Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita Di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Rini Sri Wanda Manurung S.Kep 071101033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita Di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Rini Sri Wanda Manurung, S.Kep


(3)

ABSTRAK

Balita adalah keseluruhan laki-laki dan perempuan yang berumur 1-5 tahun. Pada usia balita terjadi proses pertumbuhan yang telah berlangsung stabil. Untuk mendukung stabilitas pertumbuhan dan perkembangan balita yang maksimal pada balita dapat diupayakan antara lain dengan asupan gizi, lingkungan pengasuhan yang baik, lingkungan yang aman dan nyaman, dan lain-lain. Pemberian asuhan keperawatan komunitas bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu mengelola dan memberikan informasi yang komprehensif kepada ibu tentang tumbuh kembang dan masalah kesehatan pada balita. Masalah kesehatan dan tumbuh kembang balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor secara umum berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita. Pengelolaan asuhan keperawatan komunitas ibu balita lebih difokuskan kepada pemberian informasi yang komprehensif yang berkaitan pada masalah kesehatan dan tumbuh kembang balita. Pengelolaan asuhan keperawatan komunitas dilakukan pada 11 Juni – 7 Juli 2012 di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Pemberian informasi yang komprehensif dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh ibu balita.

Kata Kunci : Pengelolaan, Asuhan Keperawatan Komunitas, Ibu Balita

Management of Service and Upbringing of Community Nursing for Mother and Toddler Health Problems/Issues at Lingkungan IV Gedung Johor Villages Medan Johor

Rini Sri Wanda Manurung, S.Kep

Profession Phase in Nursery Majority in Nursery Faculty University of North Sumatera


(4)

ABSTRAC

Toddler is an under five years old boy or girl. Children in this age have a stable growth. In order to support the stability of growth and development of toddlers, we can give nutrition, good caring, safe and comfortable environment, etc. The objection of giving community nursing care is to identify knowledge level of mother in taking care their children and to give comprehensive information about their children’s growth and development. Health issue in Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor is mother’s lack of knowledge about caring. Management of mother’s nursery community parenting is focused in giving comprehensive information about health problem and growth of toddler. The management of community nursing care is held from 11 June to 7 July 2012 in Lingkungan IV Gedung Johor. The distribution of comprehensive information can be accepted and well realized by all mothers.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas izin dan berkat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik belajar lapangan komprehensif dengan judul “Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita Di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor”.

Dalam menyelesaikan laporan ini banyak masalah yang penulis hadapi, tetapi dengan motivasi, usaha, kemauan, dukungan, serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya segala kesulitan dapat diatasi dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara

2. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku koordinator bidang profesi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan.

4. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh pegawai yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti proses perkuliahan dan profesi di Fkep USU

5. Bapak Kepala Kelurahan Gedung Johor Bapak Edwin Faisal, SH dan Kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Ibu Aisyah Harahap, atas


(6)

bimbingan dan arahan yang diberikan selama menjalani praktik di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

6. Seluruh masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor atas partisipasi dan kerjasama dengan mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi USU yang praktik di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

7. Teman-teman seperjuangan Kelompok IV (Rahmi, Veza, Dira, Sam, Sisil, Egi, Dewi, Fitri, Nesya) atas semua pengalaman dan kenangan bersama, Profesi itu tidak enak untuk diulang, namun indah untuk dikenang. Kepada Sam dan Tiva atas kerjasama dan kesepakatan

8. Sahabatku Herta atas semua perjalanan panjang yang indah dan sahabatku Mei atas dukungan dan motivasi yang diberikan

9. Kedua orangtuaku Papa dan Mama, yang selalu mendoakan aku, dan kepada adik-adikku Ardy, Teddy dan Jonathan atas warna-warni kehidupan di rumah

10. Teristimewa buat Windu Bastian Sitorus yang selalu ada mengajariku untuk tersenyum, bersabar dan memberi dukungan doa, perhatian, kasih sayangnya yang tulus, thank you for coloring my life dear

Medan, Juli 2012


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Sampul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

1. Definisi ... 6

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas ... 7

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas ... 8

4. Pusat Kesehatan Komunitas ... 10

5. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat ... 11

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas ... 15

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama ... 9

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ... 24

B. Analisis Lingkungan Binaan ... 32

1. Pengkajian ... 32

2. Analisa Situasi ... 62

3. Rumusan Masalah... 67

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 68

5. Implementasi ... 73

6. Evaluasi ... 76


(8)

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori Tumbuh kembang ... 85

1. Pertumbuhan ... 85

2. Perkembangan ... 91

3. Tumbuh kembang ... 98

B. Tinjauan Kasus ... 103

1. Pengkajian ... 103

2. Diagnosa Keperawatan ... 141

3. Intervensi Keperawatan ... 143

4. Implementasi dan Evaluasi ... 148

5. Ringkasan Keperawatan Setelah Implementasi ... 173

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 177

1. Pengelolaan Manajemen Asuhan Keperawatan ... 177

2. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan ... 178

B. Saran ... 180


(9)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kontrak Belajar (Informed Consent)

2. Intrumen Pengkajian (Kuesioner) 3. POA (Planning Of Action) 4. Timetable

5. SAP (Satuan Acara Pengajaran) 6. Powerpoint Materi


(10)

ABSTRAK

Balita adalah keseluruhan laki-laki dan perempuan yang berumur 1-5 tahun. Pada usia balita terjadi proses pertumbuhan yang telah berlangsung stabil. Untuk mendukung stabilitas pertumbuhan dan perkembangan balita yang maksimal pada balita dapat diupayakan antara lain dengan asupan gizi, lingkungan pengasuhan yang baik, lingkungan yang aman dan nyaman, dan lain-lain. Pemberian asuhan keperawatan komunitas bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu mengelola dan memberikan informasi yang komprehensif kepada ibu tentang tumbuh kembang dan masalah kesehatan pada balita. Masalah kesehatan dan tumbuh kembang balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor secara umum berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita. Pengelolaan asuhan keperawatan komunitas ibu balita lebih difokuskan kepada pemberian informasi yang komprehensif yang berkaitan pada masalah kesehatan dan tumbuh kembang balita. Pengelolaan asuhan keperawatan komunitas dilakukan pada 11 Juni – 7 Juli 2012 di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Pemberian informasi yang komprehensif dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh ibu balita.

Kata Kunci : Pengelolaan, Asuhan Keperawatan Komunitas, Ibu Balita

Management of Service and Upbringing of Community Nursing for Mother and Toddler Health Problems/Issues at Lingkungan IV Gedung Johor Villages Medan Johor

Rini Sri Wanda Manurung, S.Kep

Profession Phase in Nursery Majority in Nursery Faculty University of North Sumatera


(11)

ABSTRAC

Toddler is an under five years old boy or girl. Children in this age have a stable growth. In order to support the stability of growth and development of toddlers, we can give nutrition, good caring, safe and comfortable environment, etc. The objection of giving community nursing care is to identify knowledge level of mother in taking care their children and to give comprehensive information about their children’s growth and development. Health issue in Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor is mother’s lack of knowledge about caring. Management of mother’s nursery community parenting is focused in giving comprehensive information about health problem and growth of toddler. The management of community nursing care is held from 11 June to 7 July 2012 in Lingkungan IV Gedung Johor. The distribution of comprehensive information can be accepted and well realized by all mothers.


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fungsi komunitas terdiri dari 5 bagian yaitu fungsi ekonomi, sosialisasi, pelayanan kesehatan yang baik, kontrol sosial dan interpartisipasi sosial serta dukungan mutualistis. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Mubarak dkk., 2009).

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh (BKKBN, 2012).


(13)

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diukur melalui Index Pembangunan Manusia (IPM). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh mutu sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang berperan sebagai pemikir, perencana dan pelaksana pembangunan kesehatan. Salah satu kegiatan yang berperan terhadap pengembangan dan peningkatan mutu SDM kesehatan adalah melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) (LRC Kesehatan,2000).

Dalam mempersiapkan sumber daya yang berkualitas, pembinaan tumbuh kembang anak diselenggarakan secara holistik sebagai bagian integral dari upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan ibu dan anak (BKKBN, 2002).

Pelayanan kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak khususnya semasa balita. Pemerintah mulai mengarahkan perhatian pada dua aspek fisik dan pembinaan dimensi mental intelektual yang akhirnya membentuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna (Soetjiningsih, 1995).

Balita adalah keseluruhan laki-laki dan perempuan yang berumur 1-5 tahun. Secara individu, pada usia balita terjadi proses pertumbuhan yang telah berlangsung stabil (Tanuwidjaya, 2002). Untuk mendukung stabilitas pada balita dapat diupayakan antara lain dengan asupan gizi, lingkungan pengasuhan yang baik, lingkungan yang aman dan nyaman, dan lain-lain. Dari lingkungan tersebut, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan balita akan maksimal.


(14)

Pembinaan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa peningkatan kesejahteraan anak pada pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak anak seperti makanan, kesehatan, perlindungan, memperoleh kasih sayang, interaksi, rasa aman dan stimulasi serta kesempatan belajar (BKKBN, 2007). Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, kreatif, produktif, bertanggungjawab dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan pada suatu komunitas pada daerah tertentu seperti di daerah binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor dengan menggunakan ‘Asuhan Keperawatan Komunitas’ lebih menekankan pada peran serta masyarakat dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan dirinya. Oleh karena itu, peran serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam menciptakan hidup sehat dan merupakan suatu strategi yang tepat digunakan untuk mewujudkan pembangunan nasional dalam bidang kesehatan.

Dasar pemikiran yang melandasi pentingnya peran serta masyarakat tersebut adalah keyakinan bahwa kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari tenaga kesehatan tetapi merupakan tanggung jawab dari individu itu sendiri, keluarga, kelompok atau masyarakat yang memilki hak dan potensi untuk mengenal dan mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya atau yang ada dilingkungannya. Sejalan dengan keyakinan tersebut, maka, ilmu keperawatan komunitas yang merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan kesehatan


(15)

masyarakat mempunyai tujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dari setiap penduduk terutama peran ibu terhadap balitanya.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini adalah :

1. Mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan komunitas yang telah diperoleh selama proses pendidikan dalam melakukan pengkajian komunitas di masyarakat.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan pada balita.

3. Mengelola dan memberikan informasi yang komprehensif kepada ibu tentang tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan pada balita. C. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa Keperawatan

Memberikan pengetahuan sebagai sumber informasi mengenai tumbuh kembang balita dan masalah-masalah kesehataan pada balita dan cara mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi pada balita.

2. Pendidikan Keperawatan

Menambah pengetahuan mengenai pengelolaan asuhan keperawatan komunitas dalam pengelolaan dan pemberian informasi yang komprehensif kepada ibu dengan balita.


(16)

3. Lahan Praktik

Memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu ddengan anak balita tentang tumbuh kembang balita dan masalah-masalah kesehatan pada balita serta cara mengatasinya.


(17)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar

1. Definisi

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya didalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).


(18)

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).


(19)

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat


(20)

individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.


(21)

4. Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di: a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).


(22)

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

5. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat a. Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu Secara sederhana dapat diartika sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).


(23)

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:


(24)

a) Pendaftaran

b) Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia Subur)

2) Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil 3) Meja III

Pengisian KMS 4) Meja IV

a) Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

b) Penyuluhan kesehatan

c) Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom

5) Meja V

a) Pemberian iminisasi b) Pemeriksaan Kehamilan

c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan d) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak :

a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus)


(25)

c) PMT d) Imunisasi.

e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom. 3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

Namun bila kita lihat di lapangan tepatnya di wilayah desa binaan komunitas Lingkungan V Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor sistem 5 meja tidak dilakukan dalam pelaksanaan posyandu melainkan hanya menggunakan 1 meja saja cukup untuk semua kegiatan Posyandu. Mulai dari pendaftaran sampai pelayanan kesehatan dilakukan pada 1 meja saja. Fenomena seperti ini harus kita maklumi, bahwa sistem 5 meja bukan standar yang baku untuk kegiatan Posyandu. Untuk kegiatan Posyandu menggunakan 5 meja atau 1 meja sama saja yang terpenting kegiatan Posyandu berjalan lancar.

Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang


(26)

kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel


(27)

yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Optimum health Incipient ilnes Over ilnes Very serious ilnes Skema 1. Sehat Bersifat Dinamis

Lingkungan Rekreasi

Ekonomi Pendidikan

Client

Keamanan dan Komunikasi

Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Politik dan


(28)

Skema 2: Health Care System Model

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

a. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social Lingkungan Rekreasi

Komunitas

Garis pertahanan fleksibel (buffer zone)

Garis Pertahanan normal

(kesehatan) Client

Garis resistensi (kekuatan) Inti (Individu)


(29)

b. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain) c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu

secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada

menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya

h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial


(30)

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.


(31)

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut : a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat


(32)

yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga


(33)

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009) :

a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

b. Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).


(34)

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

1) Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

2) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

3) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

4) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

5) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat


(35)

6) Tahap akhir

Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan


(36)

konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2005):

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

1) Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.


(37)

b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain: (1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana

kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan

(5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi

(6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi

(7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

(8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya


(38)

(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

2) Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005):

a) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

b) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran

3) Sumber Data a) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

4) Cara Pengumpulan Data


(39)

b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu 5) Pengelolaan Data

a) Klasifikasi data atau kategorisasi data

b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly c) Tabulasi data

d) Interpretasi data 6) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.

7) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

8) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:

a) Keadaan yang mengancam kehidupan b) Keadaan yang mengancam kesehatan c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan


(40)

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).

1) Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

2) Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

3) Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

c. Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit 3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit


(41)

4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

5) Lakukan olahraga secara rutin

6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas

7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan d. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit

4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas


(42)

e. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata

3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit B. Analisis Lingkungan Binaan

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang akan diisi oleh masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan pembimbing Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh informasi tentang masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

Setelah angket direvisi kemudian dilakukan penyebaran 100 buah angket secara langsung kepada masyarakat yang menjadi sampel untuk mewakili


(43)

keseluruhan masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Penyebaran angket berlangsung mulai tanggal 13 Juni – 15 Juni 2012. Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket terkumpul dilakukan tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan dalam bentuk diagram untuk selanjutnya dianalisa.

a. Data Umum Keluarga

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 100 keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor diperoleh data sebagai berikut :

Diagram 1

Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas terlihat bahwa penduduk dengan usia dewasa (21-54 tahun) merupakan persentase terbesar yaitu 53% dan presentase terkecil yaitu bayi (0-< 1 tahun) sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah lingkungan IV memiliki salah satu modal dasar berupa SDM pada usia produktif yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menanggulangi masalah kesehatan


(44)

Diagram 2

Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Diagram di atas menunjukkan bahwa penduduk mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 51% sedangkan perempuan sebesar 49%. Berdasarkan data di atas dapat dipertimbangkan pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas sehingga dalam intervensi keperawatan komunitas dapat dipertimbangkan partisipasi kepala keluarga.


(45)

Diagram 3

Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan masyarakat adalah SLTA/sederajat sebanyak 41% diikuti jenjang SD sederajat 36% dan SLTP 16%, dan perguruan tinggi (D1-S2) sebanyak 7%. Berdasarkan data diatas perlu diperhitungkan faktor tingkat pendidikan dalam memberikan tindakan keperawatan berupa penyuluhan kesehatan.


(46)

Diagram 4

Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Sebanyak 46% penduduk lingkungan IV bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak pekerjaan yang paling sedikit 5% adalah PNS. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan ketersediaan waktu yang dimiliki keluarga dalam mengikuti kegaiatan yang akan dilakukan sehingga perlu dibuat kesesuaian antara waktu kerja keluarga dengan waktu untuk kegiatan keperawatan komunitas.


(47)

Diagram 5

Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Islam sebanyak 96% dan agama Kristen 1%, Budha 1%, Hindu 2% . Data ini dapat menjadi masukan dalam rencana kegiatan di masyarakat untuk melibatkan tokoh agama terkait.


(48)

Diagram 6

Proporsi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Medan Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49% keluarga yang mempunyai penghasilan perbulannya > Rp.1000.000. Sebanyak 37% keluarga berpenghasilan Rp. 500.000- 1000.000 dan yang berpenghasilan setiap bulannya < Rp.500.000 sebanyak 14%. Dengan melihat data di atas dapat dipertimbangkan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan penghasilan keluarga.


(49)

Diagram 7

Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan keberagaman suku di Lingkungan IV. Suku terbanyak adalah suku Jawa (80%) diikuti dengan Batak (10%) dan suku minoritas adalah suku Minang (6%) dan Melayu (4%). Dengan demikian, dalam perencanaan tindakan keperawatan komunitas harus mempertimbangkan aspek sosial budaya/kultural yang ada di lingkungan tersebut terutama budaya Jawa dan Batak.

b. Pengetahuan Ibu Balita

Untuk mengetahui sejauh mana pengeyahuan ibu balita terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, masyarakat dikaji seputar tumbuh kembang balita, kebersihan diri, penyakit kecacingan, cara mencuci tangan, gizi balita dan perawatan gigi.Berikut adalah hasil pengkajian terhadap aspek kesehatan lingkungan di wilayah Lingkungan IV.


(50)

Diagram 8

Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Apa yang Dimaksud dengan Bertumbuh dan Berkembang di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab yang dimaksud dengan bertumbuh dan berkembang adalah semua benar atau dengan kata lain betrtambah besar, bertambah tinggi dan matang secara psikologis sebanyak 60%. Sebanyak 40% lagi menjawab hanya bertambah tinggi dan bertambah besar.


(51)

Diagram 9

Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Hal-Hal yang Dapat Diukur untuk Mengetahui Pertumbuhan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab pertumbuhan dapat diukur dengan berat badan saja sebanyak 40% sedangkan ibu yang menjawab petumbuhan dapat diukur dengan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas ada sebanyak 60%.


(52)

Diagram 10

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Tumbuh Kembang Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai tumbuh kembang balita ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai tumbuh kembang balita.


(53)

Diagram 11

Proporsi Ibu yang Menjawab Faktor Lingkungan Berpengaruh pada Waktu Masih dalam Kandungan dan Proses Tumbuh Kembang Anak setelah Lahir di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab lingkungan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak pada saat di dalam kandungan maupun setelah lahir ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan lingkungan tidak berpengaruh.


(54)

Diagram 12

Proporsi Ibu yang Menjawab Berpakaian Sendiri Hampir Benar dan Mencocokkan Sepatu Kanan dan Kiri Berada pada Tahap Perkembangan Anak Usia Berapa di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab berpakaian sendiri hampir benar dan mencocokkan sepatu kanan dan kiri berada pada tahap perkembangan anak usia 3 tahun ada sebanyak 60%. Sebanyak 20% menjawab erada pada usia 4 tahun dan 20% lagi menjawab berada pada usia 5 tahun.


(55)

b. Personal Hygiene/Kebersihan Diri

Diagram 13

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Personal Hygiene/Kebersihan Diri di Lingkungan IV Kelurahan Gedung

Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai personal hygiene/kebersihan diri ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai personal hygiene/kebersihan diri.


(56)

Diagram 14

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Tujuan dari Personal Hygiene di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu mengatakan tujuan dari personal hygiene atau kebersihan diri adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri ada sebanyak 60%, sementara 40% menjawab mengatakan tujuan dari personal hygiene atau kebersihan diri hanya untuk mencegah penyakit.


(57)

Diagram 15

Proporsi Ibu yang Menjawab Perawatan mata termasuk dalam Personal Hygiene/Kebersihan Diri di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab perawatan mata termasuk dalam personal hygiene/kebersihan diri ada sebanyak 100%.


(58)

Diagram 16

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Dampak yang Sering Timbul dari Masalah Personal Hygiene di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan dampak yang sering timbul dari masalah personal hygiene adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan dampak yang sering timbul dari masalah personal hygiene hanya gangguan integritas kulit saja.


(59)

Diagram 17

Proporsi Ibu yang Banyaknya Mencuci Rambut dalam Seminggu di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang menjawab mencuci rambut sebaiknya dilakukan lebih dari tiga kali dalam seminggu ada sebanyak 60%. Ibu yang menjawab 2x seminggu 20% sementara yang menjawab 3x seminggu 20%.s

c. Penyakit Kecacingan

Diagram 18

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Penyakit Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor


(60)

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai penyakit kecacingan ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai penyakit kecacingan.

Diagram 19

Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Penyebab Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyakit kecacingan dapat disebabkan oleh buang aisr besar di lantai, tidak mencuci tangan sebelum makan dan tidak memakai alas kaki keluar dari rumah ada sebanyak 60%. Sementara 40% mengatakan penyebab penyakit kecacingan hanya karena tidak mencuci tangan sebelum makan.


(61)

Diagram 20

Proporsi Ibu yang Pernah Memberikan Obat Cacing kepada Anak di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah memberikan obat cacing kepada anak ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah memberikan obat cacing kepada anak.


(62)

Diagram 21

Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Waktu Pemberian Obat Cacing di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab pemberian obat cacing dilakukan setiap enam bulan sekali sebanyak 80%. Sementara 20% lagi mengatakan obat cacing diberikan setiap tiga bulan sekali.


(63)

Diagram 22

Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Gejala Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab gejala kecacingan adalah kembung, mual, muntah-muntah, kehilangan nafsu makan, diare dan susah tidur ada sebanyak 60%. Ibu yang menjawab hanya kembung, mual dan muntah-muntah ada 20% sementara yang menjawab kehilangan nafsu makan dan diare ada 20%.


(64)

Diagram 23

Proporsi Ibu yang Pernah Memberikan Obat Cacing kepada Anak di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah memberikan obat cacing kepada anak ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah memberikan obat cacing kepada anak.

d. Cara Mencuci Tangan

Diagram 24

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Cara Mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012


(65)

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai cara mencuci tangan ada sebanyak 80%. Sementara 20% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai cara mencuci tangan.

Diagram 25

Proporsi Ibu dengan Anak yang Selalu Mencuci tangan dengan Sabun di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu dengan anak yang selalu mencuci tangan dengan sabun ada sebanyak 100%.

Diagram 26

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Waktu Mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012


(66)

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan, setelah buang air, setelah bermain, sebelum dan sesudah melakukan kegiatan ada sebanyak 100%.

Diagram 27

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Ada Berapa Langkah Cara mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan

Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab ada 5 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan hanya 4 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar.


(67)

Diagram 28

Proporsi Ibu yang Mengatakan Mencuci Tangan pada Air Mengalir di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan mencuci tangan sebaiknya pada air mengalir ada sebanyak 100%.


(68)

Diagram 29

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Gizi/Nutrisi Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai cara gizi/nutrisi balita sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai gizi/nutrisi balita.

Diagram 30

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Penyebab Penyakit Marasmus dan Kwashiorkor di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan


(69)

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor adalah kekurangan protein ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor adalah kelebihan protein, kelebihan vitamin, kekurangan protein dan kekurangan vitamin.

Diagram 31

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Sumber Protein di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab sumber protein dari telur, ikan dan kedelai ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan sumber protein dari telur dan ikan saja.


(70)

Diagram 32

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Konsistensi Makanan pada Anak Diare di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab konsistensi makanan yang baik diberikan pada anak diare adalah lunak dan hangat sebanyak 100%.


(71)

Diagram 33

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Sumber Vitamin C di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab sumber vitamin C dari Jeruk dan Cabai ada sebanyak 40%. Sementara 60% lagi mengatakan sumber vitamin C hanya dari jeruk.

f. Perawatan Gigi

Diagram 34

Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Perawatan Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Bulan Juni 2012


(72)

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai perawatan gigi sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai perawatan gigi.

Diagram 35

Proporsi Ibu dengan Anak Balita yang Selalu Menyikat Gigi Tiap Hari di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan

Juni 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu ibu dengan anak balita yang selalu menyikat gigi tiap hari sebanyak 100%.


(73)

Diagram 36

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Penyakit yang Dapat Ditimbulkan Akibat Gigi yang Tidak Terawat di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyakit yang dapat ditimbulkan akibat gigi yang tidak terawat adalah penyakit gula dan kanker sebanyak 20%. Sementara 80% lagi mengatakan penyakit jantung, pembuluh darah, stroke, paru, gula dan kanker tidak ada kaitannya dengan perawatan gigi.


(74)

Diagram 37

Proporsi Ibu tentang Waktu mengganti Sikat Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab mengganti sikat gigi sebaiknya dilakukan maksimal 3-4 bulan ada sebanyak 100%.

Diagram 38

Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Waktu Menyikat Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012


(75)

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan Ibu yang mengatakan sikat gigi sebaiknya dilakukan sesudah makan dan sebelum tidur ada 100%

2. Analisa Situasi

Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor terbagi dalam lima belas lingkungan. Pada praktek lapangan Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners ini, kelompok II ditempatkan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor yang memiliki 450 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 2010 jiwa.

Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan staf/petugas Kelurahan/Kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Melalui pertemuan ini diperoleh profil demografi Kelurahan Gedung Johor. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang ada, terdapat perkumpulan masyarakat seperti: perwiridan dan STM (Serikat Tolong Menolong) berjalan dengan baik.

Dalam rangka mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa F.Kep USU dengan warga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, kelompok melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat dan tokoh agama daerah setempat.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor maka dilakukan analisa SWOT terhadap pengkajian adalah :


(76)

1) Adanya kerjasama yang baik sesama anggota kelompok dalam melakukan pengkajian

2) Masyarakat yang dikelola memiliki karakteristik kesehatan yang berbeda

3) Tersedia sarana dan prasarana untuk melakukan pengumpulan data yang sesuai dengan kuesioner yang disediakan

4) Tersedia format kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data 5) Mempunyai standar asuhan keperawatan komunitas

6) Komunikasi dengan masyarakat terjalin dengan baik

7) Semua kuesioner terisi dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan

8) Tersedia sarana yang dibutuhkan untuk analisa data

9) Sistem analisa data menggunakan SPSS (sistem komputerisasi) 10) Sistem pendokumentasian dari setiap kegiatan yang sudah baik 11) Daerah binaan berada pada satu wilayah yang dapat terjangkau b. Weakness

1) Pendekatan mahasiswa terhadap masyarakat pada saat pengumpulan data belum terjalin dengan baik

2) Adanya penolakan beberapa anggota masyarakat pada saat dilakukan pembagian kuesioner

3) Pemilihan keluarga sampel dilakukan secara random sehingga adakalanya terdapat masyarakat yang mengalami masalah tidak terkaji


(77)

4) Pada saat sosialisasi minat masyarakat masih kurang untuk melihat masalah kesehatan yang dihadapi setelah dilakukan pengkajian

5) Sebagian anggota tim kurang dalam mengkaji kondisi kesehatan keluarga yang ada.

c. Opportunity

1) Ada kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan kepala lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan remaja lingkungan IV pada saat pengumpulan data.

2) Sebagian masyarakat menerima mahasiswa saat melakukan pengisian data kuesioner

3) Data yang diperlukan diperoleh melalui interview, observasi, dan survey.

d. Threatened

1) Pemahaman masyarakat berbeda dengan yang diharapkan oleh mahasiswa

2) Masyarakat kurang memahami manfaat dari pengumpulan data yang diperlukan untuk evaluasi kegiatan

3) Kurangnya penerimaan masyarakat terhadap mahasiswa

Hal ini sesuai dengan yang dituliskan pada subbab sebelumnya dimana langkah awal dari proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan komunitas yang terdiri dari pengumpulan data aktual yang relevan, memunculkan data yang hilang dan interpretasi data. Pada pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, pengisian kuesioner, dan survey. Untuk data yang tidak tersedia secara


(78)

aktual maka dilakukan interaksi dengan anggota komunitas dan kelompok komunitas meliputi pengetahuan dan kepercayaan komunitas, nilai, persepsi, norma, proses pemecahan masalah, dan struktur kepemimpinan dan orang yang berpengaruh. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data yang dilakukan dengan sesama kelompok dengan mengkombinasikan antara pengumpulan dan pemunculan data, lalu data diinterpretasikan.

Berdasarkan analisa dari hasil pengumpulan data, kemudian kelompok melakukan pengklasifikasian data yang akan digunakan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita yang terjadi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.


(79)

Analisa data masalah kesehatan disajikan dalam tabel berikut:

No. Data Masalah

1.

2.

3.

4.

Tumbuh Kembang Balita

o sebanyak 40% ibu dengan balita tidak mengetahui bahwa faktor psikologis juga dinilai dalam tumbuh kembang

o sebanyak 40% ibu dengan balita

mengetahui indikator pertumbuhan balita hanya dari berat badan saja

o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang tumbuh kembang balita o sebanyak 40% ibu mengatakan

lingkungan tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita

Personal Hygiene

o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang personal hygiene

o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui satu tujuan dari personal hygiene o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui

satu masalah yang dapat timbul akibat defisit kebersihan diri/personal hygiene o sebanyak 40% ibu mengatakan mencuci

rambut dilakukan < 3x seminggu Penyakit Kecacingan

o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang penyakit kecacingan

o sebanyak 40% ibu mengetahui hanya satu penyebab kecacingan

o sebanyak 40% ibu tidak/belum pernah memberikan obat cacing kepada anaknya o sebanyak 20% ibu mengatakan

memberikan obat cacing per tiga bulan sekali

o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui dua gejala kecacingan

Cara mencuci Tangan

o sebanyak 20% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang cara mencuci tangan

Resiko gangguan tumbuh kembang balita

Resiko tinggi gangguan integritas kulit pada balita

Resiko tinggi diare pada balita

Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada balita


(80)

5.

6.

o sebanyak 40% ibu mengatakan langkah mencuci tangan yang baik dan benar < 4x

Gizi Balita

o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang gizi balita

o sebanyak 40% ibu tidak mengetahui penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor

o sebanyak 40% ibu tidak mengetahui bahwa kedelai merupakan salah satu sumber protein

o sebanyak 60% ibu tidak mengetahui bahwa cabai merupakan salah satu sumber vitamin C

Perawatan Gigi

o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang perawatan gigi

o sebanyak 80% ibu tidak mengetahui bahwa penyakit jantung, pembuluh darah, paru, stroke, gula dan kanker dapat disebabkan oleh gigi yang kurang terawat

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita

Resiko terjadinya karies gigi pada anak balita

3. Rumusan Masalah

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, penulis menyusun rencana tindakan keperawatan berhubungan dengan masalah yang ditemukan. Berikut ini rencana keperawatan yang disusun oleh kelompok sebagai berikut:

a. Resiko gangguan tumbuh kembang balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita terhadap proses tumbuh kembang balita ditandai


(81)

dengan ibu belum pernah mendapat informasi tentang tumbuh kembang balita.

b. Resiko tinggi gangguan integritas kulit pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan akan kebersihan diri/personal hygiene balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang personal hygiene

c. Resiko tinggi diare pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap penyakit kecacingan ditandai dengan ibu belum pernah mendapat informasi tentang kecacingan.

d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu dan anak terhadap cara mencuci tangan yang baik dan benar ditandai dengan kurangnya informasi yang didapat ibu, belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang cara mencuci tangan e. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap gizi balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang gizi balita

f. Resiko terjadinya karies gigi pada anak balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita terhadap kesehatan gigi ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang perawatan gigi


(82)

4. Rencana Penyelesaian Masalah

a. Masalah I

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami dan mengerti hal-hal yang terkait dengan tumbuh kembang anak

Tujuan Jangka Pendek:

Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu:

1) Menjelaskan kembali pengertian tumbuh kembang anak

2) Menyebutkan kembali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

3) Mampu menyebutkan kembali fase tumbuh kembang pada usia anak peserta

Rencana Tindakan:

1) Penyuluhan tentang tumbuh kembang balita

2) Diskusi tentang tumbuh kembang balita

b. Masalah II

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai personal higiene diharapkan peserta dapat memahami mengenai personal higiene (kebersihan diri).

Tujuan Jangka Pendek:


(83)

1) Peserta dapat menyebutkan dengan benar hal-hal yang harus diperhatikan pada kebersihan diri secara head to toe

2) Peserta dapat menyebutkan dengan benar alasan dan kegunaan dijaganya kebersihan diri

3) Peserta dapat melaksanakan langkah–langkah dalam personal hygiene (kebersihan diri)

4) Peserta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

Rencana Tindakan:

1) Penyuluhan tentang personal hygiene

2) Diskusi tentang personal hygiene c. Masalah III

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang penyakit cacingan dan hal-hal yang terkait lainnya.

Tujuan Jangka Pendek:

Setelah dilakukan kegiatan diharapkan :

1) Peserta dapat menjelaskan pengertian penyakit cacingan

2) Peserta dapat menjelaskan penyebab terjadinya penyakit cacingan 3) Peserta dapat menjelaskan akibat penyakit cacingan

4) Peserta dapat menjelaskan cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia 5) Peserta dapat menjelaskan gejala penyakit cacingan

6) Peserta dapat menjelaskan pengobatan penyakit cacingan 7) Peserta dapat menjelaskan pencegahan penyakit cacingan


(84)

Rencana Tindakan:

1) Penyuluhan tentang penyakit kecacingan

2) Diskusi tentang penyakit kecacingan d. Masalah IV

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan peserta mampu mengerti, memahami dan dapat mempraktekan tentang 7 langkah cara mencuci tangan yang benar dan sehat.

Tujuan Jangka Pendek:

Setelah dilakukan kegiatan diharapkan: 1) Menjelaskan pengertian mencuci tangan. 2) Menyebutkan tujuan mencuci tangan. 3) Menjelaskan kapan waktu mencuci tangan.

4) Menyebutkan alat-alat yang diperlukan dalam mencuci tangan. 5) Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar dan sehat

Rencana Tindakan:

1) Penyuluhan tentang cara mencuci tangan

2) Diskusi tentang cara mencuci tangan


(85)

e. Masalah V

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita

Tujuan Jangka Pendek:

Setelah dilakukan kegiatan diharapkan: 1) Mengenal Peran Makanan Bagi Balita 2) Menjelaskan Kebutuhan Gizi Balita

3) Menyebutkan Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

4) Menyebutkan Akibat Gizi yang Tidak Seimbang 5) Menyebutkan Menu Makanan Balita

6) Menyebutkan Menu untuk Balita yang Sedang Sakit

Rencana Tindakan:

1) Penyuluhan tentang gizi/nutrisi balita 2) Diskusi tentang gizi/nutrisi balita

f. Masalah VI

Tujuan Jangka Panjang:

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, Ibu-ibu balita mampu memahami tentang pentingnya perawatan gigi dalam kehidupan sehari-hari.


(1)

Materi Penyuluhan

PERAWATAN GIGI

A. Pengertian Perawatan Gigi

Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi positif sehingga si Pemiliknya menjadi sangat menarik.

B. Pentingnya Gigi Bagi Manusia

Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi perlu dirawat dengan benar. Berikut pentingnya gigi dirawat, antara lain:

• Gigi merupakan salah satu organ penting pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan. Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula proses pencernaannya.

• Gigi yang bermasalah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

• Gigi yang tidak terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan penyakit yang lainnya, seperti: Penyakit jantung dan pembuluh darah, Paru, Gula, Stroke, kanker

• Sisa makanan yang masih ada di gigi menyebabkan aktivitas bakteri berlebihan sehingga mulut mengeluarkan bau yang kurang sedap.

• Gigi juga berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, bibir, dll. Oleh karena itu, setiap orang ingin punya senyum memikat dengan gigi yang sehat.

C. Cara-Cara Perawatan Gigi

1. Cara-Cara Perawatan Gigi Secara Umum

Merawat gigi perlu dilakukan sedini mungkin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merawat gigi adalah sebagai berikut:


(2)

• Ganti sikat gigi 3-4 bulan sekali. Pilih sikat gigi yang bulunya lembut dengan kepala sikat yang dapat menjangkau semua bagian gigi.

• Jangan lupa sikat lidah, yang merupakan tempat berkumpulnya bakteri yang dapat menyebabkan bau mulut.

• Gunakan pasta gigi yang mencantumkan ADA untuk memastikan kandungan fluoride cukup untuk mencegah lubang dan kerusakan gigi.

• Gunakan obat kumur.

• Benang gigi, pengunaan benang gigi sekali sehari dianjurkan untuk mengangkat plak yang tidak dapat disentuh sikat gigi dan obat kumur.

• Permen karet tanpa gula, mengunyah permen karet tanpa gula dapat meningkatkan aliran air liur yang dapat membersihkan partikel makanan dan asam penyebab kerusakan gigi.

• Hindari makanan yang banyak mengandung gula dan manis, seperti sirup, permen, dan cokelat.

• Minum air setelah makan.

• Biasakanlah untuk makan buah-buahan segar. Selain baik untuk kesehatan, seratnya dapat membantu menghilangkan kotoran yang ada di gigi.

• Makanlah makanan yang seimbang dan kaya kalsium, seperti susu, keju, telur, teri, bayam, katuk, sawi, dan agar-agar.

Konsultasi ke Dokter Gigi

Pada kenyataannya, perawatan gigi yang dilakukan secara personal (menyikat gigi dll.) tidaklah cukup. Gigi juga memerlukan perawatan secara profesional, terlebih pada gigi sensitif atau gigi yang telah terlanjur mengalami kerusakan, misalnya, gigi berlubang.

Periksa setiap 6 bulan sekali

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali. Konsultasi ke dokter gigi diperlukan untuk mendapatkan tahap-tahap perawatan gigi, terutama pada gigi yang bermasalah.


(3)

Patuhi jadwal perawatan

Jika gigi bermasalah, jangan lupa untuk menanyakan kepada dokter akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan dokter gigi. Patuhi jadwal perawatan. Jangan ke dokter gigi hanya ketika merasa sakit gigi karena keterlambatan penanganan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius lagi.

2.

Bayi usia 0-6 bulan umumnya belum memiliki gigi susu. Namun begitu, kegiatan membersihkan lidah dan gusinya sudah harus dilakukan begitu selesai menyusu dan sebelum tidur malam. Berikut langkah-langkahnya:

• Sediakan potongan kain kasa atau kain steril yang lembut.

• Celupkan/basahi kain tersebut dengan air matang.

• Balutkan kain pada jari telunjuk ibu/ayah.

• Bersihkan mulut dan gusi si kecil secara perlahan.

• Posisikan bayi berbaring agak tegak atau duduk di pangkuan kalau sudah bisa.

Gigi Bayi

• Bila gigi susu bayi sudah muncul, gunakan sikat gigi mungil. Jika hendak menggunakan pasta gigi, sediakan lap basah karena si kecil belum bisa berkumur. Posisikan ia duduk di pangkuan.

Arah membersihkannya bisa vertikal maupun horisontal. Yang penting seluruh permukaan gigi, baik bagian luar maupun dalam (yang menghadap ke lidah), dan sela-selanya ikut dibersihkan.

• Kalau sudah selesai, seka pasta giginya dari mulut dan bibir dengan lap basah sampai bersih.

Gigi Anak

Lakukan langkah-langkah menggosok gigi yang terbaik seperti ini:

• Gosok gigi searah, dari atas ke bawah untuk gigi atas; dan sebaliknya dari bawah ke atas untuk gigi bawah. Inilah prinsip menyikat “dari merah ke putih” atau dari gusi ke ujung gigi agar kotoran yang tersapu tidak


(4)

• Buatlah gerakan mengeluarkan kotoran dari sela-sela gigi.

• Gosoklah perlahan semua permukaan gigi mulai dari bagian dalam, tengah, dan luar.

• Bersihkan juga langit-langit, dinding mulut, dan permukaan. Usahakan air yang digunakan untuk menggosok gigi bersih dan jernih. Untuk anak yang baru belajar berkumur sediakan air matang.

• Jangan berkumur terlalu banyak supaya masih tersisa fluoride untuk menjaga kekuatan gigi.

Waktu Gosok Gigi

Waktu terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami. Untuk itu usahakan gigi betul-betul dalam kondisi bersih sebelum tidur. Nah, ketika bangun pagi, gigi masih relatif bersih sehingga menyikatnya bisa dilakukan setelah sarapan.

Pilih Dan Ganti Sikat Gigi

Untuk anak, pilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus tapi kuat. Bagian ujung kepala sikatnya menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam. Untuk bayi, ada pilihan sikat gigi karet, bulu, atau sikat gigi sarung untuk dipakai pada jari telunjuk ayah/ibu. Jika gigi sudah keluar lebih dari 8, bersihkan dengan sikat gigi bayi yang mempunyai ujung kecil dan berbulu halus, dengan kode ukuran P20, atau yang berbulu karet.

Selanjutnya, anak 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. Di usia 6 tahun ke atas (periode gigi geligi bercampur), selain sikat dengan 3 deret bulu dapat pula dipakai sikat dengan 4 deret bulu.


(5)

Jika memakai bulu sikat yang keras maka gusi akan mengalami abrasi. Jaringan gusi akan rusak sehingga akar gigi akan terbuka. Akar gigi yang tidak dilapisi email ini akan terasa ngilu ketika mengonsumsi makanan. Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah mekar atau tidak beraturan agar tidak melukai gusi.

Porsi Pasta Gigi

Pasta gigi tidak diwajibkan bagi bayi dan balita. Jadi, kalau anak tak mau, ya jangan dipaksa. Kenalkan saja secara perlahan. Pasta gigi pada prinsipnya dibuat dengan kandungan bahan-bahan pelindung permukaan gigi.

Salah satunya fluoride yang sampai kadar tertentu membuat gigi tetap kuat. Kandungan fluoride dalam pasta gigi anak umumnya masuk kategori aman. Namun sebaiknya, pilih pasta dengan kandungan fluoride paling sedikit. Ketika hendak menyikat gigi, oleskan pasta gigi sedikit saja, yakni tidak lebih dari ukuran sebutir kacang polong.

Daftar Pustaka


(6)

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

7 102 158

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor

15 117 133

Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Kepada Lansia Dengan Hipertensi Di Lingkungan 8 Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor

4 63 141

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

4 39 152

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

2 70 76

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

2 4 53

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. KONSEP DASAR - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

1 2 26

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor

0 0 40

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Kronis oleh Keluarga Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

1 2 158

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Kronis oleh Keluarga Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

0 1 18