SEJARAH SIDAYU DARI BEKAS KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN ABAD XVI-XX M.

(1)

SEJARAH SIDAYU DARI BEKAS KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN ABAD XVI-XX M

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam program Strata Satu (S1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

MUHAMMAD FASIKHUL AMIN

NIM : A0.22.12.076

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Sejarah Sidayu Dari Bekas Kadipaten, Kawedanan, Hingga

Menjadi Kecamatan Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana Sidayu pada masa kini, (2) Bagaimana Hubungan Sidayu Dengan Mataram Islam, (3) Bagaimana Perubahan Pemerintahan Sidayu dari Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan pendekatan historis

melalui metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa tahap (1) heuristik yakni

pengumpulan yang terdiri dari sumber benda berupa situs berupa peninggalan arkeologi dan

informasi lisan serta sumber buku literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. (2) kritik, (3)

interpretasi. (4) historiografi.

Peneliti dalam hal ini menggunakan teori Cotinuity and Change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan di Sidayu.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Sejarah Sidayu sebagai daerah bekas Kadipaten yang dipimpin oleh seorang Bupati, Muncul sejak abad ke-16 yang tertulis dalam babad tanah Jawi pesisiran. Dan pada tahun 1625 Sidayu peraktis menjadi bawahan Mataram. Yang sebelumnya Sidayu merupakan Daerah Kadipaten dibawah kekuasaan Surabaya. (2) peralihan kekuasaan dari kadipaten, kawedanan terjadi pada tahun 1935 yang mana Sidayu tercatat sebagai kawedanan yang membawahi lima kecamatan dibawah keresidenan Gresik, dan setatus pemerintahn Sidayu berakhir menjadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik tahun 1999 dengan turunya Perda no.22 tahun 1999. (3) Sidayu masa kini adalah berupa kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Gresik sebelah utara.


(8)

ABSTRACT

History Of Former Duchy Sidayu, Kawedanan, Up to Become the District. Issues examined in this paper are. (1) How Sidayu Relations With Islam Mataram? (2) How to Change Sidayu Government of the Duchy, Kawedanan, to the District? (3) How Sidayu today?.

In answer to these problems researchers used a historical approach through historical research method consists of several steps (1) heuristic that collection consisting of the source object in the form of archaeological heritage sites and information in the form of oral and source literature books relating to this research. (2) Criticism, (3) Interpretation. (4) Historiography.

Researchers in this case using the theory Cotinuity and Change which outlines in detail the problems of continuity amid change in Sidayu.

This study suggests that. (1) History Sidayu as the former Duchy led by a Regent, comes from the 16th century is written in the Chronicle of land Jawi pesisiran , And in 1625 Sidayu practically become subordinate Mataram. Regions previously Sidayu the Duchy under the rule of Surabaya. (2) the transfer of power from the duchy, Kawedanan occurred in 1935 which was recorded as Kawedanan Sidayu which oversees the five districts under the residency Gresik, and Sidayu government ended up being Sidayu District of Gresik in 1999 with the fall of the Regulation No.22 of 1999. (3) Sidayu today is in the form of districts that are part of Gresik north


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii

HALAMAN PENGESAHAN……….iv

HALAMAN TRANSLITERASI………...v

HALAMAN MOTTO……….vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….vii

HALAMAN ABSTRAK………...viii

KATA PENGANTAR………...x

DAFTAR ISI………..xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah……….3

C. Tujuan Penelitian………...3

D. Kegunaan Penelitian………..4

E. Penelitian Terdahulu………..4

F. Pendekatan dan kerangka Teori………...5

G. Metode penelitian………..7

H. Sistematika Bahasan………..…..12

BAB II :HUBUNGAN SIDAYU DENGAN MATARAM ISLAM A. Sidayu sebagai Daerah Kekuasaan Mataram Islam ...14

B. Para Bupati Sidayu………..21

C. Peninggalan di Sidayu……….24

1. Masjid Jami’………...24

2. Komplek makam Bupati……….28


(10)

BAB III :PERUBAHAN PEMERINTAHAN SIDAYU DARI

KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI

KECAMATAN

A. Sidayu Sebagai Wilayah Kadipaten………33

B. Sidayu Sebagai Wilayah Kawedanan....………..41

C. Akhir Pemerintahan Sidayu……….50

BAB IV : SIDAYU PADA MASA KINI

A. Profil Kecamatan Sidayu………...53

B. Gambaran Umum Kecamatan Sidayu………..55

C. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Sidayu………...63

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………..69

B. Saran………70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sidayu sekarang adalah sebuah kecamatan kecil bagian dari Kabupaten Gresik yang menyandang sebutan kota santri, Kecamatan Sidayu yang dulunya adalah sebuah kadipaten pada zaman belanda. Berbagai bukti peninggalan masih sebagai ikon sebuah kadipaten di zaman penjajahan Belanda.Ada pintu gerbang dan pendapa keraton. Ada pula masjid dan alun-alun, telaga dan sumur sebagai sumber air di Sidayu. Bangunan tersebut termasuk sebuah situs.Tidak hanya itu kecamatan Sidayu merupakan salah satu wilayah yang dilewati proyek jalan deandles, Anyer-Panarukan yang dibangun pada tahun (1808-1811) oleh pejabat Belanda yang bernama jendral Herman Williem Daendles.Dapat disimpulkan bahwa kadipaten sidayu lebih dulu berkembang sebelum kedatangan Daendles.Sidayu adalah kota tua di pesisir utara pulau jawa.jejak sejarah kota tersebut tertapak jelas dari namanya dulu, kadipaten Sidayu, setidaknya ada

sepuluh orang bupati yang pernah memerintah.1

Pada akhir abad ke XVII Sidayu merupakan wilayah kadipaten tersendiri yang mana Gresik menjadi kota kabupaten dengan nama Kabupaten

Tandes.2Kedudukan sidayu sebagai ibu kota atau pusat pemerintahan politik

secara adrimistratif merupakan daerah setingkat Kawedanan dibawah Keresidenan

Gresik yang berlansung pada masa kekuasaan VOC (Verenig Oost Indische

1

Oemar, “Gubernur Belanda Pakai Jalan Kadipaten Sedayu”, Jawa Pos (Selasa 3 Februari 2015), 32.

2

Nur Hadi, Rapat Evaluasi Hasil penelitian Arkeologi (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1983), 317.


(12)

2

Compagne) di Indonesia pada masa itu pula bersamaan dengan masa kekuasaan kerajaan Mataram II islam sekitar abad ke XVIII atau tahun 1700 an, adapun

kedudukan sidayu sebagai ibukota kawedanan berlangsung setelah VOC runtuh.3

Sidayu Pada tahun 1935 merupakan wilayah Kawedanan. seperti wilayah lain di Gresik yang pernah menyandang Kawedanan adalah Wedana Bawean, di jabat oleh Astamoen yang memiliki nama bangsawan Mas Ngabei Soemoadi

Winoto, Sejak September 1973. Kemudian Wedana Grisse, Raden Soepardi

soeryoningprodjo, yang menjabat mulai 1 Januari 1935 setelah itu Mas Soewardi

menjabat sebagai Wedana Tjerme.Ia mempunyai nama bangsawan

Djojokoesoemo sejak 19 November 1935 dan yang terakhir adalah wedana Sidajoe Raden Mas Hoeksamadiman menjabat sejak 6 Mei 1935.4

Dalamskripsi yang saya angkat berjudul Sejarah Sidayu dari bekas Kadipaten, Kawedanan hingga Kecamatan.Merupakan hasil dari analisa dari berbagai buku referensi yang saya baca dan observasi yang saya lakukan.Dapat ditemukan bahwa kecamatan Sidayu yang berada di wilayah kabupaten Gresik sebelah utara. Dulunya pada zaman Belanda merupakan Kadipaten yang mana ditemukan situs-situs yang diduga kuat adalah sebuah kadipaten seperti makam para bupati yang berada di belakang masjid besar Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik tidak hanya itu ada juga alun-alun, telaga, pasar, uniknya sidayu merupakan kecamatan yang dilalui oleh proyek jalan Deandles pada zaman Belanda. Seiring berjalanya waktu Sidayu sebagai Kabupaten dipimpin oleh sepuluh orang

3

Libra Hari inagurasi, Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa :Studi Terhadap Kota Sidayu, Gresik, Jawa Timur: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Arkeologi 2002), 9.

4

Dukut Imam WIdodo, Grisse TempoDoloe (Gresik: Pemerintah kabupaten Gresik, 2004), 412.


(13)

3

Bupati.Diperkirakan berakhir tahun 1910.5 Kemudian Sidayu Menjadi

Kawedanan atau kantor pembantu Bupati hingga Sidayumenjadi Kecamatan.

Sementara itu dalam perkembangan Waktu dari status Countelir Wilayah

Sidayu dirubah namanya menjadi Kota Kawedanan . atau istilah pembantuBupati kemudian status ini berakhir setelah Kebijakan otonomi Daerah diberlakukan dan

kini sidayu hanya sebagai kecamatan.6 Dalam hal inilah saya tertarik dan menurut

saya unik untuk dijadikan skripsi.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan Latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah ini hanya difokuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana hubungan Sidayu dengan mataram islam?

2. Bagaimana perubahan pemerintahan Sidayu dari Kadipaten, Kawedanan,

Kecamatan ?

3.Bagaimana Sidayupada masa kini? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diperoleh pengetahuan baru seperti : 1.Mengetahui hubungan Sidayu dengan Mataram islam.

2.Mengetahui PerubahanSidayu sebagai bekasKadipaten, Kawedanan, Hingga menjadi Kecamatan.

3.Mengetahui kondisi Sidayu pada masa kini.

5

Catatan K. Ridwan ahmad. JawatanpeneranganRI, 25 Februari 1957.

6

Rachmat, “Sidayu Gresik”, dalamHttp://www. Wikipedia.org. (10 Maret 2016).


(14)

4

D. Kegunaan Penelitian

1.Manfaat teoristis merupakan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah dan kebudayaan islam

2.Manfaat praktis sengaja skripsi dikerjakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian kota Sidayu dalam perananya sering dilakukan oleh para sejarawan. Akan tetapi merka lebih menitik beratkan kajianya pada kerajaan dan rajanya sekitar abad 15. Prasasti-prasasti bersejarah bentuk-bentuk kebudayaan terdahulu, namun banyak juga sejarah tentang Sidayu ini dijadikan fokus dalam proses pembuatan karya ilmiah atau sekripsi seperti:

1.Ensiklopedi, Dukut Imam Widodo dan Sukarman Gresse Tempoe Doeloe,

Pemerintah Kabupaten Gresse. Dalam Ensiklopedi ini memfokuskan pembahasanya sekitar wilayah Gresik termasuk wilayah Sidayu, adanya kerajaan dan tokoh-tokoh yang mengislamkan Gresik.

2.Laporan Penelitian: Tim Peneliti, Kota Masa Pengaruh Eropa:

StudiTerhadapKotaSidayu, GresikJawaTimur. Badan Pengembangan kebudayaan dan Pariwisata Pusat Penelitian Arkeologi. Dalam laporan penelitian ini membahas tentang gambaran Sidayu sebagai daerah Pemerintahan. Mengenai peninggalan pengaruh gaya bangunan Eropa yang dimaksud Eropa disini adalah peninggalan Belanda.

3.Skripsi Maimunah, Peranan Sidayu Gresik Dalam Perekonomian Pada Masa


(15)

5

Gresik sebagai kota pelabuhan dan Sidayu yang masuk wilayahnya mengenai prekonomian pada masa Majapahit.

4.Skripsi: Wahyu Dwi Susilo, Peranan Kanjeng Sepuh Adipati Soeryo Diningrat

Dalam Menegakkan Agama Islam Di Sidayu. Dalam skripsi ini membahas tentang peran salah satu tokoh agama pada masa sidayu masih mnjadi Kadipaten. Yang mencakup bidang agama, politik dan sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada kiranya ada perbedaan dengan judul Proposal SkripsiSejarah Sidayu Dari Status Kadipaten, Kawedanan Hingga Menjadi Kecamatan. Yang mana penelitian diatas mempunyai fokus yang berbeda-beda tentang sejarah sidayu.Dalam penelitian judul diatas peneliti berusaha menyajikan kronologi perpindahan status pemerintahan yang disandang oleh sidayu dari bekas kadipaten, kawedanan hingga menjadi kecamatan.

F. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan sejarah untuk dapat mendeskripsikan sejarah Sidayu Dari Bekas Kadipaten, Kawedanan, Hingga Menjadi Kecamatan.

Adapunteori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori Continuity

andChangeyang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan yang terjadi di Sidayu.

Perubahan yang terjadi ketika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik sebelumnya. Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan. Dan daya dorong yang kuat, maka yang terjadi


(16)

6

adalah tidak adanya perubahan. Akan tetapiperubahan yang terjadi tidak akan serta merta terputus begitu saja dari keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru. Dengan demikian proses kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat dalam ilmu-ilmu

agama, pola-pola perbedaan yang ada satu priode ke priode brikutnya.7

Bentuk gambaran Sidayu sebagai daerah pemerintahan dari bekas Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan mempunyai perbedaan kan kesamaan. Dari sudut inilah melihat perubahan-perubahan setatus yang di sandang oleh Sidayu.

Bentuk persamaan yang pertama yaitu ketika sidayu sebagai bekas Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan yaitu sama-sama masih menjadi daerah Pemerintahan. Yang mana sidayu masih eksis meskipun sekarang hanyalah sebuah kecamatan kecil di wilayah Gresik bagian utara. Sedangkan perbedaannya sidayu masih menjadi Kadipaten dibawah pemerintahan Mataram II, Sidayu menjadi Kawedaan ditandai dengan runtuhnya VOC dan pemerintahan diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan Sidayu menjadi kecamatan ketika andannya undang-undang pemerintah daerah tahun 1999 tentang otonomi daerah. Yang mana wilayah adrimistrasi pemerintahan (Kawedanan) yang di sandang

Sidayu dilikuidasi dan Kecamatan masih dipertahankan.8

Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun atas teori tertentu.Teori itu berkembang atas teori tertentu.Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang

7

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Yogyakarta:LP3ES, 1996), 177.

8

Moehammad Suwidji Rusdi, wawancara, Sidayu, 13 Maret 2016.


(17)

7

sistematik dan terkontrol berdasarkan data Empiris.Teori itu dapat diuji dalam hal keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya jika penelitian ulang dilakukan merurut langkah-langkah yang sama menurut kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang konsisten, yaitu hasil yang sama atau hamper sama dengan hasil terdahulu langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolahkan dan sampai batas tertentu, diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hamper setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasan.Cara

penyimpulan bukan subyektif tapi obyektif.9

G. Metode Penelitian

Untuk memperoleh informasi sejarah yang berkaitan dengan judul di atas maka di butuh sebuah data kualitatif yang berdasarkan data dan fakta di lapangan.Untuk itu Diperlukan tahapan-tahapan penelitian seperti yang saya lakukan seprti mencari referensi buku yang berhubungan dengan sejarah Sidayu.Dalam melakukan penelitian orang dapat menggunakan berbagai metode, dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan dapat bermacam-macam. Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap dan berbagai alternatif yang akan digunakan. Berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya itu penelitian ini dapat digolongkan menjadi penelitian Historis, tujuan penelitian Historis adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan Obyektif, dengan caramengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta memperolah

9

Sumadi Suryabrata, MetodePenelitian( Jakarta: PT Grafindo Persada,1998), 5-6.


(18)

8

kesimpulan yang kuat. Maka dari itu langkah-langkah yang saya lakukan seperti10:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani Hueriskanyang artinya

mempeoleh.Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan

merekonstruksi sejarah.11

Heuristik adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu

manusia bisa dipahami oleh orang lain.12

Dalam pengumpulan sumber penulis memperoleh melalui:

a. Sumber kepustakaan, yakni data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

dengan berbagai macam buku, majalah dan cetakan-cetakan. Arsip-arsip Kabupaten, Kecamatan yang ada hubunganya dengan skripsi ini.

10

Ibid,.14-16

11

Renier G.j, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 113.

12

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: Sunan Ampel Surabaya, 2011), 16.


(19)

9

b. Sumberlisan, dalam judul skripsi ini, sumberlisan dapat didapat melalui

mantan/pensiunan pegawai Kawedanan, Kecamatan yang masih hidup,dan sesepuh masyarakat Sidayu.

c. Sumber Artefak, yakni dengan mengamati peninggalan bekas pemerintahan,

sperti makam para Bupati, Alon-alon, Bekas kantor Kawedanan bangunan-bangunan ini sebagai bukti adanya kemajuan serta sebagai pendukung penelitian.

Dari ketiga sumber diatas, pada tahapan pengumpulan sumber ini peneliti memprioritaskan sumber kepustakaan dan arsip-arsip pemerintahan, mengingat minimnya sumber lisan. Hanya pada priode ketika Sidayu menjadiKawedan ke Kecamatan terdapat saksi sejarah seorang mantan pegawai paling tua tinggal tiga orang.

Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah kesaksian seseorang yang melihat dan merasakan langsung kejadian tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang yang tidak melihat kejadian tersebut namun masih bisa merasakan akibat dari kejadian tersebut.

Sumber primer dan sekunder ini bisa saja berupa buku-buku, dokumen maupun rekaman dimana buku-buku dan dokumen tersebut hasil karya saksi mata yang dituangkan dalam tulisan.


(20)

10

2. Kritik Sumber

kritik ini dilakukan untuk menggolongkan sumber sesuai dengan kriteria masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan penyeleksian sumber-sumber untu mendapatkan sumber yang benar-benar autentik (keaslian sumber).Hal ini patut dilakukan agar kita terhindar dari sumber palsu.Kritik sumber ini pun terdiri sari kritik intern dan ekstern.

a. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik sumber yang hanya dapat diterapakan apabila kita sedang menghadapi penulisan didalam dokumen-dokumen, inskripsi-inskripsi pada monumen-monumen, mata uang, medeali-medali atau stempel-stempel. berguna untuk meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah.Caranya adalah

dengan membadingkan dokumen satu dengan dokumen yang lainnya.13

Kemudian penulis akan membandikan isi dari rekaman dari saksi mata satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk menyingkronkan urutan kejadian sehingga tidak ada pembahasan yang terputus. Dan jika ada satu kejadian yang berbeda antara penjelasan saksi mata maka akan di lakukan wawancara dengan saksi mata yang lain. Sehingga penulis akan mengambil pendapat yang paling banyak.

13

RenierG.j, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, 115-117.


(21)

11

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu sumber atau

dokumen14. Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli bukan rangkapnya

apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang kadang-kadang sulit membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu peneliti juga akan mengkaji betul dokumen-dokumen yang didapat. hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber yang autentik.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawanuntuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentisnya terdapat saling hubungan atau satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah

didapatkan.15Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan sumber-sumber

yang telah didapat dengan membandingkan sumber satu dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa artefak, wawancara maupun berupa dokumen-dokumen dan beberapa buku.

4. Historiografi

Historiografi adalahrekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses pengumpulan data. Layaknya

14

Nugroho Noto Susanto, masalah penelitian konten porer, (jakarta: Yayasan Dayu, 1972), 11.

15

Ibid., 17.


(22)

12

penelitian ilmiah dan akan dilihat apakah penelitian itu berlangsung sesuai dengan

[rosedur yang digunakan atau tidak.16

H. Sistematika Bahasan

Untuk mempermudah penulisan skripsi, maka susunan skripsi dibagi menjadi beberapa bab sekaligus ruang lingkupnya.

Bab pertama berisi pendahuluan, Bab initerdiri dari beberapa sub bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penalitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitianan terdahulu, metode penelitian, sistematika penelitian, dan daftar pustaka.

Bab kedua berisi tentang Sidayu sebagai daerah taklukan. Bab ini menguraikan tentang sidayu dibawah kekuasaan Mataram,para bupati Sidayu, dan peninggalan-peninggalan di Sidayu

Bab ketiga berisi tentang sejarah Sidayu dari bekas Kadipaten, Kawedanan, hinga menjadi Kecamatan, yang menguraikan tentang Asal usul terbentuknya Kawedanan Sidayu, proses pergantian statusKadipaten, Kawedanan ke Kecamatan.

Bab keempat berisikan tentang kondisi sidayu pada masa kini .Bad ini menguraikan sejarah ringkas kecamatan sidayu, gambaran umum kecamatan sidayu, kondisi sosial keagamaan kecamatan sidayu.

16

Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas indonesia Press, 1986), 32.


(23)

13

Bab kelima berisi tentang penutup.Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari jawaban rumusan masalah besrta analisa dari permasalah yang diteliti sekaligus saran.


(24)

BAB II

HUBUNGAN SIDAYU DENGAN MATARAM ISLAM A. Sidayu Sebagai Wilayah Kekuasaan Mataram Islam

Diduga sidayu telah ada sejak masa peralihan dari masa Klasik ke masa islam pada abad ke 16 M. sebagai sebuah daerah agraris yang feodal, terletak diantara Tuban dan Gresik. pantai di Sidayu tidak baik untuk berlabuh perahu, meskipun penguasa di Sidayu islam, penduduk sekitar sebagian besar adalah umat hindu. Seperti yang dituturkan oleh Meilink Roelofsz dalam bukunya tentang perdagangan di Asia dan pengaruh Eropa di kepulauan Nusantara antara tahun 1500-1630, memberitakan sebagai berikut:

Sedayu, situated between tuan and grise. Was also an agrarian state and feudal in structur. Its coats was a abad one for landing on and being therefore little suited to trade it possessed no junks or cargo pangajavas.althought the ruler head al ready beeb coverted to islam, the population of the surrounding countryside was still largely hindu,there were no commercial towns in the small agrarian hindu kingdoms on the eastern tip java for although these place were abundantly provided with foodstuffs, these seem to have been of kind which no trade worth mentioning was carried on.17

Ketika institusi politik di jawa yaitu Mataram II berada pada punncak kekuasaan masa Sultan Agung sekitar tahun 1600-an atau abad 17 M. mengadakan intervensi ke daerah-daerah pantai utara pulau Jawa sebelah timur.Pasuruan, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem. Penaklukan Sultan

Agung di daerah pesisiran timur tersebut.Antara lain dimotivasi oleh ambisi

17

Libra, Kota Masa Pengaruh Eropa,5


(25)

15

Sultan Agung untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram II di tanah jawa, karena itu daerah-daerah pantai utara jawa Harus ditaklukkan dan tidak boleh melakukan perdagangan langsung dengan VOC, sehingga perdagangan di pesisir

utara Jawa di monopoli oleh Mataram II,18

Sebelumnya Sidayu atau Sedayu semenjak dulu merupakan daerah taklukan Surabaya, karena raja-raja Surabaya menganggap dirinya keturunan Sunan Ngampel Denta, yang mana pada pergantian abad ke-16 atau sekitar tahun 1589, Surabaya telah mengukuhkan diri menjadi Negara yang kuat dan dianggap sebagai lawan utama Mataram II yang masih muda umurnya, raja Surabaya selain mempunyai sekutu juga mempunyai daerah-daerah jajahan, antara lain Gresik, Jortan, dan Sedayu. Gresik misalnya, menurut loji Belanda (de Nederlanndse loge), tertanggal 26 Mei 1610 waktu itu telah mempunyai seorang Gurbenur Kanjeng Reksa Dana, sedangkan penguasa Sidayu dapat disebut disini misalnya nama Ki Martanegara, yang ikut Bergabung dengan pasukan Surabaya menghadapi Mataran II dalam pertemputan di sungai Andaka tahun 1614.

Nampaknya mataram tidak putus asa pada tahun berikutnya Mataram II melancarkan serangan terus menerus ke Surabaya, antara lain tahun 1620, setelah jatuhnya Tuban, serbuan pasukan Mataram II ke Surabaya semakin leluasa. Di bulan Agustus 1620, dengan kekuatan 70.000 prajurit, raja mataram II berusaha menduduki Surabaya, tetapi karena Gresik gagal diduduki kemudian prajuri

18

Libra Hari Inagurasi,Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap Kota

Sidayu, Gresik, Jawa Timur (Jakarta: Badan pengembembangan kebudayaan dan pariwisata pusat arkeologi 2002),10.


(26)

16

Mataram mengundurkan diri. Demikian pula pada tahun 1621, tahun 1622, 1623, dan tahun 1624, mataram II masih belum berhasil menaklukan Surabaaya.karena kurangnya persediaan logistic bagipara perajuritnya. Barulah pada tahun1625 setelan tentara matarm bergerak melalui japan (Mojokerto), Sidayu, da Tretes akhirnya bergerak ke Surabaya, dibawah pimpinan Tumenggung Mangun Oneng, tentara mataram berhasil menaklukan Surabaya. Dengan kecerdikan Tumenggung Mangun Oneng ketika pasukan beristirahat di teres atau terusan, yang terletak pada tempat Kali Brantas bercabang menjadi kali mas dan kali porong, di tempat itu biasanya dangkal, Tumenggung membendung Kali Mas dengan batang pohon kelapa, bamboo besar dan batu-batu. Air yang hanya sedikit mengalir ke Surabaya dirusakatau dicemar dengan bangkai binatang dan buah aren, sehingga Surabaya dihinggapi berbagai penyakit seperti: batuk, gatal, demam, dan sakit perut. Setelah lama bertahan didam benteng, akhirnya atas kesepakatan Raja Tua (Kanjeng Sepuh) dan Raja Muda (Pangeran Pekik), menyerah kepada Tumenggung Mangun

Oneng.19

Ketika Surabaya berhasil ditaklukan Mataram II maka selesailah penaklukan ujung Timur pulau Jawa. Kota kota besar seperti Sperti Surabaya, Pasuruan, Aros Baya, Gresik, Tuban, dan Sidayu dilucuti habis, semenjak itu Kota Sidayu telah beralih kekuasaan. Dari jajahan Surabaya menjadi taklukkan mataram II.

19

H.j. Degraf, Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti 2002), 95-99.


(27)

17

Nah mulailah hubungan Sidayu dengan mataram islam, setelah penaklukan Surabaya pada tahun 1625, Sidayu tunduk di bawah kekuasaan Sultan Agung di Mataram II. Pada masa itu Sidayu jarang disebut dalam berita-berita Belanda, baru setelah mataram II di bawah pemerintahan Amangkurat I (Tegal Wangi) nama kota Sidayu mulai banyak disebutkan .hal itu berkaitan dengan gejolak politik yang timbul semasa pemerintahan Amangkurat I.

Peristiwa penting yang menandai penyebutan Sidayu tersebut, adalah berkaitan dengan usaha pembukaan pelabuan-pelabuan selain Jepara, semasa amangkurat I, serta munculnya empat penguasa pesisir terkemuka, sebagai dasar pembagian dasar pembagian desentralisai kekuasaan, atau pemberian otonomi terbatas kepada empat serangkai, penguasa pesisir tersebut mereka adalah Tumenggung Natairwana adipati yang bertugas memelihara hubungandngan Batavia, serta berkuasa atas Indramayu sampai Citarum. Tumenggung suratana di demak bertanggung jawab atas Palembang .Ngabehi Martanata dari Jepara juga berkuasa atas wilayah Batang.serta Ngabehi Wangsaraja di semarang bertanggung

jawab pula atas Sukadana (Kalimantan) serta Sidayu.20

Menurut Dagregister tertanggal 20 Agustus 1659, Raja amangkurat I, tersinggung dengan tindakan ngabehi Wangsaraja di Semarang yang dituduh telah memata matai Sunan Amangkurat I, dengan mengirim sepasang dokter suami-istri, yang disebut raja sebagai tukang sihir.dan berkomplot dengan Iblis, karena itu raja menyuruh Ngabehi Martanata di Jepara untuk menghukum mati Ngabehi

20

Libra Hari Inagurasi, Laporan Penelitian Kota Masa Pengaruh Eropa, 7.


(28)

18

Wangsaraja beserta sepasang dokter suami-istri tersebut. Perintah segera dijalankan dan Ngabehi Martanata pergi ke Semarang, merampas keris sepasang dokter suami istri-tersebut, serta membunuh Ngabehi Wangsaraja. Setelah tewasnya Ngabehi Wangsaraja di Semarang, maka pada bulan Agustus tahun 1659 kedudukan Ngabehi Wangsaraja di semarang digantikan oleh Rangga Sidayu.

Demikianlah dengan diangkatnya Rangga Sidayu maka kotaSidayu menjadi terangkat dalam percaturan penting era Mataram II tersebut.Nampaknya Rangga sidayu merupakan penguasa tertinggi wilayah pesisir bagian timur, karena dalam amanatnya Sunan Amangkuarat I memberikan kepercayaan besar terhadapnya sebagai penguasa pesisir Timur.berkaitan dengan posisinya yang strategis, maka Rangga Sidayu juga menjalankan tugas penting. Misalnya dalam hal fasilitator dengan pihak kompeni, menerima dan mengawasi tamu asing, seperti ketika Evert Miclesen, bekas residen Jepara yang pada tanggal 16 september 1660 berkunjung ke Surabaya untuk berunding dengan Tumenggung Surabaya. Mengenai permohonan pembukaan pelabuhan Wilayah mataram II, maka Rangga Sidayu yang pertama menemui dan mengantar Michelsen ke

hadapan Tumenggung Surabaya.21

Dalam tahap selanjutnya kedudukan Sidayu menjadi sangat penting, karena oleh Sunan, pada tahun 1676, kiai Rangga Sidayu dipercaya mengemban tugas yang bersifat khusus militer, yaitu memimpin pasukan-pasukan laut pesisir

21

Ibid., 9


(29)

19

timur, dengan demikian ia dikukuhkan sebagai pejabat militer yang diperkirakan membawahi satu kesatuan tentara yang jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari puluhan ribu orang. Melihat kenyataan tersebut besar kemungkinan bahwa saat itu kota Sidayu berkembang menjadi sebuah kota militer pada masa Mataram II di perintah oleh Sunan Amangkurat I. sebagai pertahanan wilayah pesisir timur

untuk menghalau musuh dari luar.22

Semasa kekuasaan Mataram II , berpindah ke Kartasura, Sidayu masih punya peranan yang setrategis dalam jalur pertahanan di pesisir timur. Dalam buku Babad Tanah Jawi, 1980, terbitan balai pustaka, Sidayu disebutkan sebagai ajang perebutan wilayah pertahanan, ketika pada tahun 1711, Arya Jaya Puspita (Surabaya) memberontak terhadap pemerintahan Susuhunan di Kartasura dan menuntut kematian kakanya yaitu Adipati Jengrana (Adipati Surabaya), yang dihukum mati oleh Susuhunan Pakubuwono I (Raja Kartasura), Arya Jayapuspita bersama saudaranya bernama Panji Surengrana dan Panji Kartayuda pada tahun 1717, menyerbu Kartasura. Panji Surengrana dengan seribu perajuit menggempur kotaSidayu, akhirnya Sidayu jatuh juga ketangan pasukan Surabaya, dengan jatuhnya Sidayu, maka kota lain seperti Jipang, Kediri, dan Tuban ikut jatuh ketangan pasukan Surabaya. Tiada lama sidayu berhasil direbut oleh pasukan Kartasura.Tapi gabungan pasukan Surabaya-bali berhasil merebut pertahanan sidayu kembali, dan mencerai beraikan pasukan Kartasura hingga mundur ke Tuban.Namun demikian kegigihan Patih Cakrajaya (Patih Kartasura) yang dibantu pasukan VOC. Dari loji Gresik, berhasil merebut Sidayu lagi. Melihat hal

22

Ibid., 11.


(30)

20

itu Sidayu dapat dianggap sebagai kota penting dalam pertahanan pasukan Kartasura. Ini dimengerti karena Sidayu selain merupakan akses yang strategis untuk pengiriman pasukan dan logistic, juga sebagai jalur yang menghubungkan

kota lainya seperti Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban.23

Perang yang terus-menerus di jawa antara lain pemberontakan Trunojoyo, perang Suropati, dan perlawanan pangeran Singosari, membuat Kartasura semakin lemah, sebaliknya VOC. Semakin memperoleh keuntungan yang besar, karena setiap memnbantu Kartasura, VOC. Selalu memperoleh imbalan tanah dari susuhunan Kartasura. Sebagai akibatnya daerah Kartasura semakin sempit. Satu persatu wilayah Kartasura menjadi hak VOC. Antaralain: Semarang, Bogor, Karawang, Cirebon, Preanger, bahkan wilayah timur VOC semakin meluaskan wilayahnya dari Malang, Blitar, Besuki, Pasuruan, Lumajang, Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidayu, Tuban, hingga sampai Blambangan-bali. Maka dalam tahun 1677 seluruh wilayah ujung timur itu sudah masuk daerah VOC.

Pada akhir tahun 1799 VOC. Dibubarkan dan seluruh miliknya diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda, karena itulah sejak tahun 1800 wilayah di tanah jawa (kecuali: Bagelen, Kedu, Yogyakarta, dan Surakarta) termasuk sidayu, praktis menjadi jajahan pemerintahan Hindia Belanda. Maka berakhirlah hubungan Sidayu dengan Mataram islam dapat di mengerti bahwa ambisi sang raja mataram Sultan agung untuk mengusai wilayah pesisir timur pulau jawa

23

Libra, Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap Kota Sidayu, Gresik, Jawa Timur: Jakarta: Badan Pengembembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Arkeologi 2002),13


(31)

21

terwujud dengan segala strategi dan kekuatan sidayu yang pada awalnya adalah daerah kekuasaan Surabaya sekaligus basis prajuit perang dapat ditaklukkan oleh

Mataram.24

B. Para Bupati-Bupati Sidayu

Sidayu sebagai wilayah yang berada pada pantai utara jawa menjadi bagian wilayah kekuasaan Mataram, menurut Artur Gijels tahun 1622 sidayu ada di bawah kekuasaan kerajaan Surabaya dan pusat kekuasaanyapun sampai diluar pulau jawa, Raja Surabaya selain memperluas wilayah juga menguasai perdagangan pada wilayah yang dikuasai itu, meskipun begitu Surabaya memiliki pengaruh baik dalam bidang politik maupun ekonomi.

Pada abad 17 hegemoni di jawa Tengah dan jawa timur jatuh ke tangan-tangan raja mataram termasuk kerajaan Bandar lainya dan sepanjan utara jawa juga direbut mataram atau terpaksa mengakui raja-raja mataram.

Pada tahun 1613, ketika Raja Mataram yang bernama Sultan Agung masih bertahta. Mengadakan ekspansi militer kedaerah sekitar Surabaya sampai tahun 1616 Raja Surabaya masih belum menyerah dan akhirnya pada tahun 1625 setelah mataram II bergerak melalui japan (Mojokerto), Sidayu yang di bawah pimpinan Tumenggung mangun Oneng, Surabaya mengaku kalah pada panglima tentara mataram tanpa menunggu serangan . Surabaya unduk pada kerajann Mataram. Dikarenakan berkurangnya rakyat banyak dari rakyat Surabaya mengalami

24

Ibid., 15.


(32)

22

kelaparan, sehingga dari 50-60 ribu jiwa tidak lebih dari 1000 orang yng masih hidup dan sisanya meninggal dan kelaparan.

Setelah Raja Mataram menaklukan raja Surabaya, Sidayu beralih di bawah kekuasaan Raja Mataram II (Sultan Agung), sebagai daerah yang dikuasai Matram Sidayu secara sosial politis banyak terpengruh oleh peradaban kerajaan Mataram, karena kediaman raja merupakan pusat lalu lintas perdagangan, ilmu pengetahuan islam dan pusat kesustraan serta kesenian yang terletak di daerah sepanjang pantai utara pulau Jawa telah mengalami kehancuran yang sebelumnya

merupakan akibat dampak pengaruh peradaban kekuasaan Demak.25

Jadi sebagaimana laporan Belanda bahwa pada abad 16 sistem pemerintahan Sidayu adalah sebuah wilayah yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Surabaya. Pada abad 17-18an masuk dalam kekuasaan kerajaan mataram II (islam) .sebagai daerah ibu kota kadipaten wilayah sidayu dipimpin oleh beberapa orang Bupati, diantara Bupati yang pernah memerintah sidayu dimulai dari:

1. Bupati Kromowijoyo Atau Tumenggng Suradiningrat I 1675.

2. Bupati Abdul Jamil atau Raden Tumenggung Aryo Suradingrat.

3. Bupati Tawang Alun atau Raden Kanjeng Suwargo.

4. Bupati Panji Dewa Kusuna atau Raden Tumenggung Suradiningrat.

5. Bupati Banteng atau Raden Tumenggung Aryo Suradiningrat I.

25

Wahyu Dwi Susilo, “Peran Kanjeng Sepuh Adipati Surya Diningrat Dalam Menegakkan Agama Islam Di Sidayu (1817-1855)”, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2005), 24.


(33)

23

6. Bupati Kanjeng Kudus atau Raden Tumenggung suradiningrat.

7. Bupati Kanjeng Djoko atau Raden Aryo Suradiningrat II.

8. Bupati Kanjeng Sepuh atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat III

(1817-1855).

9. Bupati Kanjeng Pangeran atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat IV

(1855-1884).

10. Bupati Badrun atau Raden Adipati Suradiningrat V (1884-1910).

Setelah masa pemerintahan Raden Badrun brakhirlah Kota Sidayu sebagai ibu kota kadipaten dan pemerintahan Belanda menjadikan Sidayu sebagai ibukota

Kadipaten dan pemerintahan Belanda menjadikan Sidayuhanya sebagai “countelir

“(pemerintahan perwakilan) dengan alasan untuk mengatasi kekacauan masa raden Badrun,yang dipindah ke Jombang. Sementara itu dalam perkembanganwaktu dari status Countelir wilayah Sidayu diubah namanya menjadi kota kawedanan atau istilah pembantu Bupati. Kemudian status iniberakirketika kebijakan otonmi daerah tahun 1999 dan kini sidayu sebagai kota

kecamatan.26

26

CatatanH. Suhail Ridwan, Jawatan Penerangan R.I Kecamatan Sidayu 1957


(34)

24

C. Peninggalan-Peninggalan Di Sidayu 1. Masjid Jami’

Gambar diatas adalah pintu gerbang menuju Masjid Kanjeng Sepuh Sidayu.Masjid jami’ berada di jalan lama Deandels (Anyer Panarukan berhadapan dengan alun-alun kota. Masjid jami’ mengalami 4 kali Renofasi, menurut catatan H. Masudi Yasin yang pertama mendirikan bangunan masjid adalah Bupati pertama yaitu Kanjeng Raden Kromowijoyo dan dibantu oleh Bupati Tawang Alun dari Madura. Empat kali renofasi yang pertama dilakukan oleh kanjeng kudus (Bupati ke enam) yang kedua oleh Kanjeng Sepuh (Bupati ke delapan) yang ke tiga oleh Kanjeeng Pangeran (Bupati ke Sembilan) dan yang ke empat oleh H.M. Thahir Surakama (Dermawan Sidayu) sehingga masjid Jami’ terlihat

ada dua bangunan lama dan bangunan baru yang ada di depan .27

Untuk selanjutnya mari kita lihat atap Masjid yang berbentuk tumpang tingkat 3 dengan mahkota bagian puncak bagian depan Masjid berada pada pagar

27

Libra Hari Inagurasi,Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa :Studi Terhadap Kota

Sidayu, 45.


(35)

25

pintu masuk dan pintu masuk masjid terdapat 31 di bagian tengah sebagai pintu utama dan 2 bagian samping kanan dan kiri, pintumasuk atau gapura memiliki atap berbentuk lengkung dengan disertai ragam hias, selain pada gapuro ragam hias tersebut meliputi motif-motif sebagai berikut : kepas, bunga dalam bidang tingkatan, sayap burung, bunga, sulur-suluran, club(clover).

Gapuro yang berada di depan masjid, rupa rupanya motif hias terpengaruh oleh budaya eropa, gapuronya dapat dikatakan sebagai bersayap sebab keduasisinya terdapat tambahan dan hiasanya berbeda dengan pintu/gapuro melengkung bagian atas hamper tiga penempatan sebuah lingkaran dan lengkunganya terdapat dekoratif tambahan burung garuda, namun gapura ini polos tidak bergambar.

Sepasang ruang utama yang membatasi ruang masuk selebar tiga meter luasnya menyerupai hiasan bastian pada pinggiranya. Dan hiasan juga melingkar hiasan seperti bentukbunga matahari dan bagian tengah hiasan bunga itu seperti bunga matahari yang dibagi empat sama besarnya. Bagian bawahnya enam buah


(36)

26

segi masing-masing berhiaskan hiasan yang menyerupai kapas.Tembok dibagian kanan dan kiri tengah terdapat juga hiasan terang dan pada bagian tengahnya ruangan yang berpigura menyerupai sebuah cermin besar, bagian atas pigura ada hiasan seperti gambaran dari kepala kucing bermata dan sepasang telinga (Kanan-kiri) dan bagian bawah hiasanya segi tiga tempat kedudukanya.

Pada sisi dalam pigura/cermin terdapat hiasan sepasang kipas 19 lipatan di tengah-tengah terdapat ½ lingkaran, sebelah kanan dan kiri pigura/cermin berlipatan 14 dan ½ lingkaran.di bagian tengahnya. Hiasan berbentuk kapas dengan 23 lipatan dan setengah lingkaran bagian bawahnya. Pada bagian bawah ada hiasan menyerupai dan hiasan klaver pada kartu tiga lubang bagian atas menyerupai daun bunga dan bawahnya segi tiga sebagai kedudukan 3 buah daun bunganya, Bagian tengah sebagian pertemuan ke-empat hiasan seperti putik bunga atau hiasan bunga kecil dengan empat hiasan daun bunga dan putiknya di tengah-tengah di bagi menjadi empat bagian sama besarnya, pada pertemuan pinggiran bagian atas dan bawah terdapat hiasan saluran dengan tiga helai daun bunga dan

pinggiran kedua ujung dan satu di tengah.28

Bagian akhir sayap terdapat hiasan dengan 7 segi pada bagian bawahnya ada tiang penyangga seuah bangunan, sdangkan bagian atats tiang bersegi delapan. Sedangkan bangunan yang depan (yang baru) hanya tampak kemegahan pada masjid yakni berdinding kaca yang tembus pandang, pagar di sebelah

28

Ibid., 48.


(37)

27

utaranya ada tambahan pada ruangan bagian depan dan tiga buah gapura sebagai pintu masuk agar terlihat megah.

Bagian dalam ruangan utamanya penuh dengan dekoratif dan saluran maupun inskripsinya, hiasan dan transkipsi di temukan menghiasi tiap sudut dalam masjid, mimbar mihrab, dinding di keempat sisinya dan dudeg wesi (bagian atap dalam yang terlihat dari bawahnya dan dinding bagian tingkat-tingkat di bagian tengah).

Pada bagian mihrap ada pengaruh eropa, dimana tiang-tiang eropa yang dikenal dengan pilasternya tidak hanya terdapat pada gapura masjid, tetapi juga pada hiasan pilar sampai masuk ke ruangan utama masjid yang tertera pada

mihrabnya.29

29

Tim Peneliti: Kota Masa Pengaruh Eropa, 27-30


(38)

28

2. Komplekmakam Bupati

Kompleks makam para Bupati Sidayu terletak di belakang Masjid Jami’ makamnya diberi cungkup dan inskripsi berhuruf Arab, Jawa dan latin yang berbahasa melayu, Jawa dan Belanda. Seprti inskripsi pada makam Bupati Kanjeng Sepuh tertulis:

- Bahwa ini Kanjeng Raden Adipati Suryadiingrat Negeri Sidayu.

- yang mendhohirkan Am tuan kalian nag ada di Kudus ketika tahun Aulanda 1784 injawa 1715.


(39)

29

- Adapun yang diberhentikan dengan sehat alatiat alakal hamdu wasyukru di dalamnya tahun Wulanda 1808 injawa 1739.

- Kanjeng Raden Adipati Arya Surya Diningraat ing panggeri Sidajeng. - Rikala jumeneng Bupati Sidajeng ing tahun Wulandi 1817 ing tahun jawi

1744 lumayahipun panjenengan.

- Bupati dateng kang kalian kersanipun pribadi ingsasi januari tahun 1855 utawi Rabiul Akhir tahun 1783.

- Dinten paeginipun ing malam ahad wancine jam 11 saking tanggal kaping 9 sasi Maret tahun 1856.

- Utawitinggal sasi Rejeb tahun ba’ werso jawi 1784 dan 1262 H.

- Rikala yosa nalika penghulu Muhammad Qasim Sinangkalan agniya’ panika.

- 1833 gunane aponggo wedhae rupo 1893 Terjemah inskripsi:

- Bahwa Kanjeng sepuh Adipati Surya Diningrat adalah seorang Bupati

daerah Sidayu.

- Dilahirkan oleh tuanmu”Ratu Anom “ di daerah Kudus tahun Belanda

1784 jawa 1710.

- Adapun dipindahkan ke Sidayu dalam keadaan sehat walafiat puji syukur

pada tuhan ketika tahun Belanda 1808 Jawa 1734.

- Kanjeng Raden Adipati Arya Suryadiningrat di Negeri Sidayu.


(40)

30

- Bupati yang akan datang yang merupakan putranya sendiri yang

dikehendaki di bulan januari tahun 1855 atau rabiul Akhir 1783.

- Hari Wafatnya di malam minggu tepatnya jam 11 dari tanggal 9 bulan

Maret tahun 1856.

- Atau tanggal 2 bulan Rejeb tahun ba’ “tahun jawa” 1784 dan 1272 H.

- (diskripsi) ini dibuat oleh pada masa pengulu Muhammad Qasim yang

kaya itu

- 1833 Kegunaan aponggo wedane Rupa 1893.30

Di sebelah barat makam kanjeng sepuh terdapat juga makam Kanjeng Pangeran beseta istri. Dapat dilihat bahwa Candrasengkala yang terdapat di

makam Bupati Kanjeng Sepuh yang berbunyi “1833 Gunane Aponggo Wedahe

Rupo 1893” yang bermakna Gunane =3 Aponggo=3 Wedahe=8 dan Rupo=1 ini berarti bahwa pembuatan tulisan tersebut dimulai tahun 1833-1893, Jadi pembuatanya seabad dengan Kanjeng Sepuh. Terdapat juga ragam hias naga yang distinlis, Tahun lahi 1784 menjabat Bupati 1817-1856.

Terdapat juaga makam pangeran Aria Cokro notto Adinegoro dari Pamekasan yang lahir 20 Mei 1918 sebagai Bupati Sidayu yang terakhir, wafat 17 februari 1935 di Gresik, Makam Kanjeng Kudus (Ayah Tiri Kanjeng Sepuh). Dibelakang mihrab masjid terdapat rubuk kuno atau jam batu untukmenunjukan waktu sholat dari bantuan cahaya matahari dan sekarang sudah dirobohkan. Dan

30

Wahyu D Susilo, Peranan Kanjeng Sepuh Adipati Surya Diningrat dalam Menegakkan Agama Islam di Sidayu 1817-1855, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2005), 80


(41)

31

di sebelah paling barat terdapat sumur tua yang disertai dengan saluran air pengisi

kolam wudlu.31

3. Alun-AlunSidayu

Alun-alun merupakan tempat yang datar dan luas, alun-alun sidayu merupakan bekas peninggalan kota kadipaten, dalam bukunya Dukut imam widodo dikatakan bahwa pada masa Pemerintahan Belanda alun-alun dipakai oleh para perajurit untuk latian, selain itu alun-alun digunakan tempat para Bupati Sidayu untuk menerima penghargaan dan penghormatan. Di alun- alun itu puala bansyak saudagar Kompeni Belanda berjalan-jalan disekitarnya.

Di sekitar alun-alun terdapat rumah-rumah Belanda , banyak pohon-pohon dan didepanya terdapat kantor Kabupaten serta pasar masyarakat sidayu pada masa itu pula belum ada mobil terdapat kereta-kereta beroda empat yang ditarik oleh empat ekor kuda dan para bangsawan Sidayu atau para serdadu kompeni bergaya naik kuda. Kemudian di sudut alun-alun ditempatkan gardu-gardu

31

Ibid , 84.


(42)

32

penjagaan, maka para prajurit sidayu dengan bersenjatakan tombak atau pedang terhunus akan mengamati setiap pejalan kaki yang lewat.

Itulah gambaran sidayu semasa abad 19 adalah sebuah ibu kota kabupaten dan setelah bupati memerintah selama 4 abad maka sidayu diubah kedudukanya menjadi sebuah kawedanan .kantor kawedanan didirikan setelah surutnya Sidayu menjadi Kadipaten yang dibangun di sebelah timur alun-alun dan bangunan menghadap ke barat atau ke ararh alun-alun, bangunan tersebut antara alun-alun dibatasi jalan.

Memang bangunan itu dirancang untuk perkantoran dan tetap dipergunakan meskipun istilah kawedanan berubah menjadi pembantu Bupati. Setelah tidak ada lagi jabatan pembantu Bupati, bangunan kantor untuk beberapa tahun kosong tidk dipergunakan lagi. Pada tahun 2001 bangunan tersebut menjadi milik pemda Kabupaten Gresik yang sekarang dipergunakan tiga instansi yakni kantir cabang Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kecamatan Sidayu dan Bank

Jatim.32

32

Dukut Imam Widodo, Grisse Tempoe Doloe, 243-249


(43)

BAB III

PERUBAHAN PEMERINTAHAN SIDAYU DARI KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN A. Sidayu Sebagai Wilayah Kadipaten

Surawesti adalah wilayah dimana sebelum nama Sidayu muncul diperkirakan wilayah surawesti sudah ada sejak pemerintahan demak dan pajang sebelum wilayah Sidayu muncul dibawah pemerintahan Sultan Agung.

Nampaknya ki Ageng Brondong adalah penguasa surawesti waktu itu.33

Berita-berita tentang sidayu menjadi kadipaten/kabupaten sudah ada sejak abad 16 M seperti berita dari babad tanah jawi di bawah ini:

“Kacarios sultan pajang bidal ing giri lan sabala nipun Sedaya, ki ageng matawis ing nderek, samedya nyuwun idi anggenipun jumeneng sultan dating sunan prapen. Kala semanten para bupati ing bangwetan sami pepak wonten ing griku sedaya: ing Madura, Sidayu,Nlasem, Tuban, Pati, sarta sami ndamelpasangrahan ing ngriku…….Sultan Pajang nunten……….kemupakatan nggenipun jumeneng sulatan, mengku negari ing pajang ajejuluk sultan prabu adiwijaya……”34

Secara garis besar petikan dari babad tanah Jawi tersebut adalah menceritakan bagaimana Sultan Pajang sowan ke Giri untuk memohon doa restu kepada Sunan Prapen sehubungan dengan pengangkatannya sebagai Raja di ceritakan Bupati dari Madura, Sidayu, Nlasem (Lasem), Tuban, Pati, pada camping untuk menyambut kedatangan Sultan Pajang. Sunan Prapen memerintah di Giri sangat lama 1548-1605.Kekuasaanya di bidang rohani telah membuatpara

33

Masyudi, Manuskrip Dala’il Al-Khairat dari Sidayu Gresik (Kajian Hubugan Antar Kebudayaan Terhadap Kronografi Sharif Ahmad (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), 10.

34

Dukut Imam Widodo, Grissee Tempo Doeloe, 246


(44)

34

Raja baru untuk tunduk dan patuh padanya.Nampaknya Kadipaten Sidayu berada

di bawah kerajaaan Giri Kedaton yang dipimpin oleh Sunan Prapen waktu itu.35

Ketika kekuasaan pajang mulai memudar dan digantikan oleh kekuasaanMataram ada sebuah penolakan dari Adipati Jawa Timur menolak tunduk pada Mataram Islam.Termasuk juga kadipaten Sidayu. Perang antara Mataram dan persekongkolan Adipati Surabaya yang didukung oleh Adipati-Adipati Brang Wetan pada abad 16 hampir terjadi di Japanan, adalah Sunan Prapen yang menggagalkan pertempuran sesama muslim ini.Dalam babad tanah jawi pesisiran disebutkan bahwa senopati Mataram menyerang Brang Wetan (Jawa Timur) yang diperkirakan tahun 1510 saka (1588 M).

Adipati-adipati Jawa Timur bersatu di bawah pimpinan Adipati Surabaya berkumpul di japanan.Adipati Sidayu pun tidak ketinggalan.Ketika semangat mereka sedang membara untuk berperang, datanglah sepuluh orang utusan dari Sunan Giri Prapen Ngargosari memberi tawaran.Adipati Surabaya dan Senapati Mataram disuruh memilih dua pilihan kekuasaan. Mana yang akan dipilih: isi, yang maksudnya adalah menguasai manusia, atau irengan (hitam), yang dimaksud adalah adalah menguasai bumi-wilayah.Ternyata adipati Surabaya yang didukung para Adipati Brang Wetan termasuk Sidayyu memilih Isi.Sedang Senapati Mataram melilih irengan.Akhirnya, pasukan mataram dan Surabaya yang siap tempur itu tidak jadi perang. Berkat upaya dari Sunan Giri Perapen Ngargosari, melalui mediator kesepuluh utusannya itu, maka pertumpahan darah

35

Ibid., 247.


(45)

35

sesamamuslim di tanah Jawa urung terjadi. Sunan Giri Prapen Ngargosari sebagai

pemegang kekuasaan duniawi dan ukhrawi di tanah Jawa telah terbukti.36

Seperti yang telah disinggung di atas.Sidayu sebagai wilayah kadipaten, memainkan perananya sebagai wilayah yang tak ingin begitu saja langsung tunduk di bawah serangan Mataram dan berpindah kekuasaan.Namun dalam penguasaan wilayah Mataram sangat berambisi untuk menguasai wilayah timur pulau Jawa.Ketika institusi politik di Jawa yaitu Mataram II berada pada punncak kekuasaan masa Sultan Agung sekitar tahun 1600-an atau abad 17 M. mengadakan intervensi ke daerah-daerah pantai utara pulau Jawa sebelah timur.Pasuruan, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem. Penaklukan Sultan

Agung di daerah pesisiran timur tersebut.Antara lain dimotivasi oleh ambisi

Sultan Agung untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram II di tanah jawa, karena itu daerah-daerah pantai utara jawa Harus ditaklukkan dan tidak boleh melakukan perdagangan langsung dengan VOC, sehingga perdagangan di pesisir utara Jawa di monopoli oleh Mataram II,

Ekspedisi Sultan Agung pun berhasil Akhirnya Surabaya berhasil ditaklukan Mataram II maka selesailah penaklukan ujung Timur pulau Jawa. Kota kota besar seperti Sperti Surabaya, Pasuruan, Aros Baya, Gresik, Tuban, dan Sidayu dilucuti habis, semenjak itu Kota Sidayu telah beralih kekuasaan. Dari jajahan Surabaya menjadi taklukkan mataram II.setelah penaklukan Surabaya pada tahun 1625, Sidayupun tunduk di bawah kekuasaan Sultan Agung di

36

Masyudi, Malang Tempo Doeloe (Malang: Bayu Media Publishing, 2006), 77-79


(46)

36

Mataram II. bersamaan dengan kekuasaan mataram II. nampaknya VOC sudah

datang di perairan nusantara.37

Menurut sejarawan Eropa tahun 1596 sebagai tahun yang menduduki kedatangan armada Belanda pertama di perairan nusantara, di bawah pimpinan Cornelis Houtman setelah singgah di beberapa pelabuhan dan mendapatkan gambaran awal tentang topografi serta perdagangan di Asia. Sejumlah pedagang Batavia bergabung tahun 1602 kemudian mendirikan “ Serikat Perseroan Hindia

atau VOC”.38

VOC merupakan sebuah badan yang kuat, yang mengawasi perdagangan belanda dan tujuan utama dari belanda mendirikan organisasi ini adalah untuk mengumpulkan kekayaan dan untuk melakukan perdagangan rempah-rempah serta hasil bumi lainnya.Perlu diketahui bahwa masa VOC ini adalah semasa dengan kerajaan mataram.

Masa kerajaan Mataram kedudukan Bupatisebagai pemegang wilayah kadipaten adalah pemegang dan pelaksana pemerintahan di daerah yang mendapat otoritas dari kekuasaan pusat kerajaan.Otoritas itu tidak didasarkan atas pewarisan melainkan atas posisi yang diduduki dalam struktur kekuasaan dalam kerajaan.

Masa kekuasaannya di bawah oleh seorang raja “ Kerajaan Mataram” bahwa sistem pemerintahannya adalah feudal yakni system pemerintahan tak

37

H.j. Degraf, Puncak Kekuasaan Politik Ekspansi Sultan Agung (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti, 2002), 98-99.

38

Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaann-Kerajaan Konsentris (Jakarta: PT. Gramedia, Pustaka Utama, 1996), 34.


(47)

37

langsung, dimana segala peraturan dipegang oleh penguasa pusat (Raja) termasuk dalam membayar upetimasyarakat dan adanya tenaga-tenaga manusia, hal tersebut

dikarenakan tanah dan tenaga adalah modal pokok dari produksi pertanian itu.39

Kerajaan Mataram di Jawa dahulu mengenal 4 macam daerah kerajaan: 1.

Daerah inti atau kota- kerajaan, yang dinamakan Nagaraatau khuthagara 2.

Nagaragung atau Nagara Agung, yaitu daerah yang terletak di luar dan sekitar

nagara, yang menjadi daerah pelungguh kaum bangsawan dan

pembesar-pembesar di istanan 3. Mancanagara adalah daerah yang terletak di luar Nagaragungdan yang diperintah oleh bupati-bupati yang kedudukannya sebagai

raja bawahan kerajaan Mataram 4.Pasisir ialah daerah mancanagara di pantai

utara Jawa yang memanjang dari Cirebon sampai Surabaya.40 Dalam pembagian

daerah kekuasaan kerajaan Mataram, Sidayu berada pada daerah pasisiran yang mana penguasa kota kadipaten ini dinamakan bupati yang tunduk kepada raja mataram. Dikarenakan sarana komunikasi dnan alat transportasi masih sangat terbatas dan belum sempurna, maka bupati-bupati di daerah pasisiran seperti kadipaten Sidayu itu praktis berdiri sendiri, kekuasaan Mataram di daerah-daerah

tersebut hanyalah bayangan, kekuasaan yang nyata dipegang oleh bupati-bupati.41

Selanjutnya mari kita lihat bahwa sidayu merupakan bekas kadipaten zaman Mataram. Jika dilihat tata kotanya memang benar Sidayu mempunyai alun-alun yang luas, seperti yang di katakana sartono kartodirjo alun-alun-alun-alun merupakan

39

Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 339.

40

Sartono Kartodirjo, Perkembangan Peradaban Priyayi(Yogyakarta:Gajah Mada University press, 1993), 11.

41

Ibid., 12


(48)

38

tanah yang luas letakya di depan kompleks tempat tinggal bupati. Tepat di tengah tengah alun-alun di tanam pohon beringin, pertanda bahwa daerah tersebut adalah bawahan mataram.Di sisi barat alun-alun dibangun masjid besar dengan kampung kauman di belakangnya. Demikian juga di sidayu kantor bupati berada pada timur alun-alun. Masjid berada di sebelah barat alun-alun yang sekarang masjid itu bernama masjid jami’ Kanjeng Sepuh. Di sisi lain juga dibangun rumah-rumah yang menjadi tempat tinggal pembesar-pembesar eropa, yang karena kedudukanya bertempat tinggal di kota kabupaten itu,


(49)

39

Alun-alun menjadi pusat koa kabupaten dan dipergunakan sebagai tempat upacara-upacara dan perayaan-perayaan umum, seperti watangan, rampongan, grebegan dan sebagainya, agar upacara dan perayaan tersebut ditonton dan dinikmati oleh rakyat kebanyakan.Pada zaman sekarang alun-alun dipergunakan sebagai tempat upacara pada hari-hari besar umum dan pada waktu tertentu untuk tempat pertunjukan umum seperti pasar malam, kethoprak, dan wayang.Sehari-harinya alun-alun digunakan untuk olah raga anak-anak sekolah dan pada sore

harinya menjadi tmepat bermain sepak bola.42

42

Ibid., 28-29


(50)

40

Gambar diatas adalah sisa-sisa reruntuhan bangunan zaman kadipaten, dari bentuk bangunannya bisa ditemukan mihrab, menunjukan bangunan tersebut adalah tempat peribadatan.Ketika Mataram mengalami perpecahan.Status Kadipaten masih di sandang oleh Sidayu.Padatahun 1746 kekuasaan kompeni jatuh di daerah pesisir dan bupati-bupatinya menjadi bupati kompeni, sehingga kewajiban mereka terhadap raja mataram dengan semua adat upacaranya dialihkan pada kompeni.Kewajiban bupati inipun dimanfaatkan oleh kompeni untuk kepentingan perdagangan dan rumah tangganya.Selain itu upeti yang wajib di serahkan juga ditentukan waktu ataupun jumlah jenisnya seperti lada, beras,

minyak, kelapa, kayu, bahan bangunan, kayu bakar dan benang tenun.43

Ketika kompeni sudah dilikuidasi dan semua kekayaanya diambil alih pemerintahan Bataafsche Republik, daerah-daerah di jawa yang menjadi daerah yurisdiksi kompeni menjadi daerah administrasi pemerintahan colonial Belanda

dan namaJava’s Noord an ooostkost atau disebut dengan gubermen oleh orang

jawa yang telah diberikan kompeni untuk mancanegara tetap dipakai sehingga

pada masa itu bupatinya disebut sebagai Gubernamen.44Demikianlah perjalanan

kota sidayu sebagai daerah pemerintahan kadipaten jaman Mataram II. peninggalan artefak makam kanjeng sepuh dan para bupati yang terdapat di belakanng masjid kanjeng sepuh dapat dilihat bahwa dalam makam Kanjeng sepuh tertulis angka 1808 M, menjabat menjadi Bupati tahun 1817 M dan berakhir tahun 1856 M, dan 1724 H pengangkatan Kanjeng Kudus sebagai bupati

43

Ibid., 13.

44

Ibid ., 15.


(51)

41

Sidayu yang ke 6, priode Sidayu menjadi Kabupaten dengan indikator tinggalan arkeologis Masjid Jami’ Kamjeng Sepuh Sidayu, kompleks kubur Kanjeng Sepuh, alun-alun kantor kawedanan dan pasar.

Menurut Catatan KH. Suhail Ridwan Bupati Sidayu terakhir Raden Badrun di pindah ke jombang pada tahun 1910.Lantas setelah itu sidayu dibawah pengawasan Controleur. Tercatat beberapa nama Controleur Residen Soerabaia, yang dengan sendirinya membawahi kota-kota kabupaten Di bawah seperti: J.B.F Sartorius, menjabat Cotroleur sejak 3 November 1937. J.P de jong, Menjabat Adspirant Controleur Sejak 22 Januari 1936.B. Oldenburger Menjabat Adspirant Controleur sejak 28 oktober 1937. Pada masa ini Sidayu berubah setatus menjadi

kota Kawedanan.45

B. Sidayu Sebagai Wilayah Kawedanan

Setelah kekuasaan Mataram di Jawa memudar di jawa maka kekuasaan atas wilayah pesisir barat dan pesisir timur Jawa mulai jatuh ke tangan pemerintahan Hindia Belanda.Menurut Ensiklopedie Nederlancdsch indie, Sidayu merupakan daerah di bawah pengawasan/perlindungan /protektorat (controle Gresik, dan Gresik termasuk wilayah residente Surabaya. Nama ibukota Sidayu sama dengan daerahnya, yakni beribukota di sidayu. Gresik sendiri membawahi dua daerah yaitu Sidayu dan karangbinangun. Tanah di daerah sidayu tidak begitu subur, selain itu kondisi masyarakatnya miskin, terutama mereka yang kekurangan air, karena itulah ibukota sidayu dipindah dari tepi laut ke tepi muara

45

Dukut imam widodo, Gresik Tempoe Doloe, 248


(52)

42

sungai solo terjadi proses pengendapan lumpur pada masa kemudian, sedangkan ibukota sidayu yang lama ditinggalkan, kondisi daerah pantainya semakin jauh

dan semakin kumu atau jorok.46

Setelah kekuasaan kompeni pindah kepemerintahan Belanda, tahu 1799 VOC yang mereka dirikan di bubarkan, maka kekuasaan Belanda sejal tahun 1800 wilayah di tanah Jawa termasuk wilayah Sidayu praktis menjadi jajahanya, sejak itu lah terjadi perubahan-perubahan pada sistem pemerintahan.

Perubahan ini dimulai masa kekuasaan Herman Willem Dandles yang diangkat oleh seorang raja belanda bernama Lovis Bonaparte untuk menjadi gurbenur. Dandles berkuasa sejak tahun 1808 sampai 1811 menjalankan pemerintahanya dengan memberantas sistem feudal yang diperkuat oleh VOC masa kerajaan mataram yakni akan membatasi hak-hak bupati sebagai kepala wilayah kadipaten yang berkuasa terutama menyangkut kekuasaan tanah dan pemakaian tenaga rakyat, sehingga hal yang mewajibkan tanam dan wajib kerja

hendak dihapus.47

Tindakan yang dilakukan oleh Dandles ini tidak hanya ingin mengurangi pemerasan oleh para penguasa saja, akan tetapi lebih selaras dengan perinsip kebebasan berdagang, Dandles merupakan tokoh yang terkenal kejam dengan segala kekuatanya itu, ia menciptakan system kerja paksa atau lebih tepat dikatakan merampas hak-hak Raja Jawa untuk mewajibkan penduduk melakuakan

46

Libra Hari Inagurasi, Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap kota Sidayu, Gresik, JawaTimur (Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Penelitian Arkeologi, 2002), 10

47

Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900, 291


(53)

43

kerja rodi untuk pemerintah Batavia, selainitu Dandles juga menjual hak atas

tanah penguasa Cina.48

Kerja rodi yang diterapkan oleh Dandles tidak lain adalah untuk pembangunan jalan raya pos (Grote Postweg), pembangunan ini digunakan sebagai prasarana yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi sosial dan politik, baik dalam bidang transportasi maupun bidang administrasi pemerintahan serta mobiisasi sosial. Sidayu merupakan salah satu daerah yang dilewati proyek jalan raya pos sehingga jalur ini ramai sebagai penghubung dari Lamongan ke

Gresik,dan Surabaya.49

Selain itumendirikan benteng benteng dan membangun tempat penjarahan yang terletak di kalisosok Surabaya.Dimana hal tersebut membutuhkan tenaga dari rakyat, sehingga masyarakat diwajibkan untuk dipertahankan.Kebijakan yang dilakukan oleh Dandles tentang kerja paksa dan pembayaran pajak itu sepertinya system feudal-tradisional yang pernah berjalan senelumnya telah berjalan terus dan niatnya untuk menghapus system feudal tidak lagi berlaku lagi.

Pada tahun 1811 kekuasaan tertinggi beralih pada Sir Thomas Stamford Raffles sampai tahun 1826, maka politik colonial yang diterapkn raffles sama seperti yang dijalankan oleh inggris di india yakni suatu system yang dikenal

48

Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya, 74

49

Sartono, Pengantar Sejarah Indonesia 1500-1600, 292


(54)

44

denan system pajak tanah (Condrent –System) atau system pemerintahan,

berdasarkan hokum kuno bahwa sewa tanah adalah milik penguasa (Raja).50

Bentuk pemerintahan raffles adalah didasarkan atas prinsip-prinsip liberal berarti bahwa struktur tradisional dan feudal perlu dirombak dan diganti dengan system baru yang didasarkan atas prinsip legal-rasionalitas.Sedangkan tugas dari bupati hanya sebagai kepolisian pribumi karena pemerintahan Inggris dikembalikan pada pemerintahan Belanda, maka tahun 1816 politik Raffles terhadap oemerintahan pribumi dilanjutkan kembali. Kemudian pada tahun 1819 bupati tidak lagi bertugas menggaji pegawai-pegawai bawahanya, tetapi tugas tersebut beralih pada pemerintahan colonial sendiri dengan berupa uang dan perubahan ini adalah mengakhiri posisi bupati sebagai penguasa otonom dan hanya menjadi birokrat-birokrat pribumi pada system administrasi oemerintahan colonial.

Birokrat pribumi merupakan korps kerena ikatan profesi atau karena unsure kekerabatan, korps adalah suatu kelompok sosial yang seolah-olah

memonopoli jabatan-jabatan kepangrehprajaan terutama jabatan pimpinan yang

biasanya disebut dengan istilah priyayi.51

Setelah masa kekuasaan raffles berakhir, belanda mengirim seorang gurbenur jendral baru yakni Johanes Van Den Bosch. Karena akibat peperangan Belanda dan Belgia (1830-1839) telah membuat kas pemerintah Belanda terkuras

50

Dnys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya, 75

51

Sartono, Perkembangan Peradaban Priyayi, 292-293


(55)

45

habis, maka Bosch telah menerapkan system tananm paksa atau disebut dengan Kltuuurstelsel atau Cultivation System.52

System tanam paksa yang diterapkan oleh Den Bosch didasarkan atas system wajib atau paksa dan prinsip monopoli, prinsip yang pertama (tanam paksa) sebenarnya system yang pernah dipakai sebelumnya yakni system feudal dan tidka meneruskan system liberal yang pernah diterapkan oleh Raffles.

Menurut Den Bosch aturan system tanam paksa yang dibuatnya bahwa pungutan pajak dari rakyat tidak lagi berupa uang, akan tetapi berupa hasil tanaman yang dapat diekspor seprti: Gula, tebu dan dalam peraturan tersebut ada sebagian pihak yang bebas pajak yakni pihak tani yang memiliki tanah (bumi), tenaga rakyay yang dikerahkan untuk menuai, rakyat yang bekerja mengangkut di pabrik dan pihak rakyat yang bekerja di pabrik.

Secara teoristis system tanam paksa akan membentuk hubungan langsung antara pemerintah dan desa, dengan melampaui peranan Bupati sebagai peranatanya. Sifat kepemimpinan bupati sebagai otoritas tertinggi di daerahnya

adalah palimortik (persegi banyak) sehingga dalam menyelenggarakan system

tanam paksa ini tugas bupati agak dipersempit yakni secara khusus hanya menjadi pengawas dan menjamin produksi atau disebut dengan Scrieke yakni sebagai mandor tnam paksa, meskipun begitu hal tersebut adalah sebuah peraturan bahwa

52

Suhardi, Sejarah Pemikiran, Rekontruksi, Presepsi 2 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 26.


(56)

46

sesungguhnya bupati sebagai pranata atau agen pemerintah anya tinggal

meneruskan perintah dari atasan yakni pemerintahan belanda.53

Demikian adalah kebijakan- kebijakan pemerintah belanda yang di mulai dari dandles yang menerapkan system kerja paksa dan kewajiban membayar pajak kemudian pemerintahan rafles yang menerapkan system pajak tanah atau sewa tanahkemudian dilanjutkan tindkan Van Den Bosch yang menerapkan system tanam paksa, dengan berbagai model pemimpin colonial Belanda dan berbagai pula kebijakan wilayah Sidayu masih menjadi perhatian pemerintah Belanda untuk di jadikan wilayah pemerintahan.

gambar diatas adalah kantor kawedanan Sidayu yang terletak di sebalah

timur alun-alun sidayu, Sebagai daerah Kawedanan di bawah Residente Gresik

pada masa colonial Belanda, sidayu meninggalkan catatan pemerintahan Seperti

53

Sartono, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900, 306-313


(57)

47

yang tercatat dalam arsip colonial yang naskah tersimpan di Arsip Nasional, di masa Hindia Belanda, Sidayu merupakan daerah yang secara administrative merupakan daerah setingkat district, dibawah keresidenan gresik, yang mana sidayu membawahi lima Onderdistrict yaitu sidayu (sedajoe), Ujungpangkah (Oedjoengpangkah), panceng (panjtjeng), Bungah (Boengah), dan Dukun (Doekoen). Sementara itu komposisi penduduk sidayu terdiri dari Eropa , Arab, Cina, dan Pribumi. Pegawai eropa biasanya menjadi pegawai negeri, penduduk Arab dan Cina sebagai pedagang sedangkan Pribumi yang sendiri dari suku Jawa dan Madura hidup sebagai petani dan nelayan. Di kota Sidayu sendiri penduduk cina pun cukup banyak, oleh karena itu di kota tersebut diangkat pula kepala-kepala kampong cina berpangkat letnan (luitenant) oleh pemerintah belanda.

Menurut sensus yang dilakukan pada tanggal 22 september hingga 5 Oktober 1930, komposisi jumlah penduduk District Sidayu sebagai berikut: orang eropa sejumlah 16 orang, orang Arab sejumlah 12 orang, orang Cina sejumlah 194 orang, dan pribumi sejumlah 113.747 orang, hingga total penduduk district sidayu keseluruhanya mencapai 113.969 orang. Adapun komposisi penduduk khusus di Ondsrdistrict Sidayu sendiri sebagai berikut: orang Eopa sejumlah 9 orang, orang Arab sejumlah 4 orang, orang cina sejumlah 157 orang, dan pribumi sejumlah 15.799 orang, hingga total penduduk di Onderdistrict Sidayu keseluruhanya mencapai 15.969 orang.

Berdasarkan Regerings Almanak Voor Nederlands indie tahun 1938, disitu terlihat nama-nama wedana para wedana yang memerintah kawedanan di bawah


(58)

48

Kabupaten Soerabaia Pertama Wedana Soerabaia sendiri, namanya raden kodratsa madikoen, yang mempunyai nama lain sastrohadinoto sejak 19 november 1935. Yang kedua wedana Djobo koeta (itu wilayah sekitar wonocolo keselatan sehingga mendekati sidoarjo), di jabat oleh mas moesbah. Yang menjabat sejak 4 november 1936. Wedana gonoengkendeng dijabat oleh goestomo yang memiliki nama bangsawan soeriowiegoeno sjak 22 Desember 1936.

Dalam buku Gresik Tempoe Doeloe, Sidayu Pada tahun 1935 merupakan wilayah kawedanan. seperti wilayah lain di Gresik yang pernah mennyandang kawedanan adalah Wedana Bawean, di jabat oleh Astamoen yang memiliki nama bangsawan Mas Ngabei Soemoadi Winoto, Sejak September 1973. Kemudian Wdana Grisse, Raden Soepardi soeryoningprodjo, yang menjabat mulai 1 Januari 1935 setelah itu Mas Soewardi menjabat sebagai Wedana Tjerme. Ia mempunyai nama bangsawan Djojokoesoemo sejak 19 November 1935 dan yang terakhir

adalah wedana Sidajoe Raden Mas Hoeksamadiman menjabat sejak 6 Mei 1935.54

Seperti telah disinggung di depan bahwa sebagai mana wilayah Gresik, tanah di sidayu tidak subur, tanahnya pecah-pecah , sehingga musim kemarau sawah tidak bisa ditanami, karena pengairanya tidak mencukupi. Usaha pertanian sebagian besar tergantung pada musim hujan.Sungai yang dapat dimanfaatkan untuk pegairan tidak ada, sedangkan bengawan solo yang melintasi wilayah sidayu sendiri justru menimbulkan masalah, yaitu jika di musim kemarau, ceruk bengawan solo terlalu dalam, sehingga untuk mengairi sawah airnya harus

54

Dukut Imam Widodo, Gresik Tempoe Doeloe, 248


(59)

49

dipompa. Sebaliknya jika musim penghujan tiba tanah sawah di sepanjang bengawan solo yang letaknya lbih rendah dari bengawan tidak bisa ditanami karena tergenang air bengawan solo, bahkan anah yang letaknya lebih renda menjadi senacan tanah rawa karena selalu tergenang air, karena itu terkenal dengan sebutan tanah bonorowo. Selebihnya bonorowo ini hanya bisa ditanami padi musim kemarau sja, setelah air genangan bengawan solo telah surut sama sekali.

Mata pencaharian di Distrik Sidayu selain pertanian, juga peternakan dan perikanan. Hasil pertanian di sidayu yang penting antara lain: padi, jagung, ketela, kacang cina, kacang tunggak, tembakau, kapuk, dan jarak. Usaha peternakan seperti: usawa kawin silang lembu Jawa dengan lembu Ongoloe yang didatangkan dari Tuban, usaha peternakan lembu tersebut tidak untuk mencari keuntungan, melankan untuk kepentingan petani itu sendiri, yaitu untuk hewan tarik. Sedangkan peternakan kambing tidak ada. Salah satu sebabnya adalah sukar mencari rumput di musim kemarau, sedang untuk angkuatan Dokar kuda biasanya didatangkan dari luar misalnya kuda-kuda nusa tenggara yang dibeli dari Surabaya. Perikanan laut yang besar juga terdapat di sidayu lawas, setelah menghasilkan ikan bandeng yang segar, dan dikirim ke Surabaya.

Lalulintas dan perhubungan antar kota pada musim ini juga telah ramai. Sidayu sendiri merupakan salah satu rute yang dilewati angkuatan dari Gresik, Paciran dan Tuban atau sebaliknya, namun demikian rute ini kalah ramai dengan rute lain seperti rute Gresik ke Surabaya atau sebaliknya yang dapat ditempuh


(60)

50

dengan angkuatan umum, baik dengan menggunakan bis ataupun kreta api

demikianlah informasi Sidayu menjadi sebuah Kawedanan.55

C. Akhir Pemerintahan Sidayu

Ada sebuah kesinambuangan dari tahun ketahun wilayah sidayu menjadi daerah pemerintahan sampai sekarang, Perjalanan Sidayu sebagai wilayah pemerintahan tercatat di mulai ketika adanya pemberontakan para Bupati-bupati Brang wetan yang dipimpin oleh adipati Surabaya untuk melawan kerajaan mataram II yang mana dalam hal ini Raja Mataram adalah Sultan Agung. Sebelum Sidayu benar-benar jatuh di bawah pemerintahan Mataram, seperti yang sudah di singgung di atas.Sidayu pernah menjadi wilayah kekuasaan Surabaya.

Perluwasan wilayah Mataram di bawah pimpinan Raja Sultan Agung sukses besar.Surabaya berhasil ditaklukan, pemerintahan ulama tertinggi (Giri Kedaton) pun tidak luput dari serangan mataram.Dan wilayah timur jawa

benar-benar takluk di bawah kekuasaan kerajaan mataram.56

Dalam pemerintahan Mataram wilayah kadipaten Sidayu meninggalkan bekas-bekas kota tempo dulu seperti alun-alun yang luas yang ditengahnya ada pohon beringin, yang merupakan pertanda bahwa daerah itu adalah wilayah kekuasaan mataram. Kantor bupati dan wedono terletak di sebelah timur alun-alun.57

55

Libra Hari Inagurasi, Kota Masa Pengaruh Eropa, 11-12

56

Ibid., 6

57

Dukut Imam, Grisse tempo doeloe, 249


(61)

51

Ketika Gresik ditetapkan menjadi Kabupaten tahun 1974, wilayah Sidayu menjadi bagian dari kabupaten Gresik yang bersetatus sebagai kecamatan.Namun pada tahun 1974 sampai 1999 selain menjadi daerah kecamatan juga menjadi kawedanan.Barulah ketika UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada tanggal 7 Mei 1999, yang mana penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat.Kecamatan sebgai wilayah administrasi di likuidasi.Demikian halnyakota administratip. Berbeda dengan kota administrasi yang benar-benar dihapus, kecamatan dipertahankan tapi bukan sebagai wilayah sdministrasi, tapi sebagai

wilayah kerja camat sebagai pegawai daerah otonom kabupatrn/kota.58

Nama Sidayu digunakan oleh dua pemukiman .pertama bernama Sidayu lawas dan kedua, Sidayu kota. Sidayu lawas sekarang berada di pantai utara sebagai bagian dari kabupaten lamongan.Sidayu lawas berada di Wilayah Kabupaten lamongan di bagian kecamatan Brondong.Kota ini masih banyak dihuni oleh masyarakat yang pekerjaanya berpusat disektor pencari ikan laut sebagai nelayan.

Sedangkan Sidayu kota sekarang adalah wilayah kecamatan yang merupakan bagian dari kabupaten Gresik. Yang mana wilayah sidayu ini terletak

di bagian utara kabupaten Gresik.59Sekarang kantor kecamatan sidayu berada di

desa Raci Tengah. Menurut keteranagan pegawai kawedanan perpindahan kantor kecamatan terjadi pada tahun 1985, yang sebelum pindah, kantor kawedanan dan

58

Moehammad Suwiji Rusdi, Wawancara,Sidayu, 8 maret 2015.

59

Libra, Kota Masa Pengaruh Eropa, 18.


(62)

52

kecamatan menjadi satu dengan kantor kawedanan. setelah berlakunya UU pemerintah tentang otonomi daerah tahun 1999,

yang mana wilayah kawedanan/pembantu Bupati dihapus. Otomatis kantor kawedanan milik pemda .sekarang kantor kawedanan menjadi kantor dinas pendidikan kecamatan Sidayu.


(63)

BAB IV

SIDAYU MASA KINI A. PROFIL KECAMATAN SIDAYU

Sidayu merupakan sebuah kecamatan di pantai utara pulau jawa, yang masuk wilayah kabupaten Gresik. Pada sekitar abad ke 16 Sidayu merupakan Kadipaten tersendiri. Hingga akhirnya menjadi wilayah kawedanan dan sekarang statusnya menjadi kecamatan, yang merupakan bagian dari Kabupaten Gresik pada tahun 1999, perubahan tersebuut Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah, tanggal 7 Mei 1999, peraturan ini menetapkan bahwa Daerah otonomi tidak lagi bertingkat tapi sebagai tiers antara daerah otonom besar (Propinsi) dan daerah otonom kecil (Kabupaten atau Kota) yang masing-masing mendapat penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat. Kecamatan Sebagai wilayah Administrasi dilikuidasi, demikian halnya kota administratif berbeda dengan kota administratif yang benar-benar dihapus, yang artinya Kecamatan dipertahankan tapi bukan sebagai wilayah administrasi, tetapi sebagai

pegawai daerah kabupaten atau kota.40

Banyak fersi mengenai asal usul penamaan nama Sidayu. Menurut masyarakat setempat Sidayu diambil dari sebuah peristiwa atau legenda yang terjadi di kalangan keluarga pantai tertinggi yakni sebuah keluarga yang menguasai suatu wilayah daerah pesisir pantai utara Jawa, dimana salah satu dari Putripenguasa pantai terrsebut mengalami penderitaan lahir batin akibat penyakit kulit tidak kunjung sembuh.penyakit kulit tersebut menyebabkan buruknya wajah

40

Moehammad Suwidji Rusdi, Wawancara, Sidayu, 13 Maret 2016


(64)

54

sang Putri, berbagai pengobatan telah dilakukan tetapi penyakit tak kunjung sembuh, sehingga pada suatu hari terjadilah peristiwa yang secara tak sengaja dan tidak diketahui, penyakit sang Putritiba-tiba sembuh dan berubah menjadi cantik, perubahan pada diri sang putripun menjadi pergunjingan, ucapan Sidoayu mendominasi sebuah percakapan diantara mereka dan penguasa pantai tertinggi

menetapkan kata Sidayu sebagai nama wilayah kekuasaan.41

Menurut Dukut Imam Widodo, nama Sidayu diberikan dari seorang pembuat keris sakti yang di kenal dengan Empu Supa, dimana ada seorang Raja Blambangan yang memerintahkan orang suruhanya untukmencuri salah satu pusaka kerajaan Majapahit,pusaka itu di berinama keris sumelang gandring, Raja Majapahit yang kehilangan pusaka keris itu membuat sandiwara,”barang siapa yang berhasil mendapatkan kembali keris Sumelang Gandring, maka akan mendapatkan hadiah berupalahan hutan yang lokasinya terletak antara Tuban dan Gresik”. Para pendekar berlomba-lomba untuk mendapatkan hadiah itu, namun satu-persatu mereka gagal karena hutan Blambangan terlalu ganas untuk dilewati belum lagi kesaktian Rajanya.

Pada suatu saat Empu Sopa mencoba mengikuti sayembara itu bukan semata-mata menginginkan hadiah yang dijanjikan Raja Majapahit, akan tetapi ingin menunjukkan pengapdianya kepada kerajaan Majapahit dan berhasil membawa kembali keris Sumelang Gandring itu.

Raja Majapahit memenuhi janjinya untuk memberikan sebidang lahan hutan yang terletak diantara Tuban dan Gresik, bersama para pengikutnya. Empu

41

H.Masudi Yasin, Wawancara, Sidayu, 15 Maret 2016..


(65)

55

Sopa membabati alas wilayah itu dan lahan yang dibabat oleh Empu Sopabeserta

pengikutnya menjadi sebuah wilayah yang diberi nama Sidayu.42 makam Empu

Sopa terdapat di bukit Surowiti yang terletak di sebalah barat Kecamatan Sidayu. Ada pula yang mengatakan penamaan Sidayu berasal dari Cina, pada saat tentara Tiongkok dipimpin Kubilai Khan mengadakan ekspedisi dan sebagian dari mereka ada yang berlabuh ke Sidayu dengan menyebut nama Shui Galu tidak lain

adalah sidayu lawas (kuno).43

Dari berbagai fersi diatas ada perbedaan masing-masing. yang mana saya sependapat dengan versi Dukut Imam Widodo bahwa penamaan Sidayu dari seorang pendekar Majapahit yang bernama Empu Sopa, yang berhasil memenangkan sayembara kerajaan Majapahit. Yang sekarang makamnya dapat di telusuri di bukit surowiti kecamatan Panceng kabupaten Gresik.

B. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SIDAYU

Sidayu merupakan wilayah yang pernah menjadi kadipaten dan sekarang Sidayu berubah menjadi salah satu dari beberapa kecamatan yang berada di bawah pemerintahan kabupaten Gresik. Daerah ini terletak 27 Km sebelah utaradari kota Kabupaten Tingkat II Gresik, 10 km sebelah selatan pantai utara pulau jawawilayah Sidayu hampir 4% terlintasi jalan Deandles yang merupakan JalurTransportasi antara kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan dengan

melalui jalur pantai utara.44

42

Dukut Imam, Widodo, Gresse Tempoe Doeloe (Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik, 1994), 246.

43

Soekarman, Gresse Tempoe Doloe (Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik, 1994), 128

44

Dewi Herisetiawan, Kecamatan Sidayu Dalam Angka 2003(Gresik: Bappeda Kab. Gresik Dengan Badan Statistik, 2003), 2.


(66)

56

Secara geografis kecamatan Sidayu terletak pada ketinggian + 7 m diatas

permukaan laut dengan luas wilayah 47,13 km2, dan terdiri atas 21desa. Desa

Randuboto adalah desa yang memiliki luas wilayah yang paling luas dari

desa-desa yang lainnya yaitu sebesar 9,37 km2, sedangkan desa yang luas wilayahnya

terkecil adalah desa Kauman yaitu sebesar 0,04 km2.

Peta Wilayah Kecamatan Sidayu

U

B T

S

Batas Wilayah Kecamatan :

Sebelah Utara :Kec.Ujungpangkah

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kec. Bungah


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan setiap bab mengenai sekripsi ini dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Hubungan sidayu dan mataram islam merupakan hubungan antara kerajaan dan daerah taklukan, Sidayu merupakan daerah kekuasaan mataram, menurut berita yang di tuturkan oleh Meilink Roelofsz yang ter catat tahun 1500-1630 yang mana pada tahun ini adalah masa pemerintahan Raja Sultan Agung, ekspansi Sultan Agung ke daerah-daerah pantai utara pulau jawa sebelah timur, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem, pada tahun 1625 Surabaya berhasil ditaklukan maka selesailah penaklukan ujung timur pulau jawa.

2. Peralihan setatus kadipaten, kawedanan kekecamatan dapat dilihat dari pola hubungan yang terjalin diantara ketiganya. Di gunakan teori Cotinuenityand Changesebagai alat untuk mempermudah dalam menyimpulkan analisis, awal mula Sedayu menjadi kadipaten ketika di bawah taklukan mataram II 1625, namun data dilapangan seperti yang tertulis dalam makam kanjeng sepuh tercatat tahun 1817 M tahun ini merupakan tahun dimana Kanjeng Sepuh (Bupati ke-8). diangkat menjadi Bupati. Dan setatus Kadipaten berakhir ketika bupati terakhir Raden Badrun 1910 dipindah ke Jombang, Sidayu sebagai kawedanan tercatat ketika sidayu di bawahpemerintahan Hindia belanda, sekitar tahun 1935. Sebagai daerah kawedanan Sidayu membawahi lima kecamatan yaitu Sidayu, Ujung Pangkah, Panceng, Bungah, Dukun. Seiring


(2)

70

berjalanya waktu setatus Sidayu menjadi daerah pemerintahanpun berubah menjadi daerah Kecamatan, inilah akhir pemerintahan Sidayu sampai sekarang. Yang menjadi bagian dari Kabupaten Gresik sebelah utara.

3. Sidayu masa kini adalah sebuah kecamatan yang masuk dalam wilayah kabupaten Gresik, memiliki sejarah pemerintahan yang sangat panjang.. istilah kecamatan muncul ketika UU 18 tahun 1965 pada tahun ini Sidayu merupakan daerah pemerintahan yang disebut Disrict/Kawedanan yang membawahi lima kecamatan yaitu: Sidayu, Ujung Pangkah, Panceng, Bungah, Dukun, yang ikut Keresidenanan Gresik, Status kecamatan terjadi sejak tahun 1974 tentang Perda nomor 5 tahun 1974 pada tahun ini Gresik ditetapkan menjadi kabupaten dan Sidayu menjadi bagian dari wilayah Gresik yang bersetatus sebagai kecamatan. pada tahun ini setatus kawedanan masih disandang oleh sidayu, barulah pada tahun 1999 munculah perda no 22 tahun 1999, bahwa setatus kawedanan di hapus dan kecamtan dipertahankan sebagai satuan kerja perangkat daerah atau wilayah kerja camat sebagai pegawai kabupaten.

4.

B. Saran

1. Kepada pemerintah, Supaya memperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah, karena nilai-nilai kesejarahan suatu daerah adalah nilai yang begitu berharga, terutama bagi Kabupaten Gresik pada umumnya dan kecamatan Sidayu pada khususnya.


(3)

71

2. Kepada masyarakat Sidayu, supaya ikut serta merawat peninggalan di Sidayu agar nantinya anak cucu kita yahu bahwa dulunya kecamatan Sidayu adalah sebuah Kadipaten yang pernah jaya. Akhirnya peneliti juga menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penelitian lebih lanjut sangat dianjurkan guna mengungkap fakta-fakta baru tentang sejarah Sidayu..


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifianto.Statistik Daerah Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik 2015. Gresik: BPS Kabupaten Gresik, 2015.

Catatan K. RidwanAhmad. Jawatan PeneranganRI,25 Februari1957.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Yogyakarta:LP3ES, 1996.

Degraf, H.j.Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta: PT Pustaka Pelajar UtamaGrafiti, 2002.

DwiSusilio, Wahyu. Peran Kanjeng Sepuh Adipati Surya Diningrat Dalam Menegakkan Agama Islam Di Sidayu 1817-1855. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, 2005.

Gottschalk, Lois. Mengert iSejarah, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986.

Herisetiawan, Dewi .Kecamatan Sidayu Dalam Angka 2003. Gresik: Bappeda Kabupaten Gresik Degan Badan Statistik, 2003.

Hadi, Nur. Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1983.

http:/www.Wikipedia.org (10 maret 2016)

Imam Widodo,Dukut. Grisse Tempo Doloe.Gresik:Pemerintah kabupaten Gresik, 2004.

.

Kartodirjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1993.


(5)

___________, Perkembangan Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press, 1987

Libra, Hari Inagurasi.Kota Masa Pengaruh Eropa: Studi Terhadap Kota Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata Pusat Penelitian Arkeologi, 2002.

Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Jakarta: PT. Gramedia, PustakaUtama, 1996.

Masyudi.Manuskrip Dala’il Al-Khairat dari Sidayu Gresik (Kajian Hubungan Antar Kebudayaan Terhadap Kronografi Sharif Ahmad). Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013

Masyudi.Malang Tempoe Doeloe.Malang Bayu Media Publishing, 2006.

Moeloeng, S. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1988.

Mustopo, Habib. Kebudayaan Islam Jawa Timur.Yogyakarta: Jendela Grafika, 2001.

Oemar. “Gurbernur Belanda Pakai Jalan Kadipaten Sedayu”, jawa Pos Selasa 3 Februari 2015.

Susanto, N. Noto. Masalah Penelitian Kontenporer, Jakarta: Yayasan Dayu, 1972.

Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT Grafindo Persada, 1998.


(6)

Salam, Solihin. Sekitar WaliSongo. Yogyakarta: Menara Kudus, 1960.

Suahardi, Sejarah Pemikiran Rekontruksi, presepsi 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Depag, 1986.

Renier, G.j. Metode Dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Zulaicha, Lilik. Metodologi Sejarah I. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.