Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Pusat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN SKRIPSI PENGARUH BELANJA MODAL PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 2005 SAMPAI DENGAN TAHUN 2011

Diajukan oleh: HABIBIE NUGROHO WICAKSONO

NPM 104060005220

Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERNYATAAN KEASLIAN

NAMA : HABIBIE NUGROHO WICAKSONO NOMOR POKOK MAHASISWA : 104060005220 DIPLOMA IV KEUANGAN

: AKUNTANSI

SPESIALISASI MATA KULIAH KEAHLIAN

: KEUANGAN PUBLIK

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH BELANJA MODAL PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 2005 SAMPAI DENGAN TAHUN 2011

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.

Tangerang, 26 November 2012

Habibie Nugroho Wicaksono

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : HABIBIE NUGROHO WICAKSONO NOMOR POKOK MAHASISWA : 104060005220 DIPLOMA IV KEUANGAN

: AKUNTANSI

SPESIALISASI MATA KULIAH KEAHLIAN

: KEUANGAN PUBLIK

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH BELANJA MODAL PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 2005 SAMPAI DENGAN TAHUN 2011

Mengetahui Menyetujui Direktur, Dosen Pembimbing,

Kusmanadji, Ak., MBA.

Bambang Widjajarso, Ak., MBA.

NIP 196009151981121001

NIP 196108131982121001

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

NAMA : HABIBIE NUGROHO WICAKSONO NOMOR POKOK MAHASISWA : 104060005220 DIPLOMA IV KEUANGAN

: AKUNTANSI

SPESIALISASI MATA KULIAH KEAHLIAN

:KEUANGAN PUBLIK

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH BELANJA MODAL PEMERINTAH PUSAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 2005 SAMPAI DENGAN TAHUN 2011

Tangerang Selatan, 26 November 2012

1. Amanudin Djajadiwirja, Dipl.DF

Ketua Penguji

2. Bambang Widjajarso, Ak., MBA.

Anggota Penguji/Pembimbing

NIP196108131982121001

3. H.M. Dawud Arif Khan, S.E., Ak., M.Si., CPA. Anggota Penguji

KATA PENGANTAR

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, akhirnya skripsi ini bisa diselesaikan juga dalam waktu empat bulan. Skripsi ini memang sederhana, baik dari teknis penelitian maupun teknis penulisan. Namun, bagi penulis skripsi ini adalah capaian luar biasa. Berbeda dengan karya tulis tugas akhir Diploma III sebelumnya yang masih jauh dari kurang maksimal, skripsi ini penulis susun dengan ketelitian dan penuh pertimbangan. Teknis-teknis dalam penelitian begitu diperhatikan, meskipun masih jauh dari sempurna.

Proses penyusunan skripsi ini juga memotivasi penulis untuk menjadi peneliti di bidang ekonomi dan keuangan. Sebelumnya analisis regresi tampak seperti dari suatu planet di luar sana. Namun, setelah penulis “dipaksa” berkutat dengan analisis regresi dalam skripsi ini penulis menemukan fakta bahwa sebenarnya analisis regresi sangat sederhana. Mata penulis seakan terbelalak akan kesederhanaan ekonometri dibalik konsep-konsep dan asumsi yang sekilas tampak begitu sombong.

Kepada para pembaca, khususnya adik-adik kelasku di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, jangan takut dengan ekonometri. Sekilas semuanya tampak sulit, namun ternyata konsepnya begitu sederhana. Beruntunglah kita yang hidup di jaman teknologi ini, dimana statistik dapat diselesaikan secara instan dengan perangkat lunak. Buku yang saya rekomendasikan untuk yang benar-benar pemula dan hanya perlu kemampuan SPSS adalah buku Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS karangan Dr. Suliyanto.

Tak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berkontribusi dalam penelitian ini, baik yang secara langsung maupun setidaknya memberikan pengalaman hidup kepada penulis. Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:

1. Ibunda tercinta, mama Dra. Dharmaningsih Daud, dan Ayahanda Drs. Kurniyanto Sukirman, M.Pd yang telah memberikan pendidikan luar biasa kepada saya. Terima kasih sebesar-besarnya kepada beliau berdua atas pengorbanan dan cintanya yang luar biasa.

2. Istriku tercinta Nila Novrita Hanam, S.Pd. Terima kasih atas semua cintanya. Terima kasih juga atas pengorbanannya sebagai calon ibu. Hanya dengan menikah dan melihat istri anda hamil, anda akan bisa benar-benar bisa melihat sendiri betapa besar pengorbanan seorang ibu kepada anaknya, bahkan sebelum sang anak lahir.

3. Mbak Nunuk (Nugraheni Kusumaningsih, S.S.T) dan Bang Ferry (Ferry Afi Andi, S.S.T.) yang saat ini berdua sedang menjalani beasiswa kuliah dari Badan Kebijakan Fiskal di Andrew Young of Policy Studies di Georgia State University. Terima kasih atas semuanya.

4. Adikku Titto (Nugroho Mukti Isworo) yang sedang magang di KPP Pratama Semarang Barat sembari menunggu penempatan. Yang sabar ya, kadang memang lulus STAN tidak segera diangkat, harus menunggu dulu.

5. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atas beasiswa yang selama ini telah diberikan dari Program Diploma III sampai dengan Program Diploma IV yang sekarang saya jalani.

6. Bapak Kusmanadji, Ak. MBA. sebagai Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Terima kasih atas pengelolaan STAN yang semakin baik selama kepemimpinan Bapak.

7. dan Ibu Lies Sunarmintyastuti, M.M. sebagai Kepala Bidang Akademis Pendidikan Akuntan. Terima kasih Ibu sudah mau direpotkan oleh kami para mahasiswa Ibu. Terima kasih atas ilmu yang ibu berikan dan saya doakan semoga Ibu sukses di tempat kerja baru Ibu di Kementerian Pendidikan Nasional.

8. Bapak Bambang Widjajarso, Ak., MBA sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabaran bapak dalam membimbing saya. Terima kasih juga atas motivasi yang tanpa henti Bapak pompakan kepada semua mahasiswa Bapak. Mohon maaf kalau sebagai mahasiswa saya sering merepotkan Bapak, terutama dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Amanudin Djajadiwirja, Dipl.DF sebagai ketua dosen penguji dan Bapak Dawud Arif Khan, S.E., Ak., M.Si., CPA sebagai dosen penguji. Terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk menguji skripsi saya dan memberi masukan demi perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga atas ilmu yang dibagikan oleh Bapak selama proses ujian komprehensif.

10. Ibu Finanda Marsalina Lubis, S.E. selaku dosen pembimbing teknis yang memberikan masukan teknis penulisan sesuai standar yang dianut oleh STAN.

11. Ibu Iin Indrawati, Ak., M.Sc. selaku dosen penilai outline yang membantu dalam mengevaluasi outline skripsi.

12. Guru-guru saya, termasuk saya sebut guru adalah dosen-dosen dan instruktur saya, sedari dulu TK sampai sekarang di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Terima kasih atas didikan bapak dan ibu semuanya.

13. Mentor saya di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Bapak Marwanto Prasetyo Soekidi, S.E., Ak., M.Si. Memang saya menjadi anggota tim Bapak hanya setahun, tapi terima kasih untuk diskusi-diskusi intens selama setahun itu, sehingga saya benar-benar memahami konsep penyusunan laporan. Sekarang, setiap laporan yang saya susun bukan asal-asalan lagi, tapi sudah benar-benar terstruktur. Dan berkat diskusi-diskusi itu, tahun lalu saya bisa menjadi juara ketiga dalam lomba karya tulis ilmiah.

14. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai tempat saya bekerja mencari nafkah, mengamalkan, mengasah, dan memperdalam ilmu. Terima kasih atas pengalaman sebagai auditor dan konsultan yang telah diberikan kepada saya sehingga membantu membentuk pola pikir saya menjadi lebih sistematis.

15. Teman-teman saya semua, teman dari kecil di rumah sampai dengan teman yang masih berhubungan saat ini. Terima kasih untuk semuanya.

16. Para peneliti, penulis, penerbit, pembuat film dokumenter dan semua yang menjadi penyebar ilmu pengetahuan. Terima kasih.

17. Penemu dan pengelola internet di dunia, terima kasih atas kemudahan memperoleh informasi.

18. Para pemikir dan pengambil tindakan di dunia dari semua jaman. Terima kasih atas perubahan wajah dunia yang mereka bawa.

19. Pihak-pihak lain yang tidak sempat saya sebutkan. Bukan karena menyepelekan atau melupakan, tapi sungguh, begitu banyak yang harus saya sebut bisa-bisa 19. Pihak-pihak lain yang tidak sempat saya sebutkan. Bukan karena menyepelekan atau melupakan, tapi sungguh, begitu banyak yang harus saya sebut bisa-bisa

Akhir kata, saya ucapkan selamat membaca skripsi ini. Semoga bisa membawa manfaat. Apabila ada kekurangan dalam skripsi ini, saya benar-benar mengharapkan masukannya. Usul, ide, maupun diskusi bisa dikirimkan ke email saya di [email protected].

Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah selalu dilimpahkan Allah SWT kepada kita semua

Tangerang Selatan, 26 November 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Periode 2003 s.d. 2005 adalah periode yang penuh perubahan dalam keuangan negara di Indonesia. Dimulai dari disahkannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang memperjelas kewenangan dalam pengelolaan keuangan negara, batasan keuangan negara dan daerah, dan mekanisme penyusunan APBN dan APBN. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara memperjelas teknis pengelolaan keuangan negara beserta penatausahaannya. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara turut mengawal jalannya pengelolaan keuangan negara. Milestone penting berikutnya adalah PP 24 Tahun 2005 yang kemudian diganti oleh PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah melengkapi perubahan dengan laporan keuangan yang berbasis akrual.

Tahun 2003 menjadi tonggak baru ketika akhirnya sistem belanja rutin dan belanja pembangunan pada APBN berubah menjadi terinci ke dalam belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, bantuan sosial dan belanja lain-lain. Rincian ini tentunya memberikan informasi yang lebih jelas bagi Tahun 2003 menjadi tonggak baru ketika akhirnya sistem belanja rutin dan belanja pembangunan pada APBN berubah menjadi terinci ke dalam belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, bantuan sosial dan belanja lain-lain. Rincian ini tentunya memberikan informasi yang lebih jelas bagi

Transformasi yang sebelumnya terjadi pada keuangan negara kini juga merambah pada perekonomian negara. Tanggal 27 Mei 2011, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI dimaksudkan untuk mewujudkan transformasi ekonomi dengan semangat not business as usual. Salah satu fokus utama dalam MP3EI adalah pembangunan infrastruktur secara besar- besaran untuk mendorong kelancaran ekonomi dan investasi yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan infrastruktur ini banyak yang dananya berasal dari kerjasama pemerintah dengan sektor swasta, namun ada juga yang berasal dari belanja modal pemerintah.

Hasil penelitian sebelumnya di Indonesia bervariasi, ada yang menunjukkan bahwa belanja modal memiliki pengaruh signifikan positif, signifikan negatif, atau memiliki pengaruh tapi tidak signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Variasi ini tidak lepas dari obyek penelitian yang sebagian besar berasal dari pemerintah daerah, yang umumnya memiliki anggaran belanja modal yang bervariasi.

Penelitian ini mengambil Pemerintah Pusat Republik Indonesia sebagai objek penelitian karena masih jarang penelitian tentang hubungan antara belanja modal dengan produk domestik bruto yang melibatkan pemerintah pusat. Periode penelitian yang dipilih adalah tahun 2005 sampai dengan 2011 karena definisi belanja modal sudah jelas dan seragam, sehingga angka yang tercantum dalam laporan keuangan pemerintah pusat sudah merujuk pada hal yang sama dan tidak terjadi bias.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada belanja modal Pemerintah Pusat Republik Indonesia dan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2011. PDB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 yang datanya diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Belanja modal pemerintah pusat yang diteliti dalam penelitian ini adalah akun belanja modal dalam laporan keuangan pemerintah pusat yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

C. Masalah Penelitian

Ada dua masalah yang berusaha disimpulkan jawabannya dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah belanja modal Pemerintah Pusat Republik Indonesia berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto di Indonesia?

2. Jika berpengaruh, apakah belanja modal Pemerintah Pusat Republik Indonesia secara signifikan mempengaruhi produk domestik bruto di Indonesia?

D. Tujuan Penulisan Skripsi

Skripsi yang ini disusun bertujuan untuk membuktikan apakah belanja modal pemerintah pusat memiliki pengaruh positif terhadap produk domestik bruto di Indonesia. Jika terbukti berpengaruh, apakah belanja modal pemerintah pusat mempengaruhi produk domestik bruto secara signifikan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah mengonfirmasi apakah belanja modal dapat mendorong produk domestik bruto dengan menggunakan data yang mencerminkan Manfaat penelitian ini adalah mengonfirmasi apakah belanja modal dapat mendorong produk domestik bruto dengan menggunakan data yang mencerminkan

F. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori terkait produk domestik bruto, bagaimana produk domestik bruto itu tumbuh, dan bagaimana belanja modal pemerintah dapat membantu mendorong aspek-aspek pendorong pertumbuhan produk domestik bruto. BAB III INTI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metode pengumpulan data, definisi operasional penelitian, dan metode penelitian. Seluruh teknis yang dilakukan dalam penelitian dijabarkan di dalam bab ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI

Bab ini berisi analisis terhadap data yang telah dikumpulkan menggunakan metode penelitian yang telah diuraikan pada Bab III. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan terhadap hasil penelitian dan saran yang didasarkan pada simpulan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Peranan Pemerintah dalam Perekonomian

Teori ekonomi menekankan pada mekanisme pasar dalam produksi barang dan jasa. Ikut campur tangannya pemerintah dalam mengubah ekuilibrium permintaan dan penawaran dapat mengakibatkan inefisiensi dalam ekonomi. Namun, perlu disadari bahwa tidak semua barang dan jasa dapat diserahkan mekanisme produksinya ke sektor swasta karena ada barang-barang tertentu yang dibutuhkan masyarakat namun secara karakteristik tidak dapat diproduksi secara efisien melalui mekanisme pasar. Barang tersebut diantaranyaa adalah barang publik.

Rosen dan Gayer (2008, 52) membagi barang publik menjadi dua jenis. Pure public goods bersifat nonrival (tidak ada tambahan biaya ketika ada orang lain yang turut mengonsumsi suatu barang) dan nonexcludable (tidak mungkin atau sangat mahal biayanya untuk menghalangi orang lain mengonsumsi suatu barang). Impure public good adalah barang yang bersifat rival dan/atau excludable sampai batasan tertentu.

Karakteristik yang dimiliki barang publik memunculkan adanya masalah free rider yang dijelaskan Hyman (2011, 169) sebagai orang yang mengambil keuntungan Karakteristik yang dimiliki barang publik memunculkan adanya masalah free rider yang dijelaskan Hyman (2011, 169) sebagai orang yang mengambil keuntungan

B. Belanja Modal Pemerintah

Pemerintah RI (2010, PSAP 02-8) mendefinisikan belanja modal sebagai “pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.” Parkin (2012, 4) mendefinisikan modal sebagai “tools, instruments, machines, buildings, and other construction that businesses use to produce goods and services.” Sloman (2006, 4) mendefinisikan modal sebagai “all inputs into production that have themselves being produced: eg. factories, machines and tools.” Mankiw (2012, 390 menyatakan “Economists use the term capital to refer to the stock of equipment and structures used for production.”

Dalam menjalankan fungsinya, pemerintah memerlukan barang modal untuk memproduksi pelayanan publik. Barang modal ini dapat berupa barang modal untuk membantu kerja instansi pemerintahan, atau barang publik untuk masyarakat. Mekanisme pasar tidak dapat menghasilkan barang publik sesuai kebutuhan. Padahal, masyarakat sangat membutuhkan barang publik. Di sinilah pemerintah berperan, yaitu mengatasi kegagalan mekanisme pasar dalam pengadaan barang publik.

Pendanaan belanja modal pemerintah secara umum dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari anggaran pemerintah dan dari kerjasama operasional dengan pihak swasta yang biasa disebut dengan Public-Private Partnership (PPP). Pendanaan belanja modal dari anggaran pemerintah berarti pemerintah mengeluarkan uang untuk Pendanaan belanja modal pemerintah secara umum dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari anggaran pemerintah dan dari kerjasama operasional dengan pihak swasta yang biasa disebut dengan Public-Private Partnership (PPP). Pendanaan belanja modal dari anggaran pemerintah berarti pemerintah mengeluarkan uang untuk

Pendanaan belanja modal dari anggaran pemerintah memiliki kelebihan, yaitu pemerintah memiliki aset sepenuhnya, sehingga pemerintah dapat melayani kepentingan publik tanpa membatasi akses barang publik. Namun, pendanaan dari anggaran pemerintah memiliki kelemahan, yaitu keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah sehingga pemenuhan kebutuhan barang publik terhambat.

Belanja modal menggunakan mekanisme PPP memiliki kelebihan, yaitu pihak swasta dapat menyuntikkan modalnya untuk membangun barang publik sehingga kebutuhan barang publik dapat segera terpenuhi. Namun, pendanaan dari PPP memiliki kelemahan, yaitu tidak semua masyarakat dapat menikmati barang publik tersebut karena adanya pembatasan akses. Sebagai contoh, jalan tol tidak boleh dilalui oleh sepeda motor, sepeda, dan pejalan kaki. Masyarakat juga dilarang membuka usaha seperti tambal ban dan kios di sepanjang jalan tol, kecuali di tempat- tempat yang disediakan oleh pengelola jalan tol dengan membayar sewa yang biasanya tidak murah.

Penelitian ini akan meneliti belanja modal yang didanai dari APBN yang angkanya berasal hanya dari laporan keuangan pemerintah pusat saja. Belanja modal pemerintah diluar laporan keuangan pemerintah pusat diabaikan.

C. Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa final Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa final

Parkin (2012, 90) menjelaskan ada dua manfaat pengukuran produk domestik bruto, yaitu untuk membandingkan standar hidup selama selang waktu tertentu dan untuk membandingkan standar hidup antar negara. Dengan membandingkan standar hidup, kita dapat menilai apakah tahun ini lebih baik dari tahun lalu dan apakah negara kita lebih baik secara ekonomi dibandingkan dengan negara lain.

Abel, Bernanke, dan Croushore (2008, 24) memaparkan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengukur pendapatan nasional, yaitu pendekatan produk, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Pendekatan produk mengukur aktivitas ekonomi dengan cara menjumlahkan nilai pasar seluruh barang dan jasa yang diproduksi, dengan mengeluarkan nilai pasar barang dan jasa yang dipakai dalam tahap produksi. Pendekatan ini menggunakan konsep nilai tambah. Pendekatan pendapatan mengukur aktivitas ekonomi dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diperoleh produsen output, termasuk gaji yang diterima oleh pekerja dan laba yang diterima pemilik perusahaan. Pendekatan pengeluaran mengukur aktivititas ekonomi dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran pengguna barang dan jasa final.

Abel, Bernanke, dan Croushore (2008, 26) lebih lanjut menjelaskan bahwa ketiga pendekatan pengukuran pendapatan nasional akan memberikan hasil yang Abel, Bernanke, dan Croushore (2008, 26) lebih lanjut menjelaskan bahwa ketiga pendekatan pengukuran pendapatan nasional akan memberikan hasil yang

Untuk mengukur produk domestik bruto di sebuah negara, Mankiw (2012, 496) lebih memilih untuk menggunakan pendekatan pengeluaran, yaitu: Y = C + I + G + NX Keterangan: Y = produk domestik bruto

C = konsumsi

I = investasi

G = belanja pemerintah NX = net exports

D. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto

Sloman (2006, 378) menyatakan bahwa ada dua faktor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi potensial, yaitu pertumbuhan sumber daya (sumber daya alam, pekerja, atau modal) dan peningkatan efisiensi pengggunaan sumber daya (yang berasal dari kemajuan teknologi, peningkatan kemampuan pekerja, atau peningkatan organisasi).

Parkin (2012, 141) menyatakan bahwa penyebab tumbuhnya produk domestik bruto adalah pertumbuhan penawaran tenaga kerja dan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hubbard dan O’Brien (2010, 275) menjelaskan alasan mengapa peningkatan produktivitas tenaga kerja menjadi penyebab utama tumbuhnya Parkin (2012, 141) menyatakan bahwa penyebab tumbuhnya produk domestik bruto adalah pertumbuhan penawaran tenaga kerja dan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hubbard dan O’Brien (2010, 275) menjelaskan alasan mengapa peningkatan produktivitas tenaga kerja menjadi penyebab utama tumbuhnya

Lebih lanjut, Parkin (2012, 145) menjelaskan tiga hal yang mempengaruhi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, yaitu pertumbuhan modal fisik, pertumbuhan modal sumber daya manusia, dan perkembangan teknologi. Pertumbuhan ketiga faktor tersebut akan meningkatkan efisiensi pekerja, sehingga mereka bisa memproduksi lebih banyak dalam waktu yang sama.

Sloman (2006, 370) menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam the circular flow of income, yaitu inner flow, withdrawals, dan injections. Inner flow terdiri atas produsen dan rumah tangga. Withdrawals terdiri atas net saving, net taxes, dan import expenditure. Injections terdiri atas investment, government expenditure, dan export expenditure.

Lebih lanjut, Sloman (2006, 463) menjelaskan efek multiplier dari injections, dimana produk domestik bruto meningkat lebih besar daripada uang yang diinjeksikan ke dalam perekonomian ( ΔY >ΔJ). Ketika pengeluaran ekstra diinjeksikan ke dalam perekonomian, injeksi ini akan merangsang pengeluaran tambahan, yang kemudian akan merangsang pengeluaran tambahan, dan seterusnya. Sebagai contoh, ketika produsen memutuskan berinvestasi lebih besar, investasi ini akan membuat lebih Lebih lanjut, Sloman (2006, 463) menjelaskan efek multiplier dari injections, dimana produk domestik bruto meningkat lebih besar daripada uang yang diinjeksikan ke dalam perekonomian ( ΔY >ΔJ). Ketika pengeluaran ekstra diinjeksikan ke dalam perekonomian, injeksi ini akan merangsang pengeluaran tambahan, yang kemudian akan merangsang pengeluaran tambahan, dan seterusnya. Sebagai contoh, ketika produsen memutuskan berinvestasi lebih besar, investasi ini akan membuat lebih

E. Hubungan antara Belanja Modal Pemerintah dengan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto

Dari pemaparan teori tentang pertumbuhan produk domestik bruto di atas, kita bisa melihat peranan belanja modal pemerintah di dalamnya. Parkin (2012, 141) menyatakan bahwa salah satu penyebab tumbuhnya produk domestik bruto adalah pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, dimana lebih lanjut Parkin (2012, 145) menjelaskan salah satu hal yang mempengaruhi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yaitu pertumbuhan modal fisik. Selain modal fisik dari sektor swasta, modal fisik milik pemerintah juga bisa menumbuhkan perekonomian. Bahkan, modal fisik pemerintah dapat mendorong investasi modal fisik dari sektor swasta. Simon White (2005, 11) menyatakan “... private investment depends on a sound infrastructure ....” Lebih lanjut Simon White (2005, 10) memaparkan adanya tiga elemen kunci dalam iklim investasi, yaitu cost of investment, risks, dan barriers to competition. Salah satu penentu cost of investment yang disorot oleh White (2010, 10) adalah infrastruktur.

Sloman (2006, 370) salah satu unsur dalam the circular flow of income, yaitu injections,yang salah satunya berupa government expenditure, dimana lebih lanjut Sloman (2006, 463) menjelaskan efek multiplier dari injections, yaitu produk domestik bruto meningkat lebih besar daripada uang yang diinjeksikan ke dalam Sloman (2006, 370) salah satu unsur dalam the circular flow of income, yaitu injections,yang salah satunya berupa government expenditure, dimana lebih lanjut Sloman (2006, 463) menjelaskan efek multiplier dari injections, yaitu produk domestik bruto meningkat lebih besar daripada uang yang diinjeksikan ke dalam

Gambar II.1 Hubungan antara Belanja Modal Pemerintah dengan Produk Domestik Bruto

Pertumbuhan PDB

Peningkatan Produktivitas Pertumbuhan Penawaran Tenaga Kerja

Tenaga Kerja

Modal Fisik

Modal SDM

Teknologi

Pertumbuhan Belanja

Pertumbuhan Belanja

Modal Pemerintah

Modal Swasta

Diolah dari Parkin, Michael. 2012. Macroeconomics. Edisi ke-10. Upper Saddle River: Pearson Education Inc. Hal. 141 dan 145. Infrastruktur yang baik akan mengundang investasi dari sektor swasta. Investasi ini, selain membuka lapangan kerja, juga mengolah sumber daya yang menganggur menjadi output. Investasi juga bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja, karena investasi yang memadai dapat mengubah skala ekonomi dalam produksi dari yang semula industri kecil yang memiliki tingkat produktivitas rendah menjadi industri besar yang lebih modern dan memiliki tingkat produktivitas tinggi.

Infrastruktur jalan yang baik akan mempercepat arus barang sehingga bisa meningkatkan jumlah sumber daya yang diproses. Infrastruktur jalan yang baik juga bisa menurunkan harga pokok penjualan. Penurunan harga pokok penjualan ini bisa menurunkan harga barang sehingga permintaan barang naik. Naiknya permintaan ini akan meningkatkan jumlah barang yang diproduksi sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan kantor pemerintahan beserta peralatannya juga bisa menumbuhkan ekonomi. Pertambahan bangunan berarti membuka lapangan kerja dan menumbahkan ekonomi di sekitar perkantoran. Sementara, peralatan yang lebih baik seharusnya berarti administrasi yang lebih mudah dan lebih cepat. Administrasi yang lebih cepat berarti hambatan birokrasi pemerintahan untuk kepentingan swasta dapat dikurangi, yang berarti perdagangan yang lebih lancar sehingga ekonomi bisa tumbuh lebih pesat.

Belanja modal pada badan layanan umum juga bisa menumbuhkan ekonomi. Peningkatan fasilitas badan layanan umum semisal rumah sakit umum daerah, selain bisa menumbuhkan ekonomi dari permintaan barang, juga bisa memberikan perawatan yang lebih baik kepada warga negara sehingga mereka bisa sembuh lebih cepat dan bisa lebih produktif bagi perekonomian.

Belanja modal dalam bentuk pembangunan sekolah-sekolah baru dan peningkatan fasilitas sekolah juga bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini berandil besar dalam membangun teknologi, sehingga produktivitas kerja juga meningkat. Selain itu, sumber daya manusia yang baik juga bisa memberikan sumbangan kreativitas dan kemampuan Belanja modal dalam bentuk pembangunan sekolah-sekolah baru dan peningkatan fasilitas sekolah juga bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini berandil besar dalam membangun teknologi, sehingga produktivitas kerja juga meningkat. Selain itu, sumber daya manusia yang baik juga bisa memberikan sumbangan kreativitas dan kemampuan

F. Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan per Kapita.

Salah satu masalah yang diteliti oleh David Harianto dan Priyo Hari Adi (2007, 12) dalam penelitian ini adalah hubungan antara belanja modal daerah dengan pendapatan per kapita. Sebagaimana kita ketahui, pendapatan per kapita berasal dari PDB/PDBR dibagi dengan jumlah penduduk. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kabupaten dan Kota se Jawa – Bali dari tahun 2001 s.d. 2004. Simpulan dari penelitian ini adalah belanja modal memiliki dampak yang signifikan dan negatif terhadap pendapatan per kapita.

2. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi dan Investasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

Periode yang diteliti pada penelitian ini adalah tahun 1997 s.d. 2007, dimana pengeluaran investasi datanya berasal dari pengeluaran pembangunan pemerintah. Swaramarinda dan Indriani (2011, 104) menyimpulkan bahwa pengeluaran investasi pemerintah mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Elvany Noor Afia ini dilakukan atas sejumlah indikator pada lingkup Provinsi Jawa Tengah pada periode 1978 s.d. 2008. Afia

(2010, 114) menyimpulkan bahwa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, belanja modal berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.

4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Viki Indrasari (2011, vii) ini menyimpulkan bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini dilakukan menggunakan data time-series dalam kurun 2004 s.d. 2009 dan data cross section 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

5. Pengaruh Pertumbuhan Investasi Publik, Pertumbuhan Investasi Swasta, dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Periode 1992-2006.

Penelitian yang dilakukan oleh Tjahjanto Saptomo (2008, 64) ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan investasi publik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita Kota Semarang.

G. Kerangka Pemikiran

Dari teori-teori yang ada, maka kita bisa membangun sebuah kerangka pemikiran. Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah, sebagai salah satu bentuk injections, dapat memberikan efek multiplier ke dalam perekonomian. Efek multiplier ini dapat berasal dari investasi swasta yang lebih besar akibat infrastruktur yang lebih baik, perdagangan yang lebih lancar, maupun pembukaan lapangan kerja.

Ketika pemerintah melakukan belanja modal, pemerintah menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menarik sektor swasta berinvestasi lebih besar.

Investasi swasta yang semakin besar ini akan menambah akumulasi modal fisik yang akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini akan meningkatkan produk domestik bruto.

Dari lima penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi, empat diantaranya menyatakan bahwa belanja modal pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara hanya satu penelitian yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari empat penelitian yang menyatakan positif, hanya dua yang secara tegas menyatakan berpengaruh secara signifikan dan satu penelitian yang secara tegas menyatakan bahwa pengaruh tidak signifikan.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian yang telah disusun dengan mempertimbangkan landasan teori dan penelitiaan-penelitian sebelumnya, penelitian ini membangun hipotesis:

H 0 : Belanja modal pemerintah pusat tidak berpengaruh terhadap produk domestik bruto.

H 1 : Belanja modal pemerintah berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto.

Jika terbukti bahwa belanja modal berpengaruh terhadap produk domestik bruto, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis:

H 0 : Belanja modal pemerintah pusat tidak secara signifikan berpengaruh terhadap produk domestik bruto.

H 1 : Belanja modal pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Alasan Pemilihan Objek

Pemerintahan di Indonesia memiliki dua bentuk, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Namun, meski otonomi daerah sudah berjalan, belanja pemerintah pusat pada 2011 mencapai dua kali lipat dibandingkan seluruh transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah (Kementerian Keuangan, 2012). Di tahun yang sama, belanja modal pemerintah pusat mencapai 28,71% dibandingkan seluruh transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah (Kementerian Keuangan, 2012). Situasi ini menggambarkan betapa besarnya pengaruh pemerintah pusat dalam pengelolaan sektor publik di bidang ekonomi di Indonesia. Tiap kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah pusat akan memberikan efek yang mungkin signifikan.

Belanja modal pemerintah pusat dalam tujuh tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Gambar IV.1 menunjukkan dengan jelas tren yang dimaksud. Belanja modal pemerintah pusat meliputi belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, fisik lainnya, dan belanja modal badan layanan umum. Tahun 2011 menjadi tahun dimana pemerintah pusat meningkatkan belanja modalnya secara signifikan, yaitu naik sebesar 46,82% jika dibandingkan Belanja modal pemerintah pusat dalam tujuh tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Gambar IV.1 menunjukkan dengan jelas tren yang dimaksud. Belanja modal pemerintah pusat meliputi belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, fisik lainnya, dan belanja modal badan layanan umum. Tahun 2011 menjadi tahun dimana pemerintah pusat meningkatkan belanja modalnya secara signifikan, yaitu naik sebesar 46,82% jika dibandingkan

Produk domestik bruto di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dalam enam tahun terakhir. Gambar IV.2 menunjukkan peningkatan tersebut. Produk domestik bruto berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, penambahan modal tetap bruto, perubahan inventori, diskrepansi statistik dan ekspor dikurangi impor.

Penelitian ini mencoba mengonfirmasi apakah anggapan pentingnya belanja modal bagi pertumbuhan ekonomi benar atau tidak. Pembuktian ini dilakukan secara ilmiah menggunakan metode regresi linear sederhana.

Alasan pemilihan Pemerintah Pusat Republik Indonesia sebagai objek penelitian adalah pemerintah pusat masih memainkan peran penting dalam perekonomian nasional sekalipun Indonesia sudah menerapkan otonomi daerah. Cukup banyak kebijakan belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Maka, melakukan penelitian pengaruh belanja modal pemerintah pusat terhadap produk domestik bruto akan memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam memahami manfaat belanja modal bagi perekonomian secara keseluruhan.

Pemilihan periode waktu yang diteliti pada tahun 2005 s.d. 2011 karena baru pada tahun 2005 Indonesia mengadopsi akun belanja modal dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP). Dengan keseragaman definisi akun belanja modal, diharapkan angka yang disajikan dalam LKPP merujuk pada maksud yang sama dan tidak terjadi bias.

B. Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu belanja modal pemerintah pusat dan produk domestik bruto. Data belanja modal pemerintah tahun 2005 s.d. 2011 tersedia dalam situs resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang dapat diunduh setiap saat. Data produk domestik bruto Indonesia tersedia dalam situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dan dapat diunduh setiap saat.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Belanja modal pemerintah pusat.

Pemerintah RI (2010, PSAP 02-8) mendefinisikan belanja modal sebagai “pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.” Belanja, menurut Pemerintah RI (2010, PSAP 02-7), “diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah.” Definisi belanja modal inilah yang dipakai dalam penelitian ini untuk menentukan besaran nilai belanja modal pemerintah pusat.

2. Produk domestik bruto.

Michael Parkin (2012, 84) menyatakan produk domestik bruto sebagai “the market value of the final goods and services produced within a country in a given time period.”Produk domestik bruto atas dasar harga konstan didefinisikan Parkin (2012, 89) sebagai “the value of final goods and services produced in a given year Michael Parkin (2012, 84) menyatakan produk domestik bruto sebagai “the market value of the final goods and services produced within a country in a given time period.”Produk domestik bruto atas dasar harga konstan didefinisikan Parkin (2012, 89) sebagai “the value of final goods and services produced in a given year

D. Pengukuran Variabel

1. Belanja modal pemerintah pusat.

Belanja modal pemerintah pusat diperoleh dengan cara menggunakan angka belanja modal pemerintah pusat yang tercantum dalam laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Produk domestik bruto.

Produk domestik bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara menggunakan berita statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.

E. Model Penelitian

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana, dimana penelitian mencoba mengonfirmasi apakah hipotesis yang disusun memang sesuai dengan data-data di dunia nyata dengan menggunakan metode regresi linear sederhana sebagai alat interpretasi data. Analisis menggunakan metode regresi linear sederhana memiliki kelebihan berupa dihasilkannya model persamaan yang bersifat linear. Persamaan ini dapat digunakan untuk memproyeksikan besaran variabel dependen akibat perubahan pada besaran variabel independen dengan besaran simpangan baku tertentu. Dengan demikian, dengan mengetahui berapa besarnya belanja modal yang dilakukan pemerintah pusat, kita dapat memprediksi berapa produk domestik bruto di akhir tahun.

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut: PDB = C + aM + ε

Keterangan: PDB

= Produk Domestik Bruto C= Konstanta a= Koefisien regresi M= Belanja modal ε= Standard Error

Model regresi linear yang disusun memiliki makna bahwa tiap belanja modal naik sebesar satu triliun rupiah, produk domestik bruto akan naik sebesar a triliun rupiah. Naiknya produk domestik bruto ini karena dalam analisis regresi ini kita mengajukan hipotesis bahwa belanja modal secara signifikan berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto.

F. Pengujian Hipotesis

1. Uji F.

Uji F, oleh Suliyanto (2011, 44), “digunakan untuk menguji ketepatan model atau goodness of fit ... untuk menguji apakah perubahan pada variabel bebas mampu menjelaskan perubahan pada nilai variabel tergantung atau tidak.”H 0 ditolak jika hasil uji menunjukkan F-hitung > F-tabel.

2. Uji t.

Uji t, oleh Suliyanto (2011,45), “digunakan untuk menguji apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak.”

H 0 ditolak apabila t-hitung > t-tabel.

3. 2 Uji R .

R 2 atau yang juga disebut sebagai koefisien determinasi “merupakan R 2 atau yang juga disebut sebagai koefisien determinasi “merupakan

4. 2 Uji Adjusted R .

Suliyanto (2011,43) menjelaskan “R 2 memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas ... dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan

pengamatan ... akan meningkatkan nilai R 2 meskipun nilai yang dimasukkan tidak memiliki pengaruh yang signifikan ....”

Lebih lanjut Suliyanto (2011,43) mengatakan “Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan.”

G. Sarana yang Digunakan untuk Pengujian

Sarana yang digunakan untuk pengujian statistik seluruhnya menggunakan perangkat lunak SPSS 19. Data diinput dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dalam format .xlsx dan nantinya diimpor ke dalam SPSS 19.

H. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pengujian statistik adalah belanja modal pemerintah pusat secara signifikan berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto.

I. Pengujian Lain yang Diperlukan

Model penelitian menggunakan regresi linear sederhana menuntut adanya pengujian atas asumsi klasik. Analisis regresi linear mengharuskan adanya pengujian atas asumsi klasik. Pengujian ini diperlukan agar diperoleh model yang bersifat BLUE

(Best Linear Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik multikolinearitas tidak dilakukan dalam penelitian ini. Multikolinearitas berarti terjadi korelasi linear yang mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas (Suliyanto 2011, 81). Penelitian ini hanya memiliki satu variabel bebas sehingga gejala multikolinearitas tidak mungkin terjadi.

1. Uji asumsi klasik normalitas.

Suliyanto (2011,69) menjelaskan tujuan pengujian normalitas “untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.”

Pengujian asumsi klasik normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan metode grafik dan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian grafik diperlukan untuk memberikan gambaran umum secara visual bagaimana distribusi pada residual yang terstandarisasi, sementara pengujian dengan metode Kolmogorov-Smirnov diperlukan untuk memastikan kebenaran hasil uji grafik karena sampel yang digunakan hanya berjumlah tujuh sampel.

Uji asumsi klasik normalitas dengan metode grafik akan menggunakan dua macam grafik, yaitu Histogram Standardized Regression Residual dan Normal P-P Plot. Apabila residual terstandarisasi terlah terdistribusi normal, histogram akan membentuk kurva seperti lonceng, sementara dengan plot akan terlihat sebaran residual yang merapat pada garis diagonal normal. (Suliyanto 2011, 69).

Formula uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov menurut Edward Omey (2010, 43) yaitu:

TDF (e ) = P(X i  e) i

EDF (e ) = i #(errors  e) i

KS = max EDF  TDF Apabila KS-hitung > KS-tabel, maka nilai residual terstandarisasi pada

model regresi berdistribusi normal. Jika menggunakan SPSS, Suliyanto (2011,78) mengatakan bahwa kondisi yang sama dapat juga terindikasi bila Asymp. Sig > α.

2. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas.

Suliyanto (2011, 95) menyatakan “Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan).” Gujarati (2002, 405) menjabarkan persamaan uji heteroskedastisitas menggunakan metode Glejser sebagai:

û = i β +β X +v 1 2 i i , dimana û adalah nilai residual tidak terstandarisasi. Menurut Suliyanto (2011, 98), gejala heteroskedastitas teridentifikasi apabila β signifikan.

Uji grafik tidak dilakukan, karena uji grafik menuntut plot menyebar secara acak. Sementara, dengan sampel yang hanya berjumlah tujuh, sangat riskan untuk melihat apakah memang pola pada grafik acak atau teratur karena ketiadaan standar.

3. Uji asumsi klasik otokorelasi.

Suliyanto (2011, 125) menyatakan “Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section).

Gujarati (2002, 466) menjabarkan formula uji asumsi klasik otokorelasi Gujarati (2002, 466) menjabarkan formula uji asumsi klasik otokorelasi

2N N 1 2

Mean: E(R) =

2 2N N (2N N 1 2 1 2  N )

Variance:  R =

N( N  1)

Gujarati (2002, 466) menyatakan model regresi tidak terindikasi gejala otokorelasi bila memenuhi syarat: Prob[E(R)-1,96  R  R E(R)+1,96  R ]  0, 95

4. Uji asumsi klasik linearitas.

Suliyanto (2011, 145) menyatakan “Pengujian linearitas ini perlu dilakukan untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linear atau tidak.” Lebih lanjut, Suliyanto (2011, 163) menjelaskan secara rinci uji linearitas menggunakan metode Lagrange Multiplier sebagai berikut:

a. Membuat persamaan regresi.

b. Mencari nilai prediksinya dan diberi nama ( Ŷ i ).

c. Mencari nilai residual (Y- Ŷ i ).

d. Mengkuadratkan semua nilai variabel bebas.

e. Meregresikan kuadrat variabel bebas terhadap nilai residualnya. U=b 2

0 +b 1 X + ε

f. Berdasarkan persamaan regresi nilai kuadrat variabel bebas terhadap nilai residu, cari nilai koefisien determinasi yang baru.

2 g. 2 Hitung nilai X -hitung dengan persamaan (n x R ), dimana n adalah jumlah pengamatan.

2 h. 2 Menarik kesimpulan uji linearitas dengan kriteria jika X -hitung <X -tabel dengan df = (n, α) maka model dinyatakan linear.

Uji grafik tidak dilakukan, karena uji grafik menuntut plot menyebar secara acak. Sementara, dengan sampel yang hanya berjumlah tujuh, sangat riskan untuk melihat apakah memang pola pada grafik acak atau teratur karena ketiadaan standar.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pengantar

Bab II telah membahas mengenai teori-teori yang pada akhirnya menjadi dasar penyusunan hipotesis. Bab IV berisi analisis regresi linear sederhana atas data- data di dunia nyata. Metode analisis secara rinci telah dibahas pada Bab III. Analisis ini diperlukan agar dapat diketahui apakah secara statistik, hipotesis yang disusun memang menggambarkan situasi di dunia nyata. Apabila terdapat kesesuaian antara hipotesis dengan dunia nyata secara statisik, dapat diperoleh keyakinan bahwa secara ilmiah hipotesis memang terbukti benar.

B. Gambaran Umum Kondisi Belanja Modal dan Produk Domestik Bruto

Belanja modal Pemerintah Pusat Republik Indonesia dalam enam tahun terakhir menunjukkan tren yang terus meningkat. Gambar IV.1 menunjukkan dengan jelas tren yang dimaksud. Tahun 2005, pemerintah pusat mengeluarkan uang sebesar

32 triliun rupiah untuk belanja modal. Tahun 2011, belanja modal pemerintah pusat sudah hampir mencapai empat kali lipatnya, yaitu sebesar 117,9 triliun rupiah. Belanja modal pemerintah pusat ini meliputi belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, fisik lainnya, dan belanja 32 triliun rupiah untuk belanja modal. Tahun 2011, belanja modal pemerintah pusat sudah hampir mencapai empat kali lipatnya, yaitu sebesar 117,9 triliun rupiah. Belanja modal pemerintah pusat ini meliputi belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, fisik lainnya, dan belanja

Gambar IV.1 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Pusat Republik Indonesia (dalam Triliun Rupiah)

Diolah dari: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 s.d. 2011

Produk domestik bruto di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dalam enam tahun terakhir. Gambar IV.2 menunjukkan peningkatan tersebut. Tahun 2005 produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2000 sebesar 1.749,5 triliun rupiah dan di tahun 2011 sudah mencapai 2.463,2 triliun rupiah. Produk domestik bruto berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, penambahan modal tetap bruto, perubahan inventori, diskrepansi statistik, dan ekspor dikurangi impor.

Dari tren yang ada, bisa diamati bahwa setiap tahun belanja modal selalu meningkat, dan setiap tahun produk domestik bruto juga selalu meningkat. Produk

domestik bruto memiliki kecenderungan terus meningkat setiap tahun karena terus tumbuhnya akumulasi modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Meningkatnya produk domestik bruto berarti meningkat pula ukuran ekonomi yang dapat dikenai pajak, yang berarti peningkatan penerimaan negara. Peningkatan penerimaan negara berarti semakin banyak uang yang bisa dibelanjakan, termasuk di antaranya belanja modal. Peningkatan belanja modal berarti perbaikan infrastruktur yang memberikan insentif investasi di sektor swasta. Peningkatan investasi di sektor swasta berarti peningkatan akumulasi modal yang berarti peningkatan kapasitas produk domestik bruto, dan seterusnya.

Gambar IV.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia (dalam Triliun Rupiah)

Diolah dari: Berita Sratistik Badan Pusat Statistik Dari tren yang ada, juga terlihat hubungan linear antara belanja modal pemerintah pusat dengan produk domestik bruto. Keputusan pemerintah meningkatkan belanja modal selalu diikuti dengan peningkatan produk domestik bruto. Yang kini menjadi pertanyaan, apakah memang benar dapat diyakini bahwa

belanja modal pemerintah pusat berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto? Jika memang belanja modal pemerintah berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto, apakah pengaruh ini bersifat signifikan? Jika memang belanja modal pemerintah pusat secara signifikan berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto, seberapa besar belanja modal bisa mempengaruhi produk domestik bruto? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan sekedar menganalisis grafik saja, karena pengamatan visual penuh dengan subjektifitas. Diperlukan pengujian lebih mendalam atas data-data di dunia nyata ini. Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dengan menggunakan metode analisis regresi linear sederhana yang disajikan pada Sub-bab E dan F di Bab IV ini.

C. Statistika Deskriptif

Hasil statistika deskriptif penelitian ini disajikan pada Tabel IV.1. Dari tabel tersebut, bisa diamati bahwa rata-rata produk domestik bruto sebesar 2.084,743 dengan standar deviasi 253,7833, dan rata-rata belanja modal pemerintah pusat sebesar 71,300 dengan standar deviasi 26,0295. Dengan standar deviasi produk domestik bruto mencapai 12,17% dari rata-rata, dan standar deviasi belanja modal pemerintah pusat mencapai 36,51% dari rata-rata, kita dapat menyimpulkan bahwa variasi pada kedua variabel ini cukup tinggi.