntun umat manusia pada hidayah. Warisan para nabi berupa ilmu itu tidak serta-merta bisa dimiliki sebagaimana warisan dalam bentuk harta. Tanggung jawab ulama yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak positif bagi kehidupan umatnya. Sehingga akan tumbuh semangat pembelaan terhadap islam disamping kesadaran pengamalan ajarannya.13

Hadis tersebut menjelaskan beberapa keilmuan yang harus dimiliki ulama sebagai pewaris nabi sehingga keilmuannya dapat dijadikan sebagai pegangan dan ulama layak dijadikan sebagai panutan bagi umatnya. ilmu yang diambil dari nabi

13

K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 54.


(27)

dan para ulama mewarisinya dengan jalan mempelajari. Di dalamnya adalah ilmu fikih, yaitu pemahaman tetang hukum-hukum syariah, ulama yang menguasainya layak disebut fakih (fukaha).14 Dari sinilah dapat disimpulkan, seorang ulama

hanya ditentukan dari kadar keilmuanya dan pemahamannya tentang agama dan hukum-hukum syariah, ia tidak dikenali karena ia keturunannya atau karena mengenakan jubah dan sorban.

Kebinasaan bagi umat jika ulama malah menjadi yang sebaliknya, yaitu terkooptasi oleh kekuasaan dan penguasa, mereka malah menjadi ulama’ as-salathin yang menjadi stempel penguasa untuk menjustifikasi keburukan, penyimpangan dan kezaliman penguasa.15

Untuk menghindari hal itu para ulama salafus salih cenderung menjaga jarak dengan penguasa, tidak mau mendatangi dan mengetuk-ngetuk pintu penguasa. Bukan mereka yang datang kepada penguasa. Sebaliknya, penguasalah yang datang kepada mereka untuk mendapatkan nasihat, dan kritikan dalam pencerahan.16

Kewaraan mereka begitu tinggi. Imam ats-Tsauri pernah berkata, ‘Aku tidak khawatir dengan penghinaan mereka kepadaku. Aku justru khawatir dengan penghormatan dan pemuliaan mereka sehingga hatiku cenderung kepada mereka. Kalaupun mereka mendatangi penguasa bukanlah untuk mendekati penguasa, tetapi untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar.17 Apalagi ketika penguasa

banyak melakukan keburukan, penyimpangan dan kezaliman.

14

Ibid., h. 30.

15 Abdul Aziz Al-Badari,

Hitam Putih Wajah Ulama & Penguasa (Jakarta: Darul Falah, 2003), h. 7

16

Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 51

17


(28)

Sebagai pewaris nabi, ulama memiliki tugas yang berat namun amat mulia, yaitu tugas mengemban tugas Rasullah SAW. mengumpamakan ulama bagaikan bintang yang menerangi kegelapan di laut dan di daratan (HR Ahmad). Dengan keilmuan mereka, pemikiran sesat bisa tersingkirkan, keragu-raguan di dalam jiwa bisa tertepiskan, kebengkokan bisa diluruskan, kerusakan bisa diperbaiki dan kezaliman bisa terhalangi. Ulama harus mengajarkan al-Quran dan as-Sunah, mengajarkan kebenaran, menjelaskan kezaliman orang yang zalim, menunjukkan kerusakan orang yang berbuat kerusakan, dan menerangkan kemaksiatan orang yang berbuat maksiat.

Seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, senantiasa memperhatikan dan mengurusi urusan-urusan akan umatnya. Ulama mengurusi urusan umat bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah menjadi orang yang mengamalkan ilmunya, senantiasa menyuarakan kebenaran, cinta akan kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.18

Ulama harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan kepada penguasa, sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara benar, konsisten dan adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul Saw. Ulama harus tabah menerima segala cobaan dan kesulitan dalam menjalankan semua itu. Mereka ingat akan peringatan Rasul saw.:

=7

> (ﺏ7

* ? @A

B CC

D

E

* ? @A

1ﺏ#F

3

D

1 ﺏ

Siapa saja yang mendatangi pintu-pintu penguasa ia akan terjerumus ke dalam fitnah. Tidaklah seorang hamba bertambah dekat dengan penguasa, kecuali ia bertambah jauh dari Allah. (HR Ahmad).

18

K.H. DR. Imam Mawardi dan K.H. Drs. Abdullah Faqih, SH., Wahai Ulama Kembalilah Kepada Ummat, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2002), h. 62.


(29)

4. Pengaruh Ulama

Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik biasa diartikan dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasa, yasusu yang biasa diartikan mengemudi, mengendalikan, dan mengatur. Uraian al-Quran tentang politik dapat ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukm. Dari akar kata yang sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berari kendali, dan kata hukumah berarti pemerintah. Maka pengertian ini sejalan dengan asal makna sasa, yasusu, sais, siyasah, yang berarti mengemudi, megendalikan, pengendali, dan cara pengendalian.19

Kata hukm dalam bahasa Arab tidak sama pengertiannya dengan Kata hukum dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata ini berbentuk kata jadian yang bisa mengandung berbagai makna. Kata tersebut jika dipahami sebagai membuat atau menjalankan keputusan, maka tentu dalam menjalankan upaya tersebut terdapat subyek dan obyek. Dan proses ini akan menghasilkan upaya politik.20

Di Indonesia, ulama dalam konteks pemahaman seperti ini seringkali menjadi kelompok elit agama yang terdorong untuk mentransformasikan diri menjadi kelompok-kelompok kepentingan agama yang bercorak modern. Dalam proses modernitas kepemimpinan politik seperti ini, ulama tidak hanya memantapkan kerja sama di internalnya, namun mereka akan berusaha mempengaruhi sebagian besar umatnya.

Indonesia sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas muslim, yang memiliki etos keagamaan yang cukup tinggi, sehingga mereka menempatkan

19

Ali Maschan Moesa, Kiai dan Politik; Dalam Wacana Civil Society, (Surabaya: LEPKISS bekerjasama dengan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation, 1999), h. 94.

20


(30)

ulama sebagai figur yang patut diteladani. Tanpa kehadiran ulama, kehidupan masyarakat tidak akan berkembang menjadi lebih baik.21

Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan fungsi ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan peran ulama ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini disebabkan perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi dan diferensiasi dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh masyarakat bukan saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang pertanian, perdagangan, kesehatan dan ketertiban masyarakat.

Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan masyarakat. Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh dukungan mereka terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam dari politik adalah salah satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya pengaruh politik ulama.22

B. Partisipasi

1. Partisipasi Politik

Suatu keniscayaan bahwa dalam mewujudkan berbagai kepentingan dan kebutuhan, masyarakat seringkali berbenturan dengan kepentingan dan kebijakan negara. Benturan tersebut sabgata erat kaitannya dengan tingkat sosialisasi politik yang dikembangkan oleh Negara bersangkutan karena proses sosialisasi politik

21

Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 79.

22

Dr Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan kekuasaan, (Yogyakarta : LKIS, 2004), h. 258.


(31)

dapat memunculkan sebuah rangsangan politik yang pada gilirannya akan terlihat dalam sebuah partisipasi politik masyarakat.

Banyak sejumlah ilmuwan politik telah mendefinisikan partisipasi politik melalui berbagai kalimat yang berbeda-beda, seperti misalnya Samuel P Huntington mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan kewarganegaraan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suatu pemerintahan.23

Senada dengan Huntington, Ramlan Surbakti mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan warganegara biasa dalam mempemgaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksaan umum dan ikut dalam menentukan pemimpin sebuah pemerintahan.24

Keikutsertaan warga negara atau masyarakat dalam suatu kegiatan politik, tidak terlepas dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat. Dimana masyarakat merupakan faktor terpenting dalam menentukan pemimpin pemerintahan baik di tingkat pusat sampai pada tingkat terendah yakni desa. Maka dari itu penulis akan menguraikan definisi partisipasi yang menurut Inu Kencana Syafiie, dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan Indonesia, Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorang individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.25

23

Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 6.

24

Ramlan Surbakti, “Memahami Ilmu Politik”, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 114.

25

Inu Kencana Syafii, “Sistem Pemerintahan Indonesia”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 132.


(32)

Sejak konsep partisipasi telah berkembang dan memiliki pengertian yang beragam meskipun dalam beberapa hal konvergen. Sedangkan Gaventa dan Valderama mengkategorisasikan tiga tradisi partisipasi terutama bila dikaitkan dengan praksis pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu : partisipasi politik, partisipasi sosial, dan partisipasi warga.26

Pada umumnya peran serta masyarakat merupakan kata lain dari istilah standar dalam ilmu politik, yaitu partisipasi politik. Dalam ilmu politik partisipasi diartikan sebagai upaya warga masyarakat baik secara individual maupun kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembentukan kebijakan publik dalam sebuah negara hal ini boleh terjadi atas dasar rasa tanggung jawabnya dalam kehidupan politik. Namun tidak jarang juga partisipasi yang dilakukan bukan karena kehendak individu yang bersangkutan.27

Kecenderungan ke arah partisipasi politik lebih luas sesungguhnya bermula pada zaman pencerahan dan memperoleh dukungan yang sangat kuat pada zaman revolusi industri. Cara-cara yang ditempuh dalam berbagai lapisan masyarakat dalam menuntut hak mereka untuk mendapatkan partisipasi politik yang lebih luas sangatlah berbeda dengan Negara satu dan yang lainnya.

Menurut Myron Weiner berpandangan terhadap lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses politik. Kelima hal tersebut adalah :28

26

Pembahasan John Gaventa dan Camilo Valderama : Partisipasi, Kewargaan, dan Pemerintah Daerah, sebagai pengantar buku Mewujudkan Partisipasi: Teknik Partisipasi Masyarakat untuk Abad 21, yang diterbitkan oleh The British Council dan New Economics Foundation, 2001.

27

Affan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (editor),

Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde Baru, (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998), h. 240.

28


(33)

a) Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, menyebarnya kepandaian baca tulis pengembangan komunikasi massa.

b) Perubahan-perubahan struktur kelas social; terbentuknya suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi.

c) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern; kaum intelektual seperti sarjana, filosof, cendikiawan, sering mengemukakan ide-ide seperti egalitarianisme dan nasionalisme kepada masyarakat umumn pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.

d) Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; jika ada timbul kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah mencari dukungan rakyat atau masyarakat luas. Dalam hal ini untuk melegitimasi mereka melalui gerakan-gerakan partisipasi rakyat.

e) Keterlibatan pemerintah yang luas dalam urusan masalah sosial, ekonomi dan budaya; apabila pemerintah terlalu menkooptasi masalah-masalah sosial masyaraka, lambat laun akan merangsang timbulnya tuntutan-tuntutanyang terorganisir untuk berpartisipasi.

Melalui definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli politik tersebut, dapatlah diketahui bahwa pada dasarnya partisipasi politik bertujuan untuk


(34)

mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, dalam menentukan dan memilih pemimpin serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan kelompok masyarakat.

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi politik sebagai peran serta masyarakat dan demokrasi secara kolektif di dalam proses penentuan pemimpin, pembuat kebijakan publik, dan pengawasan proses pemerintahan di Indonesia sejak merdeka yang mengalami penurunan secara terus menerus. Namun sebagai konsep dan praktek operasional baru dibicarakan sejak tahun 1970-an ketika beberapa lembaga internasional mempromosikan praktek partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan untuk merealisasikan hak partisipasi politik.

Ada tiga hal fungsi partisipasi politik yaitu menentukan kedudukan pada posisi kekuasaan, mempengaruhi pembuatan kebijakan, dan mengawasi proses politik. Mungkin harus disadari bersama, bahwa pada moment itulah partisipasi politik mulai dimanfaatkan sebagai mekanisme beroperasinya nilai moral di dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik dilakukan melalui kontak-kontak langsung dengan para pejabat Negara yang ikut dalam dalam menentukan pembatan kebijakan publik. Sedangkan secara tidak langsung kegiatan partisipasi dapat dilakukan melalui media massa yang ada, misalnya dengan menuliskan pikiran dan pandangan pada sebuah Koran dan majalah terhadap hal-hal yang menjadi sorotan publik.


(35)

Menurut Samuel P Huntington, peran serta atau partisipasi masyarakat dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :29

a) Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta memberikan dana untuk kampanye sebuah partai politik, memberikan suara, mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan mengajak serta mempengaruhi seseorang untuk mendukung salah satu partai.

b) Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut, masalah tertentu.

c) Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, baik sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa.

d) Contracting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh warga Negara dengan langsung mendatangi maupun menghubungi lewat telepon pejabat pemerintahan maupun tokoh politik.

e) Violence, adalah cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengerusakan. (by doing phsycal demage) terhadap barang atau individu.

Bentuk partisipasi yang lain adalah dengan mengikuti rapat-rapat umum dan diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh suatu organisasi politik maupun kelompok kepentingan tertentu. Partisipasi semacam ini dapat bersifat spontan

29

Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,


(36)

namun sering juga difasilitasi oleh partai-partai untuk memenuhi agenda politiknya melalui keadaan seperti ini, partisipasi politik seseorang bukan didasarkan atas kesadarannya sendiri melainkan karena dimobilisasi.30

3. Konteks Partisipasi Politik di Indonesia

Konsep partisipasi politik oleh masyarakat Indonesia secara umum dalam ruang lingkup pemilu telah mengarah pada titik kemajuan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan pelaksanaan program pembangunan. Hal ini dibuktikan Pada tahun 1998 sampai tahun 2004, oleh agenda nasional banyak diisi isu-isu seputar perubahan konstitusi, kebebasan untuk mendirikan dan bergabung dengan partai politik, kebebasan untuk mendirikan organisasi yang bebas dari campur tangan pemerintah, reformasi sistem pemilihan umum yang lebih demokratis, kebebasan informasi, kebebasan untuk menganut ideologi diluar ideologi resmi pemerintah, dan reformasi administrasi pemerintahan.31 Isu-isu ini

menjadi agenda utama oleh elit politik (parlemen) dan masyarakat Indonesia, karena selama pemerintahan Soeharto memang tidak ada kebebasan berorganisasi termasuk organisasi politik, tidak ada kebebasan untuk memperoleh informasi, tidak ada kebebasan untuk menganut ideologi, pemilihan umum yang penuh tekanan, dan administrasi pemerintahan yang sangat korup.32

Partisipasi politik dalam periode 1998 – 2004 telah didominasi oleh agenda-agenda politik untuk memberikan akses yang luas bagi masyarakat Indonesia untuk terlibat dalam proses-proses politik yang berjalan. Reformasi juga

30

Rafael Raga Margan, Pengantar Sosiologi Politik (jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.149.

31

Muhammad AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 39.

32

Contoh paling aktual atas pelarangan partai politik terjadi pada tahun 1998, ketika Departemen Dalam Negeri menyatakan Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai partai terlarang, menyatakan membubarkan partai tersebut, dan memenjarakan pemimpin partai.


(37)

diartikan sebagai perubahan institusi-institusi negara yang memungkinkan partisipasi politik rakyat memiliki arti.

Besamaan dengan reformasi politik, pada tahun 1999 paska pemilihan presiden di Era Orde Reformasi konsep partisipasi warga juga mulai diwacanakan dengan aktif oleh beberapa akademisi, berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi rakyat di Indonesia. Wacana ini juga didorong oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan berbagai lembaga internasional yang beroperasi di Indonesia. Inti dari wacana ini terutama adalah mulai terasa beberapa kegagalan dalam penerapan demokrasi perwakilan. Wakil rakyat yang dipilih baik untuk DPR/DPRD, eksekutif, dan berbagai komisi ternyata tidak sepenuhnya dapat dipercaya untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.33 Karena itu,

mulai terpikirkan oleh seluruh masyarakat dan elit politik untuk memberikan ’vitamin’ bagi sistem demokrasi perwakilan saat ini, yaitu berupa pendalaman partisipasi yang memungkinkan warga untuk dapat terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan dan memantau kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

C. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Kajian teoritis tentang kepemimpinan ulama dalam studi ini, menggunakan teori kepemimpinan oleh Inu Kencana Syafi’ie yang sangat relevan sesuai dengan kontek kajian salam penelitian ini. Dalam buku Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Inu Kencana Syafi’ie menjelaskan kepemimpinan

33

Studi yang mendalam mengenai kegagalan demokrasi perwakilan di Indonesia dilakukan oleh DEMOS, sebuah NGO yang berbasis di Jakarta. Hasil studi DEMOS dimuat secara berkala di majalah nasional TEMPO


(38)

adalah “suatu kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok”.34

Teknik kepemimpinan menurut Inu Kencana Syafi’ie merupakan “cara atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuannnya”. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa teknik kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mencapat tujuannya, yakni dapat menggerakkan masyarakat kearah kemajuan dan perkembangan.35 Teknik

kepemimpinan terdiri dari teknik persuasif, teknik komunikatif, teknik fasilitas, teknik motivasi dan teknik pemberian teladan. Penulis akan menjabarkannya secara singkat, pertama Teknik Persuasif dilakukan oleh pemimpin sebagai upaya atau cara yang dilakukan melalui bujukan-bujukan kepada bawahan atau masyarakatnya agar mau berpartisipasi misalnya dengan menanamkan kesadaran betapa pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu untuk mencapai tujuan bersama.36

Kaitan dengan kepemimpinan informal ulama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah teknik persuasif ini merupakan strategi atau cara yang dilakukan oleh ulama melalui bujukan-bujukan kepada masyarakat, agar masyarakat mau terlibat dalam setiap pengambilan keputusan entah melalui musyawarah maupun pengambilan suara terbanyak atau voting.

Kedua Teknik Komunikatif Komunikasi memiliki arti sebagai pemindahan informasi untuk memperoleh tanggapan. Di dalam komunikasi terdapat lima unsur

34

Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h.40.

35

Ibid., h. 41.

36


(39)

yakni komunikator, pesan, media, komunikan, dan feed back atau timbal balik. Cara atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin sebagai pemberi pesan harus sama dengan apa yang diterima masyarakat.37

Gambarannya adalah pemimpin sebagai komunikator memberikan pesan berupa perintah, anjuran dan ajakan untuk mengikuti pemilihan umum kepada masyarakat (sebagai komunikan) melalui media musyawarah perencanaan suksesi kepemimpinan.

Dengan adanya empat unsur komunikasi yang telah disebutkan diatas, maka sebagai kelengkapan unsur yang kelima adalah feedback atau timbal balik dari masyarakat untuk memberikan gagasan-gagasan, ide-ide dan harapan-harapan yang disampaikan dalam musyawarah. Adaya pemberiaan gagasan, ide dan harapan-harapan dari masyarakat tersebut merupakan wujud dari partisipasi politik masyarakat.

Oleh karenanya untuk dapat merangsang masyarakat agar mau memberikan gagasan, ide dan harapan-harapan sebagai wujud partisipasi, maka pemimpin harus memperhatikan hal-hal yaitu, Berbahasa dengan baik dan Menyampaikan pesan dengan jelas, dan Memakai media yang memadai untuk didengar oleh masyarakat seperti pengeras suara

Ketiga Teknik fasilitas dilakukan oleh pemimpin sebagai strategi dan cara yang dilakukannya adalah dengan memberikan penyediaan fasilitas-fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memberikan hak suara, dengan demikian akan menumbuhkan perasaan pada masyarakat bahwa segalanya telah

37


(40)

disediakan oleh pemimpin, dan kemauan merupakan satu-satunya yang dapat dilaksanakan masyarakat.38

Adanya pemberian fasilitas bagi masyarakat ini, merupakan bentuk tanggung jawab elit politik untuk mempermudah masyarakat dalam menyalurkan aspirasi politik mereka sehingga langkah awal dalam proses politik pun kemudian berjalan secara bersamaan antara masyarakat dan elit politik.

Keempat teknik motivasi kepemimpinan diberikan oleh pemimpin sebagai cara atau strategi diterapkan melalu pemberian dorongan kepada masyarakat melalui misalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, memberikan rasa aman, kenyamanan, penghargaan dan sebagainya.

Pemberian motivasi atau dorongan yang dilakukan oleh pemimpin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dengan cara menyadarkan masyarakat bahwa pemilu adalah dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka.39

Motivasi yang diberikan pemimpin pada umumnya bermaksud untuk Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota.

Terakhir adalah teknik keteladanan merupakan upaya atau cara yang dilaksanakan oleh pemimpin dengan tujuan agar masyarakat mau meniru segala perbuatan yang dilakukannya. Tujuan dari Keteladanaan yang diberikan oleh pemimpin selain peniruan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat.40 Dengan adanya kepercayaan tersebut masyarakat

tidak ragu-ragu lagi ketika ada ajakan untuk melakukan sesuatu. Misalnya dalam

38

Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42.

39

Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42.

40


(41)

pemungutan suara, pemimpin menggunakan hak pilihnya dalam pemilu paling pertama agar menjadi contoh dan diikuti oleh masyarakat lainnya.


(42)

BAB III

PILKADA KAB. PROBOLINGGO TAHUN 2008 (STUDI KASUS KECAMATAN KRAKSAAN)

A. Profil Lokasi Penelitian

PETA LOKASI

1. Geografis

Kabupaten Probolinggo mempunyai luas wilayah 3.779.750 km2. Sebelah utara berbatasan dengan selat Madura sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember.41

Dilihat dari letak ketinggian Kabupaten Probolinggo berada pada ketinggian 0 - 2.500 m di atas permukaan laut, dan apabila dilihat dari letak

41


(43)

geografis Kabupaten Probolinggo terletak di lereng Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan Pegunungan Tengger. Batas-batas astronomi Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara = 70 40' LS - Sebelah Timur = 1130 30' BT - Sebelah Selatan = 800 10' LS - Sebelah Barat = 1120 50' B

Karakteristik wilayah merupakan salah satu unsur penting yang perlu diketahui, karena merupakan modal utama untuk mengetahui potensi daerah yang dapat dikelola dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah, guna membiayai pelaksanaan pembangunan dimasa-masa mendatang, yang selanjutnya dapat diketahui dan dicapai hasil-hasil pelaksanaan pembangunan pada setiap wilayah.

Batas Wilayah Administratif

- Utara : Selat Madura

- Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember - Barat : Kabupaten Pasuruan

- Selatan : Kabupaten Lumajang & Kabupaten Malang

Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat Kota Daerah Otonom yaitu Kota Probolinggo.

Kecamatan Kraksaan terletak di wilayah Kabupaten Probolinngo yang berada di bagian tengah selatan dari Ibu Kota Kabupaten Probolinggo kearah timur dengan batas-batas:


(44)

- Timur : Kecamatan Paiton - Barat : Kecamatan Pajarakan - Selatan : Kecamatan Krejengan

Ditinjau dari ketinggian diatas permukaan air laut, Kecamatan Kraksaan berada pada ketinggian 0 sampai 25 meter. Ibukota kecamatan kraksaan kira-kira berada pada ketinggian ±5 meter diatas permukaan air laut.42

Iklim di kawasan kecamatan kraksaan sebagaimana kecamatan lain di kabupaten probolinggo. Kecamatan kraksaan beriklim tropis yang terbagi menjadi dua musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan oktober sampai bulan maret dan musim kemarau pada bulan april sampai bulan September.

Sedangkan keadaan iklim pada umumnya ditinjau dengan indicator curah hujan adalah sebagai berikut :

- Curah hujan terbesar : 415 mm. - Curah hujan terkecil : 2 mm. - Jumlah hari hujan : 69 hari. - Curah hujan setahun : 1190 mm.

Temperatur udara di kecamatan Kraksaan seperti kecamatan lainnya yang berketinggian 0 - 25 meter di atas permukaan air laut suhu udaranya relatif panas sebagaimana daerah dataran rendah umumnya.

2. Demografis

Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku Madura, karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang

42

Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat Statistik Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.


(45)

sebagian besar hidup sebagai nelayan seperti Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton. Sedangkan daerah pegunungan berpotensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan berbagai komoditinya. 3. Komposisi Masyarakat Ditinjau dari Segi Profesional

Dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2006, Jumlah Penduduk di Kecamatan Kraksaan mencapai 56.943 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.803 jiwa dan perempuan 29.140 jiwa. Secara profesional penduduk di Kecamatan Kraksaan terdiri dari petani karena sebagian lahan di Kecamatan Kraksaan adalah persawahan dan sebagian lainnya memanfaatkan potensi hutan, perkebunan, serta kelautan yang dapat diambil sumber daya alamnya.

4. Penduduk Ditinjau dari Segi Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil pendataan Desa Tertinggal yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo sebanyak 107 desa atau 31,82 % dari jumlah Desa/Kelurahan yang ada, persentase (%) jumlah penduduk Pra Keluarga Sejahtera (KS) dan KS I pada tahun 2006 sebanyak 189.281 keluarga. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang jumlahnya sebanyak 188.993 keluarga, atau mengalami kenaikan sebanyak 288 keluarga.

Untuk KS II pada tahun 2006 sebanyak 45.966 keluarga, jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang jumlahnya sebanyak 43.549 keluarga atau mengalami peningkatan sebanyak 2.417 keluarga. KS III pada tahun 2001 sebanyak 44.263 keluarga, jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebanyak 33.364 keluarga atau mengalami peningkatan sebanyak 10.899 keluarga. Sedangkan KS Plus pada tahun 2006 sebanyak 6.339 keluarga, jika dibandingkan dengan tahun


(46)

2006 sebanyak 8.727 keluarga atau mengalami penurunan sebanyak 2.388 keluarga.43

5. Pendidikan dan Keagamaan

Di Kecamatan Kraksaan terdapat banyak sekali sekolah-sekolah Islam dan TPA yang tersebar. Namun sekolah-sekolah Islam tersebut hanya dihuni orang luar dari daerah tersebut, dan banyaknya surau-surau yang hanya diisi oleh orang-orang tua saja, sehingga perlu bagi kita menumbuhkan jiwa dan sikap “kembali kesurau”. Waktu yang hanya dibutuhkan dua jam seminggu untuk mendalami ilmu agama saja belum cukup, bahkan sangat kurang sekali dibandingkan dengan tebalnya kabut polusi yang tebal menyusup pada masyarakat.

Dengan kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan pengetahuan agama yang cukup, maka akan mungkin generasi penerus kita akan meninggalkan aspek agama dan budaya, yang mencerminkan bahwa kita orang timur yang berbudaya.

Dapat dilihat dari banyaknya sekolah umum dan Islam, maka pemerintah berusaha untuk menghidupkan kembali paham keagamaan yang diiringi dengan kemampuan yang baik pula di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di Kecamatan Kraksaan terdapat banyak sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama. Di antaranya Sekolah Dasar Negeri (SDN) sebanyak 24 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 3 unit dan terdapat Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) hanya 1 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 unit. Sedangkan dari segi

43

Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat statistic Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.


(47)

keagamaan desa ini terdapat beberapa tempat Ibadah antara lain Masjid sebanyak 302 Unit dan Gereja sebanyak 3 Unit.44

B. Pelaksanaan dan Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 1. Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian integral dari proses perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi di tingkat lokal.

Harus diingat bahwa Pilkada hanyalah sebuah proses yang tidak berdiri sendiri. Baik atau buruknya proses berkaitan dengan subyek yang terlibat langsung dalam proses tersebut. Keberhasilan pelaksanaan Pilkada, baik dalam pengertian ‘prosedural’ maupun ‘substansial’, terkait tiga faktor (a) pemilih yang memilih hak pilih, (b) penyelenggara, yaitu KPUD, Panwas, Pemantau dan Pemerintah, (c) lembaga steakholders lainnya. Dari ketiga faktor di atas dapat diajukan tesis tentang sejauh mana masyarakat menggunakan hak pilihnya, dan bagaimana persiapan yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada.

Pelaksanaan Pilkada langsung secara optimistik dapat dikatakan sebagai bentuk pengukuhan terhadap otonomi rakyat di daerah dalam menentukan kepala pemerintahan. Idealnya pemerintahan yang dipilih langsung dan memiliki legitimasi politik yang kuat akan melaksanakan fungsi sesuai dengan aspirasi masyarakat, karena spirit dari Pilkada adalah mendekatkan pemerintah kepada rakyat.

44

Seri buku Kecamatan Kraksaan dalam angka 2006, kerja sama Badan Pusat statistic Kab. Probolinggo dengan BAPPEKAB Probolinggo.


(48)

2. Tahapan Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008

Ada tiga tahapan yang disusun oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Probolinggo dalam pelaksanaan Pilkada Kab. Probolinggo 200845 yaitu: Pertama, tahap persiapan yang berlangsung sejak 25 September 2007 hingga 17 Oktober 2007. Pada tahap ini DPRD Kab. Probolinggo memberitahukan kepada KPUD Kab. Probolinggo mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Kab. Probolinggo. Setelah itu penetapan tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan Pilkada Kab. Probolinggo 2008.

Pada tahap ini pula KPUD Kab. Probolinggo menetapkan petunjuk pelaksanaan dan teknis penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kab. Probolinggo yang meliputi; tata cara pengangkatan dan tata kerja Anggota PPK, PPS, dan KPPS; tata cara pemantauan; tata cara pencalonan; serta jadwal pelaksanaan kampanye; tata cara pemungutan dan penghitungan suara di TPS; tata cara pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara di PPS, PPK, KPUD Kabupaten, pembentukan kelompok kerja penyelenggaraan dan kepanitiaan lainnya. Pendaftaran pemantauan pemilihan, penerangan, penyuluhan, serta sosialisasi juga dilaksanakan pada tahapan pertama ini.

Kedua, tahap pelaksanaan yang berlangsung pada 1 November 2007 hingga 20 Februari 2008. Tahapan ini meliputi; pendaftaran pemilih; penyusunan dan penetapan daftar pemilih sementara; pengumuman daftar pemilih tambahan; serta penetapan daftar pemilih tetap oleh PPS. Setelah penetapan daftar pemilih oleh PPS, proses selanjutnya diteruskan ke PPK untuk penyusunan rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar oleh KPUD Kabupaten.

45

Seri Buku Saku Pilkada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo, Apa Itu Pilkada?, KPUD Kab. Probolinggo, Januari 2008.


(49)

Pencalonan serta sosialisasi tata cara pencalonan kepada partai politik juga dilakukan pada tahapan kedua ini, yang selanjutnya diinformasikan kepada media massa. Setelah pasangan calon mendaftar, proses selanjutnya adalah pemeriksaan kesehatan pasangan calon serta penelitian terhadap kelengkapan dan keabsahan berkas pencalonan dan penyampaian hasil penelitian. Setelah lolos seleksi administratif langkah selanjutnya adalah; penetapan serta penentuan nomor urut pasangan calon; pengumuman pasangan calon.

Proses pengadaan dan pendistribusian logistik menjadi bagian penting lainnya dalam tahap pelaksanaan ini. Hal ini menjadi penting karena menyangkut teknis pelaksanaan pemilihan. Pengadaan dan pendistribusian logistik pemilihan ini dilakukan mulai dari 9 Desember 2007 hingga sehari menjelang pemilihan yaitu 9 Januari 2008.

Proses sosialisasi dan kampanye dimulai pada 15 Desember 2007 hingga 5 Januari 2008. Adapun masa tenang, di mana semua pasangan calon dilarang melakukan kegiatan kampanye dilaksanakan mulai dari 6 Januari 2008 hingga 8 Januari 2008, dan proses pemungutan suara dilaksanakan pada 9 Januari 2008.

Setelah pemungutan dan penghitungan suara di TPS, langkah selanjutnya adalah penyusunan berita acara penerimaan dan rekapitulasi jumlah suara di PPS yang diteruskan kepada PPK, dan KPUD Kabupaten.

Jika proses penghitungan dan rekapitulasi suara hasil pemungutan telah selesai, maka dilakukan penetapan dan pengumuman hasil pemilihan pasangan calon, yaitu pada 13 Januari 2008 hingga 16 Januari 2008. Dan jika ada pihak yang merasa keberatan dengan hasil pemilihan dan penghitungan tersebut dipersilahkan mengajukan keberatan sampai 12 Januari 2008 yang kemudian akan


(50)

diproses penyelesaiannya oleh MA/Pengadilan Tinggi. Dan yang terakhir adalah penyampaian berita acara penetapan pasangan calon terpilih ke DPRD Kabupaten Probolinggo.

Ketiga, tahap penyelesaian. Tahap ini memiliki tenggat waktu tiga bulan terhitung mulai dari tanggal 13 Januari 2008 sampai 11 Maret 2008. Dan proses terakhir dalam tahap ini adalah laporan KPUD Kab. Probolinggo dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran pelaksanaan kepada Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

3. Pasangan Calon Bupati Kab. Probolinggo

a. Profil Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati46

1) Pasangan H. Cholili Mugi, SH. M.Hum dan H. Sulaiman Dada, SH a) H. Cholili Mugi, SH. M.Hum (Calon Bupati)

H. Cholili Mugi dilahirkan di Probolinggo pada tangal 3 Juli 1948 dan beliau tinggal di Jl. Raya Dringu No. 91 Dusun Randulimo Rt. 01 Rw. 01 Desa Randu Putih Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Siti Mariana (almh), namun sejak meninggalnya sang istri beliau menikah lagi dengan Ir. Hj. Srie Sholi Harimurti dan mempunyai anak lima orang dari kedua istrinya tersebut.

Selain aktif dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat IPNU (1966-1968), Penasehat GP Anshor Probolinggo (1966-sekarang), wakil Sekretaris

46

KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai), 2008 Kraksaan – Probolinggo. H.39-45.


(51)

Partai NU Probolinggo (1967-1969), pernah berkecimpung di Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai Ketua DPD tingkat II Probolinggo dan Wakil Ketua DPD tingkat I Jawa Timur (1982-2003) dan yang terakhir menjabat Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Kab. Probolinggo (2003-2007).

Selain sebagai aktifis partai dan ormas ke-islaman beliau juga seorang birokrat. Pengalaman beliau sebagai birokrat dimulai dari Wakil Kepala DISPENDA PEMKOT Probolinggo (1969-1986), Anggota DPRD Kab. Probolinggo (1982-1997), Ketua DPRD kab. Probolinggo (1997-1999), dan yang terakhir adalah DPRD Propinsi Jawa Timur (1999-sekarang).

b) H. Sulaiman Dada, SH (Calon Wakil Bupati)

Sulaiman Dada dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 2 Juli 1969. Beliau menetap di Dusun Krajan Rt. 01 Rw. VII Desa Wangkal Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj. Sri Rukmi Eko Wardani dan mempunyai dua orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj. Sri Rukmi Eko Wardani.

Sebagai seorang pengusaha dan juga politisi beliau pernah menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kab. Probolinggo dari tahun 1999 sampai saat ini. Sedangkan sebagai seorang pengusaha beliau menjadi Direktur CV. Putra Nusantara dan Manager KUD Gading Jaya dari tahun 1997 sampai sekarang.

2) Pasangan Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si dan Salim Qurays, S.Ag a) Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si (Calon Bupati)


(52)

Hasan Aminuddin dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 07 Januari 1965. Beliau menetap di Jl. Brigjen. Katamso No. 66 Rt. 01. Rw II. Desa Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj. Dian Prayuni dan mempunyai empat orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj. Dian Prayuni.

Selain aktif dalam dunia pendidikan beliau juga mengecap berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah KNPI Jawa Timur, beliau juga aktif dalam partai PPP pada tahun 1992-1997 dan kemudian hijrah kepartai PKB 1999-sampai sekarang. Selain itu juga beliau juga pernah pengusaha dari CV. Duha pada tahun 1990-1996, beliau pernah masuk dalam anggota DPRD Kab. Probolinggo pada tahun 1992-1997, dan kemudian beliau menjabat sebagai Ketua DPRD Kab. Probolinggo pada tahun 1999-2003, dan yang terakhir beliau menjadi sebagai Bupati Pemkab. Probolinggo pada tahun 2003-sampai sekarang.

b) Salim Qurays, S.Ag (Calon Wakil Bupati)

Salim Qurays dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 12 Juli 1975. Beliau menetap di Dusun Krajan Rt. 07 Rw. II Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Fatimah Azzahrah dan mempunyai tiga orang anak dari hasil pernikahanya dengan Fatimah Azzahrah.

Selain aktif dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah Orsospol Partai


(53)

Persatuan Pembangunan pada tahun 1999-sampai sekarang dan kemudiaun beliau masuk dalam keanggotaan DPRD Kab. Probolinggo sejak tahun 1999 sampai sekarang.

3) Pasangan H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos dan H. Sudirman Ra’is, SH, MM a) H. Hapur Abdul Ghofur, S.Sos (Calon Bupati)

Hapur Abdul Ghofur dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 06 Mei 1956. Beliau menetap di Desa Ambulu Rt 02 Rw IV, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj Nur Farida dan mempunyai dua orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj Nur Farida.

Selain concern dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap berbagai aktifitas organisasi yang di antaranya adalah ketua DPC PPP Kab. Probolinggo Periode 2000-2005, Wakil Ketua DPRD Kab. Probolinggo periode 1999-2003, dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Probolinggo tahun 2003-2008. b) H. Sudirman Ra’is, SH, MM (Calon Wakil Bupati)

Sudirman Rais dilahirkan di Probolinggo 6 Agustus 1949. Beliau menetap di JL. Dr Saleh 03 Sumberlele Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Beliau menikah dengan Hj. Mintarsih dan mempunyai tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan Hj. Mintarsih.

Selain concern dalam bidang pendidikan beliau juga mengecap berbagai aktifitas organisasi yang diantaranya adalah ketua PGRIPD II Kabupaten Probolinggo pada tahun 2001-2005, beliau juga merupakan seorang birokrat yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Diknas


(54)

Kabupaten Probolinggo pada tahun 2003-2005, dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Kepala Subdin SMP-SMU Dinas Diknas Kabupaten Probolinggo pada tahun 2001-2003.

b. Visi, Misi dan Janji Politik Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati 1) Pasangan H. Cholili Mugi dan Sulaiman Dada

Pasangan calon ini mengusung visi terwujudnya masyarakat Kabupaten Probolinggo yang religious, mandiri, maju, adil dan sejahtera dalam naungan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa.

Adapun misi dari pasangan ini adalah 47:

1) Terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertaqwa sehingga nilai dan norma agama serta toleransi antar dan umat beragama dapat dilaksanakan dalam perilaku keseharian.

2) Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adil, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

3) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia sehingga menghasilkan tenaga yang kompeten dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi sehingga mampu bekerjasama dan bersaing dalam era global.

4) Terwujudnya penegakan hukum yang berkeadilan tanpa diskriminasi dan perhargaan terhadap hak asasi manusia.

5) Terwujudnya keamanan dan rasa aman di masyarakat serta tersedianya peluang yang lebih besar bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk

47

KPUD. Laporan Pemilukada Kab. Probolinggo 2008, (Aman, Sukses, Dan Damai), 2008 Kraksaan – Probolinggo. h. 46


(1)

68 Novia Triutami 9

69 Nur Halimah 9

70 Nur Hasan 7

71 Poniman 7

72 Rani 8

73 Ratna 7

74 Ribud 7

75 Rini Yuliastuti 9

76 Ryan Efendi 7

77 Salimin Faris 9

78 Samsul Arifin 7

79 Sarkawi 9

80 Sayadi 8

81 Soni Harsono SH 2

82 Subaidah 5

83 Subakir Spd 9

84 Sugeng Sugianto 8

85 Sugeng Winoto 7

86 Sugito 8

87 Suharyanto 7

88 Suhriya 6

89 Sukarwati 9

90 Sulaiman 5

91 Sumarsono Eko 7

92 Sumiyanto 7

93 Suna 7

94 Supandi 7

95 Supriyono 9

96 Tri Utomo Lestari 9

97 Untung Herkanto 5


(2)

99 Yanti 7

100 Zubaidah 7

A. Identitas Responden Nama Responden : Alamat Sekarang : No. Telpon/HP : 1. Jenis kelamin:

1. Laki-laki 2. Perempuan

2. Tolong sebutkan berapa umur bapak/ibu sekarang? Tuliskan: …………tahun

3. Di samping warga Negara Indonesia, orang biasanya punya latar belakang suku-bangsa tertentu seperti jawa, sunda, Madura dan lain-lain. Mohon sebutkan suku bangsa bapak/ibu?

1. Sunda 3. Jawa

2. Madura 4. Lain-lain: (tuliskan)…………...

4. Sudah berapa tahun bapak/ibu tinggal di rumah ini? 1. Kurang dari setahun

2. 1-2 tahun 3. 3-4 tahun 4. 5-6 tahun 5. 7-8 tahun

6. Lebih dari 8 tahun

Pandangan Sosial Kemasyarakatan:

5. Menurut Bapak/ibu siapakah tokoh yang paling didengar pendapatnya dalam berbagai masalah (sosial, agama, politik) yang hadapi oleh masyarakat (di daerah itu)?

1. Tentara 2. Tokoh adat 3. Ketua RT 4. Tokoh partai 5. Lurah

6. Tokoh agama (ulama)

6. Ada orang-orang yang untuk masalah kesehariannya sering meminta nasehat dari ulama. Seberapa sering bapak/ibu melakukan hal tersebut?


(3)

2 Jarang 4. Sangat sering

7. Apakah bapak/ibu setuju, tidak punya pendapat atau tidak setuju dengan pernyataan bahwa ulama adalah seseorang yang patut kita tauladani?

1. Tidak jawab, tidak tahu 3. Tidak punya pendapat

2. Tidak setuju 4. Setuju

8. Menurut bapak/ibu, seberapa pentingkah peran ulama sebagai panutan agama dalam masyarakat?

1. Tidak penting 3. cukup penting 2. Kurang penting 4. sangat penting

9. Menurut bapak/ibu, seberapa penting kah peran ulama sebagai panutan politik dalam masyarakat?

1. Tidak penting 3. Cukup penting 2. kurang penting 4. sangat penting

10. Seberapa setujukah bapak/ibu terhadap pernyataan bahwa ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah agama tapi juga untuk masalah politik?

1. Tidak setuju sama sekali 3. cukup setuju

2. Kurang setuju 4. sangat setuju

11. Apakah ibu mengenal salah satu ulama yang bapak/ibu ikuti ucapannya? (tuliskan)………..

12. Kalau boleh tahu, siapakah calon bupati yang bapak/ibu pilih pada Pilkada kemaren?

1. Tidak tahu/rahasia (Langsung ke no. 14)

2. pasangan Hapur Abdul Ghofur & Sudirman Rais 3. Pasangan Kholili Mughi & Sulaiman Dada 4. Pasangan H. Hasan Aminuddin & Salim Quraisy

13. Kalau boleh tahu, apakah alasan bapak/ibu memilih calon tersebut? 1. Memilih karena diberi hadiah

2. tidak tahu/tidak jawab 3. Jujur/bisa dipercaya

4. Karena memiliki visi dan program yang jelas 5. Di dukung oleh para ulama

14. Kalau diadakan lagi pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten

Probolinggo sekarang ini, siapakah calon yang akan ibu pilih? Tuliskan………… 15. Kalau bleh tahu, apa alasan bapak/ibu memilih calon tersebut?

(tuliskan)……….. Latar Belakang Sosial-Ekonomi


(4)

16. Apakah bapak/ibu merasa sebagai bagian dari Jama’ah Islamiyah, Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, persatuan islam atau organisasi social masyarakat lainnya?

1. Jamaah Islamiyah 6. Tidak jawab/tidak tahu. 2. Nahdatul Ulama

3. Muhammadiyah 4. Persatuan Islam

5. lain-lain (tuliskan)…….

17. Perkenankan saya mengetahui keikut sertaan bapak/ibu dalam berbagai organisasi atau perhimpunan di bawah ini. Apakah bapak/ibu adalah anggota atau bukan anggota dari organisasi/kelompok berikut?

Organisasi Anggota

Aktif

Anggota

Tidak Aktif Simpatisan

Tidak ada hubungan

18. Nahdatul Ulama 1 2 3 4

19. Muhammadiyah 1 2 3 4

20. Majelis Taklim 1 2 3 4

21. Hizbu Tahrir

Indonesia 1 2 3 4

22. Majelis Mujahidin

Indonesia 1 2 3 4

23. Fron Pembela Islam 1 2 3 4

24. Apa pendidikan terakhir bapak/ibu? 1. tidak pernah sekolah

2. tidak tamat SD/sederakat 3. tamat SD/sederajat

4. Tidak tamat SLTP/sederajat 5. Tamat SLTP/sederajat 6. Tidak tamat SLTA/sederajat 7. Tamat SLTA/sederajat

8. Tidak tamat perguruan tinggi/masih mahasiswa 9. Tamat diploma.

10. Tamat S1

25. Apakah bapak/ibu bekerja 1. Ya

2. Tidak (langsung ke no. 27) 3. Pensiun

26. Jika “ya” apa pekerjaan utama bapak/ibu?

1. Nelayan 2. Buruh Bangunan 3. Buruh Pabrik 4. Pedagang Kaki Lima


(5)

5. Pemulung 6. Supir angkutan umum/taksi/perusahaan 7. Buruh di pasar 8. Satpam

9. Pegawai Negeri 10. Professional (dokter/pengacara, dll) 11. Pegawai swasta

12. bukan salah satu di atas (tuliskan)……….. (Langsung ke no. 30)

27. Jika “tidak bekerja”, mengapa tidak bekerja? 1. Masih sekolah

2. Ibu rumah tangga 3. Belum dapat pekerjaan

4. Lainnya. TULISKAN……… 28. Jika tidak bekerja, bagaimana ibu/bapak dapat membiayai kebutuhan sehari-hari?

1. Bergantung pada orang tua 2. Bergantung pada suami/isteri 3. Bergantung pada saudara

4. Bergantung pada tunjangan social 5. Berhutang

6. Lainnya, TULISKAN………..

29. Jika bergantung pada orang tua, suami/isteri atau orang lain, apa pekerjaan utama orang tempat bergantung tersebut?

1. Nelayan 2. Buruh Bangunan 3. Buruh Pabrik 4. Pedagang Kaki Lima

5. Pemulung 6. Supir angkutan umum/taksi/perusahaan 7. Buruh di pasar 8. Satpam

9. Pegawai Negeri 10. Professional (dokter/pengacara, dll) 11. Pegawai swasta

12. bukan salah satu di atas (tuliskan)………..

30. Rata-rata dalam sebulan, berapa rupiah kira-kira pendapat keluarga bapak/ibu? 1. Di bawah 500 ribu

2. 500-1 juta 3. 1-2 juta 4. 2-3 juta 5. 3-4 juta 6. di atas 4 juta


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

2 47 180

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan Di Dprd Kabupaten Nias Pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014

4 81 162

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung).

19 180 90

Perbandingan Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kota Medan Pada Pilkada Kota Medan Tahun 2005 Dengan Pilkada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Titi Rante, Kecamatan Medan Baru)

5 57 90

Calon Independen dan Pilkada (Studi Kasus Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008)

2 35 94

Iklan Politik Partai Gerindra Dan Partisipasi Masyarakat Tani (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Politik Partai Gerindra Terhadap Partisipasi Masyarakat Tani Pada Pemilu 2009 di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

1 56 161

Partisipasi Politik BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-Bhagasasi Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008

0 15 66

Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan:Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008:

0 11 114

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan Di Dprd Kabupaten Nias Pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014

0 0 13

Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pilihan Politik Masyrakat (Studi Kasus: Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba Samosir Tahun 2014

0 0 9