BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian kontrasepsi - Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pengertian kontrasepsi

  Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara permanen (Winkjosastro, 2002). Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.

  Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness), daya guna pemakaian (use effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai secara tepat, sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. Daya guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada kenyataan sehari-hari dipengaruhi oleh faktor ketidakhati-hatian, tidak taat azas, motivasi, keadaan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukkan berapa banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran (Winkjosastro, 2002).

  2.2. Tujuan pelayanan kontrasepsi

  Tujuan umum dari pelayanan kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan pokok yang diharapkan adalah penurunan angka kelahiran yang bermakna (Hartanto, 2004).

  2.3. Metode kontrasepsi

2.3.1. Metode Sederhana

a. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat a.1. Senggama Terputus

  Cara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan sampai sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.

  Keuntungan dari cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. Akan tetapi kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh: i.

  Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung sperma. ii.

  Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina. iii.

  Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan.

  a.2. Pantang Berkala

  Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lender encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dari siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai hari ke 36, maka perhitungannya adalah 28-18=10, dan 36-11=25. Maka kontrasepsi dapat terjadi hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 9 daur haid.

  Metode ini tanpa efek samping, gratis digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur hidup teratur.

b. Kontrasepsi dengan Menggunakan Alat b.1. Kondom

  Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual ataupun dipasang pada vagina saat berhubungan seksual.

  Pada dasarnya ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit terbuat dari usu domba, sedangkan kondom karet lebih elastis dan murah sehingga lebih banyak digunakan. Sedangkan tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma.

  Kekurangan dari kondom adalah dapat robek, pelumas kurang atau tekanan pada waktu ejakulasim dan sebagian kecil ditentukan kasus alergi terhadap kondom karet. Dan kelebihan dari alat kontrasepsi ini adalah murah, mudah diperoleh, tidak memerlukan pengawasan dan dapat mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

  b.2. Diafragma

  Diafragma adalah suatu mangkok dangkal yang terbuat dari karet lunak yang dipakai oleh wanita menempel di mulut rahim, untuk mencegah sel mani agar tidak masuk ke dalam rahim. Spermisida yang dipakai bersamaan dengan diafragma akan membantu membunuh sel-sel mani dan juga melindungi terhadap ancaman penularan gonorrhea dan Chlamydia. Diafragma terdapat dalam berbagai ukuran, dan diperlukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan untuk menentukan ukuran diafragma yang cocok.

  Diafragma tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya, tidak mempunyai pengaruh sistemik, akan tetapi pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra dan diafragma juga bisa bocor terutama setelah dipakai lebih dari satu tahun. Pemeriksaan pelvis oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.

  b.3. Spermisida

  Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal atau krim. Spermisida kurang efektif dalam mencegah kehamilan apabila digunakan sendiri. Akan tetapi akan sangat efektif apabila digunakan dengan metode lainnya seperti diafragma dan kondom.

  Metode ini tidak mengganggu produksi ASI, mudah digunakan dan tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus. Disamping itu terdapat kekurangan metode ini, seperti kurang efektif dalam penggunaannya karena harus menunggu waktu 10-15 menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan efektivitasnya pemakaian hanya 1-2 jam saja.

2.3.2. Metode Modern

a. Kontrasepsi Hormonal a.1. Pil a.1.1. Pil Kombinasi

  Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif, karena selain mencegah terjadinya ovulasi juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahab-perubahan pada lender serviks sehinggan menjadi kurang banyak dan kental, yang menyebabkan sperma tidak dapat masuk ke cavum uteri. Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu bungkus. Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum mulai hari kelima haid atau satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap malam secara terus-menerus.

  Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi. Wanita yang mempunyai masalah kesehatan sebagai barikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi : i.

  Menderita hepatitis atau penyakit kuning. ii.

  Menderita gejala stroke atau penyakit jantung. iii.

  Mempunyai masalah pembekuan darah. iv.

  Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak. v.

  Mencerita diabetes atau epilsepsi.

  Efek samping dari pil kombinasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu efek samping ringan dan efek samping berat. Efek samping ringan berupa tambhan berat badan, perdarahan di luar haid, depresi dan gangguan gastrointestinal. Sedangkan efek samping berat adalah tromboemboli yang terjadi karena peningkatan aktivitas faktor pembekuan dan dapat juga disebabkan pengaruh vaskuler secara langsung.

  Pil kombinasi ini efektif dalam pemakaiannya, frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid jadi teratur dan keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Kekurangan pil kombinasi ini adalah harus diminum setiap hari sehingga kadang-kadang dapat lupa, dan ada efek samping yang bersifat sementara seperti mual, muntah, sakit kepala, buah dada terasa nyeri dan setelah berhenti minum pil dapat menimbulkan amenore yang persisten.

  a.1.2. Mini Pil

  Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan pil kombinasi. Mini pil baik bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan mulai hari pertama sampai hari kelima masa haid.

  Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.

  Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang termasuk ke dalam: i.

  Hamil atau diduga hamil. ii.

  Mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. iii.

  Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara. iv.

  Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma uterus. v.

  Mempunyai riwayat stroke karena progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.

  a.2. Suntikan a.2.1. Suntikan Kombinasi

  Jenis suntikan kombinasi adalah Cycloferm dan Mesigyna yang mengandung hormon estrogen dan progestin yang disuntikkan setiap bulan. Jenis suntikan ini cocok untuk wanita yang ingin mendapat haid yang teratur setiap bulan. Suntikan kombinasi membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, dan menekan ovulasi.

  Suntikan kombinasi tidak mengganggu hubungan seksual, risiko terhadap kesehatan kecil, tidak diperlukan pemeriksaan dalam jangka panjang, mengurangi nyeri saat haid dan mengurangi jumlah perdarahan. Efek samping yang ditimbulkannya adalah terjadi perdarahan bercak atau spotting, mual, pusing, nyeri payudara ringan, penambahan berat badan dan dapat mengakibatkan efek samping yang serius seperti serang jantung, stroke, adanya bekuan darah dalam paru atau otak dan dapat menyebabkan timbulnya tumor hati.

  Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi adalah mereka yang termasuk ke dalam: i.

  Wanita hamil atau diduga hamil. ii.

  Wanita menyusui di bawah umur 6 minggu pasca persalinan. iii.

  Mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. iv.

  Penderita penyakit hati akut, mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg) v.

  Wanita berumur diatas 35 tahun yang merokok. vi.

  Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis yang berumur di atas 20 tahun vii.

  Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain

  a.2.2. Suntikan Progestin

  Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-terat megandung hormone progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan suntikan diberikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali. Suntikan ini mengentalkan lender serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadika selaput lender rahim tipis dan strofi sehingga menghambat transportasi gamet oleh tuba. Penyuntikkan harus dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

  Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang tidak teratur atau bercak-bercak darah, berat badan meningkat, dan pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas), kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala.

  Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang hamil, mengalami perdarahan pervaginam, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi.

  a.3. Implant/Susuk

  Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang di bawah kulit di lengan kiri pengggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas keamanan yang terlatih. Metode ini membuat lender serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga menekan ovulasi.

  Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri dari tiga jenis yaitu: i. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang

  3,4 cm, diameter 2,4cm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun. ii.

  Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. iii.

  Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

  Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-evolusi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening, mengalami gangguan haid (terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah).

  Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau disangkal hamil, penderita penyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus, kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik.

b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

  AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastic dan tembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi.

  Sampai saat ini terdapat banyak jenis AKDR, dan yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesi adalah jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka linear antara lain Lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu t 380 A, Spring coil, Marguiles spiral, dan lain-lain; sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Binberg bow, dan lain-lain.

  Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servikalis. Segera setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi. Biasanya rasa nyeri ini dapat berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.

  Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakann setelah menopause, tidak interaksi dengan obat-obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia.

  Wanita yang tidak dapat menggunakan AKDR adalah mereka yang dalam keadaan: i.

  Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). ii.

  Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui. iii.

  Menderita infeksi alat genital (vaginalis, servisitis). iv.

  Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus septic. v.

  Mempunyai kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. vi.

  Menderita kanker alat genital.

c. Sterilisasi c.1. Sterilisasi Wanita (Metode Operasi Wanita/MOW)

  Sterilisasi wanita adalah pemutusan saluran telur wanita yang dilakukan dengan operasi. Sterilisasi ini merupakan tindakan bedah yang aman dan hanya berlangsung selama 30 menit. Petugas kesehatan melakukan sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung telur ke rahim. Tindakan ini tidak akan mempengaruhi hubungan seksual wanita. Operasi dapat dilakukan selama siklus haid, pasca persalinan dan pasca keguguran.

  Pada konferensi khusus Perkumpulan Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976), MOW dianjurkan pada wanita dengan usia antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut : i.

  Umur anatara 25-30 tahun dengan 3 orang anak atau lebih. ii.

  Umur antara 30-35 tahun dengan 2 orang anak atau lebih. iii.

  Umur antara 35-40 tahun dengan 1 orang anak atau lebih.

  Wanita yang sebaiknya tidak melakukan tubektomi adalah: i. Wanita hamil atau wanita yang diduga hami. ii.

  Mengalami perdarahan vaginal yang belum jelas. iii.

  Mengalami infeksi sistemik atau pelvic yang akut. iv.

  Kurang pasti keinginannya untuk melakukan sterilisasi.

  c.2. Sterilisasi Pria (Metode Operasi Pria/MOP)

  Sterilisasi pria adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana yaitu dilakukan pemotongan saluran yang membawa sperma dari skrotum ke penis. Tindakan operasi ini hanya berlangsung beberapa menit dan tidak mempengaruhi kemampuan pria untuk melakukan hubungan seksual. Pria masih mampu untuk ejakulasi cairan sperma, akan tetapi cairan sperma tersebut tidak mengandung benih sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu ejakulasi sampai 20 kali sebelum benih sperma benar-benar bersih. Oleh karena itu, sebelum vasektomi dikatakan benar-benar steril, dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang biasa digunakan.

2.4. Karakteristik ibu yang mempengaruhi pengetahuan

  2.4.1 Pengertian ibu

  Ibu adalah seorang wanita yang terikat pernikahan atau tidak akan melahirkan anak (Poewodarminto, 2003).

  2.4.2 Karakteristik yang mempengaruhi pengetahuan 1.

  Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan- penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua menunjukkan hubungan dengan umur.

  Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup untuk tidak menyembunyikan peran umur dapat dibandingkan dengan pengelompokkan umur pada penelitian orang lain.

  Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian- pembagian umur sebagai berikut: a.

  Menurut tingkatan kedewasaan.

  b.

  Interval 5 tahun.

2. Pendidikan

  Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik matang pada individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya. Untuk mencapai nilai-nilai hidup merupakan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut seseorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Notoadmodjo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan seseorang dibedakan menjadi dua, yakni: a.

  Faktor intern Mencakup kecerdasan persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsinya untuk mengolah rangsangan dari luar.

  b.

  Faktor ekstern Meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

  Semakin sempurna atau semakin baik, faktor intern dan faktor ekstern yang mempunyai perilaku seseorang mengenai suatu hal semakin baik tingkat pengetahuan orang tersebut (Notoadmodjo, 2003).

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

  Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

  Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yakni: a.

  Kesadaran (Awareness), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

  b.

  Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

  c.

  Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  d.

  Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  e.

  Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

  Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana dengan pengetahuan dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Satu contoh dapat dikemukakan di sini, ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah tersebut diterima.

2.5.2 Tingkatan pengetahuan

  Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yakni: a)

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu temtang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi.

  b) Memahami (comprehension)

  Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau maeri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

  c.

  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

  d.

  Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

  e.

  Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat dan lain sebagainya.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

4 104 284

Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

0 46 59

Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan

6 88 68

Hubungan Tingkat Pengetahuan KB Pada Ibu-Ibu Terhadap Penggunaan Kontrasepsi di Kelurahan Belawan I Kecamatan Belawan Tahun 2010

0 30 60

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

2 70 76

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan

2 57 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas - Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor

1 0 46

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan - Pengetahuan lansia tentang Posyandu Lansia di Lingkungan XII Kelurahan Pangkalan Mashyur Kecamatan Medan Johor

0 0 14

Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

0 0 14