Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan

(1)

TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT KRONIS

DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN

JOHOR MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Desyi Prana Napitupulu 061101083

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Prakata

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-Nya dan penyertaan-Nya serta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari hari pada Lansia dengan Penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor Medan .

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtuaku Bapak S. M. Napitupulu dan Mamak D.M. Tampubolon yang telah memberikan kesempatan untuk mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi, atas dukungan motivasi yang selalu diberikan, dan atas kasih sayang yang sangat besar, doa, nasehat-nasehat podami tioponku do i. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Kakakku (Esther dan Yat siaomy) dan adik-adikku (Josua, Andreas, Ricky) terimakasih buat doa dan dorongan serta dukungan yang telah diberikan. Semoga kita semua menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan menjadi kebanggaan kedua orangtua kita.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi serta dosen pembimbing akademik penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat baik dalam penyusunan skripsi ini maupun dalam perkuliahan.

4. Bapak Ismayadi, S.Kp selaku penguji I dan kepada Ibu Rosina Tarigan, M.Kep, SpKMB selaku penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

6. Sahabatku terkasih Royden Zulfai Hutapea dan Merlyn CS Napitupulu , terimakasih buat doa, semangat, dukungan dan kasih sayang yang diberikan serta waktu yang diluangkan dalam penyelesaian perkuliahan dan skripsi ini. Teman-teman kelompok kecil Kak Rohani, Valen, Bella, Agnes. Teman-Teman-teman seperjuangan sayong Henny, Yohana, Ester, Mei, Desita, Murni, Ernita. Teman satu bimbingan skripsiku Paula, Nanda, Firda, Heppy dan kepada semua teman-teman stambuk 2006 Fakultas Keperawatan USU terimakasih atas dukungannya.

Semoga Tuhan memberkati semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan sidang ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1 Pendahuluan... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 6

1. Usia Lanjut ... 7

1.1 Pengertian Usia Lanjut ... 7

1.2 Proses Menua dan Teori - Teori Menua ... 7

1.3 Karakteristik Lansia ... 11

1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia ... 12

2. Penyakit Kronis ... 13

2.1 Pengertian Penyakit Kronis ... 13

2.2 Kategori Penyakit Kronis ... 14

2.3 Fase-Fase Penyakit Kronis ... 15

2.4 Penyakit Kronis Pada Lansia ... 16

3. Aktivitas Sehari-hari... 17

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 23

1 Kerangka Konseptual ... 23

2 Defenisi Konseptual dan Operasional ... 25

2.1 Defenisi Konseptual ... 25

2.2 Defenisi Operasional ... 25

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 26

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel ... 26

2.1 Populasi ... 26

2.2 Sampel ... 26

2.3 Teknik Sampling ... 27

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 28

5. Instrumen Penelitian ... 29


(5)

5.3 Reliabilitas ... 30

6. Pengumpulan Data ... 31

7. Analisa Data ... 32

Bab 5 Hasil dan Pembahasan... 33

1. Hasil Penelitian ... 33

1.1...Data Demografi ... 33

1.2...Ting kat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari ... 35

2. Pembahasan ... 38

2.1 Data Demografi ... 38

2.2 Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari ... 40

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 44

1. Kesimpulan ... 44

2. Saran ... 45 Daftar Pustaka ... 47

Lampiran 1.Lembar Persetujuan Responden ... 50

2.Jadwal Tentatif Penelitian ... 52

3.Taksasi Dana ... 53

4.Instrumen Penelitian ... 54


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan Data Demografi

Responden di Kelurahan Gedung johor...34 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Kategori

Tingkat Kemampuan Lansia dalam Melaksanakan aktivitas Sehari-hari.35 Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Aktivitas


(7)

Daftar Skema

Skema 1 Kerangka Penelitian Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis ... 23


(8)

Judul : Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan

Peneliti : Desyi Prana Napitupulu

NIM : 061101083

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2010

========================================================== Abstrak

Penyakit kronis merupakan penyakit yang umum terjadi pada lansia. Lansia dengan penyakit kronis mengalami perubahan baik fisik, psikososial dan spiritual. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari tersebut meliputi transfer (tidur-duduk), mobilisasi, penggunaan toilet, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 64 orang dan teknik pengambilan sampelpurposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 02 februari sampai dengan 07 April 2010 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi (KDD) dan kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS). Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan rentang usia responden 63 sampai 100 tahun dengan standar deviasi 7,608, mayoritas responden wanita (70,3%), suku batak (51,6%), jenjang pendidikan sekolah dasar (32,8%), status perkawinan janda (54,7%), pekerjaan wiraswasta (35,9%), mayoritas penyakit yang diderita hipertensi (31,2 %), lama menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun (68,8%), menggunakan alat bantu (59,4% ) dan mengkonsumsi obat (56,2%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit. Aktivitas dengan persentasi tertinggi dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas naik turun tangga (9,4%). Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


(9)

Judul : Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan

Peneliti : Desyi Prana Napitupulu

NIM : 061101083

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2010

========================================================== Abstrak

Penyakit kronis merupakan penyakit yang umum terjadi pada lansia. Lansia dengan penyakit kronis mengalami perubahan baik fisik, psikososial dan spiritual. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari tersebut meliputi transfer (tidur-duduk), mobilisasi, penggunaan toilet, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 64 orang dan teknik pengambilan sampelpurposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 02 februari sampai dengan 07 April 2010 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi (KDD) dan kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS). Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan rentang usia responden 63 sampai 100 tahun dengan standar deviasi 7,608, mayoritas responden wanita (70,3%), suku batak (51,6%), jenjang pendidikan sekolah dasar (32,8%), status perkawinan janda (54,7%), pekerjaan wiraswasta (35,9%), mayoritas penyakit yang diderita hipertensi (31,2 %), lama menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun (68,8%), menggunakan alat bantu (59,4% ) dan mengkonsumsi obat (56,2%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat ketergantungan sedang (56,2%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit. Aktivitas dengan persentasi tertinggi dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas naik turun tangga (9,4%). Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lanjut usia di dunia saat ini diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa. Di Indonesia sendiri berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk lansia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta jiwa (4,5%) dari jumlah penduduk. Pada tahun 1980 menjadi ±8 juta jiwa (5,5%), pada tahun 1990 menjadi ±11,3 juta jiwa (6,4%). Dari data USA-Bureau of census, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (kinsella dan Taeuber,1993). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu dan memberi dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Menurut spesialis penyakit dalam dr. Czeresna Heriawan Soejono dari Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI, salah satu masalah penting yang dihadapi para lansia adalah kesehatan. Dalam penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74% lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Hipertensi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia.


(11)

Health Interview Survey (NHIS) (1990) terdapat 4 dari 5 lansia yang menderita penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2002).

Masalah-masalah penyakit kronis mempengaruhi lansia sepanjang hidupnya, banyak lansia menderita lebih dari satu penyakit kronis. Terdapat banyak perubahan pada lansia yang menderita penyakit kronis yaitu perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan yang terjadi memiliki dampak yang mencakup semakin tingginya tingkat ketergantungan, masalah kesehatan dan lain-lain (Hamid, 2001). Lansia dengan penyakit kronis akan terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut di Kodya Ujung Pandang menemukan bahwa lansia menderita berbagai penyakit berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik, dan asma sehingga menyebabkan aktivitas bekerja terganggu (Ilyas, 1997). U.S Senate Committe on Aging (1991) mengatakan bahwa 30 juta individu lansia yang hidup dalam komunitas di tahun 1990, 4,4 juta diantaranya (14,5%) mengalami kesulitan paling tidak salah satu dari lima aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, mobilitas, toileting). Hal ini juga dapat diketahui dari survey yang dilakukan oleh NHIS bahwa di Amerika Serikat terdapat 34,2 juta orang mengalami keterbatasan karena penyakit kronis.

Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indeks barthel. Indeks ini mengkaji kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari meliputi transfer (tidur duduk), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka,


(12)

menyiram), membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi), mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga.

Dari data-data yang diperoleh cukup besar jumlah lansia yang menderita penyakit kronis dan mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di kota Medan sendiri khususnya di kelurahan Gedung Johor terdapat jumlah lansia yang cukup besar yaitu 494 jiwa menurut laporan kependudukan Oktober 2008. Kondisi ini menyebabkan kelurahan Gedung Johor memiliki peluang yang besar untuk menderita penyakit kronis pada lansia dan ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemungkinan lansia mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari makin besar dengan kondisi lansia yang sedikit datang berobat ke puskesmas. Dimana puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan terdekat sebagai sarana untuk memperoleh pengobatan dan pengetahuan tentang kesehatan lansia. Dengan sedikitnya lansia yang datang ke puskesmas menyebabkan lansia memiliki pengetahuan yang minim untuk menghadapi penyakit kronis yang dideritanya dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan juga untuk mengevaluasi keefektifan pelayanan yang selama ini diberikan pada lansia, yaitu dengan mengidentifikasi tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini langsung dilaksanakan di komunitas yaitu di Kelurahan Gedung Johor berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang


(13)

dilaksanakan di Panti Wherda. Harapannya dengan diketahuinya tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis dapat membantu pelayanan kesehatan dalam menetukan pelayanan yang tepat dan efektif demi tercapainya kualitas kehidupan lansia yang baik dan sejahtera.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Mengidentifikasi tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan.


(14)

4.2 Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keperawatan komunitas, khususnya keperawatan gerontik dalam memberikan perawatan pada lansia dengan penyakit kronis khususnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

4.3 Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis sehingga dapat membantu masyarakat baik lansia maupun keluarga dalam merawat lansia dengan penyakit kronis.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia

1.1 Pengertian Usia Lanjut

1.2 Proses Menua dan Teori - Teori Menua 1.3 Karakteristik Lansia

1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia 2. Penyakit Kronis

2.1 Pengertian Penyakit Kronis 2.2 Kategori Penyakit Kronis 2.3 Fase-Fase Penyakit Kronis 2.4 Penyakit Kronis Pada Lansia 3. Aktivitas Sehari-hari


(16)

1. Usia Lanjut

1.1 Pengertian Usia Lanjut

Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

1.2 Proses Menua dan Teori-teori menua

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Prof.Dr.R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono,1994).

Ada 2 jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori biologis meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori stres, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat metabolisme. Teori sosial meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial, teori kepribadian berlanjut, teori perkembangan.

1. Teori Biologis

Teori Genetik dan Mutasi. Teori genetik menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia.


(17)

Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).

Teori Imunologis. Teori imunologis menua merupakan suatu alternatif yang diajukan oleh Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein,1989).

Teori Stres. Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.

Teori Radikal Bebas.Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam oksidasi bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan ireversibel.


(18)

Teori Rantai Silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori Menua Akibat Metabolisme. Telah dibuktikan dalam percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur

(Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo,1999). 2. Teori Psikososial

Teori Penarikan Diri / Pelepasan. Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa mayarakat dan individu selalu berusaha untuk mempertahankan diri mereka dalam keseimbangan dan berusaha untuk menghindari gangguan. Oleh karena itu lansia mempersiapkan pelepasan terakhir yaitu kematian dengan pelepasan mutual dan pelepasan yang dapat diterima masyarakat. Pelepasan ini meliputi pelepasan peran sosial dan aktivitas sosial. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.


(19)

Teori Aktivitas. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan memepertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Teori Interaksi Sosial. Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya bersosialisasi. Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa.

Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.

Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi teori ini tidak menggariskan


(20)

bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

1.3 Karakteristik Lansia

Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu:

1. Jenis Kelamin

Lansia lebih banyak wanita dari pada pria. 2. Status Perkawinan

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.

3. Living Arrangement

Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.

4. Kondisi Kesehatan

Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.

5. Keadaan ekonomi

Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia tadat terpenuhi.


(21)

1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental dan psikososial.

1. Perubahan Fisik

a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.

b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.

c. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.

d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung dan telinga mulai menebal.

e. Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena meningkatnya keratin, f. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga

dada menjadi kaku dan sulit bernafas. 2. Perubahan sosial

a. Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan single parent.

b. Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan meninggal.


(22)

c. Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi. d. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung. 3. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan depresi dan kecemasan.

2. Penyakit Kronis

2.1 Pengertian Penyakit Kronis

Penyakit kronis merupakan sebuah fenomena biopsikososial. Penyakit kronis biasanya terjadi pada usia lanjut dan kondisi ini bertahan untuk waktu yang cukup lama ( Lueckenotte, 2000). Penyakit kronis adalah penyakit yang diderita lebih dari 3 bulan. Penyakit kronis didefenisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2001). Penyakit kronis adalah penyakit atau kondisi yang gejalanya berlangsung lebih dari tiga bulan, dan pada beberapa kasus selama kehidupan seseorang pemulihannya lambat dan terkadang tidak total (Mckenzie, dkk, 2007).

Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya tidak pasti, memiliki faktor resiko yang multipel, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan. Penyakit kronis ini tidak disebabkan oleh infeksi atau patogen melainkan oleh gaya hidup, perilaku beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses penuaan.


(23)

Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama fungsi muskulo skeletal dan organ-organ penginderaan. Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat diminimalkan tingkat keparahannya dengan mengubah perilaku, gaya hidup dan pajanan terhadap faktor-faktor tertentu di dalam kehidupan.

Lebih dari 90 juta penduduk amerika hidup dengan penyakit kronis (Centers for Disease Control and Prevention CDC, 1998 dalam Lueckenotte, 2000). Enam belas persen dari biaya perawatan medis merupakan biaya untuk penyakit kronis. Penyakit kronis juga merupakan penyebab signifikan terjadinya kematian yaitu 70% dari jumlah kematian yang ada di amerika

(Lueckenotte, 2000).

2.2 Kategori Penyakit Kronis

Menurut Conrad (1987, dikutip dari Christianson dkk, 1998) ada beberapa kategori penyakit kronis yaitu,

Lived with illnesses.Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup, dan biasanya mereka tidak mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, asthritis dan epilepsi.

Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan


(24)

gejala-gejala dari penyakitnya dan ancaman kematian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kerdiovaskuler.

At risk illnesses.Kategori penyakit ini sangat berbeda dengan dua kategori sebelumnya. Pada kategori ini tidak menekankan pada penyakitnya tetapi pada resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi, dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

2.3 Fase-Fase penyakit Kronis

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) ada sembilan fase penyakit kronis yaitu:

Fase Pra-trajectory. Individu beresiko menderita penyakit kronis karena faktor-faktor genetik atau perilaku dan gaya hidup yang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kronis.

Fase Trajectory. Adanya gejala-gejala yang nyata dari penyakit kronis. Fase ini sering disertai dengan ketidakpastian karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostik sedang dilakukan.

Fase Stabil. Perjalanan penyakit dan gejala terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat tertangani dalam keterbatasan penyakit. Penatalaksanaan penyakit dipusatkan di rumah.

Fase Tidak stabil. Periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


(25)

Fase Akut. Gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau terjadinya komplikasi penyakit yang memerlukan perawatan di rumah sakit atau tirah baring untuk membuat perjalanan penyakit tetap terkontrol. Pada fase ini aktivitas sehari-hari secara sementara ditunda.

Fase Krisis. Situasi krisis yang mengancam jiwa dan membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan. Pada fase ini aktivitas sehari-hari dihentikan sampai krisis terlewati.

Fase Pulih. Secara bertahap kembali ke cara hidup yang dapat diterima didalam keterbatasan yang dibebani oleh penyakit kronis.

Fase Penurunan. Perjalanan penyakit ditandai dengan penurunan fisik bertahap atau cepat yang disertai dengan meningkatnya ketidakmampuan atau kesulitan dalam mengontrol gejala. Membutuhkan penyesuaian biografi dan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan setiap langkah kemunduran.

Fase Kematian. Hari atau minggu terakhir sebelum kematian. Ditandai dengan terhentinya proses tubuh secara bertahap atau cepat, pemutusan dan penutupan biografi dan melepaskan minat dan aktivitas kehidupan sehari-hari. 2.4 Penyakit Kronis Pada Lansia

Beberapa penyakit kronis yang diderita lansia: 1. Arthritis Reumatoid

2. Ateroskleosis

3. Kanker


(26)

5. Diabetes

6. Glukoma

7. Hipertensi 8. Osteoartritis

9. Stroke

10. Penyakit Jantung Koroner (Timmreck, 2005) 3. Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas hari terbagi dua yaitu, aktivitas sehari-hari dasar meliputi membersihkan diri, mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting, berpindah dan aktivitas sehari-hari instrumental meliputi melakukan pekerjaan rumah, menyediakan makanan, minum obat, menggunakan telepon (Darmojo, 2006).

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti: bediri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan seseorang dengan usia lanjut rentan terhadap penyakit khususnya penyakit kronis seperti hipertensi, artritis, diabetes. Kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan mambebani


(27)

kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari ( Smeltzer & Bare, 2002). Menurut laporan National Center for Health Statistics terdapat 34,2 juta orang mengalami keterbatasan aktivitas karena penyakit kronis

(Disability Abstract, 1991).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indeks Katz, indekz Barthel, Kenny self-care dan indeks ADL. Indeks ini digunakan mengukur tingkat keparahan penyakit kronis dan untuk mengevaluasi keefektifan program pengobatan. ADL juga digunakan untuk memberikan informasi prediktif tentang perjalanan penyakit tertentu.

a. Indeks ADL Katz

Indeks ADL didasarkan pada fungsi psikososial dan biologis dasar dan mencerminkan status kesehatan respon neurologis dan lokomotorik yang terorganisasi. Penilaian indeks ADL Katz didasarkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Jadi suatu aktivitas akan diberi nilai jika aktivitas tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau tanpa bantuan orang lain (Lueckenotte, 2000). Daftar faktor, sifat, dan keterampilan yang diukur melalui ADL adalah mandi (bathing), buang air besar (toileting), buang air kecil (continence), berpakaian (dressing), bergerak (transfer), makan (feeding).

Mandi (bathing) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau ketidakmamppuan ekstermitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Aspek ketergantungan berupa


(28)

bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan saat masuk dan keluar dari tub atau tidak mandi sendiri.

Pergi ke toilet (Toileting) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi masuk dan keluar toilet, melepas dan mengenakan celana, menyeka dan menyiram atau membersihkan organ ekresi dan juga menangani bedpan sendiri atau tidak menggunakan bantuan mekanis. Aspek kertergantungan berupa tidak melepaskan atau mengenakan celana secara mandiri, penggunaan bedpan atau komode atau mendapt bentuan untuk masuk dan menggunakan toilet.

Kontinensia (Continence) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi. Dikontrol parsial atau total dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal atau bedpen secara teratur.

Berpakaian (Dressing) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi mampu mengambil pakaian dari lemari, mengenakan pakaian luar, kutang, menangani pengikat yang dilakukan secara mandiri. Aspek ketergantungan meliputi tidak mengenakan pakaian sendiri atau dibantu oleh orang lain.

Berpindah (Transfer) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri, berpindah ke dalam dan ke luar kursi dan berpindah dari posisi tidur ke duduk. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu atau dua perpindahan.


(29)

Makan (Feeding) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil makanan dari piring, memasukkan makanan ke dalam mulut secara mandiri. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam mengambil makanan atau tidak makan sama sekali atau makan secara parenteral.

Dari keenam aktivitas yang dinilai, pemeriksa dapat mengkategorikan pasien ke dalam kelompok:

KATZ A : Ketidaktergantungan dalam hal makan, kontinen BAK/ BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi. KATZ B : Ketidaktergantungan pada semuanya kecuali salah satu dari

fungsi di atas.

KATZ C : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas.

KATZ D : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi, berpakaian dan salah satu dari fungsi di atas

KATZ E : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu dari fungsi di atas.

KATZ F : Ketidaktergantungan semuanya kecuali makan, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu dari fungsi di atas.

KATZ G : Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

Keterangan : Ketidaktergantungan berarti tanpa pengamatan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu. (Stanhope,1998).


(30)

b. Indeks Barthel

Indeks barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus aktivitas sehari-hari dan mobilitas (Lueckenotte, 2000). Indeks Barthel terdiri dari 10 item yaitu, transfer (tidur ke duduk, bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari toilet), membersihkan diri, mengontorl BAB, BAK, mandi, berpakaian, makan, naik turun tangga.

Penilaian ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat dasar dari fungsi dan dapat digunakan untuk memantau perbaikan dalam aktivitas sehari-hari dari waktu ke waktu. Penilaian indeks barthel didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas sehari-hari meliputi sepuluh aktivitas.

Apabila seseorang mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri maka akan mendapat nilai 15 dan jika membutuhkan bantuan nilai 10 dan jika tidak mampu 5 untuk masing-masing item. Kemudian nilai dari setiap item akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor maksimum adalah 100. Namun di Britania Raya nilai 5, 10 dan 15 cukup sering diganti dengan 1, 2, dan 3 dengan skor maksimum 20.


(31)

Indeks Barthel

No Aktivitas Kemampuan Skor

1 Transfer ( tidur duduk)

Mandiri 15

Dibantu satu orang 10

Dibantu dua orang 5

Tidak mampu 0

2 Mobilisasi (Berjalan)

Mandiri 15

Dibantu dua orang 10

dibantu satu orang 5

Tergantung orang lain 0 3 Penggunaan toilet (pergi ke/dari

WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka, menyiram)

Mandiri 10

perlu pertolongan orang

lain 5

tergantung orang lain 0 4 Membersihkan diri (lap muka,sisir rambut, sikat gigi) MandiriPerlu pertolongan orang 5

lain 0

5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 10

Kadang-kadang inkontinen 5

Inkontinen 0

6 Mengontrol BAK Mandiri 10

Kadang-kadang inkontinen 5

inkontinen/ kateter 0

7 Mandi Mandiri 5

Tergantung orang lain 0

8 Berpakaian Mandiri 10

Sebagian dibantu 5

Tergantung orang lain 0

9 Makan Mandiri 10

Perlu pertolongan orang

lain 5

tergantung pertolongan

orang lain 0

10 Naik turun tangga Mandiri 10

Perlu pertolongan 5

Tak mampu 0

Skor Total (0 - 100)

Keterangan : Skor maksimum : 100 (Mahoney FI 1965, dalam Lueckenotte (2000))


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis. Untuk menilai kemampuan aktivitas sehari-hari dapat digunakan indeks Barthel.

Indeks barthel mengkaji kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari meliputi transfer (tidur duduk), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka, menyiram), membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi), mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga.

Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikategorikan kedalam lima kategori yaitu, mandiri dengan skor 20, ketergantungan ringan dengan skor 12-19, ketergantungan sedang dengan skor 9-11, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan total dengan skor 0-4.


(33)

Lansia dengan penyakit kronis

Adapun kerangka konseptual untuk penelitian tingkat kemampuan dalam aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis adalah:

Skema 1 : Kerangka Penelitian tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis.

Aktivitas sehari-hari:  Transfer

 Mobilisasi  Penggunaan toilet  Membersihkan diri  Mengontrol BAB  Mengontrol BAK  Mandi

 Berpakaian  Makan

 Naik turun tangga

Tingkat kemampuan:  Mandiri

 Ketergantungan ringan

 Ketergantungan sedang

 Ketergantungan Berat

 Ketergantungan total


(34)

2. Defenisi Konseptual dan Operasional 2.1 Defenisi Konseptual

Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer,2002).

2.2 Defenisi Operasional

Tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari adalah tingkat kemampuan yang dimiliki oleh lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari meliputi transfer (tidur duduk), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari wc, melepaskan/mengenakan celana, menyeka, menyiram), membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi), mengontorl BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan dan naik turun tangga selama menderita penyakit kronis. Tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel.


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Kelurahan Gedung Johor.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor yang berjumlah 494 orang (Laporan Kependudukan Oktober 2008).

2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat diapmbil ± 25-30% dari jumlah subjek ( Arikunto,2005). Dari rumusan tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 124 orang.


(36)

2.3 Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: 1) Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas

2) Lanjut usia yang menderita penyakit kronis dengan ciri-ciri menderita penyakit lebih dari 3 bulan, menunjukkan penurunan atau kerusakan fungsi organ yang dapat menurunkan kemampuan dalam menjalankan berbagai fungsi seperti fungsi muskuloskletal dan organ penginderaan. 3) Dapat berbahasa Indonesia dengan baik

4) Bersedia menjadi responden penelitian 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Adapun alasan pemilihan lokasi karena di kelurahan Gedung Johor jumlah lansia cukup besar sehingga memungkinkan untuk mendapatkan sampel yang memadai sesuai dengan kriteria penelitian. Selain itu kelurahan Gedung Johor letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2010.


(37)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan selanjutnya mengirim surat permohonan untuk mendapatkan izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan untuk diteruskan surat izin tersebut ke Kantor Camat Medan Johor kemudian ke Kantor Lurah kelurahan Gedung Johor.

Setelah mendapatkan izin dari Lurah kelurahan Gedung Johor peneliti memulai pengumpulan data, lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang diteliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud, tujuan prosedur penelitian. Calon responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika calon responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberikan kode pada masing-masing lembar kuisioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Selama proses pengambilan data, peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini.


(38)

5. Instrumen Penelitian 5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi (KDD) dan kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS). Kuesioner data demografi (KDD) meliputi usia, jenis kelamin, suku, status pendidikan, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, penyakit yang diderita, lama menderita penyakit, penggunaan alat bantu dan penggunaan obat . Kuesioner aktivitas sehari-hari (KAS) meliputi kemampuan transfer (tidur-duduk), mobilisasi dengan mempergunakan kursi roda atau tidak, penggunaan toilet seperti pergi ke atau dari toilet, melepas atau mengenakan celana, menyeka dan menyiram, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan dan naik turun tangga. Kuesioner aktivitas kehidupan sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu, mandiri dengan skor 20, ketergantungan ringan 12-19, ketergantungan sedang 9-11, ketergantungan berat 5-8, ketergantungan total 0-4. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.


(39)

5.2 Validitas Penelitian

Kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel dengan menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa indonesia. Kuesioner ini telah diuji validitas yaitu uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen ini sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Broncopp, 1999). Pada penelitian ini, kuesioner ini divalidasi oleh salah seorang yang ahli di bidang gerontik Iwan Rusdi, S.Kp, MNS yang juga merupakan salah satu dosen Keperawatan Gerontik. Hasil validasi menunjukkan bahwa kuesioner ini dapat dimengerti dan dapat mewakili karakteristik yang dikaji.

5.3 Reliabilitas Penelitian

Untuk mengetahui keandalan instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuhan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur (Polit & Hungler, 1995). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan uji cronbach alpha. Instrumen diujikan pada 10 responden yang memenuhi kriteria dengan nilai keandalannya sebesar 0,914. Hasil tersebut dianggap reliabel berdasarkan Polit & Hungler (1995) bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas lebih dari 0,70.


(40)

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstuktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara, selanjutnya surat izin tersebut dikirimkan ke Kantor Kecamatan Medan Johor dan kemudian surat izin tersebut dilanjutkan ke Kantor Kelurahan Gedung Johor. Setelah mendapatkan izin penelitian peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti mengumpulkan data dengan menemui responden dari rumah ke rumah. Pengumpulan data dilaksanakan mulai 02 Februari sampai 07 April. Dalam pengumpulan data ini peneliti memberikan kuesioner hanya pada responden yang memenuhi kriteria sampel. Setelah menemukan calon responden pertama-tama peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuisioner. Kemudian Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan data dimulai. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membaca kuesioner dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pengisian kuesioner berlangsung. Data yang telah terkumpul dianalisa dan dikategorikan ke dalam 5 kategori yaitu, mandiri dengan skor 20, ketergantungan ringan dengan skor 12-19,


(41)

ketergantungan sedang dengan skor 9-11, ketergantungan berat dengan skor 5-8, ketergantungan total dengan skor 0-4.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta mamastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Koding yaitu memberi kode atau angka tertentu untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan program SPSS 16,0. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di kelurahan Gedung Johor.


(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan medan Johor. Penelitian ini dilaksanakan mulai 02 februari sampai dengan 07 April 2010 di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dengan jumlah responden sebanyak 64 orang. Pada dasarnya jumlah sampel yang terkumpul belum memenuhi target sampel, hal ini diakibatkan keterbatasan waktu dalam mengumpulkan data. Responden dalam penelitian ini adalah lansia dengan penyakit kronis yang tinggal di Kelurahan Gedung Johor.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden dan tingkat kemampuan responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

1.1 Data Demografi

Data demografi responden dapat dilihat pada table.1 yang meliputi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, penyakit yang diderita, lama menderita penyakit, penggunaan alat bantu dan konsumsi obat. Dari 64 orang responden diperoleh data bahwa rentang usia responden dimulai dari 63 tahun sampai 100 tahun dengan standar deviasi 7,608, 70,3% dari responden adalah wanita, 51,6% adalah suku batak, 32,8% memiliki jenjang pendidikan sekolah dasar, 54,7% dengan status perkawinan janda, 35,9% memiliki pekerjaan


(43)

wiraswasta, 31,2 % menderita penyakit hipertensi, 26,6 % stroke dan 15,6% athritis reumatoid, 68,8% menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun, 59,4% menggunakan alat bantu dan 56,2 mengkonsumsi obat.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Data Demografi Responden di Kelurahan Gedung Johor (N = 64 orang)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia 60-65 7 10,9

66-70 15 23,4

71-75 12 18,8

76-80 19 29,7

81-85 3 4,7

86-90 7 10,9

91-95 0 0

96-100 1 1,6

Mean: 75,34 SD:7,608

Jenis Kelamin Pria 19 29,7

Wanita 45 70,3

Suku Batak 33 51,6

Melayu 2 3,1

Jawa 22 34,4

Minang 2 3,1

Lain-lain 5 7,8

Pendidikan SD 21 32,8

SMP 17 26,6

SMU 13 20,3

Perguruan Tinggi 1 1,6

Tidak ada 12 18,8

Status Perkawinan Belum Menikah 0 0

Menikah 26 40,6

Janda 38 59,4

Duda 3 4,7

Pekerjaan Tidak bekerja 17 26,6

Wiraswata 23 35,9

Bertani/buruh 11 17,2

PNS 10 15,6

Lain-lain 3 4,7

Jenis Penyakit Hipertensi 20 31,2

Diabetes Melitus 6 9,4


(44)

Lanjutan Tabel 1

Athritis Reumatoid 10 15,6

Lain-lain 10 15,6

Lama menderita Lebih dari 5 bulan 11 17,2

Lebih dari 1 tahun 9 14,1

Lebih dari 2 tahun 44 68,8

Menggunakan alat bantu Ya 38 59,4

Tidak 26 40,6

Mengkonsumsi obat Ya 36 56,2

Tidak 28 43,8

1.2 Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari

Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari berbeda-beda pada setiap individu. Dari table 2 dapat dilihat sekitar 56,2% lansia memiliki ketergantungan sedang dalam melakukan aktivitas. Dari table 3 dapat dilihat 82,8% lansia dapat melakukan transfer secara mandiri, 67,2% dapat berjalan dengan dibantu 1 orang atau dengan walker, 54,7% membutuhkan pertolongan dalam toileting, 64,1% mandiri membersihkan diri, 54,7% lansia kadang-kadang inkontinen BAB, 78,1% lansia kadang-kadang inkontinen BAK, 76,6% tergantung pada orang lain dalam hal mandi, 64,1% sebagian dibantu dalam berpakaian, 76,6% membutuhkan pertolongan saat makan, dan 70,3% tidak mampu untuk naik turun tangga.


(45)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Kategori Tingkat Kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari

Karakteristik Skor Frekuensi Persentase (%)

Mandiri 20 5 7,8

Ketergantungan Ringan 12-19 12 18,8

Ketergantungan Sedang 9-11 36 56,2

Ketergantungan Berat 5-8 9 14,1

Ketergantungan Total 0-4 2 3,1

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Aktivitas Sehari-hari

Pertanyaan frekuensi Persentasi

Transfer

Bagaimana Bapak/ Ibu pada saat Melakukan transferdari duduk ke tidur

a. Mandiri 53 82,8

b. Dibantu satu orang 8 12,5

c. Dibantu dua orang 3 4,7

d. Tak Mampu 0 0

Mobilisasi

Bagaimana Bapak/ Ibu ketika akan berdiri Dan berjalan dari kursi roda

a. Mandiri 11 17,2

b. Dibantu satu orang/walker 43 67,2

c. Dengan kursi roda 9 14,1

d. Tak mampu 1 1,6

Penggunaan toilet

Bagaimana Bapak/ Ibu menggunakan toilet Seperti menyiram BAB/ BAK


(46)

Lanjutan Tabel 3

c. Tergantung orang lain 11 17,2

Membersihkan diri

Bagaimana Bapak/ Ibu membersihkan diri Seperti lap muka, sisir rambut, sikat gigi

a. Mandiri 41 64,1

b. Perlu pertolongan 23 35,9

Mengontrol BAB

Bagaimana Bapak/ Ibu dalam Mengontrol BAB

a. Kontinen teratur 25 39,1

b. Kadang-kadang inkontinen 35 54,7

c. Inkontinen 4 6,2

Mengontrol BAK

Bagaimana Bapak/ Ibu dalam Mengontrol BAK

a. Kontinen teratur 9 14,1

b. Kadang-kadang inkontinen 50 78,1

c. Inkontinen 5 7,8

Mandi

Bagaimana Bapak/ Ibu melakukan mandi Seperti menggosok badan, memakai sabun

a. Mandiri 15 23,4

b. Tergantung orang lain 49 76,6

Berpakaian

Apakah Bapak/ Ibu memerlukan Bantuan dalam mengenakan pakaian

a. Mandiri 14 21,9

b. Sebagian dibantu 41 64,1

c. Tergantung orang lain 9 14,1

Makan

Apakah Bapak/ Ibu memerlukan bantuan Ketika akan makan

a. Mandiri 13 20,3

b. Perlu pertolongan untuk memotong 49 76,6

c. Tergantung pertolongan orang lain 2 3,1


(47)

Saat menaiki atau menuruni tangga

a. Mandiri 6 9,4

b. Perlu pertolongan 13 20,3

c. Tak mampu 45 70,3

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas tentang tingkat kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.1 Data Demografi

Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini, dari responden dengan rentang usia 63 sampai 100 tahun terdapat 70,3% responden berjenis kelamin wanita, dan 54,7% dari responden adalah janda. Hal ini berarti bahwa mayoritas lansia yang menderita penyakit kronis berjenis kelamin wanita dan memiliki status perkawinan janda. Hal ini sesuai dengan pendapat Mckenzie (2003) yang mengatakan bahwa wanita lebih banyak mengalami keterbatasan fisik akibat penyakit kronis. Lansia wanita memiliki kemungkinan tiga kali lebih banyak untuk menjadi janda daripada pria karena rata-rata usia harapan hidup pria lebih pendek dari wanita. Smith (2000) juga berpendapat bahwa setengah dari lansia adalah wanita yang sudah sendiri atau janda.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sekitar 81,3% responden memiliki pendidikan baik jenjang SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dan jenjang pendidikan sd sekitar 32,8%. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden mengecap pendidikan dan memiliki kesempatan yang lebih dari responden yang tidak mengecap pendidikan untuk memperoleh informasi tentang kesehatan.


(48)

kemampuan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan pernyataan William dan Wilkins (2001) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang secara konsisten dilaporkan terkait dengan peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis dan gangguan kognisi. Pendidikan yang rendah dapat mengurangi kemampuan lansia untuk hidup dengan gaya hidup sehat, menggunakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan, menyadari masalah kesehatan dan mencari perawatan yang tepat, dan untuk mengikuti rekomendasi perawatan (Lueckenotte, 2000). Smeltzer dan Bare (2001) juga berpendapat bahwa pasien yang berpendidikan yang mendapat cukup informasi sering lebih mungkin untuk mengenali perubahan kesehatan dan mencari perawatan kesehatan lebih dini dibanding pasien yang tidak mendapat cukup pendidikan.

Berdasarkan jenis penyakit kronis yang diderita lansia, Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita yaitu 31,2% dan sekitar 68,8% menderita lebih dari 2 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Med (2003) bahwa penyakit kronis yang paling sering diderita lansia baik wanita ataupun pria adalah hipertensi. Smith (2000) juga berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit kronis yang banyak terjadi pada lansia.

Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa 59,4% responden menggunakan alat bantu dalam memenuhi aktivitasnya. Pengunaan alat bantu dapat membantu lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari misalnya penggunaan tongkat untuk berjalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan alat bantu untuk memenuhi aktivitas sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan


(49)

pendapat Mckenzie (2003) yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan persediaan medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian juga menunjukkan sekitar 56,2% responden mengkonsumsi obat terkait dengan penyakit kronis yang diderita. Hal berarti bahwa cukup banyak responden yang mengkonsumsi obat untuk meminimalkan akibat penyakit kronis yang dideritanya.

2.2 Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82,8 % lansia masih dapat melakukan transfer secara mandiri, 17,2 % lansia mampu berjalan secara mandiri, 28,1 % mampu toileting secara mandiri, 64,1% mampu membersihkan diri secara mandiri, 39,1% kotinen teratur untuk BAB, 14,1% kontinen teratur untuk BAK, 23,4% mampu mandi secara mandiri, 21,9% mandiri dalam berpakaian, 20,3% makan secara mandiri dan 9,4% mampu mandiri naik turun tangga. Hal ini menunjukkan bahwa lansia dengan penyakit kronis memiliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Chronic Diseases are the Leading Causes of Death and Disability in the U.S.(CDC) sekitar seperempat dari penderita penyakit kronis mengalami keterbatasan dalam melakukan satu atau lebih aktivitas sehari-hari. Smith (2000) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan melakukan aktivitas


(50)

meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan 44% keterbatasan melakukan aktivitas terjadi karena penyakit kronis.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa 82,8% dari responden masih mampu secara mandiri dalam melakukan transfer dan 9,4% responden mampu secara mandiri untuk naik turun tangga. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit lansia yang mengalami gangguan dalam aktivitas transfer (tidur  duduk) dan sebagian besar mengalami gangguan dalam aktifitas naik turun tangga, ini juga berarti bahwa aktivitas transfer merupakan aktivitas dengan persentase tertinggi dari keseluruhan aktivitas sehari-hari, yang dapat dilakukan lansia tanpa membutuhkan bantuan atau mandiri sedangkan aktivitas naik turun tangga merupakan aktivitas dengan persentase terendah dari keseluruhan aktivitas sehari-hari, yang dapat dilakukan lansia secara mandiri.

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa 17,2 % lansia mampu berjalan secara mandiri, 67,2% membutuhkan bantuan satu orang atau walker, 14,1% membutuhkan bantuan dua orang atau kursi roda dan 1,6% tidak mampu berjalan. Dari hasil penelitian juga terdapat 23,4% lansia mampu mandi secara mandiri, 76,6% tergantung pada orang lain dalam mandi, dan terdapat 21,9% responden mandiri dalam berpakaian, 64,1% responden sebagian dibantu dan 14,1% tergantung pada orang lain dalam berpakaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia mengalami gangguan mobilisasi yang menyebabkan lansia kesulitan dalam memenuhi aktivitasnya. Hal ini didukung oleh pendapat Smith (2000) yang berpendapat bahwa penyakit kronis pada lansia menyebabkan keterbatasan aktivitas khususnya mobilisasi.


(51)

Terkait dengan kontinen BAK dan BAB, terdapat 39,1% responden dengan kontinen teratur untuk BAB, 54,7% kadang-kadang inkontinen, 6,2% mengalami inkontinensia dan untuk BAK terdapat 14,1% kontinen teratur, 78,1% kadang-kadang kontinen dan 7,8 inkontinensia urin. Inkontinensia signifikan disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketergantungan pada populasi lansia (Smith, 2000).

Berdasarkan kategori kemampuan, tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis tergambar sebagai berikut, 7,8% lansia dengan kategori mandiri, 18,8% ketergantungan ringan, 56,2% ketergantungan sedang, 14,1% ketergantungan berat, dan 3,1% ketergantungan total. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia dengan penyakit kronis tergolong pada kategori ketergantungan sedang yaitu sebesar 56,2%. Hal ini berarti bahwa lansia dengan penyakit kronis membutuhkan bantuan cukup atau sedang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini juga menunjukkan bahwa penyakit kronis yang diderita lansia mengakibatkan penurunan kemampuan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare (2002), kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari. Dan menurut laporanNational Center for Health Statistics USterdapat 34,2 juta orang mengalami keterbatasan aktivitas karena penyakit kronis ( Disability Abstract, 1991). Keating dan Wetle (2008), dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa penyakit kronis yang diderita lansia sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal ini dikarenakan lansia akan kehilangan kemampuannya secara mandiri. Lansia


(52)

dengan penyakit kronis sangat bergantung dengan orang lain dan membutuhkan perhatian.

Kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Gedung Johor ini tergolong dalam kategori sedang kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti jenis penyakit yang diderita yaitu sekitar 31,2% menderita hipertensi, dimana menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan data responden berpendapat bahwa penyakit hipertensi ini hanya akan menimbulkan gangguan aktivitas pada saat mengalami kekambuhan. Faktor yang lainnya adalah penggunaan obat-obatan (56,4%) yang dapat meringankan dampak atau akibat penyakit, penggunaan alat bantu (59,4%) yang dapat meminimalkan ketergantungan lansia pada orang lain dalam melakukan aktivitas, lama menderita penyakit dimana sekitar 68,8% lansia menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun, hal ini mungkin menyebabkan lansia cukup beradaptasi terhadap penyakit kronis yang dideritanya dan tingkat pendidikan dimana sekitar 81,3% responden memiliki pendidikan dari jenjang SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dengan tingginya tingkat pendidikan maka lansia akan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengatasi akibat dari penyakit kronis, mencari perawatan yang tepat serta mampu menggunakan pelayanan kesehatan dengan baik. Sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare (2001) bahwa pasien yang berpendidikan yang mendapat cukup informasi lebih mampu untuk mengenali perubahan kesehatan dan mencari perawatan kesehatan lebih dini dibanding pasien yang tidak mendapat pendidikan.


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis di kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa lansia yang menderita penyakit kronis mayoritas adalah wanita (70,3%), status perkawinan janda (54,7%), penyakit yang banyak diderita adalah hipertesi (31,2%), lama menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun (68,8%), menggunakan alat bantu (59,4%), mengkonsumsi obat (56,2%).

Mayoritas tingkat kemampuan aktivitas pada lansia dengan penyakit kronis tergolong dalam kategori ketergantungan sedang (56,2%). Aktivitas dengan persentasi tertinggi dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas transfer (82,8%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas naik turun tangga (9,4%). Adapun faktor yang mungkin menyebabkan tingkat kemampuan lansia tergolong kategori sedang adalah jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, lama menderita penyakit dan tingkat pendidikan.


(54)

2. Saran

2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Peran perawat dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari lansia dengan penyakit kronis sangatlah penting untuk meminimalkan tingkat ketergantungan lansia serta meningkatkan kualitas hidup lansia. Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pendidikan keperawatan agar lebih dipahami oleh seorang calon perawat.

2.2 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat tentang peran perawat dalam meminimalkan ketergantungan lansia dengan penyakit kronis dalam pemenuhan aktivitasnya. Salah satu peran perawat disini sebagai edukator untuk itu perawat perlu mengetahui tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia dengan penyakit kronis dalam rangka melengkapi ilmu pengetahuan perawat untuk keperluan memberikan pendidikan kesehatan bagi lansia dan keluarga lansia.

2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan topik dan ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini. Dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih baik lagi dalam melakukan penelitian dan untuk melengkapi hasil penelitian ini sebaiknya penelitian selanjutnya meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lansia


(55)

dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas untuk memperluas pengetahuan perawat dan membantu dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada lansia dengan penyakit kronis dalam pemenuhan aktivitas sehari-harinya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005)Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta

Agung, Iskandar. (2009). Uji keandalan dan kesahihan indeks activity of daily living Barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia lanjut di RSCM.Diambil tanggal 10 Juni 2010 dari http://www.digilib.ui.ac.id Bassford, Lynn dan Oliver Slevin. (2006) . Teori dan Praktik Keperawatan.

Jakarta: EGC

Brown, Ross C, Patrick L. Ramingon, James R. Davis. (2005) . Chronic Disease Epidemiology and Control. Washington DC: American Public Health Association

Brunner dan Suddarth. (2002)Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

Bustan, M.N. (2007)Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta: Rineka Cipta Christianson, dkk. (1988) .Restructuring Chronic Illness Management.

Sanfrancisco: Jessey-bass Publisher

Darmojo, R. Boedhi dan H.Hadi Hartono. (2006).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 3:

Easton, Kristen L. (1999).Gerontological Rehabilitaion Nursing. Philadelphia: W.B. Saunders Company

Goodner, Brenda dan Linda Skidmore Roth. (1995) . Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.Jalarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007) .Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika

Ismayadi. (2007) .Buku Panduan Program Ners Keperawatan Gerontik.Medan: USU press

Lueckenotte, Annette G. (2000).Gerontologi Nursing. Second Edition. The United States of America: Mosby,Inc.


(57)

Maryam, Siti dkk. (2008) . Mengenal Usia Lnjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Med, J Turk. (2002). The Prevalence of Chronic Diseases and Quality of Life elderly People in Samsun. Diambil tanggal 12 April 2010 dari http://journals.tubitak.gov.tr/medical/issues/sag-03-33-5/sag-33-5-12-0210-15.pdf

Mckenzie, James F, dkk. (2007) .Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC

NCCDPHP.(2009). Chronic Disease and Health Promotion. Diambil tanggal 12 April 2010 dari http://www.cdc.gov/nccdphp/overview.htm

Nasution, I. (2009) . Farmakologi Klinik pada Usila. Jurnal Kedokteran Media Medika Indonesia.

Nugroho, Wahjudi. (1995) .Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC Nugroho, Wahjudi. (2000) .Keperawatan Gerontik.Jakarta: EGC

Nugroho, Wahjudi. (2008) . Keprawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC Nugroho, Wahjudi. (2009) . Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC

Nursalam. (2003) . Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Potter dan Perry. (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Saryono. (2008) .Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta: Buku Kesehatan Smith, Claudia M. dan Frances A. Maurer. (2000). Community Health Nursing

Theory and Practice Second Edition. United States: Saunders

Stanhope, Marcia dan Ruth N. Knnollmueler. (1998). Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta: EGC


(58)

The Royal Australian Coullege of general Practitioner. (2005). Medical Care of Older Persons in residential age care facilities. Diambil tanggal 12 April 2010 dari http://www.racgp.org.au/silverbookonline/4-0.asp

Timmreck, Thomas C. (2005) .Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC

Utama, Hendra. (2007) . Bunga Rampai Masalah Kesehatan dari dalam Kandungan sampai Lanjut Usia.Jakarta: FKUI

Warren, Buffett. (2009) . Activity Daily Living. Diambil tanggal 18 September 2009 dari http://investopedia.com

Wiener, Yosua M. dan Raymond J. Hanley. Measuring The Activities Of Daily Living. Diambil tanggal 18 September 2009 dari http://aspe.hhs.gov/daltcp/reports/meacmpes.pdf


(59)

Lampiran 1 Lembar Persetujuan menjadi Responden

Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis

Oleh:

Desyi P. Napitupulu

Saya mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis . Penelitian ini merupakan kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Untuk kerperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden. Saya juga mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan jujur dan apa adanya.

Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/ Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/ Ibu berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima Kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini.

No. Responden : Tanggal :


(60)

Lembar Pernyataan Responden

Saya telah diminta untuk berperan dalam penelitian yang berjudul Tingkat kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis . Oleh peneliti, saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab kuesioner penelitian.

Peneliti telah menjelaskan tentang hal-hal yang menyangkut penelitian, yaitu: judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikis. Saya telah mengerti semua penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengidentifikasi tingkat kemampuan lansia yang menderira penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan. Adapun catatan mengenai data responden akan dirahasiakan dan peneliti akan memusnahkan instrument penelitian setelah proses pengumpulan data selesai.

Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta sebagai responden dalam penelitian ini.

Responden


(61)

Lampiran 2 JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan September Oktober November Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyiapkan proposal

penelitian

4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data

9 Analisa data

10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang

13 Revisi

14 Mengumpulkan skripsi

Diketahui Oleh, Dosen Pembimbing (Iwan Rusdi, SKp, MNS )


(62)

Lampiran 3 RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

PROPOSAL

Biaya kertas dan tinta print proposal Rp. 100.000

Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 10.000

Beli buku Rp. 70.000

Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

Sidang Proposal Rp. 45.000

Internet Rp. 20.000

PENGUMPULAN DATA

Izin penelitian Rp. 50.000

Transportasi Rp. 150.000

Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 100.000

Souvenir Rp. 50.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

Biaya kertas dan tinta print Rp. 100.000

CD Rp. 10.000

Penjilidan Rp. 100.000

Penggandaan laporan penelitian Rp. 150.000

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000


(63)

Lampiran 4

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang memenuhi kriteria penelitian.

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi ( KDD )


(64)

Kode : Tanggal/waktu: Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu yang sebenarnya!

1. Usia : ... tahun

2. Jenis Kelamin : Pria

Wanita

3. Suku : Batak

Melayu Jawa Minang Lain-Lain

4. Pendidikan : SD

SMP SMU

Perguruan Tinggi Tidak ada

5. Status Perkawinan : Belum Menikah

Menikah Janda Duda


(65)

6. Pekerjaan sebelumnya : Tidak Bekerja

Pegawai Swasta/ Wiraswasta Buruh/ Bertani

PNS

Lain-Lain, ... 7. Penyakit yang diderita : Hipertensi

Diabetes Melitus

Penyakit Jantung Koroner Stroke

Athritis Reumatoid Lain-lain, . 8. Lama menderita penyakit kronis : Lebih dari 5 bulan Lebih dari 1 tahun Lebih dari 2 tahun

10. Menggunakan alat bantu : Ya, ..

Tidak

11. Mengkonsumsi obat : Ya


(66)

Kode : Tanggal/waktu:

Bagian 2. Kuesioner Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari

Berilah tanda chek list ( ) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda!

No Aktivitas Kemampuan chek

list ( )

1 Transfer ( tidur duduk)

Mandiri

Dibantu satu orang Dibantu dua orang Tidak mampu

2 Mobilisasi (Berjalan)

Mandiri

Dibantu satu orang dibantu dua orang Tidak mampu 3 Penggunaan toilet (pergi

ke/dari WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka,

menyiram)

Mandiri

Perlu pertolongan orang lain Tergantung orang lain 4

Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi)

Mandiri

Perlu pertolongan orang lain

5 Mengontrol BAB Kontinen teratur

Kadang-kadang inkontinen Inkontinen

6 Mengontrol BAK Mandiri

Kadang-kadang inkontinen inkontinen/ kateter


(67)

7 Mandi Mandiri

Tergantung orang lain

8 Berpakaian Mandiri

Sebagian dibantu Tergantung orang lain

9 Makan Mandiri

Perlu pertolongan orang lain tergantung pertolongan orang lain

10 Naik turun tangga Mandiri

Perlu pertolongan Tak mampu


(68)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desyi Prana Napitupulu

Tempat Tanggal Lahir : Balige, 09 November 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Berdikari No.3 Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1994-1997 : SD Negeri 5 Balige 2. 1997-2000 : SD Swasta HKBP Balige 3. 2000-2003 : SLTP N 4 Soposurung Balige 4. 2003-2006 : SMA N 2 Soposurung Balige 5. 2006-2010 : Fakultas Keperawatan USU


(1)

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang memenuhi kriteria penelitian.

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi ( KDD )


(2)

Kode : Tanggal/waktu: Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu yang sebenarnya!

1. Usia : ... tahun

2. Jenis Kelamin : Pria

Wanita

3. Suku : Batak

Melayu Jawa Minang Lain-Lain

4. Pendidikan : SD

SMP SMU

Perguruan Tinggi Tidak ada


(3)

Buruh/ Bertani PNS

Lain-Lain, ... 7. Penyakit yang diderita : Hipertensi

Diabetes Melitus

Penyakit Jantung Koroner Stroke

Athritis Reumatoid Lain-lain, . 8. Lama menderita penyakit kronis : Lebih dari 5 bulan Lebih dari 1 tahun Lebih dari 2 tahun 10. Menggunakan alat bantu : Ya, ..

Tidak 11. Mengkonsumsi obat : Ya


(4)

Kode : Tanggal/waktu:

Bagian 2. Kuesioner Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari

Berilah tanda chek list ( ) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda!

No Aktivitas Kemampuan chek

list ( )

1 Transfer ( tidur duduk)

Mandiri

Dibantu satu orang Dibantu dua orang Tidak mampu

2 Mobilisasi (Berjalan)

Mandiri

Dibantu satu orang dibantu dua orang Tidak mampu 3 Penggunaan toilet (pergi

ke/dari WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka,

menyiram)

Mandiri

Perlu pertolongan orang lain Tergantung orang lain Membersihkan diri (lap muka, Mandiri


(5)

8 Berpakaian Mandiri

Sebagian dibantu Tergantung orang lain

9 Makan Mandiri

Perlu pertolongan orang lain tergantung pertolongan orang lain

10 Naik turun tangga Mandiri

Perlu pertolongan Tak mampu


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desyi Prana Napitupulu

Tempat Tanggal Lahir : Balige, 09 November 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Berdikari No.3 Padang Bulan Medan Riwayat Pendidikan :

1. 1994-1997 : SD Negeri 5 Balige 2. 1997-2000 : SD Swasta HKBP Balige 3. 2000-2003 : SLTP N 4 Soposurung Balige 4. 2003-2006 : SMA N 2 Soposurung Balige 5. 2006-2010 : Fakultas Keperawatan USU