DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR

DITULIS UNTUK MEMENUHI
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH: Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi
Dosen Pengampu: Dr. Fahrurrozi M.Pd

NURIN SABRINA LUBIS
KELAS G PGSD 2015
1815153933

Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
2018

“Pendidikan Multikultur Pada Abad ke-21”

Pendidikan

merupakan

usaha


sadar

dan

terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

1

Dengan adanya system pendidikan, diharapkan dapat terciptanya

pribadi anak-anak bangsa yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia yang
dapat dibentuk pada saat terjadinya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya
sebuah pedoman yang mengatur segala kegiatan proses pendidikan seharihari yaitu kurikulum. Kurikulum itu merupakan suatu kesatuan atau totalitas
yang terdiri dari berbagai komponen, di mana antara komponen satu
dengan komponen lainnya saling berhubungan dan saling memengaruhi
dalam rangka pencapaian tujuan, Komponen-komponen tersebut adalah
tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. 2 Secara singkat
kurikulum merupakan serangkaian aktivitas atau pengalaman belajar yang
dibuat untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Di dalam pendidikan, tujuan
yang ingin dicapai ialah merupakan tujuan pendidikan yang berpatokan
dengan tujuan pendidikan nasional.
Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menciptakan generasigenerasi penerus bangsa yang lebih baik dari sebelumnya baik dari segi
1

Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem
Pendidikan Nasional”, UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1, Pasal 1.
2
Asep Herry Hernawan dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD
( Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), hlm.132.

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kurikulum yang kita anut sekarang yaitu

kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diharuskan untuk dirubah dalam
rangka menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan abad

21 ini.

Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus
dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan
siswa untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi
pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di
abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live
together.3
Terjadinya perubahan kurikulum disebabkan oleh perkembangan dan
kemajuan dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu contoh
kemajuan dunia adalah adanya kemajuan dibidang informasi dan teknologi,
terciptanya

pendidikan

menghargai


orang

perkembangan

multikultur

lain,

teori

respect,

belajar

yaitu
and

yang


pengajaran

recognize.

lebih

baik

mengenai

Selain

itu

dibanding

cara

adanya


teori-teori

sebelumnya yaitu teori belajar konstruktivistik dan memahami konsep
multiple

intelligence.

Hal

yang

paling

menarik

adalah

terciptanya

pendidikan multikultur di abad 21 ini.

Dilihat dari perspektif kepentingan belajar siswa, pembelajaran
dengan pendekatan multikultur telah memberikan keleluasaan yang optimal
bagi

siswa

untuk

mengembangkan

dan

melatih

kemampuan

serta

keterampilan belajarnya, sehingga berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajarnya.


4

Pendidikan multikultural di sekolah harus dilakukan secara

komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adil di antara siswa-siswa yang
berbeda agama, ras, etnik dan budayanya, tapi juga harus di dukung
dengan kurikulum tertulis maupun kurikulum terselubung, evaluasi yang
integratif dan guru yang memiliki pemahaman, sikap dan tindakan yang
produktif dalam memberikan layanan pendidikan multikultural pada para
siswanya.5 Terlihat jelas menurut pendapat di atas bahwa, pendidikan
multikultur tidak terlepas dari adanya kurikulum. Karena dengan dibuatnya
3

Siti Zubaidah, Skripsi: “Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang diajarkan
Melalui Pembelajaran” Isu-isu strategis pembelajaran MIPA Abad, 2006.
4
Sudiatmaka, “Pengembangan Model Pendidikan Multikultur Berbantuan Modul
Berbasis Masalah yang Berorientasi Pada Spiritualisme dalam Pembelajaran IPS
SD”, Pendidikan. Vol 1 No 1, April 2012.


kurikulum yang baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa, maka akan
terciptalah kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yang
bias disesuaikan dengan pendidikan multikultural.
Akar dari multikulturalisme adalah bahwa setiap individu merasa
dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama
komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk
diakui (politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan
dalam berbagai bidang kehidupan. 6Pendidikan multikukturalisme ini sangat
baik diterapkan di dalam proses pembelajaran, khususnya sekolah dasar
karna anak-anak sekolah dasar merupakan anak-anak yang sangat aktif dan
haus akan informasi baru. Ketika mereka salah dalam mengambil informasi
maka sampai mereka besar nanti terciptalah pribadi yang tidak baik, namun
sebaliknya jika mereka telah diajarkan pendidikan multikultur sejak umur
dini mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik untuk sekarang maupun di
kehidupan masa depan mereka nanti. Menurut teori Konstruktivistik, setelah
anak belajar anak mampu memilah dan memilih informasi mana yang bisa
dia ambil, dan informasi mana yang dapat dia tolak. Karna pada dasarnya
belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini

berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya
yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai
aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 7
Ketika anak belajar mengenal informasi baru mengenai multikultural
anak akan tertarik dan belajar untuk bersikap menjadi pribadi yang lebih
menghargai orang lain, dan toleransi yang terjadi di dalam proses
pembelajaran akan lebih baik. Namun bagaimana dengan penerapan
pendidikan multikultural di abad 21 ini akan berjalan dengan sempurna, jika
pendidik dan fasilitator belum mampu memiliki kemampuan 5C yaitu:
chritical thinking, creativity, communication, collaboration, and the last is
5

James A. Banks, Educating Citizens in a Multicultural Society Teacher College Press
(Columbia University, New York,1997),h.78.
6
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2009), h.75.
7
Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo,2013), hlm.1-4.


confidence. Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge
age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Di abad
ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta
didik

memiliki

keterampilan

belajar

dan

berinovasi,

keterampilan

menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan
bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).8
Perkembangan segala aspek kehidupan di abad 21 ini mengharuskan
pendidik dan fasilitator siap dalam mendidik anak-anak millennials yang
haus akan segala informasi baru, lapar akan tantangan baru, melek
tekonologi, lebih percaya diri dan toleran terhadap perbedaan.
Namun pengamatan di atas berbanding terbalik dengan fakta yang
terjadi di negeri kita ini mengenai anak-anak millennials. Perkembangan dan
kemajuan dunia IT memberikan dampak yang positif bagi anak-anak
bangsa, namun tidak sedikit yang memberikan dampak negative kepada
mereka.

Terlihat

dari

banyaknya

kasus

kekerasan,

bullying,

dan

pembunuhan yang terjadi akibat maraknya aplikasi di social media dan
sebagainya. Acara televisi dan tayangan-tayangan video yang tidak sesuai
dengan umur mereka, membuat terjadinya penyimpangan-penyimpangan
kegiatan yang belum pantas untuk dilakukan. Dengan adanya aplikasi
media social terjadilah sifat ingin tahu yang berlebihan yang menyebabkan
rasa iri,dengki, dan kurang bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki.
Mudahnya pengambilan informasi melalui internet membuat terjadinya
berita-berita hoax yang memunculkan perbedaan pendapat antar beberapa
orang satu dengan yang lainnya. Melihat fakta yang terjadi di negeri kita ini
merupakan alasan bahwa pentingnya pendidikan karakter yang dimulai
pada usia dini. Anak usia dini peka terhadap lingkungannya, usia dimana
anak-anak mulai sensitif terhadap kejadian disekitarnya.
Dalam hal ini peran pendidik sangat diperlukan untuk membantu
membentuk kepribadian anak usia dini yang sesuai dengan ajarannya.
Pendidikan karakter yang disampaikan kepada anak harus meliputi tiga
aspek perkembangan, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pertama,
8

aspek

perkembangan

kognitif,

meliputi

kemampuan

dalam

Kuntari Eri Murti,” Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada Pembelajaran di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket Keahlian Desain
Interior”,Kurikulum. 2013.

berfkir, pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku. Kedua, aspek afektif, meliputi kemampuan
dalam bersikap yang ditunjukkan dengan kualitas keimanan, akhlak dan
budi pekerti yang luhur. Ketiga, aspek psikomotorik, yakni meliputi
kemampuan anak dalam bertingkah laku, mengembangkan kreatiftas dan
keterampilan yang dimiliki anak.9
Berdasarkan

pembahasan

di

atas

terlihat

bawa

pendidikan

multikultur sangat mencakup ketiga hal tersebut yaitu, kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Karena multikulturalisme itu adalah sebuah ideologi dan
sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif
fungsinya bagi kehidupan manusia. Hal yang harus kita perhatikan bersama
untuk kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana kebudayaan
itu operasional melalui pranata-pranata sosial.
Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam
berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan
manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan
bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat
yang bersangkutan. Kajian-kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan
antarmanusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber-sumber
daya

akan

merupakan

sumbangan

yang

penting

dalam

upaya

mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan
bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara

bagi

Indonesia. 10

Dengan

mengajarkan pendidikan multikulturalisme kepada anak-anak bangsa sejak
umur dini, menanamkan modal kepada mereka agar dapat hidup bersamasama dengan orang lain di dalam kehidupan, jangan hanya bisa dan paham,
melainkan

bisa

menjadi

pribadi

yang

multikuktur

dan

mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Keragaman
etnik,

bahasa

serta

budaya,

merupakaan

kenyataan

yang

tidak

terbantahkan. Dalam peradaban modern bahkan bisa dikatakan tidak ada
lagi wilayah di dunia ini yang hanya di huni oleh satu etnik tertentu atau
9

Miftahul Hakiki, “Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter Anak Di Era
Millenial”, Pendidikan Keluarga. Vol 10. No.1, April 2017.
10
Parsudi Suparlan, “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural”, Antropologi
Pendidikan. No.69, 2002.

budaya tertentu. Hampir semua wilayah merupakan percampuran dari
berbagai etnik dan budaya. Dalam konteks kehidupan sosial di tengah
keragaman, karakter multikultural mutlak diperlukan yaitu sebuah karakter
yang mampu mengenal, menerima, menghargai dan merayakan keragaman
kultur.11
Tantangan bagi para pendidik dan fasilitator di dalam pendidikan
adalah bagaimana caranya menjadikan anak-anak bangsa pada abad ke-21
ini paham betul mengenai pendidikan mutikultural ini. Agar terciptanya
lingkungan yang nyaman, menyenangkan, tanpa melihat perbedaan antar
teman dan teman lainnya pada saat proses pembelajaran, perbedaan antar
teman justru membuat mereka belajar akan cara menghargai pendapat dan
perbedaan yang terjadi antar mereka tersebut. Selain itu perlunya
kreativitas guru dalam memilih model, startegi dan teori belajar yang sesuai
dengan pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan multikultural tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi saja, akibatnya ketika anak
didik lulus dari sekolah, mereka hanya pinar secara teoritis saja, tapi miskin
aplikasi.12
Menurut Suryabrata dikutip oleh Nyanyu Khodijah, menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua yaitu factor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meiliputi
faktor-faktor fsiologis dan faktor-faktor psikologis. Kedua adalah faktorfaktor yang berasal dari luar diri pembelajar yang meliputi faktor-faktor
social dan faktor-faktor non sosial.13 Banyak perubahan-perubahan dlam
tatanan masyarakat sekarang ini yang menyebabkan banyaknya muncul
gejala-gejala

sosial

seperti

kemiskinan,

kekumuhan,

polusi

udara,

pengungsian penduduk bahkan bencana alam yang sangat memungkinkan
munculnya ancaman gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal
11

Budi Manfaat, “Praktik Pendidikan Multikultural Di Pondok Pesantren Dar AlTauhid Cirebon”, Holistik. Vol.14.No.01, 2013.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm.1.
13
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm.58.

gangguan emosional.14 Melihat berbagai tantangan ddan hambatan di
dalam melangsungkan suatu proses pembelajaran dan kegiatan belajar bagi
anak-anak bangsa, sangat diperlukan kerjasama yang baik antar para
fasilitator, pendidik, dan aspek-aspek lain yangtersangkut paut di dalam
proses pendidikan. Khususnya seperti pengembangan kurikulum yang lebih
baik

di

banding

kurikulum

sebelumnya,

harus

benar-benar

melihat

kebutuhan anak secara mendalam dan perbedaan yang ada pada setiap
individu dan lingkungan sekolah.
Untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural yang baik dan
bermanfaat bagi siswa, diharapkan pula keikut sertakan guru dalam
mempersiapkan dirinya sebagai pribadi yang multikultural juga. Agar
pengajaran pendidikan multikultural bisa disesuaikan dengan kehidupan
sehari-hari dan anak-anak sekolah dasar pun dapat menjadikan kegiatan
respect dan recognize sebagai kebiasaan bagi dirinya di dalam kehidupan
dan lingkungan masyarakat.

14

Lailatul Fithriyah dkk, Pengantar Psikologi Klinis (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014),
hlm.132.

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Bab 1.
Pasal 1.
Herry Hernawan, Asep. 2014. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan. Universitas Terbuka.
Zubaidah S. 2006. Keterampilan yang diajarkan Melalui Pembelajaran.
Tugas Akhir. Tidak di Terbitkan. Fakultas MIPA.
Sudiatmaka. 2012. Pengembangan Model Pendidikan Multikultur
Berbantuan Modul Berbasis Masalah yang Berorientasi Pada Spiritualisme
dalam Pembelajaran IPS SD. Jurnal Pendidikan.
Banks A, James. 1997. Educating Citizens in a Multicultural Society
Teacher College Press. Columbia University. New York.
Mahfud, Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Jihad, Asep. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo.
Eri Murti, Kuntari. 2013. Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya
Pada Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket
Keahlian Desain Interior. Jurnal Kurikulum.
Hakiki, Miftahul. 2017. Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter
Anak Di Era Millenial. Jurnal Pendidikan Keluarga.
Suparlan, Parsudi. 2002. Menuju Masyarakat Indonesia yang
Multikultural. Jurnal Antropologi Pendidikan.
Manfaat, Budi. 2013. Praktik Pendidikan Multikultural Di Pondok
Pesantren Dar Al-Tauhid Cirebon. Jurnal Holistik.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar
Proses pendidikan. Jakarta. Kencana.
Khodijah, Nyanyu. 2016. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers
Fitriyah, Lailatul. 2014. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta. Prestasi
Pustaka.