Laporan Buku tentang Pendidikan Karakter

Laporan Buku

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK BANGSA
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
ANINDITA SYAFITRI
RATU DIANA MAISURAH
SAHARA
SUCI MEILANI

1306103010029
1306103010063
1306103010030
1306103010035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
2014/2015

Kata Pengantar

Puji

syukur

kami

panjatkan

kehadirat

Allah

SWT,

yang


telah

menganugerahkan iman dan islam serta telah mengaruniakan kepada manusia akal
dan pikiran. Dialah Tuhan semesta alam, yang memiliki apa yang ada dilangit dan
apa yang ada dibumi serta kepada-Nyalah segala kebenaran yang hakiki. Salawat dan
salam kami hanturkan kepada junjungan alam dan Habibullah Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin dan muslimat yang
mengikuti sunnahnya.
Berkat izin dan rahmat Allah SWT pada akhirnya laporan buku ini dengan
judul “Pendidikan Karakter Anak Bangsa” dapat diselesaikan. Walaupun dalam
laporan buku ini masih banyak kekurangan, kami harapkan agar pembaca
memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat agar makalah ini menjadi lebih
sempurna. Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing kami selama ini.
Semoga laporan buku ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pembacanya, terutama bagi kami sendiri. Pada akhirnya hanya kepada Allahlah kita
memohon taufik dan hidayahnya serta ampunannya, dan hanya kepada Allahlah kita
semua berserah diri.


Banda Aceh, Oktober 2014

Penyusun

i

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A.
Latar Belakang.............................................................................................3
B.
Rumusan Masalah........................................................................................4
C.
Tujuan...........................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................6
1. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI DAN DOMAIN

PENDIDIKAN.........................................................................................................6
2. ACUAN, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI
PEKERTI...............................................................................................................10
3. PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI PEKERTI MELALUI
PENDIDIKAN INFORMAL, FORMAL DAN NON-FORMAL.....................12
4. MEMBANGUN KARAKTER/BUDI PEKERTI ANAK BANGSA
MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN..........................................................20
5. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GURINDAM DUA BELAS........30
6. KARAKTER/BUDI PEKERTI KEPEMIMPINAN NASIONAL............38
7. PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA..............................42
8. BERSIKAP POSITIF TERHADAP GLOBALISASI................................46
BAB III......................................................................................................................49
Kesimpulan................................................................................................................51
Daftar Pustaka..........................................................................................................52

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul

pada akhir abad ke-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman
F.W. Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis spiritual
dalam pendidikan yang juga dikenal dengan normative. Yang menjadi prioritas
adalah nilai-nilai transeden yang dipercaya sebagai penggerak sejarah, baik bagi
individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti
sejarah pendidikan itu sendiri. Lahirnya pendidikan bisa dikatakan sebagai sebuah
usaha untuk menghidupkan kembali padagogi ideal spiritual yang sempat hilang
diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis Auguste Comte.
Forester menolak gagasan yang meredusir pengalaman manusia pada sekedar bentuk
murni hidup ilmiah.
Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada sejak
kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945. Presiden soekarno menyatakan perlunya nation and character building sebagai
bagian integral dari pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu

bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan
bangsa.
Namun sungguh memprihatinkan kondisi bangsa dan Negara pada era
globalisasi ini. Nilai-nilai luhur yang tinggi yang bermuatan etika atau akhlak atau

3

budi pekerti yang diwariskan oleh nenek moyang hancur begitu saja ketika disiram
oleh global dan dibawa pula oleh arus global yang amat laju. Nilai-nilai luhur yang
diwariskan melalui budaya, dituangkan dalam sisa-sisa pancasila dan penjabarannya
yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama tampaknya kurang memberi bekas dalam
kepribadian anak bangsa.
Pentingnya pembangunan karakter / budi pekerti bangsa telah disadari oleh
pemerintah. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan instruksi presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pencepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan dasar Hukum yang penting bahwa
pemerintah sangat serius untuk membangun karakter/budi pekerti bangsa.
Pemerintah sekarang bertekad membangunkan karakter/budi pekerti bangsa sebagai
salah satu fokus utama pembangunan nasional.

Didalam buku yang berjudul “Pendidikan Karakter Anak Bangsa” ini telah
banyak menceritakan atau menggambarkan bagaimana kondisi anak di zaman
sekarang ini. Serta beberapa pernyataan tentang bagaimana seharusnya Pendidikan
Karakter Anak Bangsa itu. Kami memilih buku ini karena, buku ini sangat bagus dan
judulnya sangat menarik untuk dibahas.
B.

Rumusan Masalah
a. Apa definisi pendidikan karakter?
b. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter pada anak bangsa?
c. Bagaimana cara membangun karakter pada anak bangsa?
d. Bagaimana pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan
non formal?

4

e. Bagaimana membangun karakter anak bangsa melalui beberapa
pendekatan?
f. Bagaimana pendidikan karakter dalam gurindam dua belas?
g. Bagaimana


pengaruh

perkembangan

lingkungan

strategis

dalam

membangun karakter budi pekerti anak bangsa?
h. Bagaimana cara bersikap positif terhadap globalisasi?
C.

Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan karakter.
b. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan karakter pada anak
bangsa.
c. Untuk mengetahui cara membangun karakter padda anak bangsa.

d. Untuk mengetahui pendidikan karakter melalui pendidikan informal,
formal, dan non formal.
e. Untuk mengetahui membangun karakter anak bangsa melalui beberapa
pendidikan.
f. Untuk mengetahui pendidikan karakter dalam gurindam dua belas.
g. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan lingkungan strategis dalam
membangun karakter budi pekerti anak bangsa.
h. Untuk mengetahui cara bersikap positif terhadap globalisasi.

5

BAB II
1.

PENDIDIKAN

KARAKTER/BUDI

PEKERTI


DAN

DOMAIN

PENDIDIKAN
A. Urgensi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur tidak
mengenal kata angkuh, sombong, mementingkan diri sendiri, berat tangan, tidak
menghargai, pemalas, tidak bercerai berai, ketergantungan, tidak percaya diri, tidak
santun, tidak sopan dll.
Malahan sebaliknya, leluhur bangsa indonesia adalah bangsa yang
ramah, sopan dan santun, suka menolong, ringan tangan, rajin bekerja, pekerja keras,
toleran, solidaritas, familier, kekerabatan, dan kekeluargaan yang tinggi, jujur dan
tulus ikhlas.
Memudarnya

penghayatan

dan


pengalaman

nilai-nilai

budaya

mengakibatkan bangsa negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan, baik
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan dan keamanan. Kondisi ini
melanda pada setiap tataran mulai dari tataran kepemimpinan tingkat bawah sampai
kepemimpinn tingkat Nasional. Membangun karakter/budi pekerti bangsa tidak
mudah, perlu proses yang panjang, waktu lama, biaya yang besar, dan pemikiran
yang cerdas.
Wakil Presiden RI, Boediono menegaskan bahwa :
Urgensi dari pembangunan karakter bangsa “Didalam Rencana Aksi
Nasional (RAN) Pembngunan karakter Bangsa Tahun 2010-2025, di dalam RAN
harus terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang berkaitan satu sama lainnya

6

sehingga bersinergi dalam mencapai sasaran dengan sumberdaya yang optimal”.
(Dalam Majalah formula Vol.IV- Juni 2010).
Urgensi pembangunan karakter Bangsa ditegaskan pula oleh menteri
Pertahanan, yang melihatnya dari segi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik
Imdonesia (NKRI) karena pengaruh globalisasi, maka BELA NEGARA sangat
penting. Menurut Purnomo : “Ancaman perang, juga bisa terwujud kekuatan non
fisik (soft power) dengan memberikan pngaruh kepada hati dan pemikiran manusia
yang merupakan benteng pertahanan terakhir bangsa dalam menghadapi berbagai
ancaman. Karena itu, dengan mengacu pada realitas tersebut, aspek sumberdaya
manusia sebagai pertahan nirmiliter (non military defence) memiliki peranan sangat
penting. Sumberdaya manusia yang hanya menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi tanpa memiliki kesadaran moral bela negara akan membahayakan
keberlangsungan hidup bangsa dan negara.
B. Domain Pendidikan Untuk Membangun Karakter/Budi Pekerti
Pernyataan Menteri pendidikan Nasional Prof. Muhammad Nuh bahwa:
“Dunia pendidikan adalah dunia yang amat kompleks, menantang, dan
mulia sifatnya. Kompleks karena spektrumnya sangat luas, menantang karena
menentukan masa depan bangsa, serta mulia karena pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusi. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, saya
menharapkan partiipasi dan bantuan saudara semunya untuk secara serius
mengembangkan dan menindaklanjuti program Penyelarasan dengan Dunia Kerja
dalam bentuk Rencana Aksi yang dapat diterapkan di masyarakat”. (Dalam Majalah
Kampus hal.5).

7

Domain pendidikan merupakan bagian penting dari kepribadian yang
berhubungan dengan kecerdasan. Domain pendidikan ada tiga proses yaitu:
(1) Domain Kognitif :

Melalui proses pendidikan (Proses

pembelajaran) dihasilkan domain kognitif yaitu domain yang
berkaitan dengan peingkatan pemahaman dan pengetahuan
terhadap disiplin ilmu, pengertian istilah-istilah dari ilmu yang
dipelajari, bisa juga memahami dan mengetahui teori, hukum, dan
dalil ilmu.
(2) Domain affektif yaitu domain yang menekankan pada perubahan
sikap, nilai-nilai yang baik, yang etis, yang mulia, yang sopan
santun, yang berakhlak mulia dari peserta didik.
(3) Domain psikomotor lazim disebut domain keterampilan yang
dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarganya, dan masyarakat. Domain ini tampak pada karaketer
kerja

jeras,

tangguh, tanggap,

kemampuan

bersaing

dan

profesional.
Pengembangan domain/ranah/kemampuan ini bersumber dari kecerdasan
dasar yang diberkahi oleh Allah SWT.
a. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)
Kecerdasan ini dibangun melalui proses pendidikan, oleh karena
itu kecerdasan ini selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat
pendidikan seseorang.

8

b. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient/EQ).
Kecerdasan ini adalah kecedasan yang melengkapi kecerdasan
intelektual (IQ).
c. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient/SQ).
Kecerdasan ini (SQ)

juga merupakan kecerdasan hati yang

berhubungan dengan penempatan perilaku atau jalan hidup
seseorang dinilai lebih baik dibandingkan yang lain. Kecerdasan
ini adalah ‘Kecerdasan semangat” yang mendorong kecerdasankecerdasan lainnya yang lebih berfungsi dengan baik.
d. Kecerdasan Sosial (Social Quotient)
Kecerdasan sosial menekankan pada kepedulian terhadap
lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan orang lain.Individu
yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat peduli dengan
tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong
dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih.
e. Kecerdasan Skill (Skill Quotient)
Kecerdasan ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ,
SQ, yaitu kecerdasan mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan
intelektual dan kecerdasan hati.
C. Domain Pendidikan Dan Dimensi Kerja
Perolehan domain atau ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik sangat
mendukung seseorang sukses dalam bekerja. Kesuksesan ini karena seseorang telah
menguasai konsep-konsep dasar, teori, hukum, dan dalil ilmu pengetahuan. Bersikap

9

dan berperilaku yng berkhlak, bermoral, beretika, merupakan pendorong seseorang
untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Keterampilan yang menghasilkan karya
menjadikan seseorang tidak bergantung pada orang lain.
2.

ACUAN, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER/BUDI
PEKERTI
A. Acuan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Acuan pendidikan karakter/budi pekerti dibahas dalam bab ini adalah

berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pidato atau sambutan pejabat tinggi negara
yang menekankan pada pentingnya pendidikan karakter/budi pekerti.
1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 (3).
2) Undang-Undang

Nomor

20

Tahun

2003 tentang

Sistem

Pendidikan Nasional.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025.
4) Bingkai Rencana Aksi Nasional (RAN) 2010-2014.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
6) Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter/budi Pekerti (2010).
7) Sambutan

Presiden

Republik

Indonesia,

Susilo

Bambang

Yudhoyono pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional di

10

Istana Negara Jakarta 11 Mei 2010, yang bertema : “Pendidikan
Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa”.
Presiden RI, Susilo Bambang Yuhoyono Mengemukakan :
Lima isu penting dalam dunia pendidikan. Pertama, adalah
hubungan pendidikan dengan pembentukan watak atau dikenal dengan character
building. Isi kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan
setelh seseorang selesai mengikuti pendidikan. Ketiga, kaitan pendidikan dengan
lapangan pekerjaan. Ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun
mendatang. Isu yang keempat adalah bagaimana membangun masyarakat yang
berpngetahuan atau knowledge society yang dimulai dari meningkatkan basis
pengetahuan masyarakat dan yang kelima bagaimana membangun budaya inovasi.
“The culture of inovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar
menjadi negara maju di abad 21 ini”.
B. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Adapun tujuan pendidikan Karakter/Budi Pekerti sejalan dengan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3) : “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dalam Undang-Undang”. Sedangkan Fungsi pendidikan nasional
dirumuskan : ‘mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

11

C. Ada Apa Dengan Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa
Penomena nasional merupakan tanda-tanda perilaku yang kurang
mendukung kearah stabilitas nasional yang dicita-citakan. Cita-cita nasional yang
telah dirumuskan terdapat pada alenia ke-2 UUD 1945 yaitu “ Mewujudkan negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur”. Sedangkan tujuan nasional
terdapat pada alenia ke-3 UUD 1945, yaitu: “melindungi segenap bangsa indonesia
dan

seluruh

tumpah

darah

indonesia,

memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
D. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Menjadi Kreatif
Cara Untuk membangun kreativitas/budi pekerti adalah melalui :
(1) Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership), jalur
pendidikan formal dan non formal merupakan mediun yang paling
efektif untuk membangun kreativitas.
(2) Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang
yang sukses (seperti pengusaha sukses).
(3) Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul, orang-orang
yang pintar.
3.

PENDIDIKAN

KARAKTER/BUDI

PEKERTI

MELALUI

PENDIDIKAN INFORMAL, FORMAL DAN NON-FORMAL
A. Pendidikan Informal (Informal Education)
“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”
(UU No. 20/2003, Pasal 1 (13))

12

Sebelum anak masuk sekolah (pendidikan formal) pendidikan yang
pertama sekali yang diberikan kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga.
Setelah anak berumur 6 tahun atau 7 tahun barulah masukkan ke Sekolah Dasar.
Walaupun sebelum itu anak dimasukkan ke dalam Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), namun peran pendidikan dalam keluarga sangat menentukan karakter/budi
pekerti anak.
Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa
depan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam
keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang melahirkan,
sangat dekat dengan anak, paling saying dengan anak. Sangat tinggi derajat ibu,
predikat ibu disebut juga Ibu Pertiwi, Ibu Negara.
Tantangan lain ibu selain membentuk karakter/budi pekerti anak yaitu
tantangan bagaimana Ibu berperan mengurus rumah tangga, tetapi juga aktif dalam
kegiatan di masyarakat, karena Ibu diharapkan menjadi contoh dalam keluarga dan
menjadi contoh di masyarakat. Kekuatan spiritual orang tua terutama dalam
membentuk karakter/budi pekerti, akhlak mulia si anak sangat menentukan masa
depan anak agar menjadi harapan bangsa dalam rangka membangun bangsa yang
unggul dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Karakter/budi pekerti, akhlak mulia terbentuk dari perilaku yang baik
yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik, kebiasaankebiasaan ini seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat sekolah, ke
tempat teman, mengucapkan salam, menundukkan badan bila melintas di hadapan

13

orang-orang yang lebih tua termasuk guru, ringan tangan, berdoa, dll diajarkan
dalam keluarga akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan yang sejatinya diberikan oleh orang tua kepada
anak-anaknya dirumah dalam rangka pendidikan karakter/budi pekerti adalah:
1. Kebiasaan mengenal Tuhan dalam sebutan sederhana dalam
keseharian seperti Allah, Allahu Akbar.
2. Kebiasaan Sholat berjamaa dengan orang tua, selesai sholat
bersalaman mencium tangan orang tua.
3. Kebiasaan sopan santun kepada orang tua, guru, anggota keluarga
yang lebih tua, kepada saudara dalam rumah, kepada tetangga.
4. Kebiasaan meminta izin bila hendak keluar rumah.
5. Kebiasaan mencium tangan orang tua bila hendak bepergian.
6. Kebiasaan menyayangi orang tua dan orang tua menyayangi anak,
itulah sifat Allah.
7. Kebiasaan berjalan menunduk di hadapan orang yang lebih tua.
8. Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua dengan sapaan yang
menunjukkan rasa hormat.
9. Kebiasaan mendidik anak supaya jujur.
10. Kebiasaan mendidik anak supaya amanah.
11. Kebiasaan membantu pekerjaan orang tua di rumah terutama anak
perempuan.
12. Kebiasaan mengajarkan anak supaya tidak iri hati kepada saudara
sendiri.

14

Keluarga adalah organisasi kemasyarakatan yang terkecil, yang paling
tua dan paling dekat dalam kerangka pendidikan dan pembentukan karakter/budi
pekerti anak. Keluargalah yang lebih memberi corak/warna paling pertama dan yang
paling besar peranannya dalam pembentukan karakter/budi pekerti anak.
B. Pendidikan Formal (Formal Education)
Pendidikan Karakter ataupun budi pekerti sangat efektif diterapkan pada
jalur pendidikan formal. “Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi” (UU No.20/2003 pasal 1(11)).
Guru adalah kunci penting untuk mewujudkan pendidikan karakter/budi
pekerti dalam rangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa. Profesi guru
adalah amat mulia, yang mengajarkan anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak pandai
berhitung dan membaca serta menulis menjadi pandai menghitung dan membaca
serta menulis. Memberikan nasihat kepada anak didik sudah di catat pahalnya oleh
Allah SWT.
Guru/dosen yang baik, yang professional, yang bertanggung jawab, yang
diteladani adalah guru/dosen yang mampu menghayati dan mengamalkan 4 (empat)
kompetensi secara umum yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik
Memahami psikologi pendidikan dan psikologi pelajar, memahami
peserta didik menurut tingkat perkembangannya, dan memahami
profil teman-teman sejawat guru.
2) Kompetensi Sosial

15

Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sekolah,
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat luas,
mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan di masyarakat, dan
mampu mewujudkan perilaku social dalam masyarakat.
3) Kompetensi Kepribadian
Mengembangkan

kepribadian

sebagai

pendidik

yang

baik,

berinteraksi dengan lingkungan sekitar, membimbing anak didik, dan
memberi teladan yang baik bagi peserta didik dan teman sejawat
guru.
4) Kompetensi Professional
Menguasai landasan-landasan kependidikan termasuk psikologi
belajar, menguasai materi pelajaran, menyusun persiapan mengajar
dan melaksanakannya, mengevaluasi hasil belajar anak didik dan
proses pembelajaran, menguasai metode dan media pembelajaran,
dan kemampuan menguasai dan mengatur kelas.
i.

Peran Guru Agama
Guru agama mempunyai tugas yang amat berat dalam rangka
mendidik, membina kepribadian seseorang. Pada hakekatnya
peran guru agama tidak hanya mengajarkan apa itu agama,
tetapi lebih dalam dari itu adalah pendidikan agama yang
lebih penting.

ii.

Latih Kebiasaan Berperilaku Positif

16

Telah dijelaskan bahwa anak didik dalam masa pertumbuhan
sangat peka sekali dengan

pengaruh lingkungan, baik itu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Pengaruh lingkungan yang di maksud adalah
melatih kebiasaan kepada anak didik untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang positif.
iii.

Refungsionalisasi Tata Tertib Sekolah Untuk Merubah Sikap
Siswa
Sikap adalah keadaan dalam diri manusia atau individu yang
berhubungan dengan pengamatan, perasaan dan tindakan
untuk merespon objek di luar dirinya. Sikap yang ada pada
diri manusia atau individu memberi corak tertentu terhadap
perilaku yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian di atas,
ada 3 komponen sikap yaitu:
a. Komponen Pengamatan
Pengamatan terhadap suatu objek melahirkan perasaannya
terhadap objek itu dan merespon objek tersebut.
Komponen pengamatan tidak terlepas dari pengetahuan
(knowledge) tentang suatu objek, kemudian menilai objek
tersebut.
b. Komponen Perasaan
Komponen perasaan ini dapat bersifat positif dan dapat
bersifat

negative

17

terhadap

objek.

Perasaan

positif

menimbulkan perasaan senang atau suka dan sebaliknya
perasaan negative akan menimbulkan perasaan tidak
senang atau tidak suka.
c. Komponen Kecenderungan Bertindak
Komponen kecenderungan bertindak yaitu melakukan aksi
terhadap objek yang di amati di tentukan oleh perasaan
dan pengamatan individu terhadap suatu objek yang baik
menimbulkan perasaan senang atau suka, sehingga
melahirkan sikap positif seperti peduli, menolong, ringan
tangan, dll.
iv.

Tata Tertib Sekolah Merupakan Norma Kelompok
Sekolah merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri
dari sebagian besar siswa-siswa, guru-guru, dan anggota
lainnya saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Setiap anggota yang berintegrasi itu mempunyai sikap yang
berbeda-beda karena adanya kepentingan yang berbeda-beda
terhadap sesuatu objek. Tata tertib sekolah adalah suatu
kondisi

yang

dirancang

untuk

dapat

mengatur

dan

mengendalikan sikap ataupun tingkah laku individu atau
siswa-siswa di sekolah supaya tercipta suasana aman dan
tentram disekolah tanpa adanya gangguan baik dari dalam
maupun luar. Tata tertib sekolah pada prinsipnya menciptakan

18

kondisi untuk mencegah tingkah laku atau sikap siswa-siswa
yang negative.
C. Pendidikan Non-Formal (Non-Formal Education)
“Pendidikan Non-Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. (UU
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1(12)).
Pendidikan non-formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai
pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal yang berfungsi
mengembangkan
penguasaan

dan

potensi

peserta

pengetahuan

didik

yang

keterampilan

menekankan

pada

fungsional

serta

pengembangan sikap dan berkepribadian yang professional.
Pendidikan non-formal mencakup pendidikan life skill, PAUD,
pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Satuan pendidikannya dapat
dalam bentuk kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar, majelis taklim, sanggar-sanggar, dll. Dalam lingkungan
pendidikan non-formal yang sejatinya bermuatan kurikulum pendidikan
keterampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang member bekal
karakter/ budi pekerti peserta didik. Leraning by doing dalam lembaga
pendidikan, balai latihan kerja, misalnya pendidikan olahraga di sasana
olahraga, pendidikan kesenian di sanggar-sanggar seni, teater seni, taman
seni dan budaya, dll merupakan media penumbuhan karakter/budi pekerti
dibentuk secara efektif. Dalam wadah lain seperti Pramuka, Mapala, PMR

19

merupakan wadah-wadah yang sudah terbukti untuk membangun karakter
anak bangsa.
Pendidikan non-formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang dating di
luar sistem pendidikan formal yang ditujukan untuk melayani anak didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan non-formal merupakan salah satu
jalur pendidikan yang efektif untuk membangun karakter/budi pekerti
anak bangsa. Pendidikan non-formal baik yang diprogramkan oleh
pemerintah maupun masyarakat dapat berlangsung di berbagai tempat
seperti: Pusat Kegiatan Belajar (PKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
Program Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan untuk Orang Dewasa
(Androgogi), dan Pendidikan Keterampilan.
4.

MEMBANGUN

KARAKTER/BUDI

PEKERTI

ANAK

BANGSA

MELALUI BEBERAPA PENDEKATAN
A. Pendidikan Nilai-Nilai Luhur Agama (Religius Values Approach)
Pendidikatan karakter/budi pekerti mengajarkan perilaku yang terpuji,
melarang berbuat keji. Dalam surat An-Nahl ayat 97 telah dituliskan
“Barang siapa yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, baik
laki-laki atau perempuan, dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik (thayyibah) dan Kami berikan
kepadanya balasan (pahala) setimpal dengan kebaikan yang ia kerjakan”.
Pendidikan karakter/budi pekerti mengajarkan agar anak didik untuk
menjadi orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat

20

Allah, memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan
memiliki telinga untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang di dalamnya,
ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi untuk berbuat
kebajikan

menuju

keselamatan

dunia

dan

akhirat.

Pendidikan

karakter/budi pekerti adalah pendidikan yang berorientasi pada kesucian
jiwa dan badan, seimbang antara membangun mental spiritual (jiwa)
dengan membangun kecerdasan badan atau raga (kinestetik).
B. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Budaya (Culture values approach)
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan termasuk membiasakan budi pekerti yang baik. Budaya adalah
keseluruhan cara hidup, warisan social, cara berpikir, kepercayaan, cara
kelompok bertingkah laku, gudang pelajaran yang dikumpulkan, tindakan
baku untuk mengatasi masalah, peraturan bertingkah laku dalam acara
tertentu.
Susbtansi dari budaya dalam kehidupan sehari-hari tampak pada
kebiasaan, adat istiadat, pola pergaulan, upacara ritual (kepercayaan),
sikap dan perilaku yang berulang-ulang yang khas dalam kehidupan
masyarakat tertentu. Nilai-nilai budaya yang positif yang diwariskan oleh
nenek moyang negeri ini tampaknya perlu dihidupkan, dibangun kembali
dalam kerangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa ini.
Nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai suatu pendekatan membangun
karakter/budi pekerti bangsa:
1. Pemahaman budaya leluhur

21

Sejarah telah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
senang hidup bersama, berkelompok, bergotong royong mengerjakan
sawah, membangun rumah, saling tolong menolong terhadap kerabat
yang terkena musibah. Sungguh mahal harganya untuk membangun
kembali karakter/budi pekerti yang hidup dalam nilai-nilai budaya
leluhur bangsa ini tempo dulu.
2. Mempertahankan Nilai-Nilai Dasar Budaya Yang Merupakan Jati Diri
Bangsa
Diakui sejujurnya bahwa bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa
yang dihormati, disegani, harimaunya ASEAN. Bangsa ini terkenal
keramah-tamahannya dan kesantunannya penampilan duta-duta
Indonesia dalam bidang kesenian, olahraga misalnya membuktikan
negeri ini adalah negeri yang berbudaya tinggi yang mencerminkan
pula karakter/budi pekerti bangsa ini adalah berkarakter mulia.
3. Memahami Bahwa Pluralistis(multi etnis, multi agama, multi
kepercayaan, multi budaya, dll), tetapi tetap satu (NKRI)
NKRI dalam pluralistis dibuktikan oleh sejarah Indonesia merdeka.
Pendiri Negari ini telah menetapkan komitmen nasional yaitu
BHINNEKA TUNGGAL IKA, WALAUPUN BERBEDA-BEDA
TETAPI TETAP SATU. Memahami pluralistis dalam beraneka ragam
multi mengandung pengertian bahwa multi-multi tersebut adalah
kekuatan bangsa untuk menjaga ketahanan nasional dalam rangka
mewujudkan stabilitas nasional.

22

Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
berisikan keuletan dan ketangguhan untuk mencegah segala macam
hambatan, ancaman, rintangan, dan gangguan yang datangnya dari
dalam maupun luar negeri.
4. Mengedepankan Nilai-Nilai Patriotisme
Nilai-nilai yang di kedepankan dalam karakter patriotic, cinta tanah
air misalnya pantang dihina dan pantang menghina. Bila dihina maka
muncul perilaku kolektif untuk membela tanah air, dan bila menghina
juga akan muncul perilaku kolektif untuk mencegah jangan sampai
melakukan penghinaan.
5. Memahami Makna Perilaku Berbudaya (Perilaku Berkarakter/Berbudi
Pekerti Berbasis Budaya)
Perilaku budaya adalah perilaku yang berorientasi atau merujuk pada
aktivitas-aktivitas norma-norma positif yang dikerjakan bersama
dalam masyarakat tertentu dinilai membawa kebaikan. Bila individu
atau kelompok tertentu tidak ikut di dalamnya cenderung kurang
disukai masyarakat. Contohnya, gotong royong, tolong menolong,
sadar hukum, toleransi, dan saling menyayangi.
6. Pemahaman

Terhadap

Nilai-Nilai

Budaya

Etnis/Suku

Untuk

Memperkaya Khasanah Budaya Sendiri Sebagai Penangkal Konflik
Sosial
Dalam keanekaragaman dan perbedaan budaya itu dapat digali
pengetahuan yang baru, individu dan kelompok tahu banyak hal dari

23

budaya etnis/suku. Dengan mempelajari budaya orang lain akan
tumbuh karakter/budi pekerti yang mampu menyesuaikan diri
sehingga terhindar dari kesalahpahaman apalagi pertikaian dan
perkelahian yang mengantarkan pada konflik social.
Dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai budaya seperti yang
dikemukakan di atas kepada seluruh masyarakat perlu diprogramkan
oleh pemerintah (pusat dan daerah), wakil rakyat, tokoh-tokoh
masyarakat,

dan tokoh-tokoh agama dalam bentuk kegiatan

terprogram secara rutin. Kegiatan terprogram itu dapat dalam bentuk
PENDIDIKAN

MENCERDASKAN

MASYARAKAT

terhadap

pentingnya memahami nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan
oleh leluhur bangsa ini.
C. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Pancasila (Five Principles Values
Approach)
I.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber
kehidupan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang
terkristalisasi dalam sila-silanya.
Pancasila sejatinya dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia yang
seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia. Pancasila

24

sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, karena mengandung nilanilai luhur yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama. Nilai-nilai luhur
pancasila yang terpatri dalam sila-sila pancasila sejatinya dihayati dan
diamalkan, bukan sekedar semboyan semata yang dibaca pada setiap
upacara apapun, baik di sekolah maupun dalam upacara memperingati
hari-hari besar nasional.
II.

Nilai-nilai Luhur Pancasila
Manusia dilahirkan sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup
sendiri, artinya manusia senantiasa memerlukan bantuan orang lain.
Bantuan orang lain itu akan dirasakannya diperlukan ketika akan
memenuhi kebutuhan, baik itu kebutuhan biologis, kebutuhan
hiburan, kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dari:
a. Keyakinan dan Kerukunan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa yaitu: kepercayaan terhadap eksistensi Allah SWT
Yang Maha Kuasa, toleransi antar pemeluk agama, kerukunan
antar pemeluk agama, saling menghormati antar pemeluk agama,
kebebasan menjalankan ibadah menurut agama yang diyakini.
b. Keadilan yang Beradab
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab yaitu: bahwa manusia memiliki martabat,
harkat, derajat yang tinggi sebagai makhluk ciptaan Allah SWT

25

yang paling mulia di bumi, manusia memiliki agama, manusia
memiliki budaya, manusia memiliki daya piker, daya cipta, dan
daya karsa untuk berbuat demi kemaslahatn umat, menjunjung
tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
c. Kebanggaan dan Kecintaan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia
yaitu: kecintaan dan bangga terhadap tanah

air, Negara yang

berdaulat, bahasa, dan bendera merah putih, mencintai NKRI,
mencintai kemerderkaan dan mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan yang mensejahterakan dan memakmurkan rakyat,
mencintai pejuang yang rela berkorban.
d. Ketaatan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan adalah: taat melaksanakan keputusan dari hasil
musyawarah mufakat, taat pada norma-norma ajaran agama,
norma-norma kehidupan dalam masyarakat seperti taat pada
hukum adat, menerima hasil keputusan bersama.
e. Keadilan Sosial
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi
Selurih Rakyat Indonesia adalah: adil dalam arti tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap individu atau kelompok lain, adil
dalam memberlakukan keputusan hukum, adil dalam member

26

lapangan kerja, adil dalam memperjuangkan HAM, tidak
merugikan orang lain, membela keadilan dan kebenaran, dan
menghormati hak orang lain.
III.

Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa rumusan pancasila digali dari
pola kehidupan, budaya dan adat istiadat masyarakat bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu rangkaian
sistem nilai dasar yang memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan
spiritual dan sistem nilai dasar inilah yang dihayati, diamalkan,
diaktualisasikan oleh para pendiri republic ini.
Penerapan pancasila sebagai pandangan hidup di Indonesia tidak
mudah. Negara ini adalah Negara yang pluralistic, jumlah etnisnya ±
ada 300 kelompok yang sudah pasti memiliki adat istiadat, budaya
dan pola hidup serta nilai-nilai kehidupan yang dianut pun berbeda.
Belum lagi macam-macam agamanya dengan tata cara beribadah yang
berbeda, bahasa, dialeg, watak etnisnya yang dipahami oleh
pendatang lain. Kondisi pluralistic inilah kadang-kadang sebagai
penyebab terjadinya benturan nilai-nilai yang saling berbeda yang
dapat menimbulkan konflik social.

IV.

Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Pancasila sebagai falsafah bangsa yang identik dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik
Indonesia. Pancaran wawasan yang bersumber dari kekuatan dan

27

kesaktian pancasila ibarat pancaran sumber air yang member
kehidupan. Apabila sumber-sumber air tersebut menyatu akan
menjadi sumber kekuatan yang mampu menahan apa saja. Ibarat air
laut yang merupakan kesatuan dari pancaran sumber air yang mampu
menahan apa saja yang ada di permukaannya dan mampu pula
menghantam dan menghancurkan apa saja yang menghalanginya.
Pancasila adalah sumber kehidupan dalam arti pandangan hidup
bangsa Indonesia, apabila

diganggu dan dirongrong, berarti

menggangu dan mengrongrong setiap aspek

kehidupan bangsa.

Sumber kehidupan berarti napas yang harus dijaga dari gangguan,
hambatan, dan ancaman, bila tidak maka napas pasti berhenti dan
konsekuensinya adalah mati.
a) Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Internalisasi yang dimaksud adalah menanamkan nilai-nilai luhur
pancasila agar kokoh dan tidak mudah digoyahkan oleh siapapun,
dan pendidikan nilai-nilai luhur pancasilla agar setiap perilaku
intelektual insan perguruan tinggi mencerminkan nilai-nilai luhur
pancasila.
b) Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Aktualisasi yang dimaksud adalah budayakan perilaku yang
mencerminkan jati diri pancasialis dan membangun citra kampus
pancasila.

28

D. Memahami Hakekat Manusia
1) Manusia sebagai makhluk beragama
Sesungguhnya perilaku manusia yang berkarakter baik/ berakhlak
mulia dan yang berkarakter tidak baik tergantung dari segumpal darah
yang ada dalam tubuh manusia yaitu hati (Qalbu). Oleh karena itu,
memelihara hati, menumbuh suburkan hati sangat penting melalui
siraman hati. Siraman hati yang paling berharga adalah bersumber
dari ajaran agama.
Manusia beragama hakekatnya ingin hidup damai, tentram, aman, dan
tertib.

Agama

apapun

mengajarkan

kedamaian,

ketentraman,

keamanan, dan ketertiban baik lahir maupun batin. Intinya adalah
menghayati, memahami, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam
keseharian perilaku sopan santun, atau adat istiadat, tata krama,
menghormati orang tua dan guru, patuh dan taat adalah pembinaan
karakter/ budi pekerti sejak dini.
2) Manusia adalah Makhluk yang Berbahaya
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT adalah makhluk yang
berbudaya. Manusia berbudaya, unsur inilah yang membedakan antara
manusia dengan hewan. Manusia dibekali dengan akal untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal
manusia dapat mewujudkan bermacam karya sebagai hasil budaya.
Manusia dibekali pula dengan perasaan. Perasaan untuk tidak
menyinggung dan mengganggu orang lain adalah perasaan yang

29

berkarakter/ berbudi pekerti. Perasaan kecintaan, kekeluargaan,
kekerabatan, kepedulian, keakraban, dll bersumber dari hati yang
bersih dan jernih. Sebagai makhluk berbudaya padda hakekatnya
adalah manusia ingin maju, manusia ingin bersaing, manusia ingin
menciptakan sesuatu yang baru, manusia ingin beradat istiadat,
bersopan santun, manusia ingin menciptakan karya dan seni, manusia
ingin menciptakan ilmu pengetahuan, manusia ingin menciptakan
pembaharuan pendidikan, manusia ingin mememlihara tradisi.
5.

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GURINDAM DUA BELAS
A. Raja Ali Haji Penulis Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas yang dikenal sangat luas merupakan karya dari
seorang Bapak Bahasa Indonesia, Pahlawan Nasional dibidang Bahasa
yaitu Raja Ali Haji. Nama lengkapnya adalah Teungku Haji Ali al-Haji
bin Tengku Haji Ahmad. Dilahirkan di Pulau Penyengat Indra Sakti di
waktu itu menjadi pusat pemerintahan Kerajaaan Riau Lingga, Johor dan
Pahang. Raja Ali Haji sebagai penulis Gurindam Dua Belas adalah
seorang Pahlawan Nasional dibidang Bahasa Melayu sebagai asal Bahasa
Indonesia.
B. Rumusan Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas adalah karya puisi yang diciptakan oleh Raja Ali
Haji dengan memperlihatkan kepoloporan dalam meningkatkan kulitas
Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia modern. Gurindam Dua Belas
mengandung banyak nasehat, pesan, dan petuah bagi anak bangsa

30

terutama sekali dalam membangun Karakter/ budi pekerti. Disebut
Gurindam Dua Belas karena isi puisi terdiri dari dua belas pasal. Secara
rinci dikutip berikut ini :
INI GURINDAM PASAL YANG PERTAMA


Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama



Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat



Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyala



Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri



Barang siapa yang mengenal dunia
Tahulah ia dunia mudharat

INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA


Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut



Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang



Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah dapat dua temasa
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat

31



Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji

INILAH GURINDAM PASAL KETIGA


Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita



Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping



Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah



Bersunggguh-sungguh engkau memelihara tangan
Dari pada segala berat dan ringan



Apabilaa perut terlalu penoh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh



Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat



Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT



Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh



Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah



Mengumpat dan memuji hendaklah pikir

32

Di situlah banyak orang yang tergelincir


Pekerjaan marah jangaan dibela
Nanti hilang akal dikepala



Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong



Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada dia sangka



Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah



Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya umpama ketor



Di mana taau salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi



Pekerjaaan takabur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA



Jika hendak mengenal orang yang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa



Jika hendak mengenal orang yang berbagia
Sangat mmeliharakan yang sia-sia



Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu



Jika hendak mengenal orang yang mulia

33

Lihatlah pada kelakauan dia


Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalaam dunia mengambil bekal



Jika hendak mengenal orang yang baikperangai
Lihat pada ketika bercampur deengan orang yang ramai
INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM



Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat



Cahari olehmu akaan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru



Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri



Cahari olehmu akan kawan
Plih segala orang yang setiawan



Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH



Apabila banyak berkata-kata
Disitulah banyak jalan masuk dosa



Apabila banyak berlebih-lebihan ssuka
Itulah tanda hampirkan duka



Apabila kita kurang siasat
Itualah tanda pekerjaan hendak sesat

34



Apabila anak tiada dilatih
Jika besar bapanya letih



Apabila banyak mencak orang
Itulah tanda dirinya kurang



Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur



Apabila mendengar akan ada khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar



Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan



Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut



Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah sekalian orang gusar



Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang yang berbuat onar
INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN



Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada yang lainnya



Kapada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engakau percaya



Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya

35



Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khaabar



Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah dari syirik mengaku kuasa



Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan



Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka
INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN



Tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan



Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa



Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja



Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat penggoda



Perkumpulan laki-laki daan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan



Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat



Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru

36

INI GURINDAM YANNG KESEPULUH


Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka



Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat



Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengak balai



Dengan isteri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa



Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS



Hendak berjasa
Kepada yang sebangsa



Hendak jadi kepala
Buang perangai yang tercela



Hendak memegang amanat
Buanglah khianat



Hendak marah
Dahulukan hujjah



Hendak dimalui
Jangan memalui



Hendak ramai

37

Murahkan perangai
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS


Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri



Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja



Hukum ‘adil atas rakyat
Tanda raja beroleh ‘inayat



Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu



Hormat orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai



Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

6.

KARAKTER/BUDI PEKERTI KEPEMIMPINAN NASIONAL
Manusia sudah
ditakdirkan hidup berkelompok berdasarkan
kepentingan bersama. Untuk mencapai kepentingan kelompok diperlukan
seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mengerahkan semua unsur dalam
organisasi seperti manusia dengan pola tingkah laku dan pemikiran yang
berbeda, sarana dan prasarana, serta dana agar menjadi satu potensi satu
dalam rangka mencapai tujuan bersama.

38

Kualitas

seorang

menggerakkan, memberi

pemimpin

tampak

pada

kemampuannya

bimbingan , perintah dan motivasi sehingga

bawahan termotivasi untuk berbuat demi kepentingan bersama mencapai
tujuan yang disepakati bersama. Sehubungan dengan itu, arti kepemimpinan
adalah suatu kiat ilmu dan seni memimpin yang tampak pada usaha
mempengaruhi orang lain terutama bawahan yang dipimpinnya untuk
mentaati perintah dan petunjuk secara suka rela guna mencapai tujuan
organisasi.
Berpegang pada pengertian umum kepemimpinan tersebut maka yang
dimaksud dengan Kepemimpinan Nasional adalah “kelompok elite bangsa
pada segenap strata kehidupan nasional pada bidang sektor/profesi pada supra
dan infra struktur, serta pemimpin non formal yang memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk mengarahkan/mengerahkan bangsa dan negara dalam
pencapaian nasional.
Dalam situasi dan kondisi sekarang ini dunia terus berubah menurut
“Kekuatan Perubahan” (Power of Change) dari waktu ke waktu. Situasi dan
kondisi yang selalu berubah ini disebabkan oleh sistem kehidupan social
yamg selalu berubah yang cenderung kearah yang lebih meningkat/maju.
Oleh karena itu strategi kepemipinan pun tidak statis tetapi dinamis sesuai
dengan arah gerakan perubahan tersebut.
A. Rasulillahi Uswatun Hasanah Pemimpin Umat
Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab, ayat 21 Allah berfirman dengan :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang amat

39

baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
“Akhlak Rasullah patut dicontoh oleh pemimpin sekarang adalah sejalan
dengan reference diatas adalah pemurah, tidak kikir, berani, tidak pernah
mundur dalam memutuskan, dan jujur serta terpercaya sepanjang
hidupnya”. (KH. Abdullah Zaki Al-Kaaf :79). Al-Quran telah
mengisyaratkan bahwa contoh teladan yang paling unggul dari yang
unggul adalah Muhammad Rasulullah.
Seorang pemimpin yang baik memiliki sifat rendah hati, terbuka dan
kritik, jujur, berani, mengatakan yang benar itu bener dan salah itu salah,
memegang amanah, berlaku adil, memiliki komitmen dalam perjuangan,
beritelegensi, dan mengabdi kepada Allah SWT.
Jangan tukar Rahmatan li a’lamin Rasulullah dengan kegelapan.
Jangan tukar Syurga yang dirahasiakan Rasulullah dengan neraka.
Jangan tukar ke-Sidiq-an yang dicontoh Rasulullah dengan ketidak
jujuran.
Jangan tukar ke-Taqlib-an yang dicontohkan Rasulullah dengan
kesombongan .
Jangan

tukar

ke-Fathanahan

yang

diajarkan

Rasulullah

dengan

kebodohan.
B. Contoh Kepemimpinan Berkarakter/Berbudi Pekerti
Kepemimpinan Nasional yang dirindukan oleh rakyat sekarang ini adalah
“keteladanan”. Dalam era demokrasi sejatinya dalam pertarungan

40

pemilihan kepemimpinan menerima lawan yang menang, sehingga
kehidupan Negara tidak terganggunya oleh ulahnya kepemimpinan yang
kalah.
Beberapa contoh kepemimpinan yang berkarakter kuat :
1. Perdana Menteri Wanita Pertama Iggris Margaret Thatcher (Wanita
Besi). Pemimpin yang tidak pernah putus asa jika tanda-tanda
kemenangannya belum dilihat, ia berjuang sampai sukses, walau Thatcher
sering pula mengalami kekalahan dalam dunia politik. Keputusannya
penuh ketelitian, perhitungan