Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ram

Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ramadlan
Sebagai Pelengkap Artikel Artikel Sebelumnya Yang Membahas Puasa Dan Bulan Puasa
Ramadlan,Saya Lanjutkan Dengan Postingan Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa
Ramadlan.
Hadits Hadits/Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Ramadlan Ini Menjadi Pelengkap Dari
Artikel Artikel sebelumnya.
Langsung saja pada pokok persoalan,yaitu mengenai Hadits hadits bulan ramadlan.
1. Berpuasa karena melihat hilal, berhari raya juga karena melihat hilal, jika tertutup awan maka
genapkan hingga tiga puluh hari
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

‫ين‬
َ ِ‫ان ثَ َلث‬
َ َ‫صُو ُموا لِر ُْؤيَتِ ِه َوأَ ْف ِطرُوا لِر ُْؤيَتِ ِه فَإِ ْن ُغب َِي َعلَ ْي ُك ْم فَأ َ ْك ِملُوا ِع َدةَ َش ْعب‬

Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal
hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari. (HR.
Bukhari No. 1909)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:


‫ين‬
َ ِ‫فَصُو ُموا لِر ُْؤيَتِ ِه َوأَ ْف ِطرُوا لِر ُْؤيَتِ ِه فَإِ ْن أُ ْغ ِم َي َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ِدرُوا لَهُ ثَ َلث‬
Maka berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, lalu
jika kalian terhalang maka ditakarlahlah sampai tiga puluh hari. (HR. Muslim No. 1080, 4)

‫ُون فَ َل تَصُو ُموا َحتَى تَ َر ْوهُ َو َل تُ ْف ِطرُوا َحتَى تَ َر ْوهُ فَإِ ْن ُغ َم‬
َ ‫إِنَ َما ال َش ْه ُر تِ ْس ٌع َو ِع ْشر‬
ُ‫َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ِدرُوا لَه‬
Sesungguhnya sebulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya
(hilal), dan janganlah kalian berhari raya sampai kalian melihatnya, jika kalian terhalang maka
takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia. (HR. Muslim No. 1080, 3)
2. Berpuasa Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ومن صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosadosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 38, 1910, 1802)
Makna ‘diampuninya dosa-dosa yang lalu’ adalah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa besar –
seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya- hanya
bias dihilangkan dengan tobat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan

tidak mengulanginya sama sekali. Hal ini juga ditegaskan oleh hadits berikut ini.
3. Diampuni dosa di antara Ramadhan ke Ramadhan
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

ُ ‫صلَ َو‬
َ ‫ال‬
‫ات لِ َما بَ ْينَه َُن‬
ٌٌ ‫ار‬
َ َ‫ات ْال َخ ْمسُ َو ْال ُج ْم َعةُ إِلَى ْال ُج ْم َع ِة َكف‬
“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan ramadhan ke Ramadhan, merupakan
penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233)
4. Shalat pada malam Lailatul Qadar menghilangkan dosa-dosa yang lalu
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ غفر له ما تقدم من ذنبه‬،‫من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا‬
“Barang siapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ihtisab
(mendekatkan diri kepada Allah) , maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari
No. 35, 38, 1802)
5. Shalat malam (tarawih) Pada Bulan Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬،‫ان إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا‬
َ ‫ض‬
َ ‫ َم ْن قَا َم َر َم‬.
“Barang siapa yang shalat malam pada Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni
dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari No. 37 1904, 1905)
6. Dibuka Pintu Surga, Dibuka pinta Rahmat, Ditutup Pintu Neraka, dan Syetan dibelenggu
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ْ ‫صفِ َد‬
ْ َ‫ت أَب َْوابُ ْال َجنَ ِة َو ُغلِق‬
ْ ‫ضان فُتِ َح‬
‫اطين‬
ُ ‫ار َو‬
َ ‫إِ َذا َجا َء َر َم‬
ِ َ‫ت ال َشي‬
ِ َ‫ت أَب َْوابُ الن‬
“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan
dibelenggu.” (HR. Muslim No. 1079)

Dalam hadits lain:

‫ وسلسلت الشياطين‬،‫ وغلقت أبواب جهنم‬،‫إذا كان رمضان فتحت أبواب الرحمة‬
“Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan
dirantai.” (HR. Muslim No. 1079)
7. Allah Ta’ala Langsung Membalas Pahala Puasa
Firman Allah Ta’ala dalam hadist Qudsi :

‫ َوأَنَا أَجْ ِزي بِ ِه‬،‫ فَه َُو لِي‬،‫ إِ َل الصِ يَا َم‬،ُ‫ُكلُ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم لَه‬
“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untukKu dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari No. 1795, Muslim No. 1151, Ibnu
Majah No. 1638, 3823, Ahmad No. 7494, Ibnu Khuzaimah No. 1897, Ibnu Hibban No. 3416)
8. Disediakan Pintu Ar Rayyan bagi orang yang puasa
Haditsnya:

ُ ‫إِ َن فِي ْال َجنَ ِة بَابًا يُقَا ُل لَهُ ال َري‬
‫ون يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َل يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد‬
َ ‫َان يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ الصَائِ ُم‬
‫ق فَلَ ْم‬
َ ِ‫ون َل يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد َغ ْي ُرهُ ْم فَإِ َذا َد َخلُوا أُ ْغل‬
َ ‫ون فَيَقُو ُم‬

َ ‫َغ ْي ُرهُ ْم يُقَا ُل أَي َْن الصَائِ ُم‬
‫يَ ْد ُخلْ ِم ْنهُ أَ َح ٌد‬

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orangorang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali
mereka. Dikatakan: “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada
yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu
ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya.” (HR. Bukhari No. 1797, 3084,
Muslim No. 1152, At Tirmidzi No. 762, Ibnu Majah No. 1640)
9. Bau mulut orang puasa lebih Allah Ta’ala cinta di banding kesturi
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

ْ َ‫وف فَ ِم الصَائِ ِم أ‬
َ ‫طيَبُ ِع ْن َد‬
ُ ُ‫َوالَ ِذي نَ ْفسُ ُم َح َم ٍد بِيَ ِد ِه لَ ُخل‬
‫ك‬
ِ ‫يح ْال ِم ْس‬
ِ ‫اِ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن ِر‬
… Demi Yang Jiwa Muhammad ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa lebih Allah
cintai u dibanding bau misk (kesturi) …” (HR. Bukhari No. 1904 dan Muslim No. 1151)
10. Dua kebahagiaan bagi orang berpuasa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

‫ وإذا لقي ربه فرح بصومه‬،‫ إذا أفطر فرح‬:‫للصائم فرحتان يفرحهما‬
“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika
berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805, 7054. Muslim no. 1151.
At Tirmidzi No. 766. An Nasa’i No. 2211, 2212, 2213, 2215, 2216. Ibnu Majah No. 1638. Ad
Darimi No. 1769. Ibnu Hibban No. 3423. Al Baihaqi dalam As Sunan No. 7898. Ibnu
Khuzaimah No. 1896. Abu Ya’la No. 1005. Ahmad No. 4256, dari Ibnu Mas’ud. Ath Thabarani
dalam Al Kabir No. 10077. Abdurrazzaq No. 7898)
11. Anjuran bersahur
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

ً‫ُور بَ َر َكة‬
ِ ‫تَ َس َحرُوا فَإِ َن فِي ال َسح‬
“Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhari No. 1923,
Muslim No. 1095)
12. Keutamaan bersahur
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:


‫ فَإِ َن اَ َع َز‬،‫ َولَ ْو أَ ْن يَجْ َر َع أَ َح ُد ُك ْم جُرْ َعةً ِم ْن َما ٍء‬،ُ‫ فَ َل تَ َد ُعوه‬،ٌ‫ال َسحُو ُر أَ ْكلُهُ بَ َر َكة‬
‫ين‬
َ ‫ون َعلَى ْال ُمتَ َس ِح ِر‬
َ ُ‫ُصل‬
َ ‫َو َج َل َو َم َلئِ َكتَهُ ي‬
Makan sahur adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walau kalian hanya
meminum seteguk air, karena Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikat mendoakan orang yang
makan sahur. (HR. Ahmad No. 11086, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: sanadnya
shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 11086)
Dari Amru bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

bersabda:

‫ب أَ ْكلَةُ ال ُسحُور‬
ِ ‫صيَ ِام أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
ِ ‫صيَا ِمنَا َو‬
ِ ‫فَصْ ُل َما بَي َْن‬
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim No.
1096)

13. Disunnahkan menta’khirkan sahur:
Dari ‘Amru bin Maimun Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

‫كان أصحاب محمد صلى ا عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا‬
Para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling bersegera
dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya. (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al
Kubra No. 7916. Al Faryabi dalam Ash Shiyam No. 52. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf
No. 9025)
Imam An Nawawi mengatakan: “sanadnya shahih.” (Lihat Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab,
6/362), begitu pula dishahihkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahkan menurutnya keshahihan
hadits tentang bersegera buka puasa dan mengakhirkan sahur adalah mutawatir. (Lihat Imam Al
‘Aini, ‘Umdatul Qari, 17/9. Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 4/199)
14. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertadarus Al Quran bersama Malaikat Jibril
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma menceritakan:

‫آن‬
َ ْ‫ار ُسهُ ْالقُر‬
َ ‫ض‬
َ ‫َو َك‬
َ ‫ان ِجب ِْري ُل يَ ْلقَاهُ فِي ُك ِل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َر َم‬

ِ ‫ان فَيُ َد‬

Jibril menemuinya (nabi) pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia (Jibril) bertadarus Al
Quran bersamanya. (HR. Bukhari No. 3220)
15. Kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama bulan Ramadhan melebihi
hembusan angin
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, menceritakan:

َ ‫صلَى‬
ُ ‫اس َوأَجْ َو ُد َما يَ ُك‬
َ ‫ان ِح‬
َ ‫ض‬
َ ‫َك‬
َ ‫ون فِي َر َم‬
َ ‫ان النَبِ ُي‬
ُ‫ين يَ ْلقَاه‬
ِ َ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أَجْ َو َد الن‬
‫آن‬
َ ْ‫ار ُسهُ ْالقُر‬
َ ‫ض‬

َ ‫ِجب ِْري ُل َو َك‬
َ ‫ان ِجب ِْري ُل َعلَ ْي ِه الس ََلم يَ ْلقَاهُ فِي ُكلِ لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َر َم‬
ِ ‫ان فَيُ َد‬
َ ‫صلَى‬
‫يح ْال ُمرْ َسلَ ِة‬
َ ‫ا‬
ِ َ ‫فَلَ َرسُو ُل‬
ِ ِ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أَجْ َو ُد بِ ْال َخي ِْر ِم ْن الر‬
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling dermawan, dan

kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadhan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan,
Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Al Quran bersamanya. Maka,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan
melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari No. 3220)
16. Memberikan makanan buat orang yang berbuka puasa
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:

‫ان لَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر ِه َغي َْر أَنَهُ َل يَ ْنقُصُ ِم ْن أَجْ ِر الصَائِ ِم َش ْيئًا‬
َ ‫صائِ ًما َك‬

َ ‫َم ْن فَطَ َر‬

Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan
mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu.
(HR. At Tirmidzi No. 807, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21676, An Nasa’i dalam As
Sunan Al Kubra No. 3332. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3952. Dishahihkan Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6415. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan lighairih.
Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 21676, Al Bazzar dalam Musnadnya No. 3775)
17. Memperbanyak doa
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

ْ ‫ال َما ُم ْال َعا ِد ُل َو َد ْع َوةُ ْال َم‬
‫ظلُوم‬
ِ ْ ‫ثَ َلثَةٌ َل تُ َر ُد َد ْع َوتُهُ ْم الصَائِ ُم َحتَى يُ ْف ِط َر َو‬
Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia
berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi No. 2526, 3598,
katanya: hasan. Ibnu Hibban No. 7387, Imam Ibnul Mulqin mengatakan: “hadits ini shahih.”
Lihat Badrul Munir, 5/152. Dishahihkan oleh Imam Al Baihaqi. Lihat Shahih Kunuz As sunnah
An Nabawiyah, 1/85. Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkannya. Lihat Shahih wa Dhaif
Sunan At Tirmidzi No. 2526)
18. Doa ketika berbuka puasa
Berdoa diwaktu berbuka puasa juga diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Berikut
ini adalah doanya:

َ ‫صلَى‬
ْ َ‫ب الظَ َمأ ُ َوا ْبتَل‬
ُ ‫ت ْال ُعرُو‬
َ َ‫ق َوثَب‬
‫ت‬
َ ‫َك‬
َ َ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم إِ َذا أَ ْفطَ َر قَا َل َذه‬
َ ‫ا‬
ِ َ ‫ان َرسُو ُل‬
َ ‫ْالَجْ ُر إِ ْن َشا َء‬
ُ‫ا‬
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika sedang berbuka puasa dia membaca:
“Dzahaba Azh Zhama’u wab talatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” (HR. Abu Daud No.
2357, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7922, Ad Daruquthni, 2/185, katanya:

“isnadnya hasan.” An Nasa’i dalam As sunan Al Kubra No. 3329, Al Hakim dalam Al
Mustadrak No. 1536, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari- Muslim”. Al Bazzar No. 4395.
Dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 4678)
19. I’tikaf di-‘asyrul awakhir (10 hari tertakhir) Ramadhan
Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:

َ ُ‫ان َحتَى تَ َوفَاه‬
َ ‫صلَى‬
ُ ‫ان يَ ْعتَ ِك‬
َ ‫ض‬
َ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم َك‬
ُ‫ا‬
َ ‫ف ْال َع ْش َر ْالَ َوا ِخ َر ِم ْن َر َم‬
َ ‫ي‬
َ ِ‫أَ َن النَب‬
‫ف أَ ْز َوا ُجهُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه‬
َ ‫ثُ َم ا ْعتَ َك‬
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan
Ramadhan sampai beliau diwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR.
Bukhari No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462. Ahmad No. 24613, dan lainnya)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

َ ‫صلَى‬
ُ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم يَ ْعتَ ِك‬
‫ان ْال َعا ُم الَ ِذي‬
َ ‫ان َع ْش َرةَ أَي ٍَام فَلَ َما َك‬
َ ‫َك‬
َ ‫ف فِي ُكلِ َر َم‬
َ ‫ان النَبِ ُي‬
ٍ ‫ض‬
‫ين يَ ْو ًما‬
َ ‫ف ِع ْش ِر‬
َ ‫ض فِي ِه ا ْعتَ َك‬
َ ِ‫قُب‬
Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada
tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari No. 694, Ahmad No. 8662, Ibnu Hibban
No. 2228, Al Baghawi No. 839, Abu Ya’la No. 5843, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan,
2/53)
20. Tarawihnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat di
masjid, lalu manusia mengikutinya, keesokannya shalat lagi dan manusia semakin banyak, lalu
pada malam ketiga atau keempat mereka berkumpul namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam tidak keluar bersama mereka, ketika pagi hari beliau bersabda:

ُ ‫ُوج إِلَ ْي ُك ْم إِ َل أَنِي َخ ِش‬
ُ ‫قَ ْد َرأَي‬
‫ض َعلَ ْي ُك ْم‬
َ ‫يت أَ ْن تُ ْف َر‬
َ ‫ْت الَ ِذي‬
ِ ‫صنَ ْعتُ ْم فَلَ ْم يَ ْمنَ ْعنِي ِم ْن ْال ُخر‬
‫ان‬
َ ‫ض‬
َ ِ‫َو َذل‬
َ ‫ك فِي َر َم‬

“Aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang mencegahku keluar menuju kalian
melainkan aku khawatir hal itu kalian anggap kewajiban.” Itu terjadi pada bulan Ramadhan.
(HR. Bukhari No. 1129, Muslim No. 761)
21. Terawih pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: 8 rakaat dan witir 3 rakaat
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata:

‫ان َو َل فِي َغي ِْر ِه َعلَى إِحْ َدى َع ْش َرةَ َر ْك َعة‬
َ ‫ض‬
َ ‫َما َك‬
َ ‫ان يَ ِزي ُد فِي َر َم‬
“Bahwa Rasulullah tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat shalat malam, baik pada
bulan Ramadhan atau selainnya.” (HR. Bukhari No. 2013, 3569, Muslim No. 738)
Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

‫ إن كان‬، ‫ يا رسول ا‬: ‫جاء أبي بن كعب إلى رسول ا صلى ا عليه وسلم فقال‬
‫ نسوة في‬: ‫ قال‬، » ‫ « وما ذاك يا أبي ؟‬: ‫ قال‬، ‫مني الليلة شيء يعني في رمضان‬
، ‫ فصليت بهن ثمان ركعات‬: ‫ قال‬، ‫ إنا ل نقرأ القرآن فنصلي بصلتك‬: ‫ قلن‬، ‫داري‬
‫ فكان شبه الرضاٌ ولم يقل شيئا‬: ‫ قال‬، ‫ثم أوترت‬
Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai
Rasulullah, semalam ada peristiwa pada diri saya (yaitu pada bulan Ramadhan).” Rasulullah
bertanya: “Kejadian apa itu Ubay?”, Ubay menjawab: “Ada beberapa wanita di rumahku, mereka
berkata: “Kami tidak membaca Al Quran, maka kami akan shalat bersamamu.” Lalu Ubay
berkata: “Lalu aku shalat bersama mereka sebanyak delapan rakaat, lalu aku witir,” lalu Ubay
berkata: “Nampaknya nabi ridha dan dia tidak mengatakan apa-apa.” (HR. Abu Ya’la dalam
Musnadnya No. 1801. Ibnu Hibban No. 2550, Imam Al Haitsami mengatakan: sanadnya hasan.
Lihat Majma’ az Zawaid, Juz. 2, Hal. 74)
22. Terawih pada masa Sahabat: 20 rakaat dan witir 3 rakaat serta terawih 36 rakaat dan witir 3
rakaat
Pada masa sahabat, khususnya sejak masa khalifah Umar bin Al Khathab Radhilallahu ‘Anhu
dan seterusnya, manusia saat itu melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat.

‫ وهو‬،‫وصح أن الناس كانوا يصلون على عهد عمر وعثمان وعلي عشرين ركعة‬
‫ وأكثر أهل العلم على‬:‫ قال الترمذي‬،‫رأي جمهور الفقهاءٌ من الحنفية والحنابلة وداود‬
‫ما روي عن عمر وعلي وغيرهما من أصحاب النبي صلى ا عليه وسلم عشرين‬
‫ هكذا أدركت الناس بمكة‬:‫ وقال‬،‫ وهو قول الثوري وابن المبارك والشافعي‬،‫ركعة‬
‫يصلون عشرين ركعة‬
“Dan telah shahih, bahwa manusia shalat pada masa Umar, Utsman, dan Ali sebanyak 20 rakaat,
dan itulah pendapat jumhur (mayoritas) ahli fiqih dari kalangan Hanafi, Hambali, dan Daud.
Berkata At Tirmidzi: ‘Kebanyakan ulama berpendapat seperti yang diriwayatkan dari Umar dan
Ali, dan selain keduanya dari kalangan sahabat nabi yakni sebanyak 20 rakaat. Itulah pendapat
Ats Tsauri, Ibnul Mubarak. Berkata Asy Syafi’i: “Demikianlah, aku melihat manusia di Mekkah
mereka shalat 20 rakaat.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/206

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah menyebutkan:

” ‫ين‬
َ ‫ث َو ِع ْش ِر‬
َ ‫ان النَاس يَقُو ُم‬
َ ‫ان قَا َل ” َك‬
َ ‫َو َع ْن يَ ِزيد بْن رُو َم‬
ٍ ‫ان ُع َمر بِثَ َل‬
ِ ‫ون فِي َز َم‬
‫ين‬
َ ‫ون ِع ْش ِر‬
َ ُ‫صل‬
َ ُ‫ضان ي‬
َ ‫ال ” أَ ْد َر ْكته ْم فِي َر َم‬
َ َ‫َو َر َوى ُم َح َمد بْن نَصْ ر ِم ْن طَ ِريق َعطَاء ق‬
َ ‫” َر ْك َعة َوثَ َل‬
‫ت ْال ِو ْتر‬
ِ ‫ث َر َك َعا‬

“Dari Yazid bin Ruman, dia berkata: “Dahulu manusia pada zaman Umar melakukan 23 rakaat.”
Dan Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari Atha’, dia berkata: “Aku berjumpa dengan
mereka pada bulan Ramadhan, mereka shalat 20 rakaat dan tiga rakaat witir.” (Fathul Bari,
4/253)
Beliau melanjutkan:

َ ‫َو َر َوى ُم َح َمد اِبْن نَصْ ر ِم ْن‬
‫ان‬
َ َ‫ارة أَب‬
َ ‫ال ” أَ ْد َر ْكت النَاس فِي إِ َم‬
َ َ‫ط ِريق َدا ُو َد بْن قَيْس ق‬
ً‫ين َر ْك َعة‬
ٍ ‫ون بِ ِس‬
َ ِ‫ت َوثَ َلث‬
َ ‫بْن ُع ْث َمان َو ُع ْمر بْن َعبْد ْال َع ِزيز – يَ ْعنِي بِ ْال َم ِدينَ ِة – يَقُو ُم‬
” ‫ َو َع ْن ال َز ْعفَ َرانِ ِي َع ْن ال َشافِ ِع ِي‬. ‫ث ” َوقَا َل َمالِك هُ َو ْالَ ْم ُر ْالقَ ِدي ُم ِع ْن َدنَا‬
َ ‫َويُوتِر‬
ٍ ‫ُون بِثَ َل‬
‫ْس فِي َش ْيء‬
َ ‫ث َو ِع ْش ِر‬
َ ِ‫ْع َوثَ َلث‬
َ ‫َرأَيْت النَاس يَقُو ُم‬
ٍ ‫ين َوبِ َم َكة بِثَ َل‬
َ ‫ َولَي‬، ‫ين‬
ٍ ‫ون بِ ْال َم ِدينَ ِة بِتِس‬
ٌ ‫ضي‬
‫ق‬
َ ِ‫” ِم ْن َذل‬
ِ ‫ك‬
Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari jalur Daud bin Qais, dia berkata: “Aku menjumpai
manusia pada masa pemerintahan Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz –yakni di
Madinah- mereka shalat 39 rakaat dan ditambah witir tiga rakaat.” Imam Malik
berkata,”Menurut saya itu adalah perkara yang sudah lama.” Dari Az Za’farani, dari Asy Syafi’i:
“Aku melihat manusia shalat di Madinah 39 rakaat, dan 23 di Mekkah, dan ini adalah masalah
yang lapang.” (Ibid)
23. Orang yang sia-sia puasanya
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

ُ ‫صيَا ِم ِه إِ َل ْالجُو‬
‫ع‬
َ ‫صائِ ٍم لَي‬
َ ‫َك ْم ِم ْن‬
ِ ‫ْس لَهُ ِم ْن‬
Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya
lapar saja. (HR. Ahmad No. 9685, Ibnu Majah No. 1690, Ad Darimi No. 2720)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. (Ta’liq Musnad Ahmad No. 9685), Syaikh
Husein Salim Asad mengatakan: hadits ini shahih. (Sunan Ad Darimi No. 2720. Cet. 1, 1407H.
Darul Kitab Al ‘Arabi, Beirut)
24. Boleh mencium isteri jika mampu menahan diri

Diriwayatkan dari Umar Radhilallahu ‘Anhu:

َ ‫ض َي‬
ُ ‫صائِ ٌم فَأَتَي‬
ُ ‫ت يَ ْو ًما فَقَب َْل‬
ُ ‫ال هَ َش ْش‬
ْ
‫ي‬
ٌِ ‫عن ُع َم َر ب ِْن ْال َخطَا‬
َ ‫ت َوأَنَا‬
َ َ‫اُ َع ْنهُ ق‬
َ ِ‫ْت النَب‬
ِ ‫ب َر‬
َ ‫صائِ ٌم فَقَا َل َرسُو ُل‬
َ ‫صلَى‬
ُ ‫ْت ْاليَ ْو َم أَ ْمرًا َع ِظي ًما فَقَب َْل‬
ُ ‫صنَع‬
ُ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم فَقُ ْل‬
َ ‫ت َوأَنَا‬
َ ‫ت‬
َ
ِ‫ا‬
َ ‫صلَى‬
ُ ‫صائِ ٌم قُ ْل‬
َ ‫ت بِ َما ٍء َوأَ ْن‬
َ ْ‫ْت لَ ْو تَ َمضْ َمض‬
َ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أَ َرأَي‬
‫ك فَقَا َل‬
َ ِ‫س بِ َذل‬
َ ْ‫ت َل بَأ‬
َ ‫ت‬
َ
َ
َ
َ
َ
‫صلى اُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم فَفِي َم‬
َ ِ‫َرسُو ُل ا‬
Suatu hari bangkitlah syahwat saya, lalu saya mencium isteri, saat itu saya sedang puasa. Maka
saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya berkata: “Hari ini, Aku telah
melakukan hal yang besar, aku mencium isteri padahal sedang puasa.” Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apa pendapatmu jika kamu bekumur-kumur dengan air dan kamu
sedang berpuasa?”, Saya (Umar) menjawab: “Tidak mengapa.” Maka Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Lalu, kenapa masih ditanya?” (HR. Ahmad, No. 138, 372. Al
Hakim, Al Mustadrak No. 1572, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 7808, 8044. Ibnu
Khuzaimah No. 1999)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Hakim. (Al Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 1572). Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya shahih sesuai syarat Imam Muslim. (Lihat Ta’liq
Musnad Ahmad No. 138). Syaikh Al A’zhami (Tahqiq Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1999)
Hadits di atas menerangkan bahwa mencium isteri dan berkumur-kumur hukumnya sama yakni
boleh, kecuali berlebihan hingga bersyahwat, apalagi mengeluarkan air mani.
Dari Abu Salamah, bahwa ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

‫ في‬:‫ قلت لعائشة‬.‫كان رسول ا صلى ا عليه وسلم يقبل بعض نسائه وهو صائم‬
‫ في الفريضة والتطوع‬،‫ في كل ذلك‬:‫الفريضة والتطوع؟ قالتٌ عائشة‬
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium sebagian isterinya dan dia sedang puasa.”
dan aku juga berpuasa.” Aku (Abu Salamah) berkata kepada ‘Aisyah: “Apakah pada puasa wajib
atau sunah?” Beliau menjawab: “Pada semuanya, baik puasa wajib dan sunah.” (HR. Ibnu
Hibban No. 3545)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Hadits ini shahih.” (Shahih Ibnu Hibban bitartib Ibni
Balban, No. 3545)
25. Berpuasa ketika safar; diberikan pilihan antara tetap berpuasa atau berbuka, tergantung
kekuatan orangnya
Dari Hamzah bin Amru Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

‫ فقال رسول ا‬،‫ فهل علي جناح ؟‬.‫ أجد بي قوة على الصيام في السفر‬:‫يا رسول ا‬
‫ ومن أحب أن يصوم‬.‫ “هي رخصة من ا فمن أخذ بها فحسن‬:‫صلى ا عليه وسلم‬
‫”فل جناح عليه‬.
“Wahai Rasulullah, saya punya kekuatan untuk berpuasa dalam safar, apakah salah saya
melakukannya?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Itu adalah
rukhshah (keringanan) dari Allah, barang siapa yang mau mengambilnya (yakni tidak puasa)
maka itu baik, dan barang siapa yang mau berpuasa maka tidak ada salahnya.” (HR. Muslim No.
1121. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, no. 7947. Ibnu Khuzaimah No. 2026)
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

‫أن رسول ا صلى ا عليه وسلم خرج إلى مكة عام الفتح في رمضان فصام حتى‬
‫بلغ كراع الغميم فصام الناس معه فقيل له يا رسول ا إن الناس قد شق عليهم الصيام‬
‫فدعا بقدح من ماء بعد العصر فشرب والناس ينظرون فأفطر بعض الناس وصام‬
‫بعض فبلغه أن ناسا صاموا فقال أولئك العصاة‬
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada tahun Fath (penaklukan) menuju
Mekkah pada saat Ramadhan. Dia berpuasa hingga sampai pinggiran daerah Ghanim. Manusia
juga berpuasa bersamanya. Dikatakan kepadanya: “Wahai Rasulullah, nampaknya manusia
kepayahan berpuasa.” Kemudian Beliau meminta segelas air setelah asar, lalu beliau minum, dan
manusia melihatnya. Maka sebagian manusia berbuka, dan sebagian lain tetap berpuasa. Lalu,
disampaikan kepadanya bahwa ada orang yang masih puasa.” Maka Beliau bersabda: “Mereka
durhaka.” (HR. Muslim No. 1114. Ibnu Hibban No. 2706, An Nasa’i No. 2263. At Tirmidzi No.
710. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No.7935)
Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengkritik orang yang berpuasa dalam
keadaan safar dan dia kesusahan karenanya.

‫ وقد‬.‫ فرأى رجل قد اجتمع الناس عليه‬.‫كان رسول ا صلى ا عليه وسلم في سفره‬
‫ “ليس من‬:‫ فقال رسول ا عليه وسلم‬.‫ رجل صائم‬:‫ “ماله ؟” قالوا‬:‫ فقال‬.‫ضلل عليه‬
‫”البر أن تصوموا في السفر‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah dalam perjalanannya. Dia melihat seseorang
yang dikerubungi oleh manusia. Dia nampak kehausan dan kepanasan. Rasulullah bertanya:
“Kenapa dia?” Meeka menjawab: “Seseorang yang puasa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda: “Tidak ada kebaikan kalian berpuasa dalam keadaan safar.” (HR. Muslim
No. 1115)
Jika diperhatikan berbagai dalil ini, maka dianjurkan tidak berpuasa ketika dalam safar, apalagi
perjalanan diperkirakan melelahkan. Oleh karena itu, para imam hadits mengumpulkan haditshadits ini dalam bab tentang anjuran berbuka ketika safar atau dimakruhkannya puasa ketika

safar. Contoh: Imam At Tirmidzi membuat Bab Maa Ja’a fi Karahiyati Ash Shaum fi As Safar
(Hadits Tentang makruhnya puasa dalam perjalanan), bahkan Imam Ibnu Khuzaimah menuliskan
dalam Shahihnya:

‫باب ذكر خبر روي عن النبي صلى ا عليه وسلم في تسمية الصوم في السفر عصاة‬
‫من غير ذكر العلة التي أسماهم بهذا السم توهم بعض العلماء أن الصوم في السفر‬
‫غير جائز لهذا الخبر‬
“Bab tentang khabar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang penamaan berpuasa saat
safar adalah DURHAKA tanpa menyebut alasan penamaan mereka dengan nama ini. Sebagian
ulama menyangka bahwa berpuasa ketika safar adalah TIDAK BOLEH karena hadits ini.”
Tetapi, jika orang tersebut kuat dan mampu berpuasa, maka boleh saja dia berpuasa sebab
berbagai riwayat menyebutkan hal itu, seperti riwayat Hamzah bin Amru Al Aslami Radhiallahu
‘Anhu di atas.
Ini juga dikuatkan oleh riwayat lainnya, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

‫ في‬،‫ قد صام رسول ا صلى ا عليه وسلم‬.‫ل تعب على من صام ول من أفطر‬
‫ وأفطر‬،‫السفر‬.
“Tidak ada kesulitan bagi orang yang berpuasa, dan tidak ada kesulitan bagi yang berbuka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berpuasa dalam safar dan juga berbuka.” (HR.
Muslim No. 1113)
Dari Ibnu Abbas juga:

‫ ثم دعا‬.‫ فصام حتى بلغ عسفان‬.‫سافر رسول ا صلى ا عليه وسلم في رمضان‬
‫قال ابن عباس‬. ‫ حتى دخل مكة‬.‫ ثم أفطر‬.‫ ليراه الناس‬.‫ فشربه نهارا‬.‫بإنء فيه شراب‬
‫ ومن‬،‫ فمن شاء صام‬.‫ فصام رسول ا صلى ا عليه وسلم وأفطر‬:‫رضي ا عنهما‬
‫شاء أفطر‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan perjalanan pada Ramadhan, dia berpuasa
singga sampai ‘Asfan. Kemudian dia meminta sewadah air dan meminumnya siang-siang.
Manusia melihatnya, lalu dia berbuka hingga masuk Mekkah.” Ibnu Abbas Radhiallahu
‘Anhuma berkata: “Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa dan berbuka.
Barang siapa yang mau maka dia puasa, dan bagi yang mau buka maka dia berbuka.” (Ibid)
Dengan mentawfiq (memadukan) berbagai riwayat yang ada ini, bisa disimpulkan bahwa anjuran
dasar bagi orang yang safar adalah berbuka. Namun, bagi yang kuat dan sanggup untuk berpuasa
maka boleh saja berbuka atau tidak berpuasa sejak awalnya. Namun bagi yang sulit dan lelah,
maka lebih baik dia berbuka saja. Wallahu A’lam

26. Umrah ketika Ramadhan adalah sebanding pahalanya seperti haji bersama Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
berkata kepada seorang wanita Anshar bernama Ummu Sinan:

‫ضي َح َجةً أَ ْو َح َجةً َم ِعي‬
َ ‫ض‬
َ ‫فَإِ َن ُع ْم َرةً فِي َر َم‬
ِ ‫ان تَ ْق‬

“Sesungguhnya Umrah ketika bulan Ramadhan sama dengan memunaikan haji atau haji
bersamaku.” (HR. Bukhari No. 1863, Muslim No. 1256)
27. Tentang Lailatul Qadar
Secara spesifik, Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir atau tujuh malam terakhir. Dari
Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ان ُمتَ َحرِ يهَا فَ ْليَتَ َح َرهَا ِم ْن ْال َع ْش ِر ْالَ َوا ِخ ِر‬
َ ‫فَ َم ْن َك‬

“Maka, barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada sepuluh malam
terakhir.” (HR. Bukhari No. 1105)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

َ ‫صلَى‬
‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أُرُوا لَ ْيلَةَ ْالقَ ْد ِر فِي ْال َمنَ ِام فِي ال َسب ِْع‬
َ ‫ب النَبِ ِي‬
ِ ‫أَ َن ِر َج ًال ِم ْن أَصْ َحا‬
َ ‫صلَى‬
ْ َ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أَ َرى ر ُْؤيَا ُك ْم قَ ْد تَ َواطَأ‬
‫ت فِي ال َسب ِْع‬
َ ‫ا‬
ِ َ ‫ْالَ َوا ِخ ِر فَقَا َل َرسُو ُل‬
‫ان ُمتَ َحرِ يهَا فَ ْليَتَ َح َرهَا فِي ال َسب ِْع ْالَ َوا ِخ ِر‬
َ ‫اخ ِر فَ َم ْن َك‬
ِ ‫ْالَ َو‬
“Sesungguhnya seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat
Lailatul Qadr pada mimpinya pada tujuh hari terakhir. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam: “Saya melihat mimpi kalian telah bertepatan pada tujuh malam terakhir,
maka barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada tujuh malam
terakhir.” (HR. Bukhari No. 1911, 6590, Muslim No.1165 Ibnu Hibban No. 3675, Al Baihaqi
dalam As Sunan Al Kubra No. 8327, Ibnu Khuzaimah No. 2182, Malik dalam Al Muwaththa’
No. 697
Bagaimanakah maksud tujuh malam terakhir? Tertulis penjelasannya dalam Shahih Ibnu
Khuzaimah, sebagai berikut:

‫قال أبو بكر هذا الخبر يحتمل معنيين أحدهما في السبع الواخر فمن كان أن يكون‬
‫صلى ا عليه وسلم لما علم تواطأ رؤيا الصحابة أنها في السبع الخير في تلك السنة‬

‫أمرهم تلك السنة بتحريها في السبع الواخر والمعنى الثاني أن يكون النبي صلى ا‬
‫عليه وسلم إنما أمرهم بتحريها وطلبها في السبع الواخر إذا ضعفوا وعجزوا عن‬
‫طلبها في العشر كله‬
Berkata Abu Bakar: Khabar ini memiliki dua makna. Pertama, pada malam ke tujuh terakhir
karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala mengetahui adaya kesesuaian dengan mimpi
sahabat bahwa Lailatul Qadr terjadi pada tujuh malam terakhir pada tahun itu, maka beliau
memerintahkan mereka pada tahun itu untuk mencarinya pada tujuh malam terakhir. Kedua,
perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para sahabat untuk mencari pada tujuh
malam terakhir dikaitkan jika mereka lemah dan tidak kuat mencarinya pada sepuluh hari
semuanya. (Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 2182)
Makna ini diperkuat lagi oleh hadits yang menunjukkan alasan kenapa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mengintai tujuh hari terakhir.
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

َ ‫صلَى‬
َ ‫ال َرسُو ُل‬
‫اخ ِر يَ ْعنِي لَ ْيلَةَ ْالقَ ْد ِر فَإِ ْن‬
َ ِ‫ا‬
َ َ‫ق‬
ِ ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم ْالتَ ِمسُوهَا فِي ْال َع ْش ِر ْالَ َو‬
‫ُف أَ َح ُد ُك ْم أَ ْو َع َج َز فَ َل يُ ْغلَبَ َن َعلَى ال َسب ِْع ْالبَ َواقِي‬
َ ‫ضع‬
َ

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Carilah dia pada sepuluh malam
terakhir (maksudnya Lailatul Qadar) jika kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan
sampai dikalahkan oleh tujuh hari sisanya.” (HR. Muslim No. 1165, 209)
- Kemungkinan besar adalah pada malam ganjilnya
Kemungkinan lebih besar adalah Lailatul Qadr itu datangnya pada malam ganjil sebagaimana
hadits berikut:

Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

ُ ‫فَإِنِي أُ ِر‬
‫يت لَ ْيلَةَ ْالقَ ْد ِر َوإِنِي نُسِيتُهَا َوإِنَهَا فِي ْال َع ْش ِر ْالَ َوا ِخ ِر فِي ِو ْت ٍر‬
“Seseungguhnya Aku diperlihatkan Lailatul Qadar, dan aku telah dilupakannya, dan saat itu pada
sepuluh malam terakhir, pada malam ganjil.” (HR. Bukhari No. 638, 1912, 1923)
Dalam riwayat lain:

َ ‫صلَى‬
َ ‫ُول‬
َ ‫ض َي‬
‫ال تَ َحر َْوا لَ ْيلَةَ ْالقَ ْد ِر‬
َ َ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم ق‬
َ ِ‫ا‬
َ ‫اُ َع ْنهَا أَ َن َرس‬
ِ ‫َع ْن َعائِ َشةَ َر‬
‫ان‬
َ ‫ض‬
َ ‫فِي ْال ِو ْت ِر ِم ْن ْال َع ْش ِر ْالَ َوا ِخ ِر ِم ْن َر َم‬

“Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.”
(HR. Bukhari No. 1913)
Ada dua pelajaran dari dua hadits yang mulia ini. Pertama, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam sendiri tidak tahu persis kapan datangnya Lailatu Qadar karena dia lupa. Kedua,
datangnya Lailatul Qadar adalah pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir.
- Malam ke 24, 25, 27 dan 29?
Imam Bukhari meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

‫التمسوا في أربع وعشرين‬
“Carilah pada malam ke 24.” (Atsar sahabat dalam Shahih Bukhari No. 1918)
Imam Bukhari juga meriwayatkan, dari ‘Ubadah bin Ash Shamit Radhiallahu ‘Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫فَ ْالتَ ِمسُوهَا فِي التَا ِس َع ِة َوالسَابِ َع ِة َو ْال َخا ِم َس ِة‬

“Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke sembilan, tujuh, dan lima (pada sepuluh malam
terakhir, pen).” (HR. Bukhari No. 49, 1919)
Berkata seorang sahabat mulia, Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:

َ ‫صلَى‬
َ ‫َو‬
‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
َ ‫ا‬
ِ َ ‫اِ إِنِي َلَ ْعلَ ُم أَيُ لَ ْيلَ ٍة ِه َي ِه َي اللَ ْيلَةُ الَتِي أَ َم َرنَا بِهَا َرسُو ُل‬
ْ َ‫ارتُهَا أَ ْن ت‬
‫صبِي َح ِة يَ ْو ِمهَا‬
َ ‫يح ِة َسب ٍْع َو ِع ْش ِر‬
َ ‫طلُ َع ال َش ْمسُ فِي‬
َ ‫ين َوأَ َم‬
َ ِ ‫صب‬
َ ُ‫بِقِيَا ِمهَا ِه َي لَ ْيلَة‬
‫ْضا َء َل ُش َعا َع لَهَا‬
َ ‫بَي‬
“Demi Allah, seseungguhnya aku benar-benar mengetahui malam yang manakah itu, itu adalah
malam yang pada saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk
shalat malam, yaitu malam yang sangat cerah pada malam ke 27, saat itu tanda-tandanya hingga
terbitnya matahari, pada pagi harinya putih terang benderang, tidak ada panas.” (HR. Muslim
No. 762)
Bukan hanya Ubay bin Ka’ab, tapi juga sahabat yang lain. Salim meriwayatkan dari ayahnya
Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

َ ‫صلَى‬
‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم أَ َرى‬
َ ‫َرأَى َر ُج ٌل أَ َن لَ ْيلَةَ ْالقَ ْد ِر لَ ْيلَةُ َسب ٍْع َو ِع ْش ِر‬
َ ‫ين فَقَا َل النَبِ ُي‬
ْ َ‫اخ ِر ف‬
‫اطلُبُوهَا فِي ْال ِو ْت ِر ِم ْنهَا‬
ِ ‫ر ُْؤيَا ُك ْم فِي ْال َع ْش ِر ْالَ َو‬

“Seorang laki-laki melihat Lailatul Qadr pada malam ke 27. Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: Aku melihat mimpi kalian pada sepuluh malam terakhir, maka carilah pada
malam ganjilnya.” (HR. Muslim No. 1165)

Inilah riwayat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama, bahwa kemungkinan besar Lailatul
Qadr adalah pada malam ke 27. Namun, perselisihan tentang kepastiannya sangat banyak,
sehingga bisa dikatakan bahwa jawaban terbaik dalam Kapan Pastinya Lailatul Qadr adalah
wallahu a’lam.
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah:

‫ك أَ ْكثَر‬
َ ِ‫ َوتَ َحص ََل لَنَا ِم ْن َم َذا ِهبه ْم فِي َذل‬. ‫ف ْال ُعلَ َماء فِي لَ ْيلَة ْالقَ ْدر اِ ْختِ َلفًا َكثِيرًا‬
َ َ‫َوقَ ْد اِ ْختَل‬
‫ين قَ ْو ًل‬
َ ‫ِم ْن أَرْ بَ ِع‬
“Para ulama berbeda pendapat tentang Lailatul Qadr dengan perbedaan yang banyak. Kami
menyimpulkan bahwa di antara pendapat-pendapat mereka ada lebih 40 pendapat.” (Fathul Bari,
4/262. Darul Fikr)
28. Doa ketika Lailatul Qadar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa khusus untuk kita baca ketika
Lailatul Qadar.

َ ‫ُول‬
ْ َ‫َع ْن َعائِ َشةَ قَال‬
ُ ‫ْت إِ ْن َعلِ ْم‬
ُ ‫ت قُ ْل‬
َ ‫اِ أَ َرأَي‬
‫ت أَيُ لَ ْيلَ ٍة لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر َما أَقُو ُل فِيهَا‬
َ ‫ت يَا َرس‬
ُ ‫ك ُعفُ ٌو َك ِري ٌم تُ ِحبُ ْال َع ْف َو فَا ْع‬
‫ف َعنِي‬
َ َ‫ال قُولِي اللَهُ َم إِن‬
َ َ‫ق‬

Dari ‘Aisyah dia berkata “Aku berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui
bahwa pada suatu malam adalah Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau menjawab:
“Ucapkanlah, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.” (HR. At Tirmidzi
No. 3513, At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Ibnu Majah No. 3850. Syaikh Al Albani
menshahihkannya. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 3337, Shahihul Jami’ No. 4423, dan
lainnya)
29. Orang yang tidak berpuasa tanpa alasan
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, secara marfu’:

‫صيَا ُم ال َد ْه ِر َوإِ ْن‬
َ ‫ض‬
َ ‫َم ْن أَ ْفطَ َر يَ ْو ًما ِم ْن َر َم‬
ِ ‫ض ِه‬
ِ ‫ض لَ ْم يَ ْق‬
ٍ ‫ان ِم ْن َغي ِْر ُع ْذ ٍر َو َل َم َر‬
ُ‫صا َمه‬
َ
Barang siapa yang tidak berpuasa pada Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka
tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya. (HR.
Bukhari No. 1934)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

‫ فهو‬،‫ من ترك واحدة منهن‬،‫ عليهن أسس السلم‬،‫ وقواعد الدين ثلثة‬،‫عرى السلم‬
‫ وصوم رمضان‬،‫ والصلة المكتوبة‬،‫ شهادة أن ل إله إل ا‬:‫بها كافر حلل الدم‬
Tali Islam dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan, dan
barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal ( untuk
dibunuh), (yakni): Syahadat Laa Ilaaha Illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan.” (HR. Abu
Ya’ala No. 2349, Alauddin Al muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 23, juga Ad Dailami
dan dishahihkan oleh Imam Adz Dzahabi. Berkata Hammad bin Zaid: aku tidak mengetahui
melainkan hadits ini telah dimarfu’kan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Haitsami
mengatakan sanadnya hasan, Majma’ Az Zawaid, 1/48. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Tetapi
didhaifkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah)
Berkata Imam Adz Dzahabi Rahimahullah:

،‫ أنه شر من الزاني‬،‫ أن من ترك صوم رمضان بل مرض‬:‫وعند المؤمنين مقرر‬
‫ والنحلل‬،‫ ويظنون به الزندقة‬،‫ بل يشكون في إسلمه‬،‫ومدمن الخمر‬.
“Bagi kaum mukminin telah menjadi ketetapan bahwa meninggalkan puasa Ramadhan padahal
tidak sakit adalah lebih buruk dari pezina dan pemabuk, bahkan mereka meragukan
keislamannya dan mencurigainya sebagai zindiq dan tanggal agamanya.” (Syaikh Sayyid Sabiq,
Fiqhus Sunnah, 1/434. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 4/410. Darul Kutub Al
‘Ilmiyah)
Artikel Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ramadlan ini dikirim oleh abdul karim yang
bersumber dari website ini
semoga Artikel ini bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan buat kita semua amin amin yaa
mujibas sailin.