LAPORAN PENELITIAN TRANSPORTASI MODERN D

Penelitian Media, Teknologi, Dan Masyarakat
Teknologi Masa Depan
(Studi Kasus Opini Masyarakat Surabaya Mengenai
Sarana Transportasi Modern dan Kaitannya dengan
Kemacetan Lalu Lintas)

Oleh tim peneliti :
Ketua
Kevin Aditya Yudha P

(B76213070)

Anggota
1. Dwi Amrina Rosyada
(B36213016)
2. Halimatus Sa’diyah
(B06213018)
3. Hanifuddien El- Kholily (B06213020)
E-mail : [email protected]
Mahasiswa Kelas 2F2
Dosen Pembimbing :

Yusuf Amrozi, M.MT
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini membahas
tentang opini masyarakat surabaya mengenai sarana transportasi modern
dan kaitannya dengan lalu lintas
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Olehnya karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan penelitian ini. Semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis


menyadari

bahwa

laporan

penelitian

ini

jauh

dari

kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
laporan penelitian selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan
semoga laporan penelitian sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat

bagi para pembaca. Penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak
terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah-nudahan
mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT. Amiin.

Surabaya, 11 Juni 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan sebuah kunci yang memiliki peranan penting sebagai
pengembangan sebuah wilayah.Kegagalan peran transportasi memiliki dampak yang luas
terhadap bidang sosial, ekonomi, politik dan perkembangan wilayah itu sendiri. Di dalam
kontruksi sosial-politik transportasi merupakan diwujudkan sebagai sebuah hak asasi
sesorang di dalam aksesbiltas mobilsasi.Pada umunya kebijakan sistem transportasi di
Indonesia masih berpihak kepada pengembangan transportasi jalan terutama pada
kebijakan kendaraan bermotor (terutama sepeda motor) yang semakin tidak dapat
dikendalikan jumlahnya.Salah satu sisi angkutan umum semakin dimarginalkan dan kurang
mendapat perhatian yang cukup serius oleh Pemerintah sebagai sebuah kebijakan.

Transportasi tak lepas halnya dari kemacetan juga berimbas pada wilayah permukiman
penduduk. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya
lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai
transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan
jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta dan Surabaya. Kemacetan lalu lintas
menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota
besar lainnya di Indonesia.
Seringkali aktifitas terhambat karena kemacetan yang seringkali terjadi di kota-kota
besar. Sehingga pertumbuhan ekonomi di suatu negarapun dapat terhambat. Macet pun
dapat menjadi akibat dari kecelakaan dan konflik antar pengendara yang terjebak dalam
kemacetan lalu lintas. Kadang pengendara yang tidak sabar akan mudah tersulut emosinya
dan akan terjadi konflik bahkan saling senggol ataupun jatuh di jalan saat kemacetan. Hal
ini terjadi terutama pada pengguna sepeda motor.
Menurut penelitian terdahulu tentang kemacetan, menjelaskan bahwa Kemacetan lalu
lintas telah menjadi masalah yang nyata di Surabaya. Nyaris setiap hari masyarakat yang
menggunakan moda transportasi darat (kecuali kereta api) di Surabaya dipusingkan oleh
kemacetan yang seperti tiada habisnya. Berbagai usaha pemerintah daerah kota Surabaya
untuk mengatasi kemacetan pun telah dilakukan akan tetapi belum membuahkan hasil.


Bahkan kini kemacetan di Surabaya justru bertambah parah. Jika sebelumnya kemacetan
hanya terjadi di saat pagi hari (jam berangkat kantor) dan sore hari (jam pulang kantor),
kini kemacetan nyaris terjadi sepanjang hari di banyak titik di jalan-jalan di Surabaya.
Kemacetan adalah kondisi dimana terjadi penumpukan kendaraan di jalan.
Penumpukan tersebut disebabkan karena banyaknya kendaraan tidak mampu diimbangi
oleh sarana dan prasana lalu lintas yang memadai. Akibatnya, arus kendaraan menjadi
tersendat dan kecepatan berkendara pun menurun. Rata-rata kecepatan berkendara di
Jakarta saat ini berada di kisaran 15 km/jam, yang menurut standar internasional angka ini
tergolong sebagai macet. Angka ini di bawah angka kecepatan berkendara di kota di dunia,
seperti misalnya Tokyo. Data ini menunjukkan bahwa kondisi kemacetan di Surabaya
cukup parah di bawah angka kemacetan Jakarta. Kemacetan ini disebabkan karena
melonjaknya jumlah kendaraan bermotor yang ada di Surabaya. Tingginya tingkat
pertumbuhan kendaraan bermotor di Surabaya ini tidak diimbangi oleh meningkatnya
sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor
di Surabaya diperkirakan berada di kisaran 5-10% per tahun dengan motor sebagai porsi
terbesar penyumbangnya. Berbanding kontras dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor, pertumbuhan panjang jalan bahkan kurang dari 1% per tahunnya. Akibatnya,
kendaraan bermotor semakin menumpuk di jalanan Surabaya dan kemacetan pun tidak
terhindari.
Pergeseran paradigma sebuah kota, banyak masyarakat yang memilih berdomisili di

wilayah pinggiran kota. Hal ini seperti yang terjadi diwilayah Jabotabek, Surabaya,
Bandung dan sebagainya yang menjadi konsep Megapolitan. Pengembangan kota terkait
dengan perubahan dimensi struktur kota akibat bergesernya ruang kegiatan dan semakin
tinggi nilai lahan (mahal) di wilayah perkotaan untuk pemukiman, sehingga kebanyakan
tidak mampu membayarnya. Akibatnya tumbuh permukiman pada wilayah pinggiran dan
sebagian wilayah penyangganya.Untuk memenuhi kebutuhan kegiatan di perkotaan
dibutuhkan transportasi yang dapat menunjang. Saat ini biaya yang dikeluarkan untuk
transportasi perkotaan Surabaya yang ada masih relatif tinggi, hingga mencapai 35-50
persen dari penghasilan (Puguh P, 2005) yang secara ideal seharusnya mencapai 5-10
persen(Fitrianingsih A & Paramitarani, 2004). Keadaan transportasi ini yang menjadi salah
satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh diperkotaan dan pemukiman dipinggir kota

yang kurang baik yang memicu menurunya kesejahteraan masyarakat di wilayah pinggiran.
Penyebabnya transportasi yang mahal dan hanya mengandalkan transportasi publik yang
dinilai kurang manusiawi.Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan intervensi maupun
penanganan yang serius berkenaan dengan upaya meningkatkan penggunaan angkutan
umum yang bersifat massal, cepat, efisien dan murah oleh masyarakat sebagai sarana
mobilisasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.


Apa penyebab kemacetan lalu lintas di Suurabaya menurut pandangan masyarakat ?

2.

Bagaimana keadaan transportasi umum di Surabaya menurut pandangan masyarakat ?

3.

Menurut opini masyarakat, seperti apa transportasi umum modern yang perlu
direalisasikan di Surabaya ?

4.

Apa saja kemungkinan efek yang timbul setelah diterapkannya transportasi umum
modern tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.


Untuk mengetahui penyebab kemacetan lalu lintas di Surabaya menurut pandangan
masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya.

2.

Untuk mengetahui keadaan sarana transportasi umum di Surabaya menurut pandangan
masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya.

3.

Untuk mengetahui opini masyarakat kota Surabaya mengenai model sarana transportasi
umum modern yang perlu dan cocok direalisasikan di kota Surabaya.

4.

Untuk mengetahui kemungkinan efek yang timbul setelah diterapkannya sarana
transportasi umum modern di Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian
1.


Manfaat teoritis
Untuk menambahkan sumber-sumber literatur mengenai perilaku masyarakat dalam
menggunakan sarana transportasi terlebih pada transportasi umum.

2.

Manfaat praktis

Dalam hal ini untuk membantu para stakeholder dalam bidang transportasi, untuk dapat
menentukan tindakan terhadap pengembangan dan pembangunan sarana transportasi
umum modern yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga sesuai dengan tata letak
kota Surabaya yang pada akhirnya dapat membantu mengurangi angka kemacetan di
kota Surabaya.
1.5 Sistematika Penulisan
1.

Bab I - Pendahuluan: berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika pembahasan


2.

Bab II – Tinjauan Pustaka: berisi konsep atau terminologi yang di teliti dan teori yang
digunakan

3.

Bab III - Metodologi penelitian: berisi Jenis dan pendekatan penelitian (kuantitatif
atau kualitatif

4.

Bab IV - Hasil penelitian: berisi deskripsi data penelitian dan analisis hasil penelitian

5.

Bab V - Penutup: berisi konklusi (kesimpulan penelitian)

BAB II
DASAR TEORI

1.1 Media, Teknologi dan Masyarakat
1. Transportasi
Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai
pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan
kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya
kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses
pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke
tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan
manusia tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang
kegiatan ekonomi (thepromoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi
perkembangan ekonomi. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soesilo (1999) yang
mengemukakan bahwa transportasi merupakan pergerakan tingkah laku orang dalam ruang
baik dalam membawa dirinya sendiri maupun membawa barang-barang. Selain itu, Tamin
(1997:5) mengungkapkan bahwa, prasarana transportasi mempunyai dua peran utama,
yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan
sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya
kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan
oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai
dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada
wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan
sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan
menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada
tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini merupakan
penjelasan peran prasarana transportasi yang kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan
manusia dan barang.
Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana
keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tamin

(1997:4) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan transportasi, karena
akibat pertumbuhan ekonomi maka mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan
pergerakannya pun menjadi meningkat melebih kapasitas prasarana transportasi yang
tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki
keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah
dapat meningkat kegiatan ekonominya. Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan
ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi,
karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur transportasi
untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut. Pentingnya peran sektor
transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan adanya sebuah sistem transportasi yang
handal, efisien, dan efektif. Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem
transportasi yang memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar
moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya
terjangkau secara ekonomi.Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna
jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang tinggi.
a. Angkutan Umum Penumpang (AUP)
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan
sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta api, angkutan air,
dan angkutan udara (Warpani,1990). Tujuan utama keberadaan AUP ini adalah
menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baikdan layak bagi masyarakat. Menurut
Stewart dan David (1980), dalam Warpani (1990), memilih pangsa pasar angkutan umum
penumpang menjadi beberapa perjalanan antara lain:


Perjalanan ulang alik, Penumpang melakukan perjalanan ulang alik setiap hari pada
waktu yang tetap, mempunyai rentang waktu yang tetap dan pasti dalam hal perjalana
dari dan ke tempat tujuan, dan tiadanya hambatan sepanjang lintasa perjalanan, serta
diperlukan pelayanan angkutan umum penumpang dengan pelayanan yang cepat,
frekuensi yang cukup dan kenyamanan yang memadai.



Perjalanan kerja adalah perjalanan yang dilakukan dengan maksud bekerja.
Untukperjalanan jenis ini, pelayanan angkutan hendaknya meminimumkan waktu
(haruscepat dan tepat waktu).



Perjalanan santai, perjalanan jenis ini seperti: pergi arisan, makan di luar rumah,nonton
dan sebagainya. Perjalanan ini yang memuaskan bergantung pada tujuanperjalanan
tersebut dan para pelakunya.



Perjalanan liburan, perjalanan ini dilakukan untuk tujuan liburan.



Perjalanan wisata, perjalanan ini dilakukan untuk tujuan wisata.



Perjalanan rombongan, kelompok penumpang perjalanan ini dapat dengan
sengajadibentuk rombongan, misalnya oleh agen perjalanan atau oleh beberapa orang
yangkemudian bergabung ke dalam rombongan itu.
Beberapa kriteria ideal angkutan umum menurut Harries (1976) dapat dilihat
dalamTabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Angkutan Umum Ideal
Keandalan

Kenyamanan

Keamanan

Murah

Perjalanan

Waktu
 Setiap saat
tersedia
 Kedatangan dan
sampai tujuan
tepat waktu
 Waktu total
perjalanan
singkat-dari
rumah,
menunggu,dala
m kendaraan,
berjalan ke
tujuan
 Waktu tunggu
singkat
 Sedikit berjalan
kaki ke bus stop
 Tidak perlu
berpindah
kendaraan

 Pelayanan yang
sopan
 Terlindung dari
cuaca buruk di
bus stop
 Mudah turun
naik kendaraan
 Tersedia tempat
duduk setiap
saat
 Tidak
berdesakan
 Interior yang
menarik
 Tempat duduk
yang enak

 Terhindar
dari
kecelakaan
 Badan
terlindung
dari luka
benturan
 Bebas dari
kejahatan

 Ongkos
relatif
murah
terjangkau

 Waktu
didalam
kendaraan
singkat

b. Peranan Angkutan Umum
Angkutan Umum berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia akanpergerakan
ataupun mobilitas yang semakin meningkat, untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat
lain yang berjarak dekat, menengah ataupun jauh. Angkutan umum juga berperan dalam
pengendalian lalu lintas, penghematan bahan bakar atau energi, dan juga perencanaan &
pengembangan wilayah.(Warpani, 1990).
Esensi dari operasional angkutan umum adalah memberikan layanan angkutan yang
baik dan layak bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya, baikuntuk masyarakat
yang mampu memiliki kendaraan pribadi sekalipun (Choice), dan terutama bagi
masyarakat yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum (Captive). Ukuran
pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, murah, dan
nyaman.(Warpani, 1990).
2. Kemacetan Lalu Lintas
Pengertian Kemacetan Lalulintas
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas
jalan.Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai
transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan
jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta. Kemacetan lalu lintas menjadi
permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia.
Penyebab kemacetan
Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan:
1.

Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan.

2.

Terjadi kecelakaan terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton
kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan
dari jalur lalu lintas.

3.

Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan.

4.

Ada perbaikan jalan.

5.

Bagian jalan tertentu yang longsor.

6.

Kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene
tsunami.

7.

Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, Seperti: berjalan
lambat di lajur kanan dan sebagainya.

8.

Adanya parkir liar dari sebuah kegiatan.

9.

Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada
akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati
area tersebut.

10. Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya
arus lalu lintas.
Dampak negatif kemacetan
1.

Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain
disebabkan:

2.

Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah

3.

Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,

4.

Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang
pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,

5.

Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih
tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,

6.

Meningkatkan stress pengguna jalan,

7.

Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran
dalam menjalankan tugasnya

3.

Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang

diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Secara umum, teknologi
dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara
terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai.Dalam penggunaan
ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah di dunia nyata.
Ia adalah istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana,
seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti stasiun luar angkasa
atau pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual,
seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi
ini.dan Teknologi juga dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah
kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni
untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini.Sebuah contoh modern adalah
bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama
manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru;
bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer.
Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat
juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat seperti
pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa ilmu dan rekayasa,
yang masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras teknologis.
Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu :
1.

Kemajuan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological
progress). Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan
kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.

2.

Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-saving
technological progress). Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan
belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga
kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga
jembatan.

3.

Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving technological
progress). Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir
semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju,
yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Banyak orang yang menggunakan teknologi, namun tidak banyak orang yang mengerti

apa Definisi Teknologi sebenarnya. Oleh karena itu, banyak orang yang tidak dapat
membedakan teknologi. Sebab itu juga, disini saya akan memberikan sedikit penjelasan
tentang pengertian teknologi.
Teknologi memiliki banyak definisi yang berbeda-beda.Masing-masing dikemukakan
oleh beberapa buku dan ahli dalam bidangnya.Salah satunya dari kamus besar bahasa
Indonesia, Poerbahawadja Harahap, dan beberapa ahli lainnya.
Definisi Teknologi Menurut Poerbahawadja Harahap, Teknologi adalah:
1. Ilmu yang menyelidiki cara- cara kerja di dalam tehnik
2. Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik- pabrik dan industri- industri.
Sedangkan definisi Teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:1158),
Teknologi adalah:
1. Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan
2. Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
4. Masyarakat
a. Tinjauan tentang masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin
socius yang berarti (kawan).Istilah masyarakat berasal darikata bahasa Arab syaraka yang

berarti (ikut serta dan berpartisipasi).Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, dalam istilahilmiah adalah saling berinteraksi.Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi
antar warga-warganya, 2) Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang
mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama
dapat

diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan

tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soerjono
Soekanto 2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan,
tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu
bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan
suatu adat istiadat, menurut Ralph Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama,
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat
menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah,
identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh
kesamaan.
Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa masyarakat
merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu
yang

merupakan

anggota-anggotanya.Masyarakat

sebagai

sekumpulan

manusia

didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:
1.

Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama

2.

Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3.

Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

4.

Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994: 29-31) keseluruhan
ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip fundamental
yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala
kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna
bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu
jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan
bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota
kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto, 2006:
22).Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkanmasyarakat memiliki arti ikut
serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society.Bisa dikatakan
bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka
mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,
dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
Pengkonsepan Angkutan Umum
Secara umum, angkutan publik berperan pada aspek-aspek keadilan, lingkungan,
keselamatan dan efisiensi.Keberadaan angkutan publik dapat mencegah kesalahan
presepsi, bahwa angkutan tersebut merupakan upaya akhir dalam melayani orang-orang
yang mempunyai upah minimum.
Hal ini dapat menimbulkan polarisasi antara kelompok pemilik kendaraan pribadi
dengan aksesibilitas bebas ke semua tujuan serta mobilisasi tinggi dan kelompok yang
tidak memiliki kendaraan pribadi dengan aksesibilitas terbatas serta mobilitas
rendah.Penyediaan angkutan publik yang memadai dapat mencegah isu ketidak-adilan.Jika
orang mau menggunakan angkutan publik dan bersedia meninggalkan kendaraan pribadi,
maka jumlah kecelakaan menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah kendaraan pribadi di
jalan raya berkurang, pengguna jalan tidak terlalu banyak, pengaturan lalu lintas mudah
dan operasi semua moda angkutan menjadi aman (Sutomo, 1995 dalam Sudianto, BU,
1999).
Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalahmenyelenggarakan
pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik

adalah pelayanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman.Selain itu, keberadaan angkutan
umum penumpang juga membuka lapangan kerja. Ditinjau dengan kacamata perlalulintasan, keberadaan angkutan umum penumpang mengandung arti pengurangan volume
lalu lintas kendaraan pribadi. Hal ini dimungkinkan angkutan umum penumpang bersifat
angkutan massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau
penumpang. Banyaknya penumpang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan
serendah mungkin (Warpani,2002).
Dengan demikian pengertian dasar tentang angkutan umum adalah pergerakan
perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan jenis angkutannya dan dalam pelayanan
jasa angkutan tersebut dipungut bayaran sesuai dengan kebutuhannya (Setijowarno (ed),
2005).
Terminologi Angkutan Umum Massal
Kebijakan transportasi sebaiknya melepaskan fokus pada kendaraan bermotor dan
memandang sistem transportasi secara terpadu.Tujuan kebijakan transportasi terpadu
adalah untuk menciptakan sistem transportasi yang ramah lingkungan hidup dengan
meningkatkan efsisensi dan kinerja sistem transportasi.
Dengan kenaikan efisiensi ini penggunaan bahan bakar menurun sehingga subsidi
pemerintah untuk BBM diharapkan juga akan menurun. Sistem transportasi itu juga
bersifat berpihak pada rakyat.Bersamaan dengan itu kerusakan kualitas lingkungan hidup
menurun dan tingkat keadilan meningkat (Soemarwoto, 2005). Transportasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan perkotaan. Transportasi merupakan
kebutuhan turunan yang mutlak dilakukan untuk mendukung berbagai aktifitas masyarakat
perkotaan. Pergerakan masyarakat perkotaan berkembang pesat sejalan dengan
perkembangan wilayah dan pertumbuhan wilayah yang semakin hari semakin tinggi.Hal
ini menimbulkan permasalahan dimana kapasitas prasarana transportasi untuk mendukung
pergerakan masyarakat tidak dapat mengantisipasi kebutuhan yang ada.
Permasalahan yang mengemuka adalah penyediaan prasarana transportasi yang
terbatas menjadikan pergerakan transportasi yang terjadi kurang optimal yang akhirnya
memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah. Idealnya,

sebuah kota harus dapat menyediakan prasarana dan sarana transportasi yang sesuai
dengan kebutuhan pergerakan yang ada. Jika tidak, yang terjadi adalah adanya
ketidakseimbangan supply-demand yang akhirnya memberikan dampak pada aktifitas
masyarakat secara keseluruhan.
Penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang memadai berawal dari kapasitas
angkut yang sesuai dengan kebutuhan.Hal ini merupakan hal umum yang terjadi di wilayah
perkotaan di negara berkembang dimana penyediaan transportasi masih difokuskan
padakapasitas angkut. Pada kota yang lebih maju, penyediaan prasarana dan sarana
transportasi dituntut untuk dapat memberikan pelayanan pengangkutan yang lebih baik
dalam mengakomodir pergerakan.
Hal umum yang terjadi diperkotaan di Indonesia adalah penyediaan prasarana dan
sarana

angkutan

sangat

terbatas

dengan

kualitas

pelayanan

yang

sangat

memprihatinkan.Penyediaan angkutan umum masih belum dapat memenuhi kebutuhan
akan transportasi. Hal ini terlihat dari masih banyaknya anggota masyarakat yang tidak
terlayani oleh angkutan khususnya padapagi dan sore hari.Selain itu, pelayanan angkutan
umum yang seadanya, baik dari sisi kendaraan maupun jaringan pelayanan, semakin
memperburuk kondisi angkutan umum.Hal ini memicu penggunaan kendaraan pribadi
pada masyarakat perkotaan dalam menjalankan aktifitasnya.
Dengan daya tarik kota, khususnya ekonomi, menjadikan kota-kota besar tersebut
tetap menjadi tujuan urbanisasi dan akhirnya menjadikan penduduk pada kota-kota tersebut
menjadi sangat tinggi. Tercatat pada tahun 1998/1999, jumlah kota metropolitan yang ada
di Indonesia sebanyak 12 kota dengan total jumlah penduduk mencapai 44,3 juta orang
(InfrastrukturIndonesia, Bappenas 2003). Jumlah ini didominasi oleh penduduk di wilayah
Jabodetabek sebesar kurang lebih 20 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2020 nanti,
jumlah kota metropolitan menjadi sebanyak 23 kota dengan total penduduk sekitar 92 juta
orang. Tahun 2004, kota-kota besar di Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 1 juta
orang dijabarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Karakteristik Kota Besar Indonesia tahun 2004
NO

KOTA

Jumlah Penduduk
(Juta Orang)

Keterangan

1

Jakarta

12,0

DKI Jakarta

2

Jabotabek

21,13

Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi

3

Bandung

1,87

-

4

Bandung Metropolitan Area

7,60

Kota Bandung, Kota Cimahi
dan sebagian Kab.
Bandung,sebagian Kab.

5
6
7
8
9
10
11

Metro Semarang
Yogyakarta
Angglomerasi Yogyakarta
Surabaya
Metro Surabaya
Medan
Metropolitan Medan

(Mebidang)
Sumber: Setijowarno dkk, 2004

1,25

Sumedang
Semarang dan sekitarnya

1,00
1,60
2,66
6,7

(Kedungsapur)
Yogyakarta, Bantul, Sleman
Surabaya, Gresik, Sidoarjo,

2,5
3,5

Lamongan, Madura
Medan, Binjai, Deli
Serdang

Secara umum, pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia sebesar
5,5% pertahun, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan rata-rata
1,8% pertahun (Bappenas, 2003). Perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia,
khususnya dalam sepuluh tahun terakhir, menunjukkan perkembangan yang mengarah ke
perluasan wilayah kota ke daerah-daerah sekitarnya membentuk kota megapolitan.
Perluasan wilayah perkotaan seperti Jabodetabek, Bandung Metropolitan Area, Gerbang
kertosusilo Surabaya, Aglomerasi Yogyakarta, Mebidang Medan, Mamminasata Makassar
dan sebagainya. Hal ini antara lain disebabkan oleh wilayah pemukiman yang bergeser ke
arah luar kota yang harga lahannya lebih murah. Perluasan wilayah tersebut serta merta
akan merubah pola pergerakan masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 10
juta orang, kawasan metropolitan ini akan mempengaruhi pola pergerakan transportasi.
Kawasan pemukiman yang umumnya di sekitar wilayah sub-urban menjadi pembangkit
(pada pagi hari) dan penarik pergerakan (pada sore hari) menjadi beban bagi penyediaan
transportasi.

Idealnya, kota dengan penduduk lebih dari 1 juta orang harusnya telah memiliki sistem
angkutan umum yang terintegrasi dengan kualitas pelayanan yang handal. Dengan
demikian,prasarana jaringan jaringan yang terbatas dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sebagian besar kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Semarang,
Surabaya dan Makassar, kemacetan lalu lintas akibat kepadatan kendaraan pada jaringan
jalan merupakan pemandangan sehari-hari. Penyebab utamanya adalah volume kendaraan
yang ada tidak dapat diakomodir oleh jaringan jalan yang ada. Akhirnya muncul
ketidakseimbangan dalam bentuk tertundanya perjalanan, polusi (udara dan suara)
meningkat, dan produk ikutan lainnya, seperti stress, segala macam penyakit akibat polusi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengertian Metode, Penelitian, dan Metode Penelitian
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode
menurut para ahli antara lain :
1.

Rothwell & Kazanas :

Metode

adalah

cara,

pendekatan,

atau

proses

untuk

menyampaikan informasi.
2.

Titus : Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk
menegaskan bidang keilmuan.
Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris “research” yang artinya adalah proses

pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan
sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan. Pada dasarnya riset atau penelitian
adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Adapun pengertian penelitian
menurut para ahli adalah :
1.

Fellin, Tripodi & Meyer (1996) : Penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud
meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat di
sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.

2.

Kerlinger (1986: 17-18) : Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol,
empiris dan kritis dari suatu proposisihipotesis mengenai hubungan tertentu
antarfenomena.
Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk

melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Beberapa pandangan metode penelitian secara umum menurut para ahli :
1.

Nasir (1988:51) : Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti
untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.

2.

Sugiyono (2004:1) : Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian
yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian
(research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah
yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data
dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan
rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang
kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
3.2. Metode Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomenafenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur
dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam
penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental.
a.

Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung
saat ini atau saat yang lampau.
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian
demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian
perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang
bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.

b.

Penelitian survei
Survei digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar
orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada 3 karakter utama dari survei :

1.

Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan
beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : kemampuan, sikap,
kepercayaan, pengetahuan dari populasi;

2.

Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis
walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi;

3.

Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan utama dari survei
adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi.

c.

Penelitian Ekspos Facto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab-akibat yang
tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti.
Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian
yang telah berlangsung atau telah terjadi.

3.3. Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan
mengungkap (to describe and explore) dan keduan menggambarkan dan menjelaskan (to
describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori.
Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif
dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam
menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan
alamiahnya.
a.

Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu
“kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau
sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus
adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna,
memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.

b.

Penelitian noninteraktif

Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis,
mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Peneliti menghimpun,
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data, untuk kemudian
memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat diamati.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Data Kualitatif
Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Jumlah penduduk yang cukup
padat ditambah kebutuhan mobilitas yang tinggi mengakibatkan kota ini selalu ramai.
Semakin bertambahnya waktu, jumlah penduduk kian meningkat diiringi dengan
peningkatan mobilitasnya juga, namun tidak diimbangi dengan sarana dan infrastruktur
yang memadai seperti sarana transportasi dan ruas-ruas jalan.
Dalam hal ini, penduduk semakin bertambah, lalu bertambah pula kebutuhan di tiap
masing-masing individu. Dimana seharusnya kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibantu
dengan adanya sarana transportasi.
Namun sebaliknya, sarana transportasi malah menjadikan masyarakat lebih sulit dalam
pencapaiannya memenuhi kebutuhan mereka. Diakibatkan oleh kemacetan yang terjadi di
kebanyakan ruas jalan di dalam kota Surabaya, terlebih pada ruas jalan di pusat kota,
beberapa jalan protokol, juga jalan arteri yang menghubungkan Surabaya dengan kota lain.
Tidak hanya pada jam sibuk atau jam kerja saja. Namun kini di tiap jamnya, di kebanyakan
ruas jalan tersebut mengalami penumpukan kendaraan, hingga bisa terhitung flow perjamnya mencapai ribuan kendaraan. Salah satu contohnya adalah kemacetan yang terjadi di
jalan Pemuda. Tidak hanya pada jam kerja saja ruas jalan ini mengalami penumpukan
kendaraan, seperti yang disampaikan oleh salah satu anggota polisi lalu lintas yang
bertugas di pos pantau persimpangan jalan pemuda berinisial AW
“Di sini ramainya nggak cuma jam sibuk aja mas, tapi tiap jam juga ramai. Memang
pas jam sibuk jalanan disini penuh, sampai kendaraan lajunya kayak bekicot. Kalau
dirata-rata, normalnya disini kendaraan lajunya kira-kira antara 20-40kpj (kilometer
perjam). Untuk flow-nya sendiri bisa diperkirakan antara 3000 unit perjam kalau pas
jam sbuk seperti jam masuk kerja (antara jam 7-10 pagi), jam makan siang (antara
jam 11-2 siang), lalu jam pulang kerja (antara jam 5-7 sore). Nah kalau pas jam-jam
biasa bisa diperkirakan antara 900-1200 kendaraan perjamnya.”1
Kemacetan yang terjadi di pusat kota memang bisa dibilang cukup parah. Dari hasil
wawancara penulis dengan salah satu anggota polisi lalu lintas tersebut didapat hasil bahwa

1 Wawancara santai yang dilakukan penulis pada hari senin 26 Mei 2014

kecepatan rata-rata kendaraan di daerah tersebut antara 20-40 kilometer perjam. Dalam
skala internasional, kecepatan kendaraan tersebut diklasifikasikan sebagai kategori macet.
Kemacetan yang terjadi, bukan tanpa sebab. Sebenarnya ruas jalan pemuda juga cukup
lebar jika diskalakan dengan ruas jalan di pusat kota lainnya. Jalan pemuda memiliki 4
lajur yang menjadi standar lajur jalan protokol Surabaya. Namun pada kenyataannya masih
terjadi penumpukan kendaraan.
Menurut pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, kemacetan yang terjadi di
daerah tersebut dikarenakan adanya penumpukan kendaraan pribadi roda dua maupun roda
empat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan AW yang mengemukakan pendapat senada.
”Disini ini bisa dibilang pusat kota mas. Juga salah satu lokasi pusat bisnis di
Surabaya. Contohnya ini di depan ada kantor-kantor bank, ada Surabaya (Delta)
Plaza, ada WTC mall, ada hotel Sahid, ada stasiun Gubeng. Di sini ini pusat ekonomi
mas, apa aja ada di sini. Jadi pasti penuh kendaraan. Dan rata-rata kendaraan yang
bikin penuh ya kendaraan pribadi mas, sepeda motor, mobil. Kalau angkot, jarang
mas, paling yang sering lewat ya taksi.”2
Hal yang sama terjadi di area persimpangan jalan Demak-Dupak yang menjadi salah
satu jalur arteri dan juga merupakan gerbang keluar-masuk kota lain. Di area ini pasti
mengalami kemacetan parah terlebih pada jam sibuk seperti jam masuk kerja dan jam
pulang kerja. Juga pada saat liburan. Lokasi ini tidak pernah luput dari penumpukan
kendaraan yang mengakibatkan kemacetan parah hingga berjam-jam. Di lokasi ini
sebenarnya ruas jalan yang disediakan pun cukup lebar. Di sisi jalan Dupak tersedia 6 jalur
dengan 2 arah. Di sisi jalan Demak pun sama, disediakan 6 lajur untuk 2 arah. Namun tetap
saja macet. Dari informasi yang didapat penulis melalui pengamatan, memang tidak aneh
jika di lokasi ini sering terjadi macet. Dikarenakan jalur ini merupakan salah satu jalur
arteri yang mudah diakses dari berbagai jalur di Surabaya. Juga merupakan jalur
penghubung antara Surabaya dengan kota lain. Seperti pernyataan DA salah satu anggota
polisi lalu lintas yang berjaga di pos pantau Demak.
“Ya nggak heran mas kalau di sini tiap hari macet. Apalagi jam sibuk. Pasti penuh,
aku sama temen-temen sampai susah ngaturnya. Ini kan jalur arteri mas. Di sana3 kan
uda langsung masuk tol. Ada yang arah Sidoarjo, Malang ada yang arah Gresik.
Malah lebih parah kalau pas liburan. Ampun deh mas. Macet total di sini. Banyak
mobil pribadi yang bikin jalanan penuh, soalnya pada mau liburan semua. Lebih2 Wawancara santai yang dilakukan penulis pada hari senin 26 Mei 2014
3 Merujuk pada jalur dupak 5km arah barat dari pos pantau, terdapat jalur masuk jalan tol yang terbagi 2 arah
menuju Sidoarjo dan Gresik

lebih ke luar kota. Kan kalau mau luar kota langsung lewat sini terus masuk tol lebih
gampang daripada lewat bawah (jalur alternatif).”4
Tidak sepenuhnya penyebab kemacetan adalah kendaraan pribadi. Di balik banyaknya
kendaraan pribadi yang beredar saat ini ada latar belakang mengapa masyarakat lebih
memilih menggunakan kendaraan pribadi. Penulis memperoleh data pada observasi yang
telah dilakukan di jalan Kertajaya. Dengan asumsi pengguna angkutan umum memiliki
pendapat yang dapat menguatkan data yang telah diperoleh dari pihak kepolisian
sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu ibu rumah tangga bernama SA.
“Aduh mas, iki ae kepekso aku mas numpak len. Biasae aku diterno anakku nang
pucang. Lek aku biasae diterno nggawe speda motor, teko omah nang pucang paling
setengah jam mas. Tapi lek numpak len ngene isok sak jam lebih. Kesuwen mandek,
mlakune yo koyok bekicot. Atek rupane len iki wes gak karuan. Lebih enak nggawe
kendaraan dewe mas. Cepet, yo murah cuma bondo bensin tok.”
“Aduh mas, ini saja saya terpaksa naik angkot. Biasanya saya diantar anak saya ke
Pucang. Kalau saya biasanya diantar naik motor, dari rumah sampai Pucang
mungkin hanya memakan waktu setengah jam. Tapi kalau naik angkot begini bisa satu
jam lebih. Terlalu lama ngetem, jalannya juga kayak bekicot. Tampilannya juga tidak
terawat. Lebih enak naik kendaraan sendiri mas. Cepat, juga murah cuma modal
bensin.” (Terjemahan)5
Dari pernyataan SA tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang masyarakat lebih
suka menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum dikarenakan:
1.

Memakan waktu lama, dan tidak efisien

2.

Penumpang tidak nyaman

3.

Mayoritas angkutan umum tidak terawat dengan baik
Tidak hanya itu, Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota

Surabaya, Tunjung Iswandaru menuturkan bahwa perilaku sopir angkutan umum di
Surabaya sudah sangat memprihatinkan, seperti berhenti di sembarang tempat untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang. Hal itu membuat pengendara lainnya terpaksa
mengurangi laju kendaraan yang berimbas pada makin parahnya kemacetan. Para
pengendara lain bahkan takut berdekatan dengan angkutan umum.

4 Wawancara santai yang dilakukan penulis pada hari senin 26 Mei 2014
5 Wawancara santai yang dilakukan penulis di dalam mikrolet N tepat di Jalan Kertajaya pada hari Selasa 27 Mei
2014

“Menurut hasil penelitian, kemacetan yang diakibatkan ketidaktertiban lalu lintas
angkutan umum diperkirakan mencapai 20 persen. Angkutan umum juga seringkali
berjalan berganti-ganti lajur yang membuat lalu lintas tidak lancar,”6
Lalu di tengah kondisi yang seperti ini masihkah ada kemungkinan kendaraan umum
menjadi pilihan utama masyarakat untuk mobilitas mereka? Seperti apa kendaraan umum
yang bisa diterima oleh masyarakat sebagai pemecah masalah kemacetan di Surabaya?
Penulis melontarkan pertanyaan tersebut kepada 3 narasumber yang berbeda. Yang
pertama adalah SA sebagai ibu rumah tangga penulis mendapatkan keterangan kendaraan
umum yang nantinya akan menjadi pilihan masyarakat.
“Lek aku mas, pengen onok kendaraan umum sing gak nang embong ngene dadi gak
mangan dalan. Duwe dalan dewe, enak gak macet. Aku pengen sing model koyok
sepur mas tapi susah yo lek nang tengah kota onok sepur.”
“Kalau saya mas, ingin ada kendaraan umum yang tidak mengganggu jalur
kendaraan lain jadi tidak memakan jalan raya. Punya jalur sendiri, enak jadinya
tidak macet. Yang saya inginkan itu seperti kereta mas. Tapi susah juga ya kalau
keretan di tengah kota seperti ini.” (Terjemahan)
Kemudian pendapat yang kedua disampaikan oleh AG sebagai sopir mikrolet.
“Wong-wong wes jarang mas numpak len, wes podo duwe sepeda motor dewe-dewe,
duwe mobil dewe-dewe. Lek kepekso yo paling numpak taksi. Seret rejekiku mas. Saiki
lek ape dibangun kendaran umum anyar maneh, menurutku seh gak popo mas. Asal
gak bentrok ambek trayekku. Leg numpuk ambek trayekku yo mati rejekiku mas.”
“Orang-orang sudah jarang naik angkot, sudah punya motor sendiri, sudah punya
mobil sendiri. Kalu terpaksa pun paling naik taksi. Rejeki saya seret mas. Sekarang
kalau mau dibangun transportasi umum yang baru, menurut saya bagus mas. Asal
tidak serarah dengan trayek saya. Kalau numpuk, ya mati rejeki saya mas.”
(Terjemahan)
Pendapat ketiga disampaikan oleh DA sebagai salah satu anggota polisi lalu lintas di
area Demak.
Transportasi umum memang harus ada. Untuk membantu mobilitas masyarakat lebih
mudah. Memang seharusnya begitu. Harus ada revitalisasi transportasi umum di
Surabaya ini agar paling tidak, sedikit membantu menurunkan angka kemacetan.
Mereka yang menggunakan kendaraan pribadi, kebanyakan tidak nyaman dengan
angkutan umum yang ada pada umumnya. Kalau untuk model kendaraannya, itu ada
pihak yang memang memiliki hak dan tanggung jawab atas hal itu. Yang penting
kendaraan umum tersebut bisa menjadi solusi terbaik bagi masyarakat khususnya
warga Surabaya.
6 Pernyataan Kabid Angkutan Dishub Surabaya saat ditemui oleh penulis pada acara pelepasan perwira transportasi
laut politeknik pelayaran surabaya pada hari Kamis 22 Mei 2014.

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa transportasi yang lebih
efektif adalah sarana transportasi yang memiliki jalur sendiri. Dalam hal ini, penulis
melakukan