Air sebagai Hak Asasi Manusia
Air sebagai Hak Asasi Manusia
Oswar Mungkasa
Air dalam sejarah kehidupan manusia memiliki posisi sentral dan merupakan jaminan
keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi. Air berhubungan dengan hak hidup
sesesorang sehingga air tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak asasi manusia.
Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak
adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian
penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang
atas akses untuk mendapatkan air. Demi perlindungan tersebut perlu diposisikan hak
atas air menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia.
Pentingnya Hak Atas Air sebagai Hak Asasi
Tanpa disadari sebenarnya banyak manfaat dari ditetapkannya hak atas air sebagai
hak asasi. Seperti misalnya (i) air menjadi hak yang legal, lebih dari pada sekedar
layanan yang diberikan berdasar belas kasihan; (ii) pencapaian akses dasar harus
dipercepat; (iii) mereka yang terabaikan menjadi lebih diperhatikan sehingga
kesenjangan dapat berkurang; (iv) masyarakat dan warga yang termarjinalkan akan
diberdayakan untuk berperan dalam proses pengambilan keputusan; (v) negara
menjadi lebih fokus pada pemenuhan kewajibannya karena dipantau secara
internasional.
Siapa Paling Terdampak
Berbicara tentang hak atas air sebagai hak asasi manusia, terdapat beberapa kelompok
yang sangat terdampak oleh perubahan yang akan terjadi. Mereka terdampak terutama
karena selama ini terabaikan haknya dan menjadi kelompok yang dengan berbagai alas
an normatif dan legal tidak menjadi target penyedia layanan air minum.
Kaum miskin. Diantara kelompok yang terdampak, kaum miskin lah yang paling
menderita. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan 80 persen dari yang tidak
mempunyai akses air minum adalah kaum miskin, terutama miskin perdesaan.
Perempuan. Perempuan di banyak komunitas mendapat status yang lebih rendah
dibanding pria. Mereka mendapat tugas mengumpulkan atau mencari air untuk
kebutuhan rumah tangga. Data menunjukkan 70 persen dari 1,3 miliar penduduk yang
sangat miskin adalah wanita (WHO, 2001). Riset menunjukkan bahwa rata-rata rumah
tangga di Afrika menghabiskan 26 persen waktunya untuk mengumpulkan air, dan
umumnya wanita lah yang menjalankan tugas ini (DFID,2001). Kondisi ini menghalangi
wanita bekerja, bahkan bersekolah.
Anak-Anak. Kondisi air yang tidak memadai meningkatkan peluang anak-anak
menderita penyakit. Sistem kekebalan mereka belum sepenuhnya terbangun. Anakanak juga seringkali berbagi tugas dengan kaum perempuan sebagai pengumpul air.
Akibatnya, di banyak negara anak-anak banyak yang tidak bersekolah.
Masyarakat Asli. Sebenarnya masyarakat asli inilah yang memanfaatkan sumber air
tradisional. Namun dengan berkembangnya suatu daerah, sumber air tersebut
kemudian banyak yang tercemar atau dimanfaatkan melebihi kapasitasnya. Kondisi ini
kemudian menjadikan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan air.
Prinsip Utama
Prinsip utama hak asasi manusia terkait pembangunan air minum dan sanitasi
diantaranya adalah
(i) kesetaraan dan tanpa diskriminasi. Kedua prinsip ini merupakan paling utama
diantara prinsip dasar kerangka hak asasi manusia. Menyatukan prinsip ini kedalam
kebijakan pembangunan AMPL memerlukan upaya khusus untuk mengidentifkasi
individu dan kelompok yang paling marjinal dan rawan terkait ketersediaan akses
air minum dan sanitasi. Selain juga memerlukan tindakan proaktif untuk
memastikan individu dan kelompok marjinal termasuk dalam sasaran dan menjadi
fokus intervensi. Kelompok ini diantaranya wanita, anak-anak, penduduk pedesaan,
permukiman kumuh, miskin, penduduk yang sering berpindah, pengungsi, orang
tua, masyarakat terasing, orang cacad, dan penduduk daerah rawan air.
Mengembangkan data terpadu terkait kelompok ini menjadi suatu keniscayaan. Isu
utama yang sering dibicarakan adalah keterjangkauan (affordability) tanpa
membedakan penyedianya oleh swasta atau pemerintah. Pemerintah
bertanggungjawab memastikan bahwa air terjangkau oleh seluruh kalangan bahkan
mereka yang tidak mampu membayar. Bentuk upaya tersebut diantaranya berupa
penyediaan sejumlah tertentu air secara gratis, sistem blok tarif, mekanisme susidi
silang dan subsidi langsung.
(ii) aman dan dapat diterima. Air harus aman untuk penggunaan domestik, dan jumlah
minimum harus tersedia untuk air minum;
(iii) layanan terjangkau. Apa yang disebut terjangkau itu?. Pembayaran dianggap tak
terjangkau ketika mengurangi kemampuan seseorang membeli barang kebutuhan
dasar lainnya seperti makanan, rumah, kesehatan dan pendidikan. Tidak dianjurkan
bagi rumah tangga mengeluarkan dana untuk air minum lebih besar dari 3%
pendapatannya;
(iv) layanan dapat di akses. Kapan layanan dianggap dapat di akses?.Pemerintah harus
memastikan akses terhadap air tersedia di dalam atau dekat rumah, sekolah atau
tempat kerja. Jika tidak memungkinkan, maka kondisi yang dapat ditolerir adalah
waktu yang dibutuhkan ke sumber air maksimal 30 menit. Keamanan ketika
mengambil air juga dipertimbangkan;
(v) air yang memadai. Berapa banyak kebutuhan airper orang dianggap sebagai
kebutuhan minimum?. PBB mengindikasikan bahwa air harus memadai untuk kebutuhan minum, sanitasi, cuci pakaian,dan masak. Dibutuhkan setidaknya 20 liter per
orang per hari. Jika sumber air memadai maka jumlah minimum sebaiknya menjadi
100 liter;
(vi) informasi yang mudah di akses. Hak atas airs ebagai hak asasi memungkinkan
tersedianya akses terhadap informasi tentang strategi dan kebijakan pemerintah,
dan memungkinkan masyarakat berpartisipasi.
Hak Atas Air sebagai Prasyarat Hak Asasi Lainnya
Hak atas air menjadi prasyarat pemenuhan hak asasi lainnya. Sebagai ilustrasi (i) Hak
atas makanan. Konsumsi air tidak aman menghambat upaya pemenuhan nutrisi dasar
dan selanjutnya hak atas makanan; (ii) hak atas kehidupan dan hak atas kesehatan.
Kekurangan air yang aman menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia;
(iii) hak atas pendidikan. Mengambil air di banyak negara merupakan tugas anak
perempuan dan wanita. Padahal waktu dan jarak tempuh kadang-kadang membutuhkan lebih dari 2 jam perjalanan sehingga menghalangi mereka untuk hadir di sekolah.
Termasuk ketidakhadiran karena sakit akibat diare; (iv) hak atas perumahan.
Ketersediaan air minum menjadi persyaratan sebuah rumah yang layak huni.
Kewajiban Negara
Isu yang timbul kemudian adalah bagaimana posisi negara dalam hubungannya dengan
air sebagai benda publik atau benda sosial yang bahkan telah diakui sebagai bagian
dari hak asasi manusia. Berdasar komentar umum Nomor 15 dari Komite PBB tentang
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya bahwa hak atas air sebagaimana hak asasi lainnya menghasilkan tiga
tipe kewajiban bagi negara yaitu kewajiban menghargai (to respect), kewajiban melindungi (to
protect), dan kewajiban memenuhi (to fulfill).
Kewajiban menghormati : memelihara akses yang ada. Kewajiban ini mengharuskan negara tidak
mengganggu baik langsung maupun tidak langsung keberadaan hak atas air. Kewajiban termasuk
misalnya tidak membatasi akses kepada siapapun.
Kewajiban melindungi : mengatur pihak ketiga. Kewajiban ini mengharuskan negara untuk
menghalangi campur tangan pihak ketiga dengan cara apapun keberadaan hak atas air. Pihak ketiga
termasuk individu, kelompok, perusahaan dan institusi yang dibawah kendali pemerintah. Kewajiban
termasuk mengadopsi regulasi yang efektif.
Kewajiban memenuhi : fasilitasi, promosi dan penyediaan. Kewajiban ini mengharuskan
pemerintah mengambil langkah untuk memenuhi hak atas air. Bagaimana dengan
pemerintah daerah? Sebenarnya penentu utama tercapainya hak atas air sebagai hak
asasi manusia berada di tangan pemerintah daerah. Komentar Umum PBB Nomor 15
menegaskan bahwa pemerintah pusat harus memastikan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kapasitas baik sumber daya keuangan maupun sumber daya manusia untuk
menyediakan layanan air minum. Ditambahkan juga bahwa layanan tersebut harus memenuhi prinsip hak asasi manusia.
Indikator Pemenuhan Hak Atas Air
Kecukupan air sebagai prasyarat pemenuhan hak atas air, dalam setiap keadaan apa
pun harus memenuhi faktor berikut (i) ketersediaan. Suplai air untuk setiap orang harus
mencukupi dan berkelanjutan untuk kebutuhan individu dan rumah tangganya; (ii)
kualitas. Air untuk setiap orang atau rumah tangga harus aman, bebas dari organisme
mikro, unsur kimia dan radiologi yang berbahaya yang mengancam kesehatan manusia;
(iii) mudah diakses. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus dapat diakses oleh
setiap orang tanpa diskriminasi. Kemudahan akses ditandai oleh (a) mudah diakses
secara fsik. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus dapat dijangkau secara fsik
bagi seluruh golongan yang ada di dalam suatu populasi; (b) terjangkau secara ekono-
mi. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus terjangkau untuk semuanya Biaya yang
timbul, baik secara langsung maupun tidak langsung dan biaya lain yang berhubungan
dengan air harus terjangkau; (c) non-diskriminasi. Air dan fasilitas air dan pelayanannya
harus dapat diakses oleh semua, termasuk kelompok rentan atau marjinal, dalam hukum maupun keadaan nyata lapangan tanpa diskriminasi; (d) akses informasi. Akses
atas air juga termasuk hak untuk mencari, menerima dan bagian dari informasi
sehubungan dengan air.
Mewujudkan Air sebagai Hak Asasi
Pada kenyataannya, sejumlah faktor dibutuhkan untuk memastikan air sebagai hak
asasi. Pertama, pemerintah harus memiliki regulasi dan intitusi yang efektif, termasuk
otoritas publik yang mempunyai mandat jelas yang dibekali sumber dana dan sumber
daya manusia memadai. Kedua, informasi dan pendidikan. Ini dibutuhkan untuk
memastikan pengelolaan air yang transparan dan bertanggungjawab. Masyarakat harus
mengetahui dan memahami hak mereka. Tentunya sebaliknya juga mereka harus tahu
kewajibannya. Dilain pihak, otoritas publik juga harus mengetahui kewajibannya.
Ketiga, dialog multi pihak. Dialog ini melibatkan berbagai pihak mulai dari swasta, LSM,
masyarakat miskin, yang dapat berkontribusi dalam proses perencanaan, pembangunan dan pengelolaan layanan air minum. Hal ini dapat menjadikan otoritas publik
lebih bertanggungjawab dan transparan. Keempat , mekanisme solidaritas berbagi
biaya. Sebagai contoh, sistem tarif dapat menggunakan sistem subsidi silang, yang
kaya membayar lebih besar. Sementara itu, hak atas air tidak hanya berlaku bagi
perusahaan publik tetapi juga swasta. Sebagai ilustrasi, the International Federation of
Private Water Operator Aquafed , yang me-wakili berbagai perusahaan layanan air
minum dari yang kecil sampai perusahaan internasional, telah memasukkan isu hak
asasi air dalam aturan perusahaan. Terdapat tiga elemen dibutuhkan agar operator
melaksanakan konsep hak atas air yaitu (i) kontrak yang jelas yang mencakup peran
dan tanggung-jawab operator; (ii) keberadaan subsidi atau tarif rendah bagi
masyarakat miskin; (iii) keberadaan mekanisme sosial berkelanjutan terhadap layanan
bagi kelompok yang terpinggirkan (miskin, tuna wisma, dan lainnya)
Tulisan ini pernah dimuat dalam PERCIK Edisi III Tahun 2010.
Oswar Mungkasa
Air dalam sejarah kehidupan manusia memiliki posisi sentral dan merupakan jaminan
keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi. Air berhubungan dengan hak hidup
sesesorang sehingga air tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak asasi manusia.
Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak
adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian
penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang
atas akses untuk mendapatkan air. Demi perlindungan tersebut perlu diposisikan hak
atas air menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia.
Pentingnya Hak Atas Air sebagai Hak Asasi
Tanpa disadari sebenarnya banyak manfaat dari ditetapkannya hak atas air sebagai
hak asasi. Seperti misalnya (i) air menjadi hak yang legal, lebih dari pada sekedar
layanan yang diberikan berdasar belas kasihan; (ii) pencapaian akses dasar harus
dipercepat; (iii) mereka yang terabaikan menjadi lebih diperhatikan sehingga
kesenjangan dapat berkurang; (iv) masyarakat dan warga yang termarjinalkan akan
diberdayakan untuk berperan dalam proses pengambilan keputusan; (v) negara
menjadi lebih fokus pada pemenuhan kewajibannya karena dipantau secara
internasional.
Siapa Paling Terdampak
Berbicara tentang hak atas air sebagai hak asasi manusia, terdapat beberapa kelompok
yang sangat terdampak oleh perubahan yang akan terjadi. Mereka terdampak terutama
karena selama ini terabaikan haknya dan menjadi kelompok yang dengan berbagai alas
an normatif dan legal tidak menjadi target penyedia layanan air minum.
Kaum miskin. Diantara kelompok yang terdampak, kaum miskin lah yang paling
menderita. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan 80 persen dari yang tidak
mempunyai akses air minum adalah kaum miskin, terutama miskin perdesaan.
Perempuan. Perempuan di banyak komunitas mendapat status yang lebih rendah
dibanding pria. Mereka mendapat tugas mengumpulkan atau mencari air untuk
kebutuhan rumah tangga. Data menunjukkan 70 persen dari 1,3 miliar penduduk yang
sangat miskin adalah wanita (WHO, 2001). Riset menunjukkan bahwa rata-rata rumah
tangga di Afrika menghabiskan 26 persen waktunya untuk mengumpulkan air, dan
umumnya wanita lah yang menjalankan tugas ini (DFID,2001). Kondisi ini menghalangi
wanita bekerja, bahkan bersekolah.
Anak-Anak. Kondisi air yang tidak memadai meningkatkan peluang anak-anak
menderita penyakit. Sistem kekebalan mereka belum sepenuhnya terbangun. Anakanak juga seringkali berbagi tugas dengan kaum perempuan sebagai pengumpul air.
Akibatnya, di banyak negara anak-anak banyak yang tidak bersekolah.
Masyarakat Asli. Sebenarnya masyarakat asli inilah yang memanfaatkan sumber air
tradisional. Namun dengan berkembangnya suatu daerah, sumber air tersebut
kemudian banyak yang tercemar atau dimanfaatkan melebihi kapasitasnya. Kondisi ini
kemudian menjadikan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan air.
Prinsip Utama
Prinsip utama hak asasi manusia terkait pembangunan air minum dan sanitasi
diantaranya adalah
(i) kesetaraan dan tanpa diskriminasi. Kedua prinsip ini merupakan paling utama
diantara prinsip dasar kerangka hak asasi manusia. Menyatukan prinsip ini kedalam
kebijakan pembangunan AMPL memerlukan upaya khusus untuk mengidentifkasi
individu dan kelompok yang paling marjinal dan rawan terkait ketersediaan akses
air minum dan sanitasi. Selain juga memerlukan tindakan proaktif untuk
memastikan individu dan kelompok marjinal termasuk dalam sasaran dan menjadi
fokus intervensi. Kelompok ini diantaranya wanita, anak-anak, penduduk pedesaan,
permukiman kumuh, miskin, penduduk yang sering berpindah, pengungsi, orang
tua, masyarakat terasing, orang cacad, dan penduduk daerah rawan air.
Mengembangkan data terpadu terkait kelompok ini menjadi suatu keniscayaan. Isu
utama yang sering dibicarakan adalah keterjangkauan (affordability) tanpa
membedakan penyedianya oleh swasta atau pemerintah. Pemerintah
bertanggungjawab memastikan bahwa air terjangkau oleh seluruh kalangan bahkan
mereka yang tidak mampu membayar. Bentuk upaya tersebut diantaranya berupa
penyediaan sejumlah tertentu air secara gratis, sistem blok tarif, mekanisme susidi
silang dan subsidi langsung.
(ii) aman dan dapat diterima. Air harus aman untuk penggunaan domestik, dan jumlah
minimum harus tersedia untuk air minum;
(iii) layanan terjangkau. Apa yang disebut terjangkau itu?. Pembayaran dianggap tak
terjangkau ketika mengurangi kemampuan seseorang membeli barang kebutuhan
dasar lainnya seperti makanan, rumah, kesehatan dan pendidikan. Tidak dianjurkan
bagi rumah tangga mengeluarkan dana untuk air minum lebih besar dari 3%
pendapatannya;
(iv) layanan dapat di akses. Kapan layanan dianggap dapat di akses?.Pemerintah harus
memastikan akses terhadap air tersedia di dalam atau dekat rumah, sekolah atau
tempat kerja. Jika tidak memungkinkan, maka kondisi yang dapat ditolerir adalah
waktu yang dibutuhkan ke sumber air maksimal 30 menit. Keamanan ketika
mengambil air juga dipertimbangkan;
(v) air yang memadai. Berapa banyak kebutuhan airper orang dianggap sebagai
kebutuhan minimum?. PBB mengindikasikan bahwa air harus memadai untuk kebutuhan minum, sanitasi, cuci pakaian,dan masak. Dibutuhkan setidaknya 20 liter per
orang per hari. Jika sumber air memadai maka jumlah minimum sebaiknya menjadi
100 liter;
(vi) informasi yang mudah di akses. Hak atas airs ebagai hak asasi memungkinkan
tersedianya akses terhadap informasi tentang strategi dan kebijakan pemerintah,
dan memungkinkan masyarakat berpartisipasi.
Hak Atas Air sebagai Prasyarat Hak Asasi Lainnya
Hak atas air menjadi prasyarat pemenuhan hak asasi lainnya. Sebagai ilustrasi (i) Hak
atas makanan. Konsumsi air tidak aman menghambat upaya pemenuhan nutrisi dasar
dan selanjutnya hak atas makanan; (ii) hak atas kehidupan dan hak atas kesehatan.
Kekurangan air yang aman menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia;
(iii) hak atas pendidikan. Mengambil air di banyak negara merupakan tugas anak
perempuan dan wanita. Padahal waktu dan jarak tempuh kadang-kadang membutuhkan lebih dari 2 jam perjalanan sehingga menghalangi mereka untuk hadir di sekolah.
Termasuk ketidakhadiran karena sakit akibat diare; (iv) hak atas perumahan.
Ketersediaan air minum menjadi persyaratan sebuah rumah yang layak huni.
Kewajiban Negara
Isu yang timbul kemudian adalah bagaimana posisi negara dalam hubungannya dengan
air sebagai benda publik atau benda sosial yang bahkan telah diakui sebagai bagian
dari hak asasi manusia. Berdasar komentar umum Nomor 15 dari Komite PBB tentang
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya bahwa hak atas air sebagaimana hak asasi lainnya menghasilkan tiga
tipe kewajiban bagi negara yaitu kewajiban menghargai (to respect), kewajiban melindungi (to
protect), dan kewajiban memenuhi (to fulfill).
Kewajiban menghormati : memelihara akses yang ada. Kewajiban ini mengharuskan negara tidak
mengganggu baik langsung maupun tidak langsung keberadaan hak atas air. Kewajiban termasuk
misalnya tidak membatasi akses kepada siapapun.
Kewajiban melindungi : mengatur pihak ketiga. Kewajiban ini mengharuskan negara untuk
menghalangi campur tangan pihak ketiga dengan cara apapun keberadaan hak atas air. Pihak ketiga
termasuk individu, kelompok, perusahaan dan institusi yang dibawah kendali pemerintah. Kewajiban
termasuk mengadopsi regulasi yang efektif.
Kewajiban memenuhi : fasilitasi, promosi dan penyediaan. Kewajiban ini mengharuskan
pemerintah mengambil langkah untuk memenuhi hak atas air. Bagaimana dengan
pemerintah daerah? Sebenarnya penentu utama tercapainya hak atas air sebagai hak
asasi manusia berada di tangan pemerintah daerah. Komentar Umum PBB Nomor 15
menegaskan bahwa pemerintah pusat harus memastikan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kapasitas baik sumber daya keuangan maupun sumber daya manusia untuk
menyediakan layanan air minum. Ditambahkan juga bahwa layanan tersebut harus memenuhi prinsip hak asasi manusia.
Indikator Pemenuhan Hak Atas Air
Kecukupan air sebagai prasyarat pemenuhan hak atas air, dalam setiap keadaan apa
pun harus memenuhi faktor berikut (i) ketersediaan. Suplai air untuk setiap orang harus
mencukupi dan berkelanjutan untuk kebutuhan individu dan rumah tangganya; (ii)
kualitas. Air untuk setiap orang atau rumah tangga harus aman, bebas dari organisme
mikro, unsur kimia dan radiologi yang berbahaya yang mengancam kesehatan manusia;
(iii) mudah diakses. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus dapat diakses oleh
setiap orang tanpa diskriminasi. Kemudahan akses ditandai oleh (a) mudah diakses
secara fsik. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus dapat dijangkau secara fsik
bagi seluruh golongan yang ada di dalam suatu populasi; (b) terjangkau secara ekono-
mi. Air dan fasilitas air dan pelayanannya harus terjangkau untuk semuanya Biaya yang
timbul, baik secara langsung maupun tidak langsung dan biaya lain yang berhubungan
dengan air harus terjangkau; (c) non-diskriminasi. Air dan fasilitas air dan pelayanannya
harus dapat diakses oleh semua, termasuk kelompok rentan atau marjinal, dalam hukum maupun keadaan nyata lapangan tanpa diskriminasi; (d) akses informasi. Akses
atas air juga termasuk hak untuk mencari, menerima dan bagian dari informasi
sehubungan dengan air.
Mewujudkan Air sebagai Hak Asasi
Pada kenyataannya, sejumlah faktor dibutuhkan untuk memastikan air sebagai hak
asasi. Pertama, pemerintah harus memiliki regulasi dan intitusi yang efektif, termasuk
otoritas publik yang mempunyai mandat jelas yang dibekali sumber dana dan sumber
daya manusia memadai. Kedua, informasi dan pendidikan. Ini dibutuhkan untuk
memastikan pengelolaan air yang transparan dan bertanggungjawab. Masyarakat harus
mengetahui dan memahami hak mereka. Tentunya sebaliknya juga mereka harus tahu
kewajibannya. Dilain pihak, otoritas publik juga harus mengetahui kewajibannya.
Ketiga, dialog multi pihak. Dialog ini melibatkan berbagai pihak mulai dari swasta, LSM,
masyarakat miskin, yang dapat berkontribusi dalam proses perencanaan, pembangunan dan pengelolaan layanan air minum. Hal ini dapat menjadikan otoritas publik
lebih bertanggungjawab dan transparan. Keempat , mekanisme solidaritas berbagi
biaya. Sebagai contoh, sistem tarif dapat menggunakan sistem subsidi silang, yang
kaya membayar lebih besar. Sementara itu, hak atas air tidak hanya berlaku bagi
perusahaan publik tetapi juga swasta. Sebagai ilustrasi, the International Federation of
Private Water Operator Aquafed , yang me-wakili berbagai perusahaan layanan air
minum dari yang kecil sampai perusahaan internasional, telah memasukkan isu hak
asasi air dalam aturan perusahaan. Terdapat tiga elemen dibutuhkan agar operator
melaksanakan konsep hak atas air yaitu (i) kontrak yang jelas yang mencakup peran
dan tanggung-jawab operator; (ii) keberadaan subsidi atau tarif rendah bagi
masyarakat miskin; (iii) keberadaan mekanisme sosial berkelanjutan terhadap layanan
bagi kelompok yang terpinggirkan (miskin, tuna wisma, dan lainnya)
Tulisan ini pernah dimuat dalam PERCIK Edisi III Tahun 2010.