KAJIAN PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING P (1)

KAJIAN PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING
PADA HOTEL
(Ditinjau dari poin-poin Greenship Rating Tools)

Arga Giantara Sukma1 dan Jarwa Prasetya Sih Handoko2
1

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia jurusan arsitektur angkatan 2010
2

Dosen Universitas Islam Indonesia Jurusan arsitektur
Abstract

The purpose of writing this scientific is to know criteria and the points green building
whatever applied to the hotels .Methods used in a piece of writing scientific is writing
descriptive qualitative namely explained and outline through a method of the literature
study by looking at and comparing sources relevant to case study observed .The data
that has been collected next analyzed by technique descriptive qualitative and drawn
conclusion .Discussion result declared that from 3 case study at this hotel , for men is
apply points green building , although each hotel now applied different scores .


Keywords; green building , hotel , rating / certification , GBCI , greenship

Abstrak
Penulisan Penelitian ini dilakukan untuk mengukur rating/sertifikasi sebagai tolak ukur
sudah sejauh mana tingkat green building pada 3 studi kasus hotel, dengan cara
melakukan analisa langsung, yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan kriteriadan poinpoin standar nasional (Greenship-GBCI). Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
Mengetahui kriteria dan poin-poin green building apa saja yang diterapkan pada hotelhotel tersebut. Metode yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini yaitu penulisan
deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan dan menjabarkan melalui metode studi pustaka
dengan mengkaji dan membandingkan sumber-sumber yang relevan dengan studi kasus
yang diamati. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif
kualitatif dan ditarik kesimpulan.Hasil pembahasan menyatakan bahwa dari 3 studi
kasus pada hotel ini, masing- masing menerapkan poin green building, walaupun
masing-masing hotel ini menerapkan poin yang berbeda-beda.
Kata Kunci ; Green building, Hotel, Rating/sertifikasi, GBCI, Greenship

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini krisis energi sedang mendapat
perhatian khusus bagi negara-negara di
dunia, karena kebutuhan energi yang terus

mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya
populasi
penduduk.
Pemerintah Indonesia saat ini pun telah
mengumumkan untuk memulai gerakan
nasional penghematan energi, baik dalam
penghematan
penggunaan bahan dan
penghematan penggunaan listrik dan air di
kantor-kantor
pemerintah,
BUMN,
BUMD, dan penerangan jalan. Salah satu
upaya nyata yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan Konsep Green
building.
Konsep
Green
building

merupakan salah satu upaya penghematan
energi yang dapat diterapkan pada suatu
gedung, karena bangunan ini akan lebih
hemat energi, dirancang, dibangun dan
dioperasikan untuk meminimalkan dampak
lingkungan total.
Konsep ini dapat diterapkan pada
bangunan-bangunan
komersial
salah
satunya hotel, perkantoran dan juga pada
berbagai tipe bangunan lain di Indonesia.
Konsep Eco-Hotel yang salah satunya
mencakup penerapan konsep green
building pun sudah mulai dikembangkan
di Indonesia, dengan pembangunan hotelhotel
baru yang mulai direncanakan
dengan konsep green building tersebut.
Namun pada awanya, masih banyak hotelhotel di Indonesia yang belum dirancang
dengan konsep green building.

Oleh karena itu perlu adanya penelitian
tentang penerapan penilaian kriteria green
building pada hotel-hotel di Indonesia,
agar dapat mengetahui rating /sertifikasi
sebagai tolak ukur sudah sejauh mana
tingkat penerapan kriteria green building
pada hotel-hotel di Indonesia, penelitian
ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
langkah program Eco-Hotel kedepannya.

Penelitian sertifikasi green building ini
akan mengacu pada standard nasional
(Greenship-GBCI ). Adanya penelitian
kriteria kinerja green building pada hotel
ini pun diharapkan dapat dijadikan
perbandingan untuk mengkaji antara hotel
satu dengan hotel yang lainnya di
Indonesia, sebagai bagian dari upaya untuk
penyesuaian kriteria green building.


Metode Penelitian
Dalam karya tulis ilmiah yang
berjudul “ Kajian Penerapan Konsep
Green Building pada hotel“ penulis
menggunakan Metode deskriptif kualitatif
yaitu menjelaskan dan menjabarkan
melalui metode studi pustaka dengan
mengkaji dan membandingkan sumbersumber yang relevan dengan studi kasus
yang diamati. Pengumpulan bahan/materi
bersumber dari internet dan studi
kepustakaan.
Teknik pengumpulan data yang
penulis pergunakan dalam penelitian ini
berupa metode study pustaka.
Studi
kepustakaan adalah cara yang dilakukan
sejak penyusunan proposal, sampai dengan
hasil penelitian. Perolehan dari metode ini,
baik berupa konsep maupun teori-teori dari
para penulis yang berhubungan dengan

permasalahan dipergunakan sebagai bahan
pembanding.
Metode ini yang akan menjadi
sumber pedoman dalam menyelesaikan
penelitian
ini
dan
juga
sebagai
perbandingan dan pelengkap untuk datadata yang akan dianalisis lebih lanjut.
Terhadap data dan informasi yang
telah dikumpulkan, dianalisis dengan
metode
Deskriptif
kualitatif
yang
selanjutnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan. Cara ini penulis anggap
paling efektif dan akurat.


KAJIAN PUSTAKA
Green Building
Bangunan hijau (Green Building)
dirancang untuk mengurangi dampak
lingkungan bangunan terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan alami dengan:
•Menggunakan energi, air, dan
sumber daya lain secara efisien
•Melindungi
kesehatan
penghuni dan meningkatkan
produktivitas karyawan.
•Mengurangi limbah, polusi dan
degradasi
lingkunganPendekatan desain
arsitektur bioklimatik dengan
demikian
Suatu bangunan dapat disebut
sudah menerapkan konsep bangunan hijau
apabila berhasil melalui suatu proses

evaluasi tersebut tolak ukur penilaian yang
dipakai adalah Sistem Rating.
Sistem Rating adalah suatu alat
yang berisi poin-poin dari aspek yang
dinilai yang disebut rating dan setiap poin
rating mempunyai nilai. Apabila suatu
bangunan berhasil melaksanakan poin
rating tersebut, maka mendapatkan nilai
dari poin tersebut. Kalau jumlah semua
nilai yang berhasil dikumpulkan bangunan
tersebut dalam melaksanakan Sistem
Rating tersebut mencapai suatu jumlah
yang ditentukan, maka bangunan tersebut
dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi
tersebut.
Sistem Rating dipersiapkan dan
disusun oleh Green Building Council yang
ada di negara-negara tertentu yang sudah
mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap
negara tersebut mempunyai Sistem Rating

masing-masing. Sebagai contoh : USA
mempunyai LEED Rating (Leadership
Efficiency Environment Design) dan
Indonesia mempunyai GBCI rating (
Green Building Council Indonesia ).

Tujuan utama dari green building
adalah menciptakan eco-design, arsitektur
ramah lingkungan, arsitektur alami, dan
pembangunan berkelanjutan. Bangunan
hijau juga dapat diterapkan dengan
meningkatkan efisiensi pemakaian energi,
air dan pemakaian bahan-bahan yang
mereduksi dampak bangunan terhadap
kesehatan. Perancangan bangunan hijau
meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan. Empat aspek
utama yang perlu dipertimbangkandalam
membangun green building yaitu (BEA,
2013),

1. Material, material yang digunakan
untuk
membangun
haruslahdiperoleh
dari
alam,
merupakan
sumber
energi
terbarukan
yang
dikelola
berkelanjutan, atau bahan bangunan
yang didapat secaralokal untuk
mengurangi biaya transportasi.
Daya tahan materialbangunan yang
layak sebaiknya tetap teruji, namun
tetapmengandung unsur bahan daur
ulang, mengurangi produksisampah
dan dapat digunakan kembali atau

didaur ulang.
2. Energi, Penerapan panel surya
diyakini dapat mengurangi biaya
listrik bangunan. Selain itu,
bangunan
juga
selayaknya
dilengkapi
jendela
untuk
menghemat penggunaan energi
(terutama untuk lampu serta AC).
Untuk siang hari, jendela sebaiknya
dibuka
untuk
mengurangi
pemakaian listrik. Jendela tentunya
juga dapat meningkatkan kesehatan
dan produktivitas penghuninya.
Green
building
juga
harus
menggunakan lampu hemat energi,
peralatan listrik hemat energi lain,
serta teknologi energi terbarukan
seperti turbin angin dan panel surya.
3. Air, penggunaan air dapat dihemat
dengan
menggunakan
system
tangkapan air hujan. Cara ini akan

mendaur ulang air yang misalnya
dapat digunakan untuk menyiram
tanaman atau menyiram toilet.
Gunakan pula peralatan hemat air,
seperti pancuran air beraliran
rendah, tidak menggunaan bathtube
dikamar mandi, menggunakan toilet
flush hemat air atau toilet kompos
tanpa air dan memasang sistem
pemanas air tanpa listrik.
4. Kesehatan, gunakan bahan-bahan
bangunan dan furnitur yangtidak
beracun serta gunakan produk yang
dapat meningkatkan kualitas udara
dalam ruangan untuk mengurangi
resiko asma,alergi dan penyakit
lainnya.
Bahan-bahan
yang
dimaksud adalah bahan emisi
rendah, non-VOC dan tahan air
untuk mencegah datangnya kuman
dan mikroba lainnya. Kualitas udara
dalam
ruangan
juga
dapat
ditingkatkan melalui sistem ventilasi
dan alat-alat pengatur kelembaban
udara.
Adapun konsep bangunan hijau
didukung juga melalui penerapan Uji
AMDAL ( Life Cycle Assessment ),
efisiensi desain struktur dan efisiensi
energi.
Dalam
melakukan
suatu
perencanaan
bangunan
seharusnya
melakukan kajian AMDAL apakah dalam
pengadaan
bangunan
tersebutdapat
mempengaruhi lingkungan sekitar baik itu
segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar
karena jika itu memberikan pengaruh
negatif yang cukup besar maka bangunan
tersebut sudah menyalahi konsep dasar
dari green building.
Dasar dalam setiap proyek
konstruksi bermula pada tahap konsepdan
desain. Tahap konsep, pada kenyataanya
merupakan salah satu langkah utama
dalam proyek yang memiliki dampak
terbesar pada biayadan kinerja proyek.
Tujuan utama merencanakan bangunan
yang memiliki konsep green building
adalah untuk meminimalkan dampak yang

akandisebabkan
bangunan
tersebut.
Perencanaan bangunan gedung yang tidak
efisien dalam struktur juga memberikan
efek buruk terhadap lingkungan, yaitu
pemakaian bahan bangunan yang sangat
banyak sehingga terjadi pemborosan
(Butaru, 2011).
.
GREENSHIP RATING TOOLS
Rating Tools
Sistim rating adalah suatu alat
berisi butir-butir dari aspek penilaian yang
disebut rating dan setiap butir rating
mempunyai nilai (credit point/poin nilai)
Apabila
suatu
bangunan
berhasil
melaksanakan butir rating, maka bangunan
itu akan mendapatkan poin nilai dari butir
tersebut. Bila jumlah semua point nilai
yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu
jumlah yang ditentukan, maka bangunan
tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat
sertifikasi tententu. Namun sebelum
mencapai tahap penilaian rating terlebih
dahulu dilakukan pengkajian bangunan
untuk pemenuhan persyaratan awal
penilaian (eligibilitas).
Sistim
Rating
GREENSHIP
dipersiapkan dan disusun oleh Green
Building Council yang ada di negaranegara tertentu yang sudah mengikuti
gerakan bangunan hijau. Setiap negara
tersebut mempunyai Sistem rating masingmasing, sebagai contoh Amerika Serikat LEED, Singapura - Green Mark, Australia
- Green Star dsb.
Konsil Bangunan Hijau Indonesia saat
ini dalam tahap penyusunan draft Sistem
rating. Untuk itu telah dipilih nama yang
akan digunakan bagi Sistem Rating
Indonesia yaitu GREENSHIP, sebuah
perangkat penilaian yang disusun oleh
Green Building Council Indonesia (GBCI)
untuk menentukan apakah suatu bangunan
dapat dinyatakan layak bersertifikat
"bangunan
hijau"
atau
belum.

GREENSHIP bersifat khas Indonesia
seperti halnya perangkat penilaian di setiap
negara yang selalu mengakomodasi
kepentingan lokal setempat. Program
sertifikasi GREENSHIP diselenggarakan
oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel,
akuntabel dan penuh integritas
Penyusunan
GREENSHIP
ini
didukung oleh World Green Building
Council, dan dilaksanakan oleh Komisi
Rating dari GBCI. Saat ini GREENSHIP
berada
dalam
tahap
penyusunan
GREENSHIP untuk Bangunan Baru (New
Building) yang kemudiannya akan disusun
lagi GREENSHIP untuk kategori-kategori
bangunan lainnya.
Greenship sebagai sebuah sistem rating
terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :
• Tepat Guna Lahan (Appropriate Site
Development/ASD)
• Efisiensi Energi & Refrigeran
(Energy
Efficiency
&
Refrigerant/EER)
• Konservasi
Air
Conservation/WAC)

(Water

ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Alila Villas Uluwatu, Bali
Dibangun menggunakan bahan daur
ulang, Alila Villas Uluwatu dirancang
untuk berbaur dengan puncak bukit di
sekitarnya, sambil menyelaraskan dengan
flora dan fauna alam. Ini adalah resor
pertama di Indonesia yang memperoleh
tingkat tertinggi sertifikasi dari Green
Globe untuk Desain Berkelanjutan
Lingkungan.
Ini juga merupakan resor pertama
oleh Alila Villas yang menggunakan
bahan-bahan lokal recylced dan mencakup
fitur desain yang berkelanjutan termasuk
daur ulang air, energi terbarukan dan
desain surya pasif. Penilaian Green Globe
dimulai pada tahap awal dan dimasukkan
ke dalam desain untuk menjawab
tantangan masa depan.
Bangunan ini meraih Perak ketika
dinilai oleh EarthCheck’s Environmentally
terhadap lingkungan yang berkelanjutan.
Terlihat pada berbagai faktor lingkungan,
sosial dan ekonomi.

• Sumber & Siklus Material (Material
Resources & Cycle/MRC)

Menggunakan pompa panas untuk
menyediakan air panas terpusat.

• Kualitas Udara
Udara (Indoor
Comfort/IHC)

& Kenyamanan
Air Health &

Sistem air sangat berkelanjutan seluruhnya menggunakan sistem gravitasi
dari tangki air hujan.

•Manajemen Lingkungan Bangunan
(Building
&
Enviroment
Management)

Pengolahan air berdasarkan reverse
osmosis - memisahkan 'serapan' untuk
minum / cuci dan 'disuling' untuk
kegunaan lain.

Masing-masing aspek terdiri atas
beberapa Rating yang mengandung kredit
yang masing-masing memiliki muatan
nilai tertentu dan akan diolah untuk
menentukan penilaian. Poin Nilai memuat
standar-standar baku dan rekomendasi
untuk pencapaian standar tersebut.

Pada pengolahan limbah, juga
mendaur ulang air untuk digunakan dalam
lanskap (taman).
Penggunaan peralatan penyimpan
air dan irigasi tetes di pagi / sore juga
mengurangi konsumsi air.
Pencahayaan yang efisien termasuk
LED di seluruh area publik dengan
peredupan dan deteksi kehadiran.

Bekerja sama dengan Bali Life
Foundation (BLF) yang membangun
rumah untuk anak-anak lokal.
Juga mendukung ROLE (Rivers,
Oceans, Land, Ecology) yayasan yang
melatih perempuan dari latar belakang
yang kurang beruntung untuk menjadi duta
lingkungan.
Resor ini dibangun dengan
menggunakan kayu bekas bantalan kereta
daur ulang, memberikan kesan pedesaan
namun desain ikonik.
Kamar dan fitur spa yang produk
kecantikannya buatan lokal, dari bahanbahan alami.

mematikan
kamar.

listrik

saat

meninggalkan

Kampanye penghematan air juga
diterapkan kepada tamu hotel dengan
mencantumkan pemberitahun di kamar
mandi berisi “handuk di atas lantai atau di
dalam keranjang” artinya “handuk supaya
diganti” sementara “handuk digantungkan”
berarti “saya masih memakainya” sebagai
langkah masih mengurangi pemborosan
air.
JPH juga membentuk Green Team dari
perwakilan seluruh departemen untuk
melakukan kegiatan go green. Serta,
mengajak tamu berpartisipasi dalam
menanam tanaman obat. Semua ini untuk
penyelamatan bumi dari efek Global
Warming.

2. Jogjakarta Plaza hotel, Yogyakarta
Pada 2010, JPH (Jogjakarta Plaza
Hotel) bekerjasama dengan The Green
Asia Group melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan green hotel. Setahun
setelah itu, JPH mengantongi sertifikat
dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif sebagai National Green Hotel
Standard/
Kerjasama yang dilakukan oleh JPH
berupa pengolahan limbah air hotel untuk
digunakan kembali sebagai air untuk
menyiram
tanaman.
Selain
itu,
pemanfaatan daun yang berguguran untuk
diolah menjadi pupuk tanaman.
Beberapa kamar sudah tidak lagi
menggunakan bathtub, tapi hanya shower,
di mana tekanan air yang keluar juga
dikurangi untuk menghemat penggunaan
air.
Sebanyak 40 dari 177 kamar telah
menggunakan shower. Bahkan, setiap
kamar dilengkapi AC dan kulkas yang
tidak menggunakan freon sehingga lebih
ramah lingkungan. Tamu hotel juga
diedukasi tentang hemat energi dengan

3. Hotel Sahid, Makasar
Hasil ”Audit Energi di Sektor
Bangunan” memperlihatkan bahwa Hotel
Sahid Jaya Makassar mampu menghemat
energi listrik 859.266/tahun. Audit ini
merupakan Laporan Direktorat Jenderal
Listrik Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi. Berdasarkan hasil
analisa potensi penghematan energi di
Ged. Hotel Sahid Makassar, besaran
prosentase
penghematan
ditemukan
sebesar 21,69% atau menghemat energi
sebesar 859.266 kWh/tahun dengan
penghematan biaya pertahun sebesar Rp.
84.589.632,Adapun persentase penghematan diatas
terdiri dari sektor sistem tata cahaya
sebesar 3.88% dan tata udara 17.49%. Saat
ini sumber energi utama yang digunakan di
Hotel Sahid Makassar adalah energi listrik
yang disuplai dari PLN dengan kontrak
daya sebesar 1110 kVA. Total beban
kelistrikan pada Hotel Sahid Makassar, ini
mencapai 800 kW, yang artinya bahwa
telah mencapai 72% pembebanan. Beban
tersebut terbagi kedalam beberapa
peralatan pengguna energi dengan porsi

terbesar adalah dari peralatan AC yaitu
sekitar 76%, diikuti beban penerangan
sebesar 8%, dan Fasilitas hotel lainya 14%.
Distribusi ini didapatkan berdasarkan data
survey rekapitulasi beban yang ada
dilingkungan Hotel Sahid Makassar.
Melihat data tersebut, bisa disimpulkan
bahwa Hotel bintang lima yang terletak di
Jl Ratulangi tersebut turut serta dalam
mendukung program penghematan energi
yang dikampanyekan pemerintah.

KESIMPULAN
Dari
pembahasan
dan
analisa
perbandingan kriteria Greenship yang telah
dilakukan pada 3 bangunan di Indonesia,
yaitu:
Alila Villas Uluwatu, Bali
Jogjakarta Plaza Hotel, Yogyakarta
Hotel Sahid, Makassar
Didapatkan beberapa
kesimpulan
mengenai hotel dengan konsep “Green
Building”.

Alila Villas Uluwatu, Bali
Berdasarkan data dan analisa yang
telah didapat, bangunan ini termasuk
kedalam bangunan yang menerapkan
konsep Green Building. Poin-poin
greenship yang terdapat pada bangunan ini
yaitu:
Water Recycling
Energy Efficient
Passive Solar Design

Jogjakarta Plaza Hotel, Yogyakarta
Berdasarkan data dan analisa yang
telah didapat, bangunan ini termasuk

kedalam bangunan yang menerapkan
konsep Green Building. Poin-poin
greenship yang terdapat pada bangunan ini
yaitu:
Water Recycling
Water Use Reduction

Hotel Sahid, Makassar
Berdasarkan data dan analisa yang
telah didapat, bangunan ini termasuk
kedalam bangunan yang menerapkan
konsep Green Building. Poin-poin
greenship yang terdapat pada bangunan ini
yaitu:
Electrical Metering

DAFTAR PUSTAKA
Lecner, Norbert (2007), heating, Cooling,
Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mediastika, Christina Eviutami, 2005,
Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan
Penerapannya di Indonesia , Penerbit
Erlangga, Jakarta
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(2001) Tata cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan
Gedung (SNI 03-6575-2001 ), BSNI,
Jakarta.
Doelle dan Prasetio, 1995, Akustik
Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Makmun, A. 92003). Psikologi
Kependidikan Bandung : remadja
Rosdakarya Offset.
Slamento. (1995). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya . Bina
Angkasa, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(2000) Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan(SNI 03-6197-2000 ), BSNI,
Jakarta
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(2001) Tata cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Alami pada Bangunan
Gedung (SNI 03-2396-2001 ), BSNI,
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(2001) Metoda pengukuran Intensitas
Kebisingan di Tempat Kerja(SNI 03-23962001 ), BSNI, Jakarta.