Analisis yuridis terhadap pandangan hakim pengadilan agama di Jawa Timur tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah poligami : Studi putusan pengadilan Agama Probolinggo nomor: 0164/pdt.G/2013/PA.Prob.

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PANDANGAN HAKIM PENGADILAN
AGAMA DI JAWA TIMUR TENTANG STATUS ISTRI DAN ANAK PASCA
PENOLAKAN PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI
(Studi Putusan Pengadilan Agama Probolinggo Nomor: 0164/pdt.G/2013/PA.Prob)

SKRIPSI
Oleh:
Nur Faridah Alia Wardani
NIM.C01213066

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Program Studi Hukum Keluarga Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian dengan judul “Analisis Yuridis
Terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur Tentang Status Istri
dan Anak Pasca Penolakan Perkara Isbath Nikah Poligami” (Studi Putusan Nomor:

0164/pdt.G/2013/PA.Prob). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan:
Bagaimana pandangan hakim pengadilan agama di jawa timur tentang status istri
dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah poligami? Bagaimana analisis yuridis
terhadap pandangan hakim pengadilan agama di jawa timur tentang status istri dan
anak pasca penolakan perkara isbat nikah poligami?
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (kualitatif) karena data yang
digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari pengadilan agama melalui proses
wawancara. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer
adalah para hakim pengadilan yang di wawancarai dan sumber data sekunder yaitu
buku-buku pendukung tentang poligami. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir
deduktif induktif.
Hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa hakim Pengadilan Agama di
jawa timur dalam isbat nikah poligami putusan Nomor: 0164.pdt.G/2013/PA.Prob
tidak mengabulkan isbat nikah bagi nikah poligami tersebut menggunakan Undangundang Nomor 1 Th.1974 tentang perkawinan, berdasarkan Undang-undang Nomor
1 Th.1974 Pasal 43 ayat (1) anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dalam Kompilasi
Hukum Islam Pasal 56 suami yang hendak beristri lebih dari seorang harus mendapat
izin dari Pengadilan Agama, jika tanpa izin dari Pengadilan Agama maka
perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga, keempat, tidak mempunyai

kekuatan hukum. Dalam Peraturan Pemerintah R.I Nomor 45 Th.1990 tentang
perubahan atas PP Nomor 10 Th.1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian bagi
Pegawai Negeri Sipil, perkawinaan dan perceraian yang dilakukan oleh PNS harus
mendapat izin dari atasan sesuai hirarki instansi.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran: Diharapkan
kepada para hakim yang menangani perkara-perkara perkawinan khususnya
permohonan isbat nikah poligami untuk lebih teliti dalam memutuskan perkara
permohonan isbat nikah, agar para pihak tidak mendapatkan akibat buruk dari
putusan tersebut dan anak hasil dari pernikahan poligami secara siri tersebut
mendapatkan perlindungan hukum, sehingga hak-hak keperdataannya terpenuhi.
v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 14
C. Rumusan Masalah................................................................ 15
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 16
E. Tujuan Penelitian................................................................. 20
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................. 21
G. Definisi Operasional ............................................................ 22
H. Metode Penelitian................................................................ 23
I. Sistematika Pembahasan ..................................................... 27
BAB II LEGALISASI PERNIKAHAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP STATUS ISTRI DAN ANAK PASCA
PENOLAKAN PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI
A. Isbat Nikah
1. Pengertian isbat nikah ................................................... 29
2. Syarat dan rukun isbat nikah ......................................... 31
3. Dasar hukum isbat nikah ............................................... 33


ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pecatatan Perkawinan
1. Pengertian pencatatan perkawinan................................ 35
2. Tujuan pencatatan perkawinan ..................................... 37
C. Poligami
1. Dasar hukum poligami................................................... 38
2. Poligami non PNS ......................................................... 44
3. Poligami PNS ................................................................ 46
BAB III PANDANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA DI JAWA
TIMUR TENTANG STATUS ISTRI DAN ANAK PASCA
PENOLAKAN PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama di Jawa Timur
1. Letak geografis ............................................................... 50
2. Tupoksi pengadilan agama ............................................. 51
B. Uraian Pandangan Hakim Pengadilan Agama di Jawa
Timur tentang status istri dan anak pasca penolakan

isbat nikah poligami
1. Pandangan hakim pengadilan agama Probolinggo ......... 52
2. Pandangan hakim pengadilan agama Sidoarjo ............... 55
3. Pandangan hakim pengadilan agama Lamongan............ 59
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PANDANGAN HAKIM
PENGADILAN AGAMA DI JAWA TIMUR TENTANG
PENOLAKAN PUTUSAN HAKIM PENGADILAN
AGAMA PROBOLINGGO
(Nomor: 0164/pdt.G/2013/PA.Prob)
A. Analisis Yuridis terhadap Pandangan Hakim Pengadilan
Agama di Jawa Timur tentang Status Istri dan Anak Pasca
Penolakan Perkara Isbat Nikah Poligami ............................ 64

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Solusi

dan


Akibat

Hukum

yang

Ditimbulkan

dari

Perkawinan Poligami ........................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 75
B. Saran .................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Peradilan agama merupakan salah satu badan peradilan yang ada di
Indonesia dan peradilan agama diperuntukkan bagi orang-orang yang
beragama Islam. Dalam peradilan agama terdapat dua macam pengadilan,
yaitu pengadilan agama (PA) dan pengadilan tinggi agama (PTA). Peradilan
agama merupakan juga salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dalam
menerima, memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara
perdata tersebut bagi rakyat atau orang-orang yang beragama Islam untuk
menegakkan hukum dan keadilan. Perkara perdata tertentu yang dimaksud
diatas adalah perkara-perkara dalam bidang perkawinan, kewarisan, wasiat,
hibah, wakaf, dan sedekah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. 1
Perkawinan merupakan Sunah Nabi Muhammad Saw. Sunnah
diartikan secara singkat adalah mencontoh tingkah laku Nabi Muhammad
saw. Perkawinan diisyaratkan supaya manusia mempunyai keturunan dan
keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Dibawah

naungan cinta kasih dan rida Allah Swt.
Agama Islam yang diturunkan oleh Allah Swt, sebagai pembawa
rahmat bagi seluruh alam, yang mengatur segala sendi kehidupan manusia di
1

Bambang Waluyo, Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
1992), 42.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

alam semesta ini, di antara aturan tersebut adalah hukum mengenai
perkawinan. Allah mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan
primer, yaitu mempertahankan keturunan, manusia terbebani tanggung jawab
untuk membina keluarga dan pendidikan generasi.
Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya sebuah institusi kecil
dalam keluarga. Perkawinan sangat penting bagi kehidupan manusia
perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah,

pergaulan antara laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Pergaulan rumah tangga dibina
dalam suasana damai, tentram dan kasih sayang antara suami, istri dan anak.
Anak dari hasil perkawinan menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus
merupakan anugerah dari Allah Swt.2
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 3 Dari pengertian
tersebut untuk mewujudkan keluarga yang bahagia landasan utama yang perlu
dibangun antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri adalah adanya
hak dan kewajiban diantara keduanya. Untuk itulah harus diadakan ikatan
pertalian yang kokoh dan langgeng melalui perkawinan.
2

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), 10.
Kompilasi Hukum Islam dilengkapi dengan Undang-undang Nomor.1 Tahun 1974, (Tim Permata
Press), 78.
3


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah
tangga dan keluarga sejahtera bahagia dimana kedua suami istri memikul
amanah dan tanggung jawab. Bagaimanapun juga suatu perkawinan yang
sukses tidak dapat diharapkan dari mereka yang masih kurang matang,
melainkan menuntut kedewasaan dan tanggung jawab serta kematangan psikis
dan mental, untuk itu suatu perkawinan haruslah diawali dengan suatu
persiapan yang matang pula. 4
Tentang duduk perkara, bahwa si PEMOHON I (suami) dan
TERMOHON (istri) telah melangsungkan pernikahan pada Tahun 1978, yang
dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama kecamatan
pesantren Kota Kediri dengan kutipan Akta Nikah Nomor: 89/34/19178
Tanggal 26 Februari 1978. Bahwa pemohon dan termohon selama dalam
pernikahan tersebut telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan
telah dikaruniai dua orang anak, dan pada Tahun 2013 terjadi perceraian
sebagaimana oleh pasangan suami istri tersebut, dengan kutipan Akta Cerai
yang telah diterbitkan oleh Pengadilan Agama Probolinggo pada Tanggal 16

Januari 2013. Dengan diam-diam tanpa izin dan persetujuan si istri pertama,
sang suami menikah dibawah tangan atau siri dengan perempuan lain. Bahwa
pada Tanggal 25 Desember 1994 PEMOHON I (suami) dan PEMOHON II
(istri siri) melangsungkan pernikahan dibawah tangan dirumah kakak kandung
pemohon II dan selama pernikahan tersebut pemohon bertempat tinggal di
4

Nasiri, Praktik Prostitusi Gigolo Ala Yusuf Al-Qardawi, (Surabaya: Khalista, 2010), 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

rumah milik bersama dan telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri
dan dikaruniai dua orang anak. Empat bulan setelah menikah dibawah tangan
telah lahir anak pertama, anak pertama (lahir 21 April 1995), anak kedua
(lahir 24 Juni 2005). Bahwa pada pernikahan tersebut wali nikahnya adalah
adik kandung pemohon II karena orangtua telah meninggal. Berdasarkan halhal tersebut di atas para pemohon mengajukan permohonan isbat nikah
poligami ke Pengadilan Agama kabupaten Kota Probolinggo pada Tanggal 01
Mei 2013. Dan dengan pertimbangan-pertimbangan hukum yang sudah diatur
dalam hukum perkawinan di Indonesia, dengan landasan teori Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), atas
pertimbangan hakim, maka hakim Pengadilan Agama Probolinggo tidak dapat
mengabulkan permohonan isbat tersebut.5
Isbat nikah adalah cara yang dapat ditempuh oleh pasangan suami istri
yang telah menikah secara sah menurut hukum agama untuk mendapatkan
pengakuan dari negara atas pernikahan yang telah dilangsungkan oleh
keduanya sebelum adanya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, sehingga
pernikahannya tersebut berkekuatan hukum. Cukup banyak masyarakat yang
mengajukan isbat nikah, yaitu permohonan pengesahan nikah yang diajukan
ke pengadilan untuk dinyatakan sah-nya pernikahan dan memiliki kekuatan
hukum.

5

Direktori
Putusan
0164/pdt.G/2013/PA.Prob.

Mahkamah

Agung

Republik

Indonesia,

Putusan

Nomor:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Pernikahan siri oleh masyarakat umum sering diartikan sebagai
berikut:6
1.

Pernikahan tanpa wali. Pernikahan ini dilakukan secara rahasia (siri),
dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju atau karena menganggap
absah pernikahan tanpa wali atau hanya karena ingin memuaskan nafsu
syahwat belaka tanpa mengindahkan lagi ketentuan-ketentuan syariat.

2.

Pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan dalam
lembaga pencatatan negara.
Sedangkan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan

siri antara lain: 7
1.

Nikah siri dilakukan karena hubungan yang tidak direstui oleh orangtua
kedua belah pihak atau salah satu pihak.

2.

Nikah siri dilakukan karena adanya hubungan terlarang, misalnya salah
satu atau kedua belah pihak sebelumnya pernah menikah secara resmi dan
telah mempunyai istri dan anak yang resmi, tetapi ingin menikah lagi
dengan orang lain.

3.

Nikah siri dilakukan dengan dalih menghindari dosa karena zina.

4.

Nikah siri dilakukan karena pasangan merasa belum siap secara materi
dan secara sosial.

6

Muhammad Quraish Shihab, 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati,
2010), 557-558.
7
Abdul Djalil, Fiqh Rakyat; Pertautan Fiqh dengan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKIS, 2000), 289.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

5.

Nikah siri dilakukan karena pasangan memang tidak tahu dan tidak mau
tahu prosedur hukum.

6.

Nikah siri dilakukan hanya untuk penjajagan dan menghalalkan hubungan
badan saja. Bila setelah menikah ternyata tidak ada kecocokan, maka
akan mudah menceraikannya tanpa harus melewati prosedur yang
berbelit-belit di persidangan.
Pada kejelasan tersebut dapat dipahami bahwa pentingnya pencatatan

perkawinan bertujuan untuk terlaksananya tertib administrasi supaya tidak
terjadi ketidakjelasan status dalam suatu perkawinan dan perkawinan tersebut
memiliki perlindungan hukum bila suatu waktu terjadi sengketa. Namun fakta
yang sedang terjadi saat ini adalah ketidak patuhan yang dilakukan beberapa
masyarakat dalam melakukan pernikahan atau perkawinan dengan tidak
melakukan pencatatan sebagaimana telah ditentukan dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974, seperti nikah siri. Sehingga hal itu menimbulkan
berbagai akibat pada kehidupan perkawinan seseorang yang tidak sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku atau dapat disebut perkawinan yang
tidak taat hukum.
Dalam pertimbangan Islam perkawinan merupakan suatu ibadah dan
merupakan sunatullah dan sunah Nabi Muhammad Saw. Sunah Allah berarti
menurut kodrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam semesta ini
sedangkan sunah Rasul berarti mengikuti tradisi yang dilakukan oleh Nabi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Muhammad Saw yang telah dilakukan oleh dirinya sendiri dan untuk
umatnya. 8 Dalam ayat Al-quran surah An-nisa’ ayat 1:

‫يأي االناس اتق ا ب م ال خ ق م من نفس آحد خ ق من ا ج ا بث‬
‫من ا جا كثي ً ا نسآ ًء آتق آ ّ آل تسآءل به آاأ حا إ آل كا‬
‫ع ي م قي ًا‬
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.(Annisa’ ayat 1).9
Sebagi makhluk yang dimuliakan oleh Allah Swt., manusia memiliki
akal, peradaban, budaya, dan norma-norma sosial yang berlaku memiliki,
bahkan sistem nilai yang diambil dari suatu agama, misalnya dari Islam. 10
Ketentuan undang-undang yang mengatur perkawinan di Indonesia,
diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mewajibkan bahwa
perkawinan itu harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dimana ia
bertempat tinggal, sebagaimana Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2
yaitu ayat (1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

8

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007), 41.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-HikmahAl-Quran dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro), 77.
10
Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-undang, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008), 142.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, (2) Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 11
Seiring dengan perkembangan zaman undang-undang tersebut mulai
menampakkan kelemahanya. Pada dasarnya Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan merupakan sumber hukum materiil dalam
lingkungan peradilan. Namun saat ini dalam perkara

peradilan tidak

sepenuhnya merujuk pada undang-undang tersebut.
Sebagai contoh dalam masalah isbat nikah dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) dalam Pasal 7 (ayat 3d) dijelaskan bahwa isbat nikah yang
diajukan ke pengadilan agama terbatas ketika “Adanya perkawinan yang
terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974”. 12
Artinya jika mengacu kepada Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam
Pasal 7 (ayat 3d) & Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ketika seseorang
menikah sebelum adanya undang-undang perkawinan tersebut (sebelum tahun
1974) maka diperkenankan untuk melakukan isbat nikah, karena pada saat itu
tidak ada aturan tentang pencatatan nikah. Akan tetapi setelah adanya undangundang perkawinan tersebut maka pihak yang menikah siri (nikah di bawah
tangan) dilarang untuk melakukan isbat nikah.
Akan tetapi fakta yang terjadi saat ini banyak sekali perkara isbat
nikah yang masuk dalam lingkungan peradilan agama walaupun pernikahan
11
12

Ibid., 78.
Ibid., 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

siri tersebut terjadi setelah adanya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.
Salah satu tujuan utama disahkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
adalah sebagai upaya penertiban hukum terhadap pernikahan yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah
dengan pencatatan nikah. Dengan adanya pencatatan nikah ini, sebagai
konsekuensinya masyarakat akan mendapatkan pengakuan yang sah oleh
hukum terhadap pernikahan tersebut dan akan mendapatkan perlindungan
hukum jika suatu saat nanti terjadi sengketa hukum terkait dengan perceraian,
pembagian waris, wakaf, dan lain sebagainya.
Seperti yang telah tercantum dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974, dalam Pasal 2 dijelaskan, ayat (1) berbunyi “Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut masing masing agamanya dan kepercayaannya
itu”. Sedangkan dalam Pasal 2 ayat (2) dijelaskan “Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.13
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) dan (2)
tersebut mempunyai makna bahwa sesungguhnya setelah terbitnya Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tidak ada lagi pernikahan yang tidak dicatatkan
di Kantor Urusan Agama (KUA). Hal tersebut juga sebagai penertiban
pernikahan,

dengan

tidak

dicatatkannya

sebuah

pernikahan

akan

menimbulkan dampak dimasyarakat.
13

Ibid., 78.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Kemudian kemunculan Pasal 7 ayat (3e) dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) tampaknya memberikan celah hukum sehingga seorang hakim
mempunyai pertimbangan khusus dalam mengabulkan perkara isbat nikah
dimana dalam pasal tersebut dijelaskan : “Perkawinan yang dilakukan oleh
mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974”.
Pada dasarnya isbat nikah merupakan penetapan yang dikeluarkan
oleh negara terhadap keabsahan suatu perkawinan yang dilakukan secara sah,
adanya isbat nikah merupakan jalan keluar yang diberikan negara bagi mereka
yang tidak mempunyai akta nikah. Akan tetapi perkawinan yang dapat di
isbatkan hanya terbatas dalam hal-hal sebagaimana dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) Pasal 7 ayat (3) yang berbunyi:
a) Adanya perkawinan dalam rangka menyelesaikan perceraian.
b) Hilangnya akta nikah.
c) Adanya keraguan sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan.
d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan,
e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.14
Masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana isbat nikah yang di
akibatkan karena tidak mempunyai surat izin poligami. Dalam masalah ini
14

Ibid., 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

terdapat kasus isbat nikah yang diajukan, tetapi permohonan isbat nikah
tersebut ditolak oleh pengadilan agama. Terkait dengan hal tersebut
bagaimana status istri dan anak yang disebabkan ditolaknya atau tidak
dikabulkanya isbat nikah tersebut. Padahal sudah jelas didalam Al-quran
tentang perlindungan wanita dan hak-hak wanita, jika isbat nikah yang
diajukan ditolak, sudah pasti hak-hak wanita tidak bisa didapat dan perasaan
seorang wanita pasti merasa kecewa dan tidak adil bagi dirinya.
Menurut sejumlah penelitian, isbat nikah merupakan salah satu sarana
bagi pelaku-pelaku pelanggar undang-undang perkawinan. Peluang isbat
nikah ditambah dengan pengetahuan yang rendah, bahkan tidak paham dari
pihak lain, menjadi pintu luang bagi pelanggar. Mengaku calon istri dan anak
sudah hamil menjadi lowongan poligami lewat isbat nikah. Mengaku sudah
lahir anak yang kelak tidak jelas status hukum orangtuanya menjadi alasan
lagi untuk poligami lewat isbat nikah. Masih banyak modus-modus hampir
sama untuk tujuan sama. Karena itu, ketegasan para penegak hukum (hakim)
untuk bertindak tegas atau minimal kecerdasan untuk menyeleksi mana yang
masih pantas diberi isbat nikah.
Semestinya para hakim dan tokoh masyarakat, ustad, kiai, mubalig,
meletakkan undang-undang perkawinan sebagai hukum (fikih) Islam
Indonesia. Sehingga undang-undang inilah sebagai fikih Islam yang
diberlakukan di Indonesia, sama status dan otoritasnya dengan hukum (fikih)
Islam konvensional yang dikonsepkan para imam mazhab di zamannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Sehingga tidak ada lagi istilah sah menurut agama tetapi belum menurut
negara. Dengan ungkapan lain, undang-undang itulah hukum Islam (agama)
sekaligus hukum negara.
Adapun dalam perkawinan Indonesia, undang-undang telah mengatur
syarat-syarat perkawinan baik yang menyangkut orangnya, kelengkapan
administrasi, prosedur pelaksanaanya, dan mekanismenya. 15 Apabila suatu
perkawinan telah memenuhi seluruh syarat dan rukun yang telah ditentukan,
maka perkawinan dapat dikatakan sah. Akan tetapi, selain terpenuhinya syarat
dan rukun perkawinan, perkawinan tersebut harus terlepas dari segala hal
yang menjadi penghalang. Hal ini disebut sebagai larangan dalam perkawinan.
Larangan perkawinan adalah orang-orang yang tidak boleh melakukan
perkawinan yaitu perempuan-perempuan mana saja yang tidak boleh dikawini
oleh seorang laki-laki, maupun sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak
boleh dikawini oleh seorang perempuan.
Apabila terjadi perkawinan yang melanggar larangan perkawinan atau
tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun perkawinan, maka perkawinan
tersebut tidak sah dan dapat di batalkan. Pembatalan perkawinan adalah
pembatalan ikatan perkawinan oleh pengadilan agama berdasarkan tuntutan
istri dan anak atau suami yang dapat dibenarkan pengadilan agama atau
karena perkawinan yang telah telanjur menyalahi hukum perkawinan. 16 Pasal

15
16

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta 1994), 40.
Ibid., 242.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, menyatakan bahwa perkawinan
dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan
untuk melangsungkan perkawinan.17
Dalam skripsi ini peneliti mengambil tempat untuk melakukan
penelitian lapangan di Pengadilan Agama Kota Probolinggo, bahwa pasangan
suami istri yang menikah setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 tahun
1974 akan tetapi tidak tercatat di KUA.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
penolakan isbat nikah tersebut yang dalam hal ini secara komprehensif penulis
menuangkannya kedalam bentuk karya skripsi yang berjudul: “Analisis
Yuridis terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang
Status Istri dan Anak Pasca Penolakan Perkara Isbat Nikah Poligami”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
Judul skripsi “Analisis Yuridis terhadap Pandangan Hakim
Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang Status Istri dan Anak pasca
Penolakan Perkara Isbat Nikah Poligami” dari latar belakang masalah ini,
identifikasi sebuah masalah diantaranya :

17

a.

Definisi dari isbat nikah berdasarkan undang-undang yang berlaku.

b.

Faktor-faktor yang menyebabkan isbat nikah.

Ibid., 84.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

c.

Dampak terhadap perkawinan poligami secara siri.

d.

Akibat hukum dari perkawinan poligami secara siri.

e.

Pandangan hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang status istri
dan anak pasca penolakan isbat nikah poligami.

f.

Analisis yuridis terhadap pandangan hakim Pengadilan Agama di Jawa
Timur tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami.

2. Batasan masalah
Untuk

menghindari

munculnya

berbagai

permasalahan

diluar

pembahasan skripsi ini, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai
berikut :
a.

Pandangan hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang status
istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah poligami.

b.

Analisis yuridis terhadap pandangan hakim Pengadilan Agama di Jawa
Timur tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat
nikah poligami.

C. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas dapat di ketahui bahwa pokok yang
ingin di kaji adalah :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

1.

Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur
tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami?

2.

Bagaimana analisis yuridis terhadap pandangan hakim Pengadilan
Agama di Jawa Timur tentang status istri dan anak pasca penolakan
perkara isbat nikah poligami?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar permasalahan yang akan
diteliti. Kajian pustaka dilakukan untuk menegaskan bahwa kajian penelitian
yang ditulis sama sekali bukan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau
penelitian sebelumnya, berikut data yang berhasil diperoleh terkait penelitian
yang terdahulu. 18
Kajian pustaka digunakan untuk menguji keabsahan suatu penelitian
karena dikhawatirkan bahwa penelitian ini sudah pernah ada yang melakukan
penelitian atau belum. Berdasarkan penelusuran karya ilmiah yang penyusun
lakukan, ada beberapa karya ilmiah yang membahas masalah isbat nikah
diantaranya:

18

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk dan Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

1.

Skripsi Mohammad Roqib (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
2015), dengan judul “Analisa Hukum Islam Terhadap Penolakan isbat
nikah Siri bagi suami yang sudah beristri dan anak (Studi putusan
Pengadilan

Agama

Nganjuk

Nomor:

1339/Pdt.G/2013/PA.Ngj)”,

membahas bagaimana dasar pertimbangan hukum penolakan hakim
terhadap ithbat nikah siri bagi suami yang sudah beristri dan anak, hasil
yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini, bahwa pertimbangan dan
dasar hukum yang digunakan hakim dalam menetapkan perkara isbat
nikah ialah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
Islam. Dengan demikian hakim menolak permohonan isbat nikah karena
pada kasus ini menurut majlis hakim tergolong perkara poligami.
Pertimbangan hukum yang digunakan hakim hanya bertendensi pada
aspek yuridis semata tanpa mempertimbangkan maqasid al-shari‘ah
maksud yang terkandung yaitu kemaslahatan umat manusia. 19
2.

Skripsi Arianti yang berjudul “Tinjauan yuridis Terhadap Isbat Nikah
Poligami Tanpa Izin Pengadilan Agama Bangkalan”. Pembahasan dalam
penelitian ini yaitu studi analisis putusan hakim, dari tiga perkara putusan
kemudian bagaimana pertimbangan hakim memutuskan perkara isbat
nikah poligami sehingga hakim menolak perkara isbat nikah. Dari
penelitian

ini

menyimpulkan

bahwa

hakim

tidak

mengabulkan

19

Mohammad roqib, Analisis Hukum Islam terhadap penolakan Isbat Nikah Siri bagi Suami yang
Sudah beristri Studi Putusan Pengadilan Agama Nganjuk Nomor:1339/Pdt.G.2013/PA.Ngj, (SkripsiUIN-Sunan Ampel-Surabaya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

permohonan isbat nikah, sebab tidak adanya surat izin poligami, dimana
ketentuan surat izin poligami tidak terakomodir dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) Pasal 7. 20
3.

Skripsi Nur Afifah yang berjudul “Studi Analisis Terhadap Putusan
Pengadilan Agama Jombang tentang Status Anak dari pembatalan
perkawinan

Nomor

1433/pdt.G/2008/PA.Jbg”.

Pembahasan

dalam

penelitian ini adalah pembatalan perkawinan terjadi karena istri dan
anaknya masih terikat perkawinan dengan laki-laki lain. Oleh karena itu
Pengadilan Agama membatalkan perkawinan tersebut dengan bukti-bukti
otentik yang sudah diperiksa oleh para Hakim. Adapun tentang status
hukum anak dari pembatalan perkawinan menurut Undang-undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
bahwa anak tersebut tetap dinasabkan kepada kedua orang tuanya karena
hukum tidak berlaku surut terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan
yang dibatalkan tersebut.21
4.

Skripsi Agung Yusfantoro, yang berjudul “Akibat Hukum Pembatalan
Perkawinan Terhadap Status Anak dan Harta bersama (Studi kasus di
Pengadilan Agama Kabupaten Kediri). Skripsi ini menyimpulkan bahwa
status anak yang lahir sebagai akibat pembatalan perkawinan dianggap

20

Ariyanti, Tinjauan Yuridis Terhadap Isbat Poligami Tanpa Izin Pengadilan Agama Bangkalan,
(Skripsi-UIN-Sunan Ampel-Surabaya, 2015).
21
Nur Afifah, Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Jombang tentang Status Anak dan
pembatalan
Perkawinan
Nomor.1433/pdt.G/2008/PA.Jbg,
(Skripsi-IAIN
Sunan
Ampel,
Surabaya,2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

sebagai anak sah dan pembatalan perkawinan tersebut tidak berlaku surut
bagi anak yang lahir sebelum adanya pembatalan, sehingga berhak atas
pemeliharaan, pembiayaan serta waris dari kedua orangtuanya. Adapun
terkait harta bersama dalam putusan ini untuk pembagianya diserahkan
sesuai dengan kesepakatan masing-masing.22
Sedangkan dalam pembahasan penelitian ini berbeda dengan
pembahasan yang dilakukan sebelum-sebelumnya. Berdasarkan beberapa
penelitian tersebut, penulis memilih wawancara hakim secara langsung,
terkait

pandangan

hakim

atas

pertimbangan-pertimbangan

tidak

mengabulkanya permohonan, sehingga sangat berbeda dengan analisis
putusan yang dibahas sebelum-sebelumnya, maka penulis memilih judul
“Analisis Yuridis terhadap Pandangan Hakim Pengadilan Agama di Jawa
Timur tentang status Istri dan Anak pasca Penolakan Perkara Isbat Nikah
poligami” dengan alasan karena belum pernah dibahas oleh peneliti terdahulu
terkait pandangan hakim setelah mempertimbangkan ditolaknya permohonan
isbat nikah, sehingga penulis mengangkat kasus di Pengadilan Agama
Probolinggo.
Pembahasan penelitian ini nantinya lebih kepada dampak dari
penolakan isbat nikah poligami yang dilakukan secara siri terhadap status istri

Agung Yusfantoro, “Akibat Hukum pembatalan Perkawinan terhadap Status Anak dan Harta
bersama, (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kabupaten Kediri)” Skipsi Universitas Islam Kediri,
Kediri, 2012).

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dan anak, dalam ruang lingkup Pengadilan Agama di Jawa Timur. Penulis
memilih tiga Kota di Jawa Timur (Sidoarjo-Probolinggo-Lamongan) untuk
mewakili dari pendapat pandangan hakim diambil tiga sampel zona sudah
dirasa cukup, dengan alasan jumlah pengadilan agama di Jawa Timur ada 37
Pengadilan Agama, dibagi dalam lima zona, diantaranya:
1. Zona metropolis : Surabaya, Sidoarjo, Malang, Kodya malang
2. Zona tapalkuda

:

Pasuruan,

Probolinggo,

Jember,

Bondowoso,

Situbondo, Banyuwangi, Lumajang, Bangil, Kraksaan.
3. Zona pantura

: Gersik, Bawean, Lamongan, Tuban.

4. Zona Mataraman : Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Blitar, Pacitan,
Ponorogo, Magetan, Madiun, Trenggalek, Kodya madiun, Kodya Kediri,
Bojonegoro, Mojokerto, Jombang, Ngawi.
5. Zona Blok-M

:

Bangkalan,

Pamekasan,

Sampang,

Sumenep,

Kangean.

E. Tujuan Penelitan
Selanjutnya penelitian skripsi ini bertujuan untuk memenuhi tugas
akademik guna memperoleh gelar sarjana dalam fakultas syariah dan hukum,
juga didorong oleh beberapa tujuan penelitian yang berkaitan dengan isi
rumusan masalah diatas, antara lain:
1. Untuk mengetahui dasar hukum hakim dalam mempertimbangkan dan
memutuskan, serta memberi gambaran yang jelas dan pemahaman yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

mendalam tentang bagaimana pertimbangan hakim dan dasar hukum
hakim menolak permohonan isbat nikah poligami.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana analisis yuridis terhadap
pertimbangan hakim menolak permohonan isbat nikah poligami.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Untuk memberikan hasil penelitian yang berguna, serta diharapkan
mampu menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi
pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka peneliti ini sekiranya
bermanfaat diantaranya:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai tentang perkawinan poligami atau siri (perkawinan
bawah tangan), yang tidak memiliki bukti otentik. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya isbat nikah supaya memperoleh pengesahan nikahnya
dan memiliki kekuatan hukum. Dengan adanya perkawinan yang tidak
dicatatkan

dalam

Kantor

Urusan

Agama

(KUA),

maka

akan

menimbulkan dampak di masyarakat.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
ilmu pengetahuan hukum, dan memberikan manfaat praktis terhadap
pihak-pihak yang membutuhkan, baik sebagai pegangan selanjutnya
maupun sebagai bahan penyuluhan dalam bidang perkawinan khususnya
terkait dengan status istri dan anak setelah penolakan isbat nikah atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

tidak dikabulkannya permohonan isbat nikah. Bagi lembaga peradilan
agama, penelitian ini diharapkan sebagai informasi pengetahuan agar
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan perkara isbat
nikah.
G. Definisi Operasional
Skripsi ini berjudul: “Analisis Yuridis terhadap Pandangan Hakim
Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang Status Istri dan Anak Pasca
Penolakan Perkara Isbat Nikah Poligami”
Agar memudahkan pemahaman dan tidak menimbulkan banyak
penafsiran bagi para pembaca maka penulis perlu untuk mengemukakan atau
mendefinisikan beberapa istilah yang menjadi variabel ataupun konsep dalam
penelitian ini. 23 Istilah-istilah yang terkait dalam masalah tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Analisis Yuridis: Metode penelitian yang ingin menyelidiki hal-hal yang
berhubungan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi
Hukum Islam (KHI) , Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, PP
Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan atas PP Nomor 10 Tahun 1983.
2. Pandangan Hakim: Pendapat yang berdasar pada pengetahuan hakimhakim di Pengadilan Agama di Jawa Timur (Sidoarjo-ProbolinggoLamongan) tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat
nikah poligami.
23

Andi Prastowo, Memahahi Metode-Metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), 115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

3. Status Istri dan Anak : Keadaan atau kedudukan istri dan anak pasca
penolakan isbat nikah poligami oleh pengadilan agama atau karena
perkawinan yang telah terlanjur menyalahi hukum perkawinan.
4. Isbat Nikah Poligami: Sebuah proses permohonan pengesahan nikah
poligami yang telah dilakukan secara siri dan diajukan ke pengadilan
agama untuk dinyatakan sah-nya sebagai bukti keabsahan pernikahan yang
telah dilakukan dan memiliki kekuatan hukum.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu data yang
dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta yang berkaitan
langsung dan tidak langsung dengan pertimbangan hakim pengadilan agama
di jawa timur tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami.
Dalam

pengumpulan

bahan/data

penyusun

skripsi

ini

agar

mengandung suatu kebenaran yang objektif, penulis menggunakan metode
penelitian kuantitatif:
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, agar
dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggung jawabkan
tentang kualitas mutunya maka penulis membutuhkan data sebagai
berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

a. Data yang terkait pandangan hakim pengadilan agama di Jawa Timur
tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami.
b. Data yang terkait dasar hukum hakim pengadilan agama di Jawa Timur
tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
tersebut dapat diperoleh. Dari data yang akan dikumpulkan di atas, maka
sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data utama, atau dapat disebut
juga dengan sumber data pokok yang akan dikaji. Sumber data primer
dalam skripsi ini adalah hakim-hakim pengadilan agama di Jawa
Timur, mengambil tiga sampel (Sidoarjo-Probolinggo-Lamongan)
dianggap cukup untuk mewakili dari lima zona yang ada di Jawa
Timur diantaranya: Zona metropolis, tapal kuda, mataraman, pantura,
blok-M.

b. Sumber data sekunder

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang
memuat informasi tentang permasalahan yang akan dikupas dalam
penelitian ini. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini
antara lain Kitab Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, PP Nomor 9
Tahun 1975, PP Nomor 10 Tahun 1983 jo PP Nomor 45 Tahun 1990
(tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS), Kompilasi Hukum
Islam (KHI), dan buku-buku tentang nikah poligami dan siri yang
relevan dan memiliki keterkaitan secara konseptual dan substansional
yang dapat melengkapi sumber data primer, serta dokumen dan arsip.
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara (interview), yaitu teknik memperoleh data dengan tanya
jawab langsung secara lisan dengan Hakim-hakim Pengadilan Agama
di Jawa Timur (Sidoarjo, Probolinggo dan Lamongan). Wawancara ini
dilakukan dengan pokok pertanyaan yang telah disiapkan kemudian
dilanjutkan dengan variasi wawancara yaitu pengembangan dari
wawancara guna memperoleh data yang diperlukan yaitu memperoleh
data dengan menelusuri dan memperoleh dokumen yang berupa bukubuku yang relevan dengan status istri dan anak pasca penolakan
perkara isbat nikah poligami.
b. Dokumentasi (document), yaitu memperoleh data dengan menelusuri
dan memperoleh dokumen yang berupa kitab Undang-undang, buku-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

buku yang relevan dengan status istri dan anak pasca penolakan
perkara isbat nikah poligami.
4. Teknik pengolahan data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa kembali semua data yang
diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai
segi yang meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya,
keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan. 24
b. Memeriksa data hasil wawancara yang diperoleh dapat memberikan
informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti berhubungan
dengan pembahasan tentang Analisis Yuridis terhadap pandangan
hakim pengadilan agama di Jawa Timur tentang status istri dan anak
pasca penolakan perkara isbat nikah poligami.
5. Teknik analisis data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif analisis, yaitu metode yang menggambarkan dan
menjelaskan data secara rinci dan sistematis sehingga diperoleh
pendalaman yang mendalam dan menyeluruh. Kemudian menggunakan
pola pokir deduktif, yaitu menganalisis data yang bertitik tolak dari teori
yang bersifat umum tentang isbat nikah untuk meninjau data yang bersifat
24

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

khusus yaitu pertimbangan hakim pengadilan agama di Jawa Timur
tentang status istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah
poligami.

I. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini agar lebih mudah dipahami dan terperinci
pembahasanya, maka dibuat sistematika penyusunan skripsi ini menjadi
kedalam lima bab. Masing-masing membahas permasalahan yang di uraikan
menjadi beberapa sub bab, antara satu bab dengan bab yang lain saling
berhubungan dan terkait. Adapun beberapa sub bab diantaranya sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Kajian

Pustaka,

Tujuan

Penelitian,

Kegunaan

Penelitian,

Definisi

Opreasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
\

Bab kedua berisi tentang Landasan Teori tentang Isbat Nikah,

pengertian syarat dan dasar hukum, Pencatatan Perkawinan tentang pengertian
dan tujuan, Poligami tentang poligami PNS dan non PNS.
Bab ketiga berisi uraikan tentang hasil wawancara yang meliputi
gambaran umum Pengadilan Agama di Jawa Timur, yang meliputi letak
georgrafis, wilayah yurisdiksi, dan Uraian pertimbangan hakim tentang status
istri dan anak pasca penolakan Isbat Nikah Poligami.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Bab keempat yang membahas kajian analisis yuridis terhadap
pertimbangan Hakim-hakim Pengadilan Agama di Jawa Timur tentang status
istri dan anak pasca penolakan perkara isbat nikah poligami dan Solusi serta
akibat hukum yang ditimbulkan.
Bab kelima berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LEGALISASI PERNIKAHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STATUS
ISTRI & ANAK PASCA PENOLAKAN PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI
A. Isbat Nikah
1. Pengertian isbat nikah
Isbat nikah adalah pengesahan atas perkawinan yang telah
dilangsungkan menurut syariat agama Islam, akan tetapi tidak dicatat
oleh Kantor Urusan Agama (KUA) atau Pegawai Pencatat Nikah (PPN)
yang berwenang (Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor:
KMA/032/SK/2006

tentang

Pedoman

Pelaksanaan

Tugas

dan

Administrasi Pengadilan).
Pada dasarnya isbat nikah adalah penetapan atas perkawinan
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agama Islam yaitu sudah
terpenuhinya syarat dan rukun nikah. Tetapi pernikahan yang terjadi
pada masa lampau ini belum atau bahkan tidak dicatatkan ke pejabat
yang berwenang, dalam hal ini pejabat KUA (Kantor Urusan Agama)
yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN).1
Isbat nikah yang diajukan ke pengadilan agama terbatas
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

1

Burhanuddin, NIKAH SIRI menjawab semua Pertanyaan tentang Nikah Siri, (Jakarta: Media
Pressindo, 2015), 1.

29
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b. Hilangnya akta nikah;
c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat
perkawinan;
d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 dan;
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai
halangan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974.2
Isbat (penetapan) merupakan produk pengadilan agama, dalam
arti bukan pengadilan yang sesungguhnya dan diistilahkan dengan Juris
diktio Voluntair. Dikatakan bukan peradilan yang sesungguhnya karena,
di dalam perkara ini hanya ada pemohon, yang memohon untuk
ditetapkan tentang sesuatu yaitu penetapan nikah.
Perkara voluntair adalah perkara yang sifatnya permohonan dan
didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada lawan. Produk
perkara voluntair ialah penetapan. Nomor perkara permohonan diberi
tanda P, misalnya: Nomor 125/Pdt.P/1996/PA/Btl.

2

Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2012), 325.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Pada dasarnya perkara permohonan tidak dapat diterima, kecuali
kepentingan undang-undang menghendaki demikian. Perkara voluntair
yang diajukan ke Pengadilan Agama seperti:
a. Penetapan wali pengampu bagi ahli waris yang tidak mampu untuk
melakukan tindakan hukum;
b. Penetapan pengangkatan wali;
c. Penetapan pengangkatan anak;
d. Penetapan nikah (isbat nikah);
e. Penetapan wali adhal.
Yang berhak mengajukan permohonan isbat nikah ialah suami atau istri,
anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan
perkawinan itu.3
2. Syarat dan rukun isbat nikah
Tentang syarat isbat nikah ini tidak dijelaskan dalam kitab fikih
klasik maupun kontemporer. Akan tetapi syarat isbat nikah ini dapat
dianalogikan dengan syarat pernikahan. Hal ini karena isbat nikah
(penetapan nikah) pada dasarnya adalah penetapan suatu perkawinan
yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam
syariat Islam. Bahwa perkawinan ini telah dilakukan dengan sah yaitu
telah sesuai dengan syarat dan rukun nikah tetapi pernikahan ini belum
3

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996),
41.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

dicatatkan ke pejabat yang berwenang yaitu Pegawai Pencatat Nikah
(PPN).4
Rukun dan syarat perkawinan, dalam Pasal 14 KHI yang berbunyi

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24