PENDAHULUAN Latar Belakang - PROFILE LEARNING STYLE UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR

PROFILE LEARNING STYLE UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR
PROFILE LEARNING STYLE
FOR LEARNING STRATEGY DEVELOPMENT
Muh. Arief Sumantri (muhammad.arief.sumantri-2016@psikologi.unair.ac.id)
Ajeng Okvita Larasati (ajeng.okvita.larasati-2016@psikologi.unair.ac.id)
Wuryaning Hendri Hastuti (wuryaning.hendri.hastuti-2016@psikologi.unair.ac.id)
Airlangga University Researcher of Psychologycal Science

Abstract.
Learning styles are closely related to a person's person who is influenced by their nature,
experience, education, and history of development.This study aims to find and describe Learning Style
owned by students. Type of research used is descriptive research using a quantitative approach.
Population in this research is all postgraduate student psychology of Airlangga University of year
2016/2017. Data analysis used is descriptive analysis method where from the data that have been
collected then classified in the form of numbers and declared in words in the form of sentence.
The results showed that in general, students have a tendency of Visual and Auditory learning style
which has equal number and percentage of a 38%, then kinesthetic learning style with a percentage of
24%.For male gender dominated by Auditory learning style with a percentage of 50%, women are
dominated by Visual learning style with a percentage of 47%. In terms of specialization, community &
Development Psychology concentration is dominated by learning style with percentage 67%, Educational
Psychology is dominated by Visual learning style with 46% percentage.

Some of the benefits of understanding learning styles include maximizing learning potential,
developing efficient and effective learning strategies, increasing self-esteemget insights into strengths and
weaknesses, learn how to enjoy learning deeper, develop motivation to learn, and learn how to maximize
ability and skills naturally.
Keywords: Learning style, postgraduate student psychology
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gaya belajar (learning style) terdiri atas
dua kata yaitu gaya dan belajar. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008), gaya
merupakan tingkah laku, gerak gerik, serta sikap
sedangkan belajar adalah upaya untuk
memperoleh kepandaian maupun menuntut ilmu.
Gaya belajar menurut Visser

et al. (2006) mengacu pada pendekatan yang
lebih disukai seseorang dalam belajar guna
mencapai hasil belajar yang optimal. Charles
E. Skinner (1958) di dalam bukunya yang
berjudul Educational Psychology mendefinisikan pengertian belajar sebagai ”Learning is a

process of progressive behavior adaptation”
yang artinya bahwa belajar merupakan suatu
proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Kemudian Bobby De Porter
(1992) dalam bukunya yang berjudul Quantum
Learning mendefinisikan gaya belajar sebagai “a
person’s learning style is a combination of how
he or she perceives, then organizes and
processes information” yang artinya bahwa gaya
belajar seseorang merupakan kombinasi dari
bagaimana dia menyerap kemudian setelah itu
mengatur serta mengolah informasi.
Dalam Islam (Tohirin, 2006) adalah
suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk terus
belajar ataupun menuntut ilmu, sebagaimana
firman Allah:

“Dan tidak sepantasnya orang-orang

mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara
mereka
beberapa
orang
untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringa- tan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka dapat menjaga
dirinya” (At-Taubah/9 :122).
Ayat diatas menunjukkan bahwa
memiliki ilmu pengetahuan merupakan hal yang
penting dan alat untuk memperoleh hal tersebut
adalah dengan cara belajar. Ajaran Islam telah
menganjurkan (Tohirin, 2006) agar manusia
menggunakan potensi-potensi atau organ psikopsikis, seperti akal, indera penglihatan, dan
pendengaran untuk mela- kukan kegiatan
belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan

potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis
yang kompleks untuk

menyerap, mengolah, menyimpan, serta
memproduksi kembali item-item informasi dan
ilmu pengetahuan. Kemudian, mata dan telinga
merupakan alat fisik yang berguna untuk
menerima informasi visual maupun informasi
verbal
Menurut Mulyono (2012) gaya bela- jar
berkaitan erat dengan pribadi seseorang yang
dipengaruhi oleh pembawaan, pengala- man,
pendidikan, serta riwayat perkemba- ngannya.
De Porter & Hernacki (2010), berpendapat
bahwa belajar berproses secara mengalir,
dinamis, penuh resiko, dan meng- gairahkan.
Setiap individu memiliki gaya belajar (learning
style) yang berbeda-beda, tidak semua orang
mengikuti yang sama (Mulyono, 2012). Kolb
(2005, dalam Ghufron, 2013) berpendapat

bahwa perbeda- an gaya belajar yang dipilih
oleh individu akan menunjukkan cara tercepat
dan terbaik bagi setiap individu dalam upaya
menyerap sebuah informasi yang datang dari
luar dirinya. Reid (dalam Peacock, 2000)
mengatakan bahwa gaya belajar merupakan
suatu cara yang alami hampir seperti kebiasaan,
dan merupakan cara yang paling disukai oleh
individu dalam menyerap, memproses dan
mempertahankan informasi.
Penelitian Pallapu (2007) berjudul
Effects of Visual and Verbal Learning Styles on
Learning menyimpulkan bahwa perbeda- an
learning style memberikan pengaruh ter- hadap
pembelajaran, bila ditanganni dengan cara yang
tepat maka akan terjadi peningka- tan besar
dalam pencapaian hasil belajar. Dosen yang
dalam hal ini sebagai seorang pengajar menurut
Hildayani (2007) juga dapat memaksimalkan
perkuliahan dengan cara menerapkan teknikteknik yang dapat memberi kesempatan yang

sama kepada

semua mahasiswa dengan gaya belajar yang
berbeda-beda untuk dapat belajar dengan lebih
baik. Penelitian dari Garcia, et al. (2008)
menyimpulkan bahwa mahasiswa baru yang
belum menerima latihan dan pelajaran dari
pengajar memiliki perbedaan latar belakang
gaya belajar yang berbeda beda.
Dunn & Dunn (2006, dalam Abidin,
2011) menyatakan bahwa dalam berbagai kasus,
seorang peserta didik yang sukses dalam
pelajaran memiliki beberapa gaya belajar yang
berbeda. Oleh para ilmuwan, gaya belajar
digolongkan dalam beberapa macam, misalnya
Honey & Mumford (1992, dalam Duff & Duffy,
2002) membagi gaya belajar menjadi 4 jenis
yaitu:
Gaya Belajar Reflektor
Dalam gaya belajar reflektor, individu akan

lebih memilih untuk berjarak dengan fakta,
fenomena
serta
hal
yang
sedang
dipelajari.Menjembatani dirinya berdasarkan
fakta dan fenomena langsung dilapangan melalui
buku, proses diskusi, saling ber- argumen atau
mengikuti kegiatan seminar. Selain itu juga
memandang suatu informasi dari berbagai sudut
pandang sebelum menyimpulkannya.
Gaya Belajar Teoris
Identik dengan membaca buku, berfikir,
beranalogi dan membandingkan suatu teori
(Ghufron & S. Risnawati, 2013). Walaupun
memiliki kemiripan dengan gaya belajar
Reflektor tetapi individu dengan gaya belajar
teoris memiliki ciri khas pada kegemarannya
menganalisis dan mensintesis berdasarkan

penalaran, logika serta teori. Cenderung akan
menolak segala hal yang tidak logis, tidak
objektif dan tidak berdasar-

kan ketentuan tertentu (dalam Victoria & Aryani,
2014).
Gaya Belajar Aktivis
Memiliki karakteristik yang bertolak
belakang dengan gaya belajar Reflektor, selalu
ingin terlibat langsung serta berdasar- kan fakta
dalam mempelajari fenomena. Menyukai
eksperimen, simulasi, studi kasus serta sangat
antusias, berfikiran terbuka serta tidak skeptis
seperti individu dengan gaya belajar Teoris
(Ghufron & S. Risnawati, 2013).
Gaya Belajar Pragmatis
Cenderung bersifat problem solving, praktis
dan oportunis. Selalu berusaha untuk meman
faatkan kesempatan yang ada dan memandang
suatu masalah sebagai sebuah tantangan

bukannya sebagai beban. Seperti halnya individu
gaya belajar aktivis, gaya belajar pragmatis
menyukai keterlibatan langsung seperti kerja
lapangan, praktik laboraturium & observasi
(Ghufron & S. Risnawati, 2013).
Grinder sendiri (dalam De Porter &
Hernacki, 2004) membagi learning style (gaya
belajar) ke dalam 3 jenis yaitu:
Gaya Belajar Visual (Visual Learning)
Visual Learning merupakan gaya belajar
yang didominasi dengan cara melihat, mata
mendapatkan peran yang penting. Gaya belajar
ini digunakan untuk memeroleh informasi
seperti melihat gambar, diagram, peta, poster,
grafik, dan sebagainya serta bisa juga dengan
melihat data teks seperti tulisan dan huruf (Nini
Subini, 2001)
Gaya Belajar Auditori (Auditory Learning)
Biasa disebut juga sebagai gaya belajar
pendengar karena mengandalkan proses

pembelajaran melalui pendengaran (telinga).
Mempunyai perhatian yang sangat baik pada

hal-hal yang didengar, juga mengingat sesuatu
dengan cara melihat dari apa yang tersimpan
pada telinganya. Pada umumnya, individu yang
memiliki gaya belajar auditori senang
mendengarkan ceramah, diskusi, berita radio,
ataupun kaset pembelajaran. Senang belajar
dengan cara mendengarkan dan berinteraksi
dengan orang lain. (Robert Steinbach, 2002)
Gaya Belajar Kinestetik Gaya (Kinesthetic
Learning)
Gaya belajar ini senantiasa mengguna- kan
dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya
dalam proses pembelajaran atau dalam usaha
untuk memahami sesuatu (Suparman S, 2006).
Bagi kinestetik kadang membaca dan
mendengarkan merupakan kegiatan yang
membosankan, instruksi yang diberikan secara

tertulis maupun lisan sering kali mudah
dilupakan. Kinestetik memiliki kecenderungan
lebih memahami tugasnya bila mereka langsung
mencobanya (Robert Steinbach, 2002).
Setiap individu (Mulyono, 2012)
mempunyai learning style yang berbeda.
Menurut Ginnis (2008) perbedaan tersebut
diumpamakan seperti tanda tangan yang khas
bagi dirinya sendiri. Gaya belajar yang satu
tidak dapat dikatakan lebih baik dari gaya
belajar yang lainnya karena setiap gaya belajar
memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing (Felder dan Brent, 2005). Tetapi dengan
memahami learning style (gaya belajar) yang
dimiliki pastinya banyak keuntungan yang dapat
diperoleh oleh masing-masing individu, salah
satunya ialah berguna untuk pengembangan
strategi pem- belajaran, agar dalam proses
pembelajaran mampu memproses informasi
dengan lebih efisien dan efektif. Beberapa hasil
penelitian

menunjukkan bahwa gaya belajar secara
signifikan berpengaruh terhadap pemilihan
strategi belajar (Carson & Longhini, dalam
Chang, 2005; Ehrman & Oxford, 1990; Ehrman
& Oxford, 1995; Jie & Xiaoqing, 2006).
METODE
Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, tipe penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
.Pendekatan kuantitatif menurut Arikunto,
(2006) merupakan pendekatan penelitian yang
dituntut menggunakan angka mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data
serta penampilan hasilnya. Sedangkan penelitian
deskriptif menurut Jalaluddin Rahmat (2000)
merupakan penelitian yang bertujuan untuk
melukiskan atau untuk menggambarkan secara
sistematis fakta ataupun karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan
cermat dimana dalam penelitian ini tidak
mencari atau menjelaskan hubungan juga tidak
menguji hipotesa ataupun membuat prediksi.
Penelitian
ini
bertujuan
mengetahui,
mendeskripsikan, dan memberikan profil
Learning Syle (gaya belajar) yang dimiliki
mahasiswa Pascasarjana Magister Psikologi
Universitas Airlangga angkatan tahun 2016/
2017 untuk mengembangkan strategi dalam
pembelajaran.
Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut,
sifat, atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011).
Variabel
dalam
penelitian
ini
menggunakan variabel tunggal yaitu

Style Learning (Gaya Belajar). Menurut Hadari
Namawi & HM Martini Hadari (1992) variabel
tunggal merupakan variabel yang hanya untuk
mengungkapkan variabel untuk dideskripsikan
unsur atau faktor- faktor dalam setiap gejala
yang termasuk dalam variabel tersebut.
Populasi & Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa pascasarjana magister
psikologi universitas airlangga angkatan
tahun 2016/2017. Populasi berjumlah 21 orang
yang terdiri dari 15 perempuan dan 6 orang lakilaki dan terbagi dalam dua bidang peminatan
yaitu Psikologi Pendidikan serta Psikologi
Komunitas & Pembangunan.
Tehnik sampling yang digunakan
mengacu pada tabel Isaac & Michael, dimana
peneliti dapat secara langsung menentukan
jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi dan
tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Tabel Isaac dan Michael (dalam
Sugiyono, 2016)
Siginifikasi
1%
5%
10%
N
10
10
10
10
15
15
14
14
20
19
19
19
25
24
23
23
30
29
28
28
35
33
32
32
40
38
36
36
45
42
40
39
50
47
44
42
270
192
152
135
Berdasarkan tabel dari Issac & Michael
diatas, bila jumlah populasi = 21 mahasiswa
dengan taraf kesalahan 1% maka jumlah
sampelnya adalah 19 mahasiswa. Dikarenakan
total populasi yang hanya

bersisa 2 maka peneliti mempertimbangkan
menggunakan keseluruhan jumlah populasi
sebagai sampel yaitu 21 mahasiswa. Penggunaan
keseluruhan jumlah populasi menjadi sampel
disebut tehnik Sampling Jenuh yang merupakan
bagian dari Non Probability Sampling.
Pengumpulan & Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode angket berupa kuisioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat
pernyataan
tertulis
kepada
responden untuk kemudian dijawab oleh
responden (Sugiyono, 2011). Angket psikologi
dalam kuisioner ini diadopsi dari kuisioner
standar De Porter & Hernacki (2010) yang
reliabilitasnya telah teruji dan telah digunakan
dalam beberapa penelitian salah satunya oleh
Nugraheni & Nurmala (2006); Fista (2011);
Hamka &
Muhiddin (2017).
Analisis data yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif dimana dari data yang
telah terkumpul kemudian selanjutnya di
klasifikasikan dalam bentuk angka-angka dan
dinyatakan dalam kata-kata berbentuk kalimat.
HASIL
Learning Style
Hasil penelitian yang dilakukan pada
seluruh mahasiswa dengan jumlah keseluru- han
21 mahasiswa yang terdiri dari 2 peminatan
yaitu Psikologi Komunitas & Pembangunan dan
Psikologi Pendidikan dapat dilihat dari tabel
yang tersaji dibawah ini:

Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Jumlah Keseluruhan
No

Learning Style

1

Visual

2

Auditori

3

Kinestetik

Jumlah
Mahasiswa
8
38 %
8
38 %
5
24 %

Total

No

Jenis
Kelamin

Learning
Style
Visual

21
100 %

1

Laki-Laki

Auditori
Kinestetik

Gambar Tabel

Visual
Learning Style

Visual

2

Perempuan

Auditori

Audit ori

Kinestetik
Gambar Tabel
Laki-Laki
Visual

Audit ori

Gambar Diagram
Dari tabel dan gambar diagram diatas
ketahui bahwa terdapat 3 Learning Syle (gaya
belajar) pada mahasiswa pascasarjana magister
psikologi universitas airlangga angkatan tahun
2016/2017 yaitu Visual, Auditori, dan Kinestetik
dimana Visual Learning berjumlah 8 mahasiswa
dengan presentase 38%, Auditory Learning
berjumlah 8 mahasiswa dengan presentase 38%,
kemudian Kinesthetic Learning berjumlah 5
mahasiswa dengan presentase 24%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa gaya belajar Visual dan
Auditori memiliki jumlah yang seimbang dan
lebih mendominasi ketimbang gaya belajar
Kinestetik.

Gambar Diagram
Perempuan
Visual

Gambar Diagram

Audit ori

Jumlah
1
17%
3
50%
2
33%
7
47%
5
33%
3
20%

Total

6
100%

15
100%

Dari tabel dangambar diagram diatas
menunjukkan bahwa Learning Style untuk jenis
kelamin laki-laki yang berjumlah 6 mahasiswa
terdiri atas Visual sebanyak 1 mahasiswa dengan
presentase 17%, Auditori sebanyak 3 mahasiswa
dengan presentase 50%, Kinestetik sebanyak 2
mahasiswa dengan presentase 50%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa untuk jenis kelamin LakiLaki didominasi oleh gaya belajar Auditori.
Untuk jenis kelamin perempuan yang
berjumlah 15 mahasiswa terdiri dari Visual
sebanyak 7 mahasiswa dengan presentase 47%,
Auditori sebanyak 5 mahasiswa dengan
presentase 33%, dan Kinestetik sebanyak 3
mahasiswa dengan presentase 20%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa untuk jenis kelamin
perempuan didominasi oleh gaya belajar Visual.

Psi Komunitas
Visual

Audit ori

Psi Pendidikan
Visual
Gambar Diagram

Audit ori

Kinest et ik

Berdasarkan Peminatan
46%

No

Peminatan

Learning
Style
Visual

1

Psikologi
Komunitas &
Pembangunan

Auditori
Kinestetik

2

Psikologi
Pendidikan

Visual
Auditori
Kinestetik

Jumlah
1
16%
4
67%
1

6
100%
Gambar Diagram

17%
7
46%
4
27%
4
27%

Gambar Tabel

Total

15%

Dari tabel beserta gambar diagram
diatas menunjukkan bahwa Learning Style untuk
peminatan
Psikologi
Komunitas
&
Pembangunan yang berjumlah 6 mahasiswa
terdiri atas Visual sebanyak 1 mahasiswa dengan
presentase 16%, Auditori sebanyak 4 mahasiswa
dengan presentase 67%, Kinestetik sebanyak 1
mahasiswa dengan presentase 17%. Hal tersebut
menunjukkan untuk peminatan Psikologi
Komunitas &

Pembangunan didominasi oleh gaya belajar
Auditori.
Untuk peminatan Psikologi Pendidikan
yang berjumlah 15 mahasiswa terdiri atas Visual
sebanyak 7 mahasiswa dengan presentase 46%,
Auditori sebanyak 4 mahasiswa dengan
presentase 27%, dan Kinestetik sebanyak 4
mahasiswa dengan presentase 27%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peminatan Psikologi
Pendidikan didominasi oleh gaya belajar Visual.
DISKUSI
Dalam penelitian ini menunjukkan tiga
Learning Style (gaya belajar) yang ada pada
setiap individu yaitu Visual, Auditori dan
Kinestetik.
Pada individu dengan kecenderungan
gaya belajar visual (Nini Subini, 2011) memiliki
kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan
menangkap informasi secara visual sebelum
akhirnya dipahami dengan kata lain akan lebih
mudah menangkap melalui materi yang
bergambar. Selain itu juga memiliki kepekaan
yang kuat terhadap warna serta pemahaman
yang cukup terhadap artistik. Tekhnik visualisasi
melatih otak untuk bisa memvisualisasikan
sesuatu hal mulai dari mendeskripsikan suatu
pemandangan,
benda
(nyata
ataupun
imajinasi),hingga akhirnya mendapatkan hal
yang diinginkan. Adapun ciri-ciri dari gaya
belajar visual (Ricky Linksman, 2004) yaitu:
a. Lebih mudah mengingat dengan cara
melihat
Gaya belajar visual belajar dengan
menitik beratkan ketajaman penglihatan
dimana bukti-bukti yang konkret harus
diperlihatkan terlebih dahulu agar lebih
mudah untuk memahaminya.

b. Lebih suka untuk membaca daripada
dibacakan.
Kegiatan membaca dilakukan secara
visual, sehingga gaya visual akan merasa
mudah dan nyaman bila harus belajar
dengan membaca, jika harus mengingat apa
yang dipelajari maka gaya visual akan lebih
mudah mengingat dengan cara membaca
dari apa yang tertulis di buku daripada
dibacakan oleh orang lain.
c. Rapi dan teratur
Gaya belajar visual berfikir dengan cara
yang bertahap, detail per detail serta
menyimpan data dengan cara sistematis,
bahkan secara alfabetis, urut secara
numerikal atau kronologis.Karena sangat
terorganisir maka biasanya materi akan data
akan diatur secara teratur.
d. Biasanya tidak terganggu oleh keributan
Gaya belajar visual dapat belajar baik
diiringi dengan
musik maupun
tidak. Kebisingan dan suara yang berada
disekitarnya tidak akan mampu untuk
menggoyahkan konsentrasi karena lebih
terfokus pada apa yang dilihat daripada
apa yang didengar.
e. Mempunyai masalah untuk mengingat
informasi verbal
Banyak dari gaya belajar visual yang
kurang peka terhadap respons instruksi
verbal dan akan mudah lupa dengan apa
yang disampaikan orang lain sampai mereka
diberikan instruksi secara visual yang
disertai dengan tulisan, gambar, diagram
ataupun bagan.
Untuk
individu
yang
memiliki
kecenderungan gaya belajar auditori (Robert
Steinbach, 2002) senang belajar dengan cara
mendengarkan danberinteraksi dengan orang

lain. Adapun ciri-ciri dari auditory learning
(Ricky Linksman, 2004) yaitu:
a. Lebih mudah mengingat dengan cara
mendengarkan ketimbang melihat
Gaya belajar auditori belajar serta lebih
mudah mengingat informasi dengan cara
mendengarkan setiap penje- lasan yang
diberikan baik berupa kalimat ataupun
angka-angka, menyerap makna komunikasi
verbal
dengan
cepat
tanpa
harus
menuangkannya ke dalam bentuk gambar.
Auditory
learning
lebih
senang
mendengarkan ketimbang membaca.
b. Mudah terganggu oleh keributan
gaya belajar auditori biasanya sangat
peka pada gangguan auditori karena
kesulitan untuk mengabaikan suara- suara
tersebut layaknya tipe visual, maka mereka
memprogram diri agar hanya mendengarkan
suara guru atau dosen atau pikiran mereka
sendiri (Robert Steinbach, 2002).
c. Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
Dalam kesehariannya, auditory
learning selalu memerlukan
stimuli
auditori secara terusmenerus. Jika
keadaan terlalu sunyi akan menimbulkan
ketidak nyamanan sehingga berusaha untuk
memecahkan kesunyian seperti
bersenandung. Auditory learning juga
senang
membukapercakapan
dan
mendiskusikan segala sesuatu secara
panjang lebar.
d. Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
Hal-hal yang dilakukan oleh auditory
learning untuk
mempercepat proses
belajarnya yaitu harus membaca dengan
sepintas terlebih dahulu, perlu untuk

membayangkan teks yang ada seperti sebuah
film dengan disertai efek suara, aksen dan
nada suara, perasaan, serta musik untuk
membuat materi menjadi lebih hidup.
e. Menyukai musik atau sesuatu yang
bernada dan berirama
Gaya
belajar
auditori
sangat
menyukai musik, suara-suara,
irama,
nada suara serta memiliki kemampuan
sensor kata yang sangat kuat. Peka pada
suara yang mungkin bagi orang lain tidak
berarti sama sekali. Mampu untuk
mengingat materi pelajaran dengan film
mental, efek suara, musik imajiner, dan
dialog-dialog. Tekhnik asosiasi semacam ini
membantu tipe auditori dalam
mempelajari subjek-subjek yang abstrak
seperti struktur bahasa, pengejaan, kosa
kata, bahasa asing atau aljabar dan lain- lain.
Kemudian individu yang memiliki
kecenderungan kinesthetic learning (Robert
Steinbach, 2002), terkadang membaca dan
mendengarkan merupakan kegiatan yang
membosankan.
Instruksi-instruksi
yang
diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali
mudah dilupakannya, cenderung untuk lebih
memahami tugas-tugasnya bila mereka langsung
mencobanya. Adapun ciri- ciri dari kinesthetic
learning (Ricky Linksman, 2004) yaitu:
a. Selalu berorientasi pada fisik dan
banyak bergerak
Gaya belajar kinestetik belajar dengan
cara menggerakkan otot-otot motorik secara
imajinatif, kreatif, mengalir, terstruktur,
tidak berfikir dalam uraian kata-kata tetapi
mengumpulkan informasi secara intuitif.

Dari segi memori juga lebih baik justru pada
saat banyak bergerak, saat bergerak bisa
lebih relaks dan berkonsentrasi.
b. Berbicara dengan perlahan seseorang
dengan gaya belajar
Kinesthetic learning bukanlah tipe
pendengar ataupun pencerna kata-kata,
Irama musik mampu merangsang otot- otot
untuk bergerak mengikuti alunan musik.
Walaupun individu dengan gaya belajar
kinestetik lebih menanggapi perhatian fisik
dan banyak bergerak, namun cenderung
berbicara dengan lambat..
c. Belajar melalui manipulatif serta praktik
Gaya belajar kinestetik berorientasi pada
tujuan, menyukai ketegangan dalam
permainan, serta motivasi yang semakin
terpacu di lingkungan yang
kompetitif. Senang berkompetisi dengan diri
sendiri maupun dengan orang lain. Tipe ini
membutuhkan
peralatan
manipulatif,permainan yang terorganisir,
materi-materi pendukung, alat olahraga,
proyek ilmiah, kertas, papan tulis, komputer,
instrumen musik, model, perlengkapan dan
objek nyata yang bisa digerakkan
d. Tidak dapat duduk diam untuk jangka waktu
yang lama
Gaya belajar kinestetik harus banyak
bergerak sulit bila hanya duduk diam di satu
tempat, merasa resah dan mungkin akan
menggoyanggoyangkan kaki atau bahkan
meninggalkan tempat duduk secara spontan
jika terpaksa harus duduk selama berjamjam. Tetapi bila diberi kesempatan untuk
menggerakkan otot tubuhnya, maka bisa
menjadi sangat berkonsentrasi.

e. Banyak menggunakan isyarat tubuh
Bagi individu dengan gaya belajar
kinestetis, materi yang nyata dan manipulatif
sangatlah penting karena dengan cara ini
keseluruhan bagian tubuh dapat digunakan,
tidak hanya menggerakkan tangan saja tetapi
juga anggota tubuh yang lain. Selain itu
akan lebih memahami materi pelajaran jika
diberi penjelasan sekaligus praktik.
Dengan memahami learning style yang
dimiliki maka banyak manfaat yang akan
diperoleh. Beberapa manfaat tersebut antara lain
(dalam Fista, 2011) memaksimal- kan potensi
belajar, mengembangkan strategi belajar yang
efisien dan efektif, meningkatkan rasa percaya
diri dan harga diri, mempelajari cara terbaik
menggunakan keunggulan otak, mendapatkan
wawasan kekuatan serta kelemahan diri,
mempelajari bagaimana menikmati belajar
dengan lebih dalam, mengembangkan motivasi
untuk belajar, serta mempelajari bagaimana cara
untuk memaksimalkan kemampuan serta
keterampilan secara alami. Selain itu juga
dengan mempelajari bagaimana memahami cara
belajar orang lain, maka akan dapat membantu
memperkuat hubungan antar personal (Porter &
Hernacki, 2002).
Allah telah menganugerahkan pada
umat manusia berbagai sarana untuk belajar,
seperti penglihatan, pendengaran, dan akal serta
hati sejak dilahirkan ke dunia ini. Sebagaimana
firman Allah SWT:

”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatupun, dan (namun) Dia telah memberi
kamu (potensi) untuk (belajar) pendengaran,
penglihatan dan hati (akal dan budi) agar kamu
bersyukur” (Q.S. An-Nahl/16 :78).
Ayat diatas mengajak umat manusia
untuk menggunakan segala potensi yang ada
didalam dirinya baik mealui telinga, mata,
maupun hati. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Islam sangat menganjurkan umatnya agar selalu
mengoptimalkan segala indera dan kemampuan
berpikir yang dimiliki karena hal itu adalah
karunia dari Allah yang harus dikembangkan
untuk mencapai derajat paling tinggi sebagai
khalifah dibumi

belajar kinestetik, dengan presentase 24%.
Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa
untuk jenis kelamin Laki-Laki di dominasi oleh
gaya belajar Auditori dengan presentase 50%,
sedangkan jenis kelamin perempuan didominasi
oleh gaya belajar Visual dengan presentase 47%.
Kemudian berdasarkan peminatan menunjukan
bahwa untuk peminatan Psikologi Komunitas &
Pembangunan gaya belajar Auditori dengan
presentase 67%, sedangkan untuk peminatan
Psikologi Pendidikan didominasi oleh gaya
belajar Visual dengan presentase 46%.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya gaya belajar
mahasiswa Pascasarjana Magister Psikologi
Universitas
Airlangga
angkatan
tahun
2016/2017 memiliki kecenderungan gaya belajar
Visual dan Auditori yang memiliki jumlah dan
presentase yang seimbang yaitu yaitu 48%,
selanjutnya gaya

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. (2011). Learning Styles and Overall Academic Achievement in a Specific Educational System.
International Journal of Humanities and Social Science. Vol.1 No.10
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bobbi De
Porter. (1992). Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. New York: Dell
Publishing
Bobbi De Porter & Mike Hernacki. (2002). Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa
Chang, H. (2005). The relationship between extrinsic/intrinsic motivation and language learning
strategies among college students of English in Taiwan.

Charles E. Skinner. (1958). Educational Psychology. New York: Prentice-hall
Departemen Agama. (2010). Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Jakarta: Readboy
Indonesia
De Porter, B. & Hernacki M. (2004). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa De
Porter, B. & Hernacki M. 2010. Quantum Teaching. Jakarta: Kaifa
Duff, A. & Duffy, T. (2002). Psychometric properties of Honey & Mumford’s Learning Styles Questionnaire
(LSQ). Personality and Individual Differences. Vol. 33
Erhman, M. E. & Oxford, R. (1990). Adult Language Learning Style And Strategies In Anintensive
Training Setting. Modern Language Journal, 74(3), 11-27
Erhman, M. E. & Oxford, R. (1995). Cognition Plus: Correlates Of Language Learning Succes.
Modern Language Journal, 79(1), 67-89
Fista Nihayah. (2011). Profil Gaya Belajar (Learning Style) Dan Ipk Mahasiswa Jurusan Biologi Fmipa
Unnes. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Garcia, R., Francisco P., & Isabel T. (2008). New University Student Instructional Preferences and How
These Relate to Learning Styles and Motivational Strategies. Elektronic Journal of Research in
Educational Psychology
Ghufron, M. N., & S. Risnawita, R. (2013). Gaya Belajar Kajian Teoretik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamka & Muhiddin. 2017. Profil Gaya Belajar Mahasiswa Jurusan Biologi MIPA UNM Dalam Rangka
Pemilihan Strategi Perkuliahan. MIPA Open & Exposition 2017. Universitas Negeri Makassar
Hildayani, R. (2007). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
Jie, L. & Xiaoqing, Q. (2006). Language learning styles and learning strategies of tertiary level English
learner in China. RELC Journal, 37(1), 67-50
Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-Maliki Press, hlm. 226-228
Nawawi, Hadari & M. Hartini Hadari. (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Nini Subini. (2001). Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Jogjakarta: Javalitera
Nugraheni, E. & Nurmala P. (2006). Gaya Belajar dan Strategi Belajar Mahasiswa Jarak Jauh.
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 7 (1): 68-82.
Pallapu, P. (2007). Effects of Visual and Verbal Learning Styles on Learning. Institute for Learning Style
Journal. 1 (3): 34-39

Rakhmat Jalaludin. (2000). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Robert Steinbach. (2002). Succesfull Lifelong Learning. Terj. Kumala Insiwi Suryo, Jakarta: Victory Jaya
Abadi
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT. Alfabet Suparman
S.(2010). Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa. Jogjakarta: Pinus Book
Publisher
Tohirin. (2006). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Victoria Dara Darmanta & Aryani Tri Wrastari. (2014). Studi Deskriptif Profil Gaya Belajar Guru SMP
dan SMA di Surabaya Dikaji dari Faktor Sosiodemografis. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan Volume 3, No. 2, Agustus 2014
Visser, S., McChlery, & Vreken. (2006). Teaching Style Versus Learning Style in the Accounting Sciences
in the United Kingdom and South Africa: A Comparative Analysis. Meditari Accountancy
Research 14 (2): 97-112