Proposal TPP Tahap Pengenalan Profesi (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik organisme manusia. Tubuh
manusia terdiri atas kepala, leher, batang badan, anggota gerak atas, dan anggota gerak
bawah.

Pada

saat

manusia

mencapai kedewasaan,

tubuh

terdiri

dari


hampir

100.000.000.000 sel. Masing-masing merupakan bagian sistem organ yang dirancang untuk
melakukan

fungsi

kehidupan

yang

esensial.

Sistem

organ

tubuh

termasuk


kardiovaskular, pencernaan, pernapasan, reproduksi, dan muskuloskeletal (Anderson,1999).
Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, seperti
berjalan, berlari, menari dan lain-lain. Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia
didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ
sistem gerak, yaitu rangka (tulang), persendian, dan otot. Alat gerak manusia ada dua macam,
yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif ialah rangka tubuh, sedangkan alat
gerak aktif ialah otot. Semua aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari organ-organ yang
membentuk sistem tubuh tersebut .
Banyaknya aktivitas yang dilakukan manusia tanpa disadari dapat menurunkan fungsi
dari masing-masing sistem tubuh. Manusia memiliki pekerjaan yang sangat beragam, mulai
dari pekerja kantoran sampai dengan pekerja serabutan. Masing-masing pekerjaan melibatkan
sistem tubuh yang berbeda. Contohnya Palembang, Sumatera Selatan, dapat kita jumpai
penenun kain songket yang merupakan kain khas daerah yang bernilai tinggi. Penenun kain
songket merupakan pekerjaan yang melibatkan anggota gerak atas dan bawah. Penenun kain
songket menghabiskan waktu yang cukup lama untuk duduk dan menggerakan anggota
geraknya demi menghasilkan sebuah kain songket yang indah.
Dengan mempelajari fungsi tubuh dan mengamatinya secara langsung seperti pada
penenun kain songket, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui aplikasi fungsi tubuh
terhadap suatu aktivitas atau pekerjaan. Oleh karena itu, kami mahasiswa kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
dalam blok IV ini dengan judul “Observasi Alat dan Sistem Gerak Tubuh Pada Penenun Kain
Songket”

1

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dirumuskan pada kegiatan
Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini adalah:
1. Bagaimana aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia bagi penenun kain
songket?
2. Apa saja keluhan yang dialami oleh penenun kain songket?

1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan pelaksananaan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini adalah untuk
menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas beserta pembelajaran yang didapat
dari kegiatan ini. Ada tujuan umum dan tujuan khusus :
1. 3. 1 Tujuan umum:
1. Melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Observasi Alat dan Sistem
Gerak Tubuh Pada Penenun Kain Songket”sebagai kompetensi tugas kelompok yang

harus dilakukan dan diselesaikan dalam pembelajaran Blok IV mengenai Sistem
Tubuh Manusia.
1. 3. 2 Tujuan khusus:
1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia bagi penenun kain
songket.
2. Mengetahui keluhan yang berhubungan dengan sistem gerak pada tubuh penenun kain
songket.
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini diharapkan bermanfaat baik bagi pembaca dan penulis. Ada manfaat bagi
pembaca dan manfaat bagi penulis :
Manfaat bagi pembaca:
1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia.
2. Menambah ilmu pengetahuan.
Manfaat bagi penulis:
1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia.
2. Dapat mengidentifikasikomplikasi yang berhubungan dengan sistem gerak pada tubuh
manusia khususnya penenun kain songket.

2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tulang
Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh
kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung
terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.
Pertumbuhan tulang selengkapnya terbentuk pada umur lebih kurang 30 tahun. Setelah
itu ada juga perubahan yang disebut remodelling. Tulang merupakan reservoir terbesar dari
kalsium dan phosphate. 99% kalsium terdapat di tulang (1000 gram) dari jumlah kalsium
tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai 90% dari phosphate dalam tubuh
(Landan, 1980).
Dari segi bentuk, tulang dapat dibagi menjadi tulang pipa (seperti tulang hasta
dan tibia), tulangpipih (seperti tulang rusuk, tulang dada), dan tulang pendek (tulang-tulang
telapaktangan, pergelangan tangan).Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkora
(bagian kepala), dan rangka badan.
Secara umum istilah tulang digunakan merujuk pada kerangka dari hewan tertulang
belakang dan tidak hanya pada kerangka manusia. Bagian tubuh ini, sebagaimana halnya
daging, diunakan pula sebagai bahan dasar hidangan. Hidangan yang memanfaatkan tulang
sebagai bahannya, misalnya saja sup tulang dan ayam tulang lunak.


2.1.1

(Landan, 1980)
Struktur Tulang
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material

yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
1. Periosteum

3

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel
pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan
tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
2. Tulang Kompak (Compact Bone).
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi

padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur
dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak- anak memiliki tulang
yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak
paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan
3. Tulang Spongiosa (Spongy Bone).
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh
sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari
kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
4. Sumsum Tulang (Bone Marrow).
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum
tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel- sel
darah.

4

2.1.2 Susunan Makroskopis Tulang
Secara makroskopis tulang tersusun atas tulang spongiosa dan tulang kompakta.

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai tulang spongiosa dan tulang kompakta.
1. Tulang Spongiosa
Tulang Spongiosa atau tulang seperti spons (L. cancello= membuat kisi-kisi) Tulang
ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai
arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang ronggarongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang
berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang
disebut trabekula.
2. Tulang Kompakta
Tulang yang membentuk masa yang padat tanpa terlihat ruangan. Pars kompakta
teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih
banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang
menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung
kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki
tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
2.1.3 Macam-macam Sel Tulang, Lokasi, serta Fungsinya
1. Osteoblas
Dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada "tulang" dan "janin" atau embrio . Sel ini

bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris
pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian
basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang
menandakan aktif mensintesis protein. Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas
bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE
dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom. Osteoblast yang
mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam
satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau
silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
2. Osteosit

5

merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat
bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabangcabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit
bersama tonjolan- tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat
diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya
aktivitas sintesis


protein

dalam

sitoplasmanya.

Ujung-ujung

tonjolan

dari

osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion- ion diantara osteosit yang
berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan
menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi
osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan
tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara
membantu pemberian nutrisi pada tulang.
3. Osteoklas,

Osteoklas merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali
oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel
osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan
keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan
Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya
microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border).
Gambaran ini dapat dilihat dengan mikroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada
enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan
memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang
terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang
sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang.
Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka
panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis
tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.
4. Sel osteoprogenitor

6

Sel osteoprogenitor merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan
tulang. Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot
skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga
berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki
lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan
jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki
perbedaan pokok antara lain : Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus
seluruh substansi tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi
sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler
tulang selalu mengalami pengapuran.

2.1.4. Pengaruh Hormon Terhadap Pertumbuhan Tulang
1. Hormon pertumbuhan (Growth Hormon)
a. Merupakan efek paling utama dari GH
b. Pertumbuhan tulang dapat berupa penebalan atau pertumbuhan panjang
c. Kedua pertumbuhan tersebut ditingkatkan oleh hormone pertumbuhan
d. Hormone ini merangsang poliferasi tulang rawan epifis shga menyediakan lebih
banyak ruang untuk membentuk tulang dan merangsang aktivitas osteoblas
e. Apabila lempeng epifis telah tertutup,tulang tdk lagi bertambah panjang walaupun
terdapat hormone peertumbuhan
2. Parathyroid hormon (PTH)
Fungsinya mempertahankan konsentrasi serum kalsium pada rentang yang sangat
sempit. Produksi dan release distimulasi oleh naik turunnya kadar kalsium serum.
Target organnya tubulus renal, tulang, dan intestinal.
3. Hormon lain
Estrogen menstimulasi absorbsi kalsium dan melindungi tulang dari pengaruh
PTH.

Efek

hormon

inimenyebabkan

oeteoporosis.Thyroxinmeningkatkan

pembentukan dan resobsi tulang tetapi lebih dominan resorbsi sehingga hyperthyroid
dihubungkan dengan besarnya pembongkaran tulang dan osteoporosis.
2.1.5 Perkembangan dan Regenerasi Tulang
Proses Pembentukan & Pertumbuhan Tulang-Rangka manusia terbentuk pada akhir
bulan kedua atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Tulang yang terbentuk

7

mula-mula adalah tulang rawan (kartilago). Berikut merupakan proses pertumbuhan tulang
pada manusia.
1. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama pada bagian
tengah epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada jaringan ikat pembungkus tulang
rawan.
2. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk sistem Havers. Di
tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang banyak mengandung pembuluh
darah dan serabut saraf.
3. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang.
4. Setelah mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat tulang akan mengeras.
5. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk daerah antara yang
tidak mengalami pengerasan, disebut cakraepifisis.
6. Bagian cakraepifisis terus mengalami penulangan.

Penulangan

bagian

ini

menyebabkan tulang memanjang.
7. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak tulang sehingga tulang
menjadi berongga kemudian rongga tersebut terisi oleh sumsum tulang.
2.1.6 Regenerasi Tulang
Proses regenerasi tulang adalah proses penyembuhan pada tulang. Berikut adalah
tahap-tahap regrenerasi tulang.
1. Inflamasi
Terjadi perdarahan dalam

jaringan

yang

cedera dan

terjadi pembentukan

hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi
karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh
makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi
inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.
2. Proliferasi sel
Hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan
osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak
pertumbuhan melingkar.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.
4. Osifikasi ( penulangan kalus )

8

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah
tulang melalui proses penulangan endokondral.
5. Remodelling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan
waktu berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang
yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus , stress fungsional pada tulang.
2.2

Persendian/Artikulasi
Merupakan hubungan antara 2 buah tulang. Struktur khusus yang terdapat pada

artikulasi yang dapat memungkinkanuntuk pergerakan disebut

dengan sendi. Sendi

merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga
merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya,
sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu:
1. Sendi fibrosa
Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan
sindemosis;
2. Sendi kartilaginosa
Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh
ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan
simpisis.
3. Sendi synovial
Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga
sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang
berwarna kekuningan,

bening,

tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam

hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh
pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi
bagi rawan sendi.

9

(Januarto, OB. 2002)

Artikulasi dapat dibedakkan menjadi:
1. Sinarthrosis
Disebut juga dengan sendi mati.Yaitu hubungan antara 2 tulang yang tidak dapat
digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan dihubungkan
dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang pada tulang- tulang
tengkorak yang disebut sutura/suture.
2. Amfiarthrosis
Disebut juga dengan sendi kaku.Yaitu hubungan antara 2 tulang

yang dapat

digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan cartilago. Dijumpai
pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.
3. Diarthrosis
Disebut juga dengan sendi hidup.Yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat
digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung
tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan
synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi
(Martini, 2001).
2.2.1 Penggolongan Artikulasi/Sendi Diarthrosis
1. Sendi engsel
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah saja.
Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi
pada siku, hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada
lutut.
2. Sendi pelana/sendi sellaris

10

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan kedua arah. Dijumpai pada
hubungan antara Os. Carpal dengan Os. Metacarpal, sendi pada tulang ibu jari.
3. Sendi putar
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu tulang berputar terhadap
tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai pada hubungan antara Os. Humerus
dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.
4. Sendi peluru/endartrosis
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan
bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan
antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
5. Sendi geser
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan pada satu bidang saja atau
gerakan bergeser. Dijumpai pada ruas-ruas Os. Vertebrae, ruas-ruas Os. Metatarsal dan
ruas-ruas Os. Metacarpal.
6. Sendi luncur
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakanbadan melengkung ke
depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar (menggeliat).
7. Sendi gulung
Yaitu hubungan antar tulang yang gerakan tulangnya seolah-olah mengitari tulang
yang lain. Dijumpai pada hubungan Os. Metacarpal dengan Os. Radius.
8. Sendi ovoid
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan berporos dua, dengan
gerak ke kiri dan ke kanan, gerakan maju dan mundur, gerakan muka/depan dan
belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk ovaldanmasuk ke dalam suatu lekuk
yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os. Radius dengan Os. Carpal.
2.3 Otot
Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah sutau penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini
merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang
mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan
memendekkan dirinya kearah tertentu.
Otot merupakan jaringan yang bercirikan mampu berkontraksi, beraktivitas yang
dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril
yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu
filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling bertautan
yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
2.3.1 Macam-macam Otot

11

Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu otot polos, otot
lurik (rangka) dan otot jantung. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tiga golongan
otot secara garis besar:
1. Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan,
dibagian tengan terbesar dankedua ujungnya meruncing. Otot polos memilki serat
yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masingmasing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak
secara teratur, dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja. Otot
polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding usus,
dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran pencernaan, takea, cabang
tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos dalam kulit, saluran kelamin dan
saluran ekskresi
Cara kerja otot polos:
Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot menjadi
pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi
terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter), oleh karena itu otot
polos tidak berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di luar kesadaran kita.

12

2. Otot lurik
Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti banyak, letaknya di
pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50 mikron. Sel otot lurik ujungnya sel
nya tidak menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak homogen akibatnya
tampak serat-serat lintang. Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka,
otot lurik, dan otot lingkar. Otot-otot rangka mempunyai hubungan dengan tulang dan
berfungsi menggerakkan tulang. Otot ini bila di lihat di bawah mikroskop, maka
tampak susunannya serabut-serabut panjang yang mengandung banyak inti sel, dan
tampak adanya garis-garis terang di selingi gelap yang melintang (Ville,1984).
Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termasuk otot-otot lurik berada
di bawah kehendak kita. Perlekatannya pda tulang dan kulit, tetapi ada juga terdapat
dalam kulit seluruhnya. Otot-otot yang merupakan lingkaran di sebuah otot lingkaran,
misalnya otot yang mengelilingi mulut dan mata
Cara kerja otot lurik:
Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap serabut turut dengan
berkontraksi. Otot-otot jeis ini hanya berkontraksi jika di rangsangan oleh rangsangan
daraf sadar (otot valunter). Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut
otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan, karena itu di sebut otot sadar, artinya
bekerja menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap
perangsang cepat tapi tidak tahan kelelahan.
3. Otot jantung
Otot jantung merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot lurik
perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama lain.
Berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di
pengaruhi saraf, fungsi saraf hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi
karena itu disebut otot tak sadar. Otot jantung di temukan hanya pada jangtung (kor),
mempunyai kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan
tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot jantung ini
disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik.
Otot ini hanya terdapat pada otot jantung.Otot ini dikelompokkan tersendiri karena
perbedaan sifatnya denngan kedua kelompok yang lain. Dilihat dari struktur
penampangnya,otot jantung mmirip dengan otot lurik karena adanya warna gelap
terang di sepanjang otot tersebut. Akan tetapi berbeda dengan otot lurik, otot jantung
memiliki sifat sebagaimana otot polos yaitu: bekerja di luar kesadaran dan kontrol
pikiran kita. (Ville,1984).

13

2.3.2 Mekanisme Kerja Otot
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu.
Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontrakso otot.
Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk melakukan pergerakan.
Fenomena pergerakan ini dapat berupa

transport

aktif

melalui

membran,

translokasi

polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville,1984).
2.3.3 Anatomi Mikroskopis otot
Sel otot rangka atau disebut serabut otot adalah berinti banyak. Diameter setiap
serabut otot berkisar antara 10 – 100 u.Otot dapat meningkat ukurannya sebagai akibat
pertumbuhan yang normal atau karena berbagai latihan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan jumlah serabut oto tersebut.
Setiap serabut otot/sel otot mengandung sejumlah serabut kecil yang sangat teratur
kerjanya disebut miofibril/miofilamen. Miofibril itu letaknya paralel satu sama lain. Miofibril
itu menempati sebagaian besar volume sel otot tersebut. Pada miofibril itu terdapat benyak
pita gelap dan terang yang merupakan karakteristik dari sel otot seran lintang itu.

2.3.4 Susunan Otot Anggota Badan Atas
1. Otot-otot dari Bagian Belakang Batang Badan
Otot

Origo

Insertio

M. trapezius

Protuberentia occipitalis externa,

Pars descendens dari bagian

linea nuchalis superior, septum

kranial septum nuchae pada

14

nuchae, processus spinosus
vertebrae prominens, processus
spinosi semua vertebrae
thoracales.

extremitas acromialis claviculae.
Pars ascendens dari vertebrae
thoracales yang bawah pada tepi
bawah spina scapulae.

Mm.

Processus spinossus spinosi

Margo vertebralis scapulae mulai

rhomboidei

vertebrae cervicales VI dan VII

dari basis spina scapulae.

minor et major

(minor).
Processus spinosi vertebrae
thoracales I – IV (major).

M. Levator

Tubercula posteriores processus

scapulae

transversi vertebrae cervicales I –

Angulus medialis scapulae.

IV.
M. Latissimus

Processus spinosi vertebrae

dorsi

Thoracales VII – XII; Lamina

Crista tuberculi minoris.

superficialis fasciae
lumbodorsalis, crista
iliaca,

costae X – XII.

2. Otot-otot dari bagian depan batang badan
Otot

Origo

Insertio
Permukaan bawah claviculae

M. Subclavius

Ujung medial iga I bagian tulang.

sepanjang sulcus subclavius.

M. Pectoralis

Costae III – V.

Processus coracoideus scapulae.

15

minor
M. Serratus
anterior

Costae I – VIII.

Margo vertebralis scapulae.

Pars clavicularis pada extrimitas
M. pectoralis
major

sternalis claviculae; Pars sternalis
pada sternum dan rawan iga I –

Crista tuberculi majoris.

VI; Pars abdominalis pada vagina
m. recti abdominis.
Permukaan luar cartilago costae 5

Sisi kranial os pubis antara

sampai 7 dan processus

tuberculum pubicum dan

xiphoideus.

symphysis pubis.

M. obliquus

Dengan 7-8 ujung insersio berotot

Bertendo lebar pada lig. Inguinale

externus

dari permukaan luar iga ke 5

dan vagina musculi recti

abdominis

sampai 12.

abdominis.

M. obliquus

Linea intermedia crista iliaca ,

internus

fascia thoracolumbal, 2/3 lateral

abdominis

lig. Inguinale.

M. Rectus
abdominis

. Sisi kaudal ketiga iga sebelah
kaudal , linea alba bertendo,
berfungsi membentuk vagina
musculi recti abdominis.

Permukaan dalam cartilago 6 iga
M. transversus
abdominis

sebelah kaudal, processus

Vagina musculi recti abdominis.

transversus, labium internum
crista iliaca, sepertiga lateral lig.
Inguinale.

3. Otot-otot bahu
Otot
M. Deltoideus
M.

Origo

Insertio

Extremitas acromialis claviculae,
acromion.
Fossa supraspinata scapulae.

Supraspinatus

Tuberositas deltoidea humeri.
Tuberculum majus humeri bagian
atas.

16

M. Infraspinatus

Fossa infraspinata sacpulae.

M. Teres minor

Margo axillaris scapulae.

M. Teres major
M.
Subscapularis

Margo axillaris dan angulus
inferior scapulae.

Tuberculum majus humeri bagian
tengah.
Tuberculum majus humeri bagian
bawah.
Crista tuberculi minoris humeri.

Facies costalis scapulae.

Tuberculum minus humeri.

Origo

Insertio

4. Otot-otot lengan atas
Otot

Caput longum: tuberositas
supraglenoidalis;
M. Biceps
brachii

Tuberositas radii.
Caput breve: processus
coracoideus scapulae.

M.
Coracobrachiali

Processus coracoideus.

Pertengahan humerus.

Pertengahan humerus, mencakup

Tuberositas ulnae.

s
M. Brachialis

insersi m. deltoideus.
Caput longum : tuberculum
infraglenoidale;

M. Triceps

Caput mediale : facies posterior

brachii

humerus;
Caput laterale

: facies

posterior humerus.

17

Olecranon.

5 Otot lengan bawah
Otot

Origo

Insertio

Caput humerale: epicondylus
M. Pronator

medialis humeri; Caput ulnare:

teres

processus coronoideus.

Tuberositas pronatoria pada
pertengahan pinggir lateral radius.

Epicondylus lateralis humeri;
Lig. Collaterale laterale;

Radius diatas insersi m. pronator

Lig. Anulare radii;

teres.

M. Supinator

Crista supinatoria ulnae.
M. Pronator
quadratus
M. Flexor carpi

Facies volaris ulnae bagian distal.

Epicondylus medialis humeri.

Facies volaris radii bagian distal.
Basis pada ossium metacarpalium
II dan III.

radialis
M. Palmaris
longus

Epicondylus medialis humeri.

Aponeurosis Palmaris.

Caput humerale: epicondylus
M. Flexor carpi
ulnaris

M. Flexor
digitorum

medialis humeri;

Os pisiforme.

Capul ulnare: pinggir dorsal ulna.

Facies volaris ulnae;
Membrana interosea.

Basis phalanx terakhir jari II – V.

profundus
M. Flexor

Facies volaris radii;

pollicis longus

Membrana interossea.

Basis phalanx terakhir ibu jari.

18

M.

Pinggir radial humerus;

Brachioradialis

Septum intermuscularis lateral.

M. Extensor
carpi radialis

Processus styloideus radii.
Pinggir radial humerus;
Basis ossis metacarpalis II.
Septum intermuscularis lateral.

longus:
M. Extensor
carpi radialis

Basis ossis metacarpalis III.
Epicondylus lateralis humeri.

brevis
M. Extensor

Epicondylus lateralis humeri;

carpi ulnaris

Facies dorsalis ulnae.

M. Anconeus

Basis ossis metacarpalis V.

Epicondylus lateralis humeri;

Permukaan lateral olecranon;

Permukaan belakang simpai sendi

Facies dorsalis ulnae.

articulatio Cubiti.
M. Extensor
digitorum

Epicondylus lateralis humeri;
Aponeurosis dorsalis jari II – V.
Fascia antebrachii.

communis
M. Extensor

Bersatu erat dengan origo m.

digiti minimi

extensor digitorum communis.

M. Abductor

Facies dorsalis ulnae et radii;

pollicis longus

Membrana interossea antebrachii.

M. Extensor

Facies dorsalis radii;

pollicis brevis

Membrana interossea antebrachii.

M. Extensor

Facies dorsalis ulnae;

pollicis longus

Membrana interossea antebrachii.

M. Extensor

Facies dorsalis ulnae;

Aponeurosis dorsalis jari V.

Basis ossis metacarpalis I.

Basis phalanx pertama ibu jari.

19

Basis phalanx terakhir ibu jari.

Aponeurosis dorsalis telunjuk.

indicis

Membrana interossea antebrachii.

6. Otot-otot tangan
Otot

M. Abductor
pollicis brevis

Origo

Insertio

Lig. Carpi transversum;

Sisi lateral basis phalanx

Tuberositas ossis navicularis;

proksimal ibu jari.

Urat m. abductor pollicis longus.
Lig. Carpi transversum;
M. Opponens
pollicis

.

Sisi lateral os metacarpale I.

Os trapezium

M. Palmaris

Aponeurosis palmaris bagian

Jaringan bawah kulit didaerah

brevis

medial.

hypothenar.

Caput superficiale: lig. Carpi
M. Flexor
pollicis brevis

transversum;

Os sesamoideum laterale dan

Caput profundus: os trapezium, os

basis phalanx proksimal ibu jari.

trapezoideum dan os capitatum.

Caput obliqum: basis pada ossa
metacarpalia II & III os
capitatum ikat-ikat disekitar os
M. Adductor
pollicis

capitatum;
caput transversum: facies volaris ossis

Basis phalanx proksimal ibu jari
os sesamoideum mediale.

metacarpalis III.

M. Abductor

Os pisiforme; lig. Carpi

Basis phalanx pertama

digiti V

transversum.

kelingking.

(minimi)

20

M. Flexor digiti
V brevis:

M. Opponen
digiti V

Hamulus ossis hamati;

Bersama dengan m. abductor

Lig. Carpi transversum

digiti V.

Margo medialis ossis metacarpalis
Hamulus ossis hamati; Lig. Carpi

V.

transversum.

(minimi):
Mm.

Urat-urat m. flexor digitorum

Lumbricales:

profundus.

Aponeurosis dorsalis jari II – V.

Sisi medial basis phalanx pertama
Sisi medial os metacarpale II;

telunjuk dan aponeurosis dorsalis

Sisi lateral ossa metacarpalia IV

jari itu;

dan V.

Sisi lateral basis phalanx pertama

Mm Interossei
volaris (3 buah)

jari IV dan V dan aponeurosis
dorsalis jari-jari itu.
Pinggir lateral phalanx pertama
jari II dan III dan aponeurosis
Mm. Interossei

Sisi yang berhadapan pada ossa

dorsales (4

metacarpalia.

buah):

dorsalis jari-jari itu
pinggir medial phalanx pertama jari
III dan IV dan pada aponeurosis
dorsalisnya.

2.3.5 Susunan Otot Anggota Bawah
1. Otot-otot Pangkal Paha
Otot

Origo

Insertio

M. Psoas minor

Corpus vertebrae Thoracalis XII;

Eminentia iliopectinea;

corpus vertebrae Lumbalis I;

fascia iliaca.

21

discus diantara kedua vertebrae
itu.
Corpora vertebrae Thoracalis Xii
dan vertebrae Lumbalis I – V;

Trochanter minor femoris.

M. Psoas mayor
processus transversi semua
vertebrae Lumbalis.
M. Iliacus

M. Gluteus

Fossa iliaca.

Trochanter minor femoris.

Ala ossis ilium;

2/3 bagian atas pada tractus

permukaan belakang os sacrum

iliotibialis;

dan os coccygis;

1/3 bagian bawah pada tuberositas

lig. Sacroiliaca posteriora;

glutea femoris.

maximus

lig. Sacrotuberosum.
M. Gluteus
medius
M. Gluteus
minimus

Ala ossis ilium.

Ala ossis ilium.

M. Piriformis

Facies pelvina ossis sacri.

M. Obturator

Permukaan medial membrana

internus

obturatoria os coxae.

M. Gemellus
superior
M. Gemellus
inferior
M. Quadratus
femoris

Trochanter mayor permukaan
lateral.
Trochanter mayor permukaan
depan.
Puncak trochanter major femur.
Fossa trochanterica femur.

Spina ischiadica.

Fossa trochanterica femur.

Tuber ischiadicum.

Fossa trochanterica femur.

Tuber ischiadicum.

Crista intertrochanterica femur.

M. Obturator

Permukaan luar membrana

externus

obturatoria os coxae.

M. Tensor

Labium externum crista iliaca;

22

Fossa trochanterica femur.
Melalui tractus iliotibialis

spina iliaca anterior superior;
fasciae latae

Maissiatii.
permukaan dalam fascia latae.

2. Otot-otot Tungkai Atas
Otot

Origo

Insertio

M. Sartorius

Spina iliaca anterior superior.

Facies medialis tibiae.

M. Quadriceps
femoris

Caput rectum: spina iliaca
anterior inferior;

Tuberositas tibiae dengan

Caput obliquum: sedikit diatas

perantaraan lig. Patellae.

acetabulum.
M. Pectineus
M. Adductor
longus
M. Gracillis
M. Adductor
brevis

M. Adductor
magnus

Pecten ossis pubis;fascia pectinea.

Linea pectinea femoris.

Ramus superior ossis pubis.

Labium medialis linea asperae.

Ramus inferior ossis pubis.

Facies mediale Tibiae.
Labium mediale lineae asperae.

Ramus inferior ossis pubis.
Ramus inferior ossis pubis;

Labium mediale linea asperae,

ramus inferior ossis ischii;

condylus medialis femoris.

tuber ischiadicum.
M. Adductor

Ramus inferior ossis pubis;

minimus

ramus inferior ossis ischii.

M.
Semitendinosus

Labium mediale linea asperae.

Tuber ischiadicum.

Facies mediale Tibiae.

Tuber ischiadicum.

Simpai sendi lutut.

Caput longum: tuber ischiadicum;

Caput fibulae (bagian terbesar);

M.
Semimembranosu
s
M. Biceps femoris

23

caput breve: labium laterale linea

condylus lateralis tibiae (bagian

asperae.

kecil).

Origo

Insertio

Condylus lateralis tibiae, facies

Permukaan plantar os cuniforme

lateralis tibiae, membrana

I, permukaan atas basis ossis

interosea cruris, fascia cruris.

metatarsalis I.

3. Otot tungkai bawah
Otot
M. Tibialis
anterior

M. Extensor
digitorum longus

Condylus lateralis tibiae,
capitulum dan facies medialis
fibula, fascia cruris.

M. Extensor

Facies medialis fibula, membrana

hallucis longus

interossea cruris.

Aponeurosis dorsalis jari kaki II
– V.

Basis phalanx terakhir ibu jari.

Caput mediale : epicondylus

Tuber calcanei dengan

medialis femoris

perantaraan tendo calcanei

M gastrocnemius
caput laterale : epicondylus

(achilles).

lateralis femoris.
Caput dan facies posterior fibula,
M. Soleus

linea poplitea fibula, arcus
tendineus m. Solei.

Tuber calcanei dengan
perantaraan tendo calcanei.
Tuber calcanei.

M. Plantaris

M. Popliteus

Condylus lateralis femoris.
Condylus lateralis femoris, lig.
Popliteum arcuatum.

M. Flexor

Facies posterior tibiae, facies

digitorum longus

cruris lembar dalam.

M. Flexor
hallucis longus

Planum popliteum tibiae.

Phalanx terakhir jari kaki II – V.

Facies posterior fibulae, facies
cruris lembar dalam, membrana
interosea cruris.

24

Phalanx terakhir ibu jari kaki.

M. Tibialis

Facies posterior fibulae, facies

Tuberositas ossis navicularis,

posterior

posterior tibiae.

ossa cuneiformia I – III.

Caput fibulae, facies lateralis

Os cuneiforme I, basis ossis

fibulae.

metatarsalis I.

Facies lateralis fibulae.

Basis ossis metatarsalis V.

Origo

Insertio

Tuber calcanei.

Phalanx proximal ibu jari.

M. Peronaeus
longus

M. Peronaeus
brevis

4. Otot-otot Kaki
Otot
M. abductor
hallucis
M. abductor
digiti minimus

Sisi lateral phalanx proximal
Tuber calcanei.

kelingking dan tuberositas ossis
metatarsalis V.

Caput obliquum : permukaan
plantar os cuneiforme;
M. adductor
hallucis

caput transversum : caput

Os sesamoidea laterale , basis
phalanx pertama ibu jari kaki.

articulatio sendi
metatarsophalangea III-V.
Phalanx proximal jari V kaki

M. flexor digiti

Lig. plantare longum, basis ossis

minimi brevis

metatarsalis V.

M. flexor hallucis

Ossa cuneiforme medial, lateral

Os sesamoideum medial dan

brevis

dan intermedia.

lateral.

Mm. interossei
plantares ( 3
buah)
Mm. Interossei

Sisi medial ossa metatarsalia III –
V.

dan tuberosstitas ossis
metatarsalis V.

Aponeurosis dorsalis jari III – V,
sisi medial basis phalanx
pertama jari III – V.

Sisi-sisi yang berhadapan kelima

25

Yang pertama pada sisi medial

basis phalanx pertama jari II,
dorsales

ossa metatarsalia.

yang lain pada sisi lateral basis
phalanx pertama jari II – IV.

(Ville,1984).
2.4 Songket
Songket, lambang kehalusan seni tenunan Melayu yang diwarisi zaman berzaman.
Kemahiran dan kretiviti tukang tenun terserlah melalui pengolahan corak dan hasil tenunan
yang indah lagi menarik. Kedatangan pedagang-pedagang ke Tanah Melayu telah
menggiatkan lagi perkembangan tenunan tempatan. Tenunan songket mula berkembang
dibeberepa negeri terutama di negeri-negeri Pantai Timur seperti Kelantan, Terengganu dan
Pahang.
Di zaman silam, motif dan warna yang terdapat pada tenunan songket melambangkan
strata atau kedudukan seseorang. Secara tradisi, songket ditenun dengan menggunakan
benang sutera halus dan benang emas serta dipakai oleh kerabat diraja Melayu dan golongan
Bangsawan. Kini, songket ditenun dengan benang kapas dan mula dipakai oleh golongan
rakyat biasa sebagai pakaian rasmi untuk majlis-majlis tertentu. Keanggunan kain songket,
selain dijadikan sebagai pakaian tradisi untuk mempermanis dan memperaga seni budaya, ia
juga turut diilhamkan pada pelbagai barangan dalam bentuk beg, bingkai gambar, hiasan
dinding, kusyen dan sebagainya.
Tradisi menenun masih dapat dikekalkan tidak berubah sebagaimana seratus tahun
dahulu. Alat-alat tenunan atau kek, motif dan ragam hiasnya serta cara menenun itu sendiri
memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan hasil ciptaan zaman silam yang masih segar
hingga ke hari ini.
2.4.1 Bahan dan Alat untuk Menenun Songket
Bahan untuk menenun songket adalah benang dan pewarna. Alatnya pula terdiri dari
kek tenunan, kek mengarat, rahak, peleting buluh (bobbin), lidi daun kelapa, papan gulung,
anak kayu, dua belira, sikat dan jentera, jarum culik, batang anak kayu, kayu karat, benang
losen, lidi nibung atau buluh, benang batang bunga songket, darwin pakan, darwin benang
emas, cuban, torak pakan, torak benang emas dan sumbi.
2.4.2 Teknik dan Proses Menenun Songket
Setelah benang dibersihkan dan dimasukkan ke dalam pencelup warna, benang
tersebut lalu dibilas dengan air dan dijemur hingga kering. Ada delapan proses lagi yang
terlibat sebelum sesuatu tenunan boleh disiapkan. Proses tersebut terdiri atas melerai,

26

menganing, menggulung, menyampuk, menghubung, mengarak, menyolek dan menenun.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai delapan proses tersebut:
1. Melerai
Benang yang telah kering dimasukkan ke dalam sejenis alat yang bernama rahak untuk
diputarkan pada satu alat yang bernama peleting. Proses ini dipanggil melerai.
Terdapat dua jenis rahak, iaitu darwin pakan dan darwin emas. Darwin pakan
digunakan untuk benang pakan sahaja. Ia diperbuat daripada buluh dan tali atau rotan.
Darwin emas pula digunakan untuk benang emas sahaja dan diperbuat daripada kayu
atau dawai kerana benang emas kasar dan berat.
2. Menganing
Benang yang telah menjalani proses melerai dimasukkan ke dalam alat menganing
untuk menentukan ukuran panjang benang yang hendak dimuatkan pada alat ini.
Biasanya segulung benang pakan atau seloseng yang berukuran 26 - 31 m boleh
menghasilkan 12 - 14 helai kain.
3. Menggulung
Benang yang telah dianing akan digulung pada papan gulung mengikut lebar gigi
jentera dan panjang losen pada papan gulung yang hendak dipasung. Losen ialah
benang yang memanjang pada kek. Kedudukan benang perlu diperiksa setiap tiga kali
menggulung untuk memastikan susunan kemas.
4. Menyampuk
Menyampuk ialah proses memasukkan benang losen ke dalam gigi jentera atau sikat.
Biasanya, proses ini dilakukan di dalam kek mengarak supaya senang untuk
menyampuk benang kepada jentera. Setiap lubang sikat disusukan dua urat benang
losen. Pada kedua belah hujung sikat itu disusukkan empat urat benang supaya tepi
kain tidak terkoyak apabila disangkutkan pada kayu sumbi kain. Sumbi kain ialah
sebatang anak kayu yang mempunyai paku di kedua-dua belah hujungnya. Sumbi kain
menjaga tepi kain tenun supaya sama jarak dan tidak berkedut.
5. Menghubung
Menghubung ialah proses menyambungkan benang daripada losen kepada benang
yang tertinggal pada jentera. Cara ikatannya dipanggil ubung tindas. Proses ini
bertujuan menyambungkan benang losen untuk menenun. Meja kecil dinamakan meja
hidangan berukuran 10 cm panjang, 8 cm lebar dan 20 cm digunakan untuk
menghubung.
6. Mengarak
Kerja mengarak dilakukan setelah selesai proses menyampuk. Mengarak dilakukan
dengan melilit benang asing atau benang karat kepada kayu karat, termasuk benang

27

losen. Jumlah karat yang digunakan biasanya hanya dua karat dan setiap karat
mempunyai empat batang anak kayu.
7. Menyolek
Kerja menyolek bunga merupakan kerja yang paling rumit dalam proses menenun kain
songket. Cara menyolek reka corak adalah dengan menyusulkan lidi-lidi buluh pada
benang losen yang dikehendaki. Biasanya kain songket ditenun dengan teknik tekat
tiga atau tekat lima. Jika menggunakan tekat lima, setiap lima unit benang losen, satu
benang alas ditolak ke bawah dan benang-benang alas ini disengkang pula dengan
belira. Setelah benang losen berada di atas, barulah kamu boleh menyolek dalam
pelbagai corak pada benang losen dengan menggunakan lidi buluh. Belira dimasukkan
pada setiap lidi buluh tadi mengikut giliran. Belira ditegakkan untuk menyenangkan
ikatan benang butang. Butang-butang inilah yang akan menjadikan corak atau motif
bunga di atas kain songket. Apabila selesai proses menyongket, benang losen bersama
karat-karatnya ditukar ke kek tenun untuk ditenun agar menjadi kain songket.
8. Menenun
Menenun adalah proses terakhir, yaitu benang losen dipangkah oleh benang pakan
untuk dijadikan kain. Bagi kain songket bercorak penuh, benang emas dilayarkan
melalui torak benang emas untuk menghasilkan sulaman motif bunga atau hiasan reka
corak penuh. Bagi kain songket corak melintang atau corak bunga bertabur, benang
emas dilayarkan melalui cubaan untuk mendapatkan motif-motif yang dikehendaki.
Lazimnya selepas satu benang emas dilayarkan, ia dikepuh (beat) dan diikuti pula
dengan melayarkan dua benang pakan. Penenun akan menukarkan benang butang
mengikut giliran dan corak yang telah ditentukan. Proses ini diulangi sehingga
menghasilkan sehelai kain songket.

28

BABIII
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi blok IV dilaksanakan di beberapa tempat penenunan kain
songket di
3.2 Waktu Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesidilaksanakan pada:
Tanggal

: Januari 2015

Pukul

:

3.3 Subyek Tugas Mandiri
Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah penenun
kain songket.
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Daftar Pertanyaan
3.5 Langkah Kerja
Untuk melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV dengan baik, diperlukan
langkah kerja yang sistematis dan teratur. Langkah kerja yang dilakukan adalah:
1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.
2. Berkonsultasi kepada pembimbing kelompok Tugas Pengenalan Profesi.
3. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi.
4. Melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
5. Membuat laporan hasil kegiatan Tugas Pengenalan Profesi.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson,1999. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.

29

Cantarella, V. 1999. Bones and Muscles. New York : Wolf Fly Press.
Hariyono, Januarto, OB. 2002. Materi Perkuliahan Ilmu Urai (Tulang, Persendian,
dan Otot). Malang :Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
Landan, 1980. Essential Human Anatomy and Physiology. Scott Foresman and Company
Gienview.
Martini, 2001. Fundamentals of Anatomy and Physiology. New Jersey: Prentice Hall.

LAMPIRAN

No

Pertanyaan

30

1.

Siapa nama Saudara?

2.

Berapa umur Saudara sekarang ?

3.

Berapa lama Saudara sudah bekerja sebagai penenun songket?

4.

Apa pekerjaan yang Saudara jalani sebelum menjadi penenun songket?

5.

Apakah ada pekerjaan lain (sampingan) yang Saudara lakukan selain menjadi
penenun songket?

6.

Berapa lama Saudara bekerja dalam sehari ?

7.

Berapa lama Saudara istirahat bekerja ?

8.

Bagian tubuh mana yang Saudara sering gunakan dalam bekerja ?

9.

Apa keluhan yang Saudara sering alami selama menjadi penenun songket?

10.

Bagaimana cara yang biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan ?

11.

Bagaimana pola makan dan minum Saudara selama menjadi kuli bangunan ?

12.

Adakah dampak / resiko yang Saudara rasakan selama menjadi penenun songket?

13.

Bagaimana Saudara menjaga kesehatan agar selalu fit atau sehat selama bekerja ?

31