Saatnya Meningkatkan Peranan Pajak Pengh

Saatnya Meningkatkan Peranan Pajak Orang Pribadi Indonesia!
Oleh: Mohamad Apip*)
Wakil

Menteri

Keuangan

Bambang

Brodjonegoro

(14/3/2014)

mengatakan

bahwa

masih

rendahnya penerimaan pajak di Indonesia disebabkan oleh kurang menyisir orang pribadi.

Pernyataan dari petinggi Kemenkeu ini tentunya tidak bisa dianggap remeh apalagi dengan
melihat realisasi penerimaan pajak beberapa tahun belakangan ini yang tidak mencapai target.
Apakah sebenarnya pengumpulan pajak dari orang pribadi di Indonesia sudah ideal sesuai yang
diharapkan?
Sebelum membahas

lebih jauh tentang penerimaan pajak orang pribadi, penulis akan coba

menyegarkan ingatan kita pada siklus aliran pendapatan (circular flow of income) dalam model
ekonomi paling sederhana, yaitu model 2-sektor, yang terdiri dari rumah tangga dan perusahaan
seperti dalam Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Aliran Pendapatan, Model Ekonomi 2 Sektor
Dalam model ekonomi sederhana ini terlihat bahwa sebagai timbal balik penyediaan faktor-faktor
produksi berupa tenaga, tanah, modal, sektor Rumah Tangga (orang pribadi) mendapatkan aliran
pembayaran uang dari perusahaan yang berupa gaji, sewa, dividen.
Model sederhana ini juga menunjukkan bahwa bahkan keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan pun pada akhirnya akan mengalir kepada individu/orang pribadi, antara lain berupa
dividen. Dalam dunia nyata, penghasilan orang pribadi tidak sebatas bersumber dari yang sudah
disebutkan di atas, tetapi bisa lebih banyak lagi seperti penghasilan dari menjalankan kegiatan

usaha, pekerjaan bebas, keuntungan pengalihan harta (capital gain), dan penghasilan lainnya. Jika
dikaitkan dengan penerimaan pajak, idealnya Orang Pribadi bisa berperan lebih banyak dalam
menyetorkan pajak terkait dengan penghasilan yang diterimanya, terutama selain yang berasal
dari gaji.

Namun fakta penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) yang bisa dikumpulkan dari Orang Pribadi di
Indonesia berkata lain. Seperti dikatakan oleh Dirjen Pajak Fuad Rahmany (27/6/2014), untuk
tahun 2013 tercatat realisasi penerimaan pajak untuk karyawan atau PPh 21 sebesar Rp 90 triliun,
sedangkan PPh Orang Pribadi sebesar Rp 4,4 triliun, padahal potensinya sangat besar.
Dari data realisasi penerimaan pajak tahun 2013 yang sebesar Rp 1.099 triliun, sebagiannya
sebesar Rp 538 triliun adalah penerimaan PPh. Proporsi PPh Orang Pribadi selain karyawan yang
sebesar Rp 4,4 triliun hanya berkontribusi sebesar 0,82% terhadap total penerimaan PPh.
Persentasenya akan makin kecil lagi bila dibandingkan dengan total penerimaan pajak, yakni
hanya sebesar 0,40%. Sumbangsih ini masih tertinggal jauh oleh PPh yang dibayar oleh karyawan
sebesar 16,8% terhadap total penerimaan PPh atau 8,2% terhadap keseluruhan penerimaan
pajak.
Sementara itu, menurut data Distribusi Simpanan Berdasarkan Segmen Nominal Simpanan bulan
Mei 2014 seperti yang dipublikasi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) diketahui sebagai
berikut:
Tabel 1. DPK Berdasarkan Segmen Nominal


Sumber: LPS
Data jumlah rekening dan nilai nominal simpanan di bank di atas menunjukkan bahwa sebenarnya
ada banyak orang kaya di Indonesia, yang merupakan sinyal potensi penerimaan pajak dari orang
pribadi yang cukup signifikan. Namun, kondisi ini tidak berbanding lurus dengan jumlah setoran
PPh Orang Pribadi selain karyawan, yang tidak sampai 1% dari total penerimaan PPh.
Peranan PPh Orang Pribadi di Amerika Serikat
Untuk pembelajaran dan perbandingan, penulis akan mengulas sedikit peranan Orang Pribadi
terhadap penerimaan pajak di negeri Paman Sam. Mungkin ini tidak sebanding, membandingkan
AS dan Indonesia, tapi menurut penulis tidak ada salahnya, toh tujuan kedepannya diharapkan
Indonesia menjadi negara maju dan nyatanya saat ini Indonesia termasuk negara anggota G-20,
negara yang diperhitungkan di dunia.
Center on Budget and Policy Priorities (31/3/2014), seperti dalam Gambar 2, menyebutkan bahwa
tiga sumber utama penerimaan pajak federal AS dalam tahun 2013 adalah PPh Orang Pribadi
(47%), disusul PPh Karyawan (34%), PPh Korporat (10%), dan sisanya dari pajak lainnya.

Gambar 2. Sumber Penerimaan Pajak Federal AS, 2013
Selama beberapa dekade, seperti ditunjukkan Gambar 3, tren porsi penerimaan PPh Orang Pribadi
dan PPh Karyawan di AS makin meningkat, berkebalikan dengan tren penerimaan PPh Badan yang
cenderung menurun.


Gambar 3. Sumber Penerimaan Pajak Federal 1945-2013

Simpulan dan Rekomendasi Kebijakan
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan antara lain: fakta jumlah pembayaran pajak
penghasilan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Indonesia non karyawan, yang masih sangat kecil,
belumlah ideal secara konsep ekonomi, dimana Orang Pribadi sebagai subjek akhir penerima
pendapatan-pendapatan dalam siklus aliran pendapatan seharusnya bisa memberikan sumbangsih
yang lebih terhadap penerimaan pajak suatu negara. Tidak signifikannya kontribusi pajak
penghasilan yang dibayar oleh orang pribadi Indonesia juga belum mencerminkan data banyaknya
milyuner yang menyimpan uangnya di bank. Selain itu, untuk bahan pertimbangan, tren penentu
utama penerimaan pajak di negara maju seperti Amerika pun cenderung makin bertumpu
pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi.
Oleh karena itu, otoritas perpajakan Indonesia masih harus bekerja ekstra keras untuk menggali
potensi penerimaan pajak orang pribadi, terutama orang-orang kaya yang masih belum tersentuh.
Pada level atas, usulan menerobos rahasia bank untuk mengulik data orang-orang kaya Indonesia,
yang sering didengung-dengungkan oleh pimpinan Ditjen Pajak sudahon the track. Namun, untuk
mewujudkannya, kemauan politik dari para anggota legisatif pembuat undang-undang dan
kesamaan pemahaman dari para stakeholderterkait seperti otoritas jasa keuangan, bank, dan
nasabah mengenai pentingnya akses otoritas pajak terhadap rahasia perbankan demi pengamanan

sumber pembiayaan pembangunan, tentulah sangat diharapkan.
Sementara itu, unit pelaksana Ditjen Pajak perlu terus melakukan terobosan-terobosan baru untuk
menggali lebih banyak dan lebih dalam lagi potensi pajak orang pribadi di wilayah kerjanya, antara
lain melalui kerja sama dengan Pemda setempat untuk mendapatkan data orang-orang kaya baru
ataupun orang kaya lama. Jika dimungkinkan, perlu melibatkan unsur Desa/Kelurahan setempat
agar mereka bisa menyuplai data orang-orang kaya di wilayahnya. Secara teknis, mereka bisa
direkrut menjadi informan kantor pajak.
Di sisi lain, kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pembayaran pajak sesuai
keadaan yang sebenarnya juga sangat diharapkan dalam rangka menggenjot penerimaan PPh
Orang Pribadi.
Jelaslah sudah, peranan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi demi tercapainya target
penerimaan pajak tidak dapat diabaikan dan sudah saatnya ditingkatkan.[apipu]

Tulisan di atas adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pendapat
institusi tempat penulis bekerja.
*) Penulis adalah pemerhati kebijakan publik dan perpajakan

Referensi:
Badan Pusat Statistik. 2014. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 2007-2014.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=13.


Diakses

tanggal 24 Agustus 2014.
Lembaga Penjamin Simpanan. 2014. Distribusi Simpanan Bank Umum Mei 2014 dan Mei
2013. http://www.lps.go.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2014.

-------.Policy

Basics:

Where

Do

Federal

Tax

Revenues


From?. http://www.cbpp.org/cms/?fa=view&id=3822. Diakses tanggal 24 Agustus 2014.
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/27/087588437/Fuad-Rahmany-BanyakOrang-Kaya-Ngemplang-Pajak. Diakses tanggal 24 Agustus 2014.
http://bisnis.liputan6.com/read/2022863/kurang-kulik-data-pribadi-alasan-pajak-rimasih-rendah. Diakses tanggal 24 Agustus 2014.

Tulisan Versi blog: http://www.apipu.com/2014/08/saatnya-meningkatkan-peranan-pajak.html

Come