BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian - Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Bentuk Penelitian

  Metode yang dilakukakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah analisis data untuk meringkas dan mendiskripsikan data numerik agar mudah untuk diinterpretasikan (Azuar Juliandi, 2003: 90). Sedangkan menurut Hadari (1994: 73) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan sebenarnya.

  Dalam buku Sumadi Suryabrata (2003: 75) tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

  3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tenun ulos Batak toba yang beralamat di Jl.

  Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung.

  3.2 Informan penelitian

  Informan penelitian adalah sumber data yang dapat memberikan informasi dan keterangan atas keadaan atau permasalahan situasi-situasi dan lingkungannya (Situmorang 2008: 209). Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah langsung pemilik usaha yaitu Mutiara Manalu dan anaknya Lina Sitanggang .

3.3 Defenisi Konsep 1.

  Strategi Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, sinergis yang ideal yang berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

  2. Pengembangan usaha kecil sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan usaha atau prningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale).

  Namun apabila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).

3. Tenun

  Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.

  3. 4. Teknik Pengumpulan Data

  1. Obervasi Observasi adalah kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap objek yang diteliti (Juliandi, 2013: 71). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi pada usaha ini. Dalam kegiatan observasi ini peneliti akan langsung melihat bagaimana situasi atau kodisi usaha tersebut.

2. Wawancara Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian.

  Pada penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan Mutiara Sitanggang. dalam wawancara ini peneliti akan mewawancarai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan operasional produksi hingga proses pemasaran.

3. Studi pustaka membaca situs internet sebagai sumber referensi.

3.5. Teknik Analisis Data

  3.5.1. Analisis Data Deskriptif

  Pendekatan deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan sebenarnya.

  3.5.2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

  Cara-cara penentuan faktor strategi internal: a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom.

  b.

  Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisisi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00) c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding). Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) di beri nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

  d.

  Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor faktor yang lainnya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan nilai 1,0 (poor).

  e.

  Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

  Nilai total ini menunjukka bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor- faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok industi yang sama.

  Tabel 3.1

  IFAS FAKTOR-FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT x RATING

  INTERNAl

  1

  2

  3

  4 Peluang

  1

  2

  3

  4

  5 Ancaman

  1

  2

  3

  4

  5 Total 1,00

  Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

  Kriteria Bobot Kriteria Rating

  Paling penting = 0,16-0,20 Sangat baik = 4 Penting = 0,11-0,15 baik = 3 Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2 Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1 Tidak penting = 0,00

3.5.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

  Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:

  a) Susunlah kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)

  b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 ( sangat penting) sampai dengan 0,0 ( tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

  c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding). Pemberian nilai rating untuk faktor peluang kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

  Misalnya, jika niali ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

  d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing- masing faktor yang nialinyabervariassi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dngan 1,0 (poor).

  e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nlai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 3.2 EFAS

  FAKTOR-FAKTOR STRATEGI BOBOT RATING BOBOT x RATING EKSTERNAL

  1

  2

  3

  4 Peluang

  1

  2

  3

  4

  5 Ancaman

  1

  2

  3

  4

  5 Total 1,00

  Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

  Kriteria bobot Kriteria Rating

  Paling penting =0,16-0,20 Sangat baik = 4 Penting = 0,11-0,15 baik = 3 Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2 Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1 Tidak penting = 0,00

3.5.4. Matriks SWOT

  Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi. Teknik ini menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks kemudian diidentifikasikan ke semua aspek dalam SWOT dari kuadran bertemunya SWOT tersebut Mutiara strategi yang sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut. Analisis SWOT terdiri dari identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tenun Ulos Mutiara Manalu.

MATRIK SWOT

  IFAS EFAS STRENGTHS (S)

  Tentukan 5-10 faktor kekua internal WEAKNESSES (W)

  Tentukan 5-10 kelemahan internal OPPORTUNITIES (O

  Tentukan 5-10 F peluang eksternal STRATEGI SO

  Ciptakan strategi menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang

  STRATEGI WO Ciptakan strategi meminimalkan kelem untuk memanfaatkan pel

  TREATHS (T) Tentukan 5-10 F ancaman eksternal

  STRATEGI ST Ciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman

  STRATEGI WT Ciptakan strategi meminimalkan kelemaha menghindari ancaman

  Sumber: Rangkuti (2009: 31) a.

  Strategi SO Strategi ini Mutiara dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya menjadi suatu peluang.

  b.

  Strategi ST Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.

  Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

  d.

  Strategi WT Strategi ini disarkan pada kegiatan yang bersifat deventif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

  4.1.1 Gambaran Umum Usaha

  Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah usaha kecil yang bergerak dibidang industri rumah tangga penghasil ulos yang banyak ditekuni oleh warga masyarakat di kota Tarutung. Usaha tenun ini telah berdiri sekitar kurang lebih 40 tahun. Usaha ini beralamat di Jl. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung.

  Usaha ini diawali dari keinginan Mutiara Manalu untuk meneruskan keterampilan yang didapatkan dari orangtuanya. Ketika masih anak-anak, Mutiara Manalu memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi orang Batak bahwa pendidikan itu adalah hal yang sangat penting. orang Batak rela menderita demi mendapatkan pendidikan. Namun keadaan ekonomi keluarga Mutiara Manalu tidak mendukung cita-cita tersebut dan kedua orangtuanya mengatakan perempuan tidak perlu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Demikianlah pada umumnya pemikiran orang Batak pada zaman dahulu.

  Mutiara Manalu sudah mempertimbangkan dengan matang menjadi seorang dan tidak akan pergi merantau seperti pada umumnya teman sebayanya. Mutiara Manalu menganggap bahwa pekerjaan yang akan didapatkan dengan pendidikan setara SD tidak lain hanya akan jadi seorang buruh pabrik. Jadi lebih baik memilih pekerjaan bertenun.

  Pekerjaan bertenun menurut Mutiara Manalu adalah pekerjaan yang tidak terlalu memaksakan diri karena bisa membuat manajemen waktu sendiri, tidak seperti buruh pabrik yang harus masuk dan keluar pabrik dengan jam yang sudah ditentukan serta adanya aturan yang mengikat.

  Sejak kecil Mutiara Manalu sudah memperhatikan bagaimana teknik yang dilakukan orangtuanya untuk bertenun. sehingga Mutiara Manalu tidak begitu kesulitan ketika ia memutuskan untuk belajar bertenun. Orangtua Mutiara Manalu dulunya adalah memproduksi beberapa jenis Ulos. Namun, seiring waktu Mutiara Manalu melakukan variasi produksi, yaitu memproduksi Tenun sarung/stelan dan juga memproduksi bakal untuk dijadikan jas. Dan yang paling banyak diproduksi untuk jenis ulos adalah ulos sadum. Menurut Mutiara Manalu bahwa usaha ini cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Identitas Informan

  a. Informan utama Nama : Mutiara Manalu Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Bertenun Pendidikan terakhir : SD

  b. Informan tambahan Nama : Lina Sitanggang Umur : 23 Tahun Pekerjaan : Bertenun Pendidikan Terakhir : SMA

4.3 Jenis-Jenis Ulos

  Menurut Dr. SHW. Sianipar DL (1991: 222) Ada jenis-jenis ulos sebagai berikut: 1. Ulos Ragi Pamunsai

  Ulos ini mempunyai ukuran khusus dengan ragi khusus. Ulos ini dipakai untuk

  

martonggotonggo pada zaman dahulu, tapi sekarang tidak lagi. Bagi semua orang Batak

  ulos pamunsai adalah ulos tertinggi, karena dahulu tidak semua sembarangan memakainya. Apabila ada suatu acara pesta dan seseorang memakai ulos pamunsai, maka orang itu sudah dapat dikatakan seorang Mangaraja.

2. Ulos Ragi Hidup

  Ulos ragi hidup ialah ulos yang dibuat khusus untuk orang tua yang sudah punya cucu. Idup artinya meminta umur lebih panjang atau ulos ini merupakan jenjang sebelum bisa memakai ulos pamunsai. Ulos ragi idup adalah ulos laki-laki, karena itu tidak pantas dibuat menjadi ulos perempuan seperti dibeberapa daerah sebagai ulos tondi, sedangkan yang menerimanya seorang perempuan, umumnya anak pertama.

  3. Ulos Ragi Sibolang Kata sibolang bersal dari kata Si-bulang. Ulos ini ulos laki-laki. Dulu dalam pesta perkawinan ulos hela adalah ulos sibolang bukan seperti sekarang Ragi Hotang. Jika seseoarang anak pergi merantau, diberikanlah kepadanya ulos ragi sibolang dengan pengharapan sekembalinya nanti anak itu menjadi tumpuan orang tua dan keluarga.

  4. Ulos Ragi Sitolu Tuho

  Ulos ini disebut sitolu tuho karena mempunyai tanda tuho tiga buah yang terdapat pada kedua ujung ulos dan pertengahan ulos itu. Dan ulos ini khusus untuk perempuan.

  Arti ketiga tuho itu adalah: 1.

   Hormat marhula hula 2. Hormat mardongan tubu atau manat 3.

  Elek marboru Artinya yang lebih luas bahwa yang diberi ulos sitolu tuho bisa jadi ibu yang baik membimbing anak-anaknya dan mengajarinya terhadap ruhut ni adat.

  Kata bolean berasal dari kata boi lean menjadi bolean. Ulos ragi bolean berarti ulos

  

sileanon . Orang yang memakainya atau orang yang diberikan ulos ini adalah orang

  membutuhkan pertolongan, bantuan karena musibah atau sesuatu yang diperlukan untuk membantunya agar Tuhan mengasihi dia dan menolongnya memikul musibah itu.

  Apabila seorang ibu yang kematian anak, maka hulahulanya atau orang tuanya datang membawa ikan mas kerumahnya dan mangulosi borunya itu denga ulos ragi bolean.

6. Ulos Ragi Hotang

  Menurut cerita situatua, pada mulanya ulos ragi hotang dibuat sebagai ikat pinggang kemudian berkembang menjadi ulos umum. Ragi hotang artinya ragi bulus atau

  

sibulusbulus tidak mempunyai arti khusus atau dikatakan ulos ini adalah ulos netral. Dulu

  ulos ini hanya untuk disangkutkan di bahu sebagai pengganti sibolang pada laki-laki dan sebagai pengganti sitolu tuho bagi perempuan.

  7. Ulos Ragi Mangiring Ragi mangiring ulos laki-laki. Pada mulanya ragi ulos ini adalah ragi untuk tali-tali dan ikat pinggang, kemudian berkembang jadi parompa. Dulu setelah seorang anak melewati masa remajanya dan sudah dapat marmahan pada umur kira-kira 12 s/d 15 tahun orang tua memberikan anak itu hohos dan piso. Kemudian setelah berumah tangga dan sudah mempelajari ilmu parngoluan dan adat, maka anak itu diberikan tali-tali sebagai tanda bahwa dia sudah boleh mengikuti pembicaraan adat, tetapi ulosnya masih ragi hotang walaupun dia belum diterima untuk ikut bicara dalam acara itu.

   Ulos Bintang Maratur

  Sebenarnya melihat ulosnya tidak menunjukkan arti seperti namanya. Mula-mula ulos bintang maratur tidak disebut punya ragi, tetapi oleh beberapa orang disebut bintang

  

maratur . karena itu bintang maratur sebenarnya adalah ulos selendang yang disebut ulos

anak-anak.

  9. Ulos Ragi Parompa Ulos ragi parompa adalah ulos yang tidak punya kepala tapi punya rambu pada kedua ujungnya. Artinya ragi parompa hanya satu yaitu agar anak itu tulus laho

  

magodang yang diberikan tulangnya kepada berenya pada waktu menerima nama dari

  orangtuanya. Sekarang ulos ini tidak dibuat orang lagi, dan sebagai gantinya diberikan ulos ragi mangiring.

  10. Ulos Sadum Ulos ini mempunyai ragam warna yang cerah. Biasanya ulos ini dipakai dalam acara-acara yang penuh keceriaan ataupun acara lainnya misalnya, pemberian ulos kepada pejabat/ tokoh masyarakat dengan tujuan sebagai bentuk pemberian rasa hormat dan rasa kasih sayang.

  Gambar 4.1 Gambar ulos sadum ulos sadum tenun tradisional ulos sadum tenun mesin

  Dari beberapa jenis ulos di atas untuk saat ini yang paling banyak diproduksi oleh Mutiara Manalu adalah ulos sadum. Hal ini dikarenakan bahwa saat ini penggunaan ulos sadum lebih banyak digunakan untuk acara-acara tertentu yang bisa dijadikan sebagai kenangan, sebagai hiasan, souvenir atau untuk fungsi lainnya.

4.4 Analisis Lingkungan

  Akibat menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi, lingkungan kini mengalami perubahan yang luar biasa dan intensitasnya semakin sering serta sukar sekali diramalkan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin ketat dan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan semakin rumit. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis lingkungan. Analisis adalah penelusuran kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mewaspadai dan memahami implikasi-implikasi perubahan untuk kemudian dapat bersaing secara efektif.

4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu

1. Faktor Produksi dan Operasi

  Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian yang diteliti, peningkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting bagi perusahaan.

  Pelaksanaan produksi ada aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: perencanaan produksi (jenis barang yang diproduksi, kualitas barang, jumlah barang, bahan baku), pengendalian produksi (menyusun perencanaan, membuat penjadwalan kerja, menentukan kepada siapa barang akan dipasarkan) dan pengawasan produksi (menetapkan kualitas, menetapkan standar barang, pelaksanaan produksi tepat waktu).

  Dalam kegiatan produksi usaha tenun ulos Mutiara Manalu ini diproses dengan tangan manusia secara manual. Alat tenun terdiri dari:

  1. Tundalan, yaitu sandaran punggung. Selain itu juga berfungsi untuk cantelan mengikat dan menahan benang.

  2. Pagabe, berfungsi nuntuk memegang benang yang dipintal.

  3. Baliga, berfungsi untuk menyususn dan mengatur benang.

  4. Hatulungan.

  5. Pakulhulan. Alat ini berfungsi untuk menggulung benang yang telah dikanji.

  6. Anian.

  7. Purada.

  8. Singer 9.

  Lidi. Untuk membentuk motif.

  10. Hapit 11.

  Turak 12. Balobas jumat. Ada 2 jenis benang yang digunakan untuk memproduksi tenunan, yaitu benang putar (agak kasar) digunakan untuk pembuatan ulos dan bakal jas sedangkan benang 100 (benang halus) digunakan untuk pembuatan tenun sarung. Usaha ini tetap melakukan produksi karena permintaan dari penampung atau pelanggan selalu ada. Kegiatan pembuatan ulos ini memiliki proses yang sedikit rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk menghasilkan 1 ulos petenun harus menghabiskan waktu selama 2 sampai 3 hari.

  Jenis tenun ulos sadum terdiri atas 2 yaitu: a. Ukuran kecil.

  Untuk memproduksi ulos sadum berukuran kecil diperlukan benang sebanyak 6 gulungan (6 Labean). Dapat diperkirakan modal untuk pembuatan ulos ukuran ini sekitar kurang lebih Rp30.000,00 dengan harga jual minimal Rp100.000,00. Dan untuk memproduksi ulos ini diperlukan waktu selama 2 hari. Lebih cepat dibandingkan dengan memproduksi ulos ukuran besar. Bisanya Mutiara Manalu bisa menghasilkan jenis ulos ini 3 lembar dalam 1 minggu.

  b.

  Tenun sadum kuran besar Untuk membuat satu lembar ulos sadum tenun ukuran besar diperlukan benang sebanyak 9 gulungan (9 labean) dengan harga Rp3.000,00/gulungan. Dan benang untuk membuat motif/bunga sekitar Rp15.000. Dengan kisaran harga untuk 1 Ulos dijual dengan harga paling murah yaitu Rp200.000,00. Dalam memproduksi ulos ukuran ini diperlukan waktu selama 3 hari sehingga dalam seminggu hanya mampu dihasilkan 2

  Biasanya ulos yang sudah siap ditenun kemudian digunting dan langsung dijual kepada penampung dengan keadaan belum siap pakai karena ujung daripada ulos itu belum dibordir. Sehingga penampung masih harus membordir ulos tersebut agar bisa dijual kepada penampung. Untuk membordir ulos tersebut penampung masih harus mengeluarkan biaya. Sehingga penampung mengambil untung yang lebih banyak jika dijual kepada konsumen.

  Dalam tenun ulos hiasan yang terdapat dalam ulos itu disebut bunga. Ada beberapa bunga yang biasa ditenun Mutiara Manalu yaitu: Bintang-bintang, Jolma-jolma, ilik-ilik, pohon beringin, andor gadong, bonggit, tingko-tingko, ucapan selamat (lepper), dan

  

persitongaan yaitu bunga-bunga khusus biasanya terdiri dari 4 tingkat. Bunga-bunga ini

  berfungsi sebagai pembatas untuk mengulangi motif yang sudah dibuat diawal. Untuk mengulangi bunga-bunga ini diurutkan kembali dari yang paling terakhir sehingga ujungnya memiliki bunga yang sama. Misalnya: jika diawal dibuat bunganya tingko- tingko maka diujungnya juga berakhir dengan bunga tingko-tingko.

  Pada umumnya orang Batak itu mengadakan pesta adat pada bulan-bulan libur atau musim panen yaitu: bulan Juni-Agustus (masa panen) kemudian antara bulan Desember- Januari (libur Natal dan Tahun Baru) kecuali adat kematian yang tidak dapat diprediksikan kapan akan terjadi. Disaat seperti inilah harga tenun ulos mengalami kenaikan harga yaitu harga tenun ulos sadum kecil dapat dijual dengan harga Rp 150.000,00/lembar dan harga tenun ulos sadum ukuran besar dijual dengan harga Rp250.000,00. Namun adakalanya bahwa tenun ulos tradisional mengalami penurunan harga. Hal ini diakibatkan karena kurangnya permintaan dari masyarakat karena tidak

  Ketidakstabilan harga yang terjadi pada ulos maka Mutiara Manalu melakukan variasi produksi yaitu memproduksi tenun sarung stelan dan bakal jas. Untuk memproduksi tenun sarung satu set dengan selendangnya digunakan benang 100 (halus). Berbeda dengan pembuatan ulos yang menggunakan benang putar. Pemilihan penggunaan benang 100 ini adalah karena termasuk dalam benang kategori lembut dan tidak mudah putus apabila ditenun, sehingga sarung yang dihasilkan nyaman untuk dipakai oleh pengguna. Harga benang ini lebih mahal dibandingkan dengan benang putar yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.

  Pembuatan tenun sarung ini lebih lama daripada pembuatan tenun ulos yaitu sekitar 2- 3 minggu. Jumlah benang yang digunakan adalah sebanyak kurang lebih 8 ons sekitar Rp120.000,00 dengan tambahan motif Rp50.000,00. Namun harga jual daripada sarung ini sudah jauh lebih mahal dibandingkan ulos ataupun bakal jas karena proses pembuatannya lebih lama. Harga jual biasanya yaitu sekitar Rp1.500.000,00 hingga Rp4.000.000,00 juta/set. Dalam sarung ini juga dibuat hiasan yang lebih menarik yang disebut dengan motif agar kelihatan indah ketika dikenakan.

  Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa sarung hasil tenunannya sering dipakai oleh pengantin atau dipakai oleh masyarakat dengan kalangan ekonomi yang sudah baik.

  Karena sarung hasil tenun tradisional termasuk dalam kategori yang mahal bagi masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sarung yang ditenun Mutiara Manalu sudah digunakan dalam pernikahan artis batak.

  Untuk memproduksi tenun bakal jas juga digunakan benang saratus. Untuk diperlukan 8 ons benang atau sekitar Rp 120.000,00 dengan bunga sekitar 2 gulungan

  

purada yaitu seharga Rp50.000,00. Bakal jas ini dapat dijual dengan kisaran harga

  Rp600.000,00. Namun untuk benang yang digunakan oleh Mutiara saat ini tidak lagi mengalami luntur atau pudar warna apabila dicuci. Hal ini dikarenakan warna benang yang dijual saat ini tidak lagi menggunakan benang dengan pewarna alami.

  Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa saat ini ulos yang mereka tenun adalah bukan ulos yang hanya terdiri dari 3 warna (hitam, merah dan putih) seperti motif warna zaman dahulu. Pergeseran pemahaman terhadap ulos juga mengalami perubahan kini ulos dapat diproduksi/ditenun dengan warna yang diinginkan oleh konsumen. Menurut pengakuan Mutiara Manalu dan juga anaknya bahwa mereka sering menolak pesanan dari penampung karena tidak sanggup untuk melakukan produksi sesuai permintaan.

  Adapun proses produksi yang dilakukan yaitu: 1. Pengadaan benang

  Usaha tenun ulos mempunyai pemasok dalam pengadaan bahan baku yaitu berupa benang yang didapatkan di pasar setempat. Benang ini dapat dibeli secara perkilo untuk benang saratus ataupun secara pergulungan (labean) untuk benang putar. Benang yang dijual sekarang sudah dijual dengan berbagai warna sehingga bebas memilih warna sesuka hati. Tidak seperti benang zaman dahulu yang dijual hanya benang warna putih dan kita yang akan mewarna sendiri. Hal ini merupakan salah satu hal yang membawa saat ini berada pada harga normal.

2. Pengolahan bahan baku terdiri dari : a.

  Pengkanjian benang Sebelum benang tersebut diolah menjadi ulos terlebih dahulu dikanji. Caranya benang yang ingin ditenun dibuka dari gulungannya kemudian dicelupkan hingga merata kedalam campuran air panas dan kanji. Tujuan dari pengkanjian ini adalah agar benang tidak mudah putus ketika ditenun.

  b.

  Pengeringan benang Pengeringan benang yang dilakukan oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah dengan pengeringan secara alami yaitu dengan sinar matahari. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 30 menit. Namun, waktunya bisa lebih apabila matahari tidak terlalu terik hingga kering secara keseluruhan. c.

  Digulung (ordong) Setelah benang yang sudah dikanji tersebut dikeringkan maka proses selanjutnya adalah menggulung (mangordong) masing-masing diordong hingga membentuk 1 labean dalam gulungan.

  d.

  Proses mangani Dalam proses mangani ini ada alat khusus yang disebut ani. Di-ani maksudnya adalah benang yang telah dijemur tersebut disusun dengan rapi untuk membentuk pola dari pembuatan ulos sifatnya seperti membentuk persilangan dan disisipkan benang nilon e.

   Ditotar Ditotar maksudnya adalah merapikan kembali benang yang sudah di-ani hingga

  membentuk pola tenunan yaitu lebar dan panjangnya.

  f.

  Diputik

  Diputik maksudnya pembentukan bunga/motif yaitu dengan menggunakan lidi-lidi

  kecil sebanyak 6 untuk pembuatan ulos. namun untuk pembuatan sarung memiliki jumlah lidi lebih banyak. Dengan hitungan dalam 1 lidi terdapat 3 benang.

3. Proses Tenun.

  Keadaan ini dimana benang-benang telah di-ani dan sudah dihitung siap untuk dibentuk sesuai pesanan penampung/konsumen.dalam proses tenun ini digunakan balobas untuk merapatkan/merapikan benag-benang yang disisipkan sabagai ipahan tenun. Kemudian lidi yang sudah diletakkan pada tenunan secara bergantian ditarik hingga membentuk bunga sesuai dengan yang diinginkan.

2. Pemasaran

  Secara umum petenun tidak mengerti masalah pemasaran dan menganggap bahwa pemasaran tidak terlalu penting karena tidak secara langsung terjun untuk memasarkan hasil tenun. Biasanya para petenun menjual hasil tenunannya kepada penampung atau kepada konsumen yang memesan langsung. Kelamahan penjualan langsung kepada penampung adalah bahwa penampung dapat mengendalikan harga dari produsen. Bahkan adanya yang dimodali oleh penampung. Maka para petenun tidak mengerti bagaimana perkembangan pasar dan fluktuasi harga yang terjadi di pasar.

  Salah satu hal yang tidak diperhatikan oleh pemerintah Tapanuli Utara adalah ketersediaan pasar tradisional khusus untuk para ulos untuk memasarkan hasil tenun mereka kepada konsumen. Sehingga bisa mengetahui bagaimana perkembangan harga yang terjadi di pasar.

  Pengembangan akses pasar yang lebih luas bertujuan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak agar mampu mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

  Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program promosi secara langsung melalui selebaran-selebaran ataupun melalui media sosial yang saat ini sudah banyak digunakan para pengusaha pada umumnya. Penggunaan media sosial sebagai sarana memperkenalkan hasil tenun ke pasar dapat menghemat waktu dan biaya promosi. Saat ini bahwa keberadaan tenun termasuk songket Batak sudah semakin dikenal oleh masyarakat luas, bahkan sudah tidak jarang artis Batak yang menggunakan pakaian pernikahan menggunakan songket Batak yang dihasilkan oleh petenun dari daerah Tarutung. Hal ini menjadi peluang bagi para petenun untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha tenun sebagai salah satu aspek bisnis yang akan semakin mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi dan kreativitas para pebisnis.

3. Sumber Daya Manusia

  Sumber daya manusia merupakan potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Usaha kecil yang bersifat rumahan pada umumnya tidak terlalu banyak mengandalkan tenaga kerja/karyawan. Namun pada umumnya usaha rumahan hanya memaksimalkan tenaga yang mereka miliki tanpa merekrut karyawan. Seperti usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang hanya mengandalkan tenaga sendiri dan anaknya untuk membantunya dalam menjalankan usaha ini.

  Keputusan untuk tidak merekrut karyawan adalah karena terbatasnya modal yang mereka miliki. Selama ini pendapatan dari penjualan ulos hanya bisa membantu suami memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Mutiara Manalu sering kewalahan untuk memenuhi permintaan. Sementara Mutiara tidak memiliki karyawan untuk membantu menenun ulos. Sehingga hanya menerima pesanan sesuai dengan batas kemampuannya dalam menenun ulos. Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa manajemen waktu yang dilakukan Mutiara Manalu belum efektif. Terkadang mereka memulai pekerjaan dengan sesuka hati meskipun banyak pesanan yang mereka dapat dari penampung.

  Pada umumnya yang berada di daerah Tarutung adalah yang belajar sendiri tanpa mengikuti pelatihan khusus. Hal ini perlu disikapi untuk mempertahankan hasil tenun yang berkualitas dan tetap mampu bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat. Faktor sumber daya manusia yang baik dan berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas juga. Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa biasanya yang menggunakan sarung dan ulos tenunannya adalah kalangan orang yang memiliki ekonomi yang sudak lebih baik. Hal ini disebabkan bahwa pelanggan memilih hasil tenun tradisional yang dilihat dari sisi kualitasnya bukan dari segi harganya. Adapun perbandingan harga antara tenun mesin dengan tenun tradisional sudah jauh berbeda, yakni tenun tradisional memiliki harga yang lebih mahal. Untuk mendapatkan sumber

4. Faktor Keuangan dan Akuntansi

  Adapun sistem keuangan pada usaha Mutiara Manalu belum melakukan pencatatan keuangan dan tidak pernah melakukan pinjaman dana untuk proses jalannya usaha.

  Mutiara Manalu juga tidak pernah mencatat atau membukukan jumlah produksi, pendapatan dan pengeluaran untuk setiap bulannya. Mutiara Manalu beranggapan tidak perlu untuk melakukan pencatatan keuangan atau melakukan pemisahan keuangan usaha dan rumah tangga sebab usaha ini satu-satunya pekerjaan untuk menghidupi keluarga.

  Segala keuntungan yang didapatkan dari hasil menenun dijadikan sebagai dana untuk membiayai keluarga.

4.4 Analisis Faktor Eksternal

a. Analisis Lingkungan Mikro

1. Faktor Fisik

  Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tenun ulos di JL. Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha tersebut. Lingkungan fisik yang dimaksud disini adalah faktor ketersediaan sumber daya untuk mendukung jalannya usaha ini.

  Dalam hal ini yang dimaksud faktor ekonomi adalah faktor pasar. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa faktor ekonomi/pasar sangat mempengaruhi perjalanan produksi usaha. Kadang kala apabila harga BBM naik maka terjadi juga kenaikan harga pada benang sebagai bahan dasar pembuatan Ulos. Biasanya untuk benang saratus harga normalnya adalah sekitar Rp150.000/ Kg.

3. Faktor Politik dan Hukum

  Adanya kebijakan pemerintah kabupaten Tapanuli Utara tentang pemberdayaan koperasi sebagai salah satu wadah untuk menampung kreativitas masyarakat di Kota tarutung, serta adanya pinjaman koperasi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Namun, hal ini belum berjalan efektif dan tidak terlalu diminati oleh masyarakat. Hal ini perlu disikapi oleh pemerintah supaya masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan tersebut.

  Menurut Mutiara Manalu bahwa pinjaman itu tidak dapat dirasakan karena ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Mutiara Manalu sudah mencoba mengurusnya namun karena anggota yang lain tidak begitu serius mengurusi hal ini sehingga sampai saat ini pinjaman tersebut tidak dapat mereka nikmati. Petenun yang lain beranggapan bahwa proses yang akan mereka ikuti akan sangat lama dan membuang waktu.

  Sebenarnya dengan adanya kebijakan pemerintah dengan bantuan pinjaman koperasi Rp5.000.000/tahun ini cukup membantu bagi para petenun karena pinjaman ini murni tanpa bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tetapi karena didaerah ini tidak begitu serius mengurusnya sehingga pinjaman itu hanya dapat dirasakan oleh petenun di daerah lain.

  Faktor sosial budaya dan demografi merupakan faktor yang memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha kecil tenun Ulos Mutiara Manalu. Dimana daerah Tarutung adalah mayoritas jumlah penduduknya adalah suku Batak yang memiliki pola pandang yang positif terhadap Ulos. Sebagai masyarakat Batak, yang memiliki system keterikatan dan memegang teguh adat istiadat maka pada umumnya masyarakat di daerah Tarutung masih menggunakan ulos dalam berbagai acara/kegiatan yang mereka lakukan.

  Usaha tenun Ulos Mutiara Manalu tidak terlalu jauh dari sarana transportasi, dekat dengan pemasok yaitu pasar Tarutung. Dimana setiap harinya di pasar Tarutung ada penjual benang dan perlengkapan lainnya. Sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa pemasok benang, bahwa benang yang mereka jual adalah benang yang berasal dari Bandung.

5. Faktor Teknologi

  Faktor teknologi yang semakin berkembang dapat memudahkan para pengusaha tenun untuk dapat melakukan kegiatan bisnis sampai ke luar daerah bahkan sampai ke luar negeri tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat asalkan ada jaringan untuk memanfaatkan media internet.

a. Analisis Lingkungan Industri

   Analisis lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal usaha

  tenun ulos Mutiara Manalu yang menghasilkan komponen yang secara normal memiliki

1. Ancaman Masuknya pendatang Baru

  Pada umumnya masyakakat di daerah Tarutung sejak kecil sudah diwariskan keterampilan bertenun. Mutiara manalu adalah seorang petenun senior. Mutiara Manalu dipercayai oleh masyarakat sekitar untuk mengajari cara bertenun dan telah bergerak di bidang usaha yang sama. Pendatang baru yang sangat berpengaruh dalam usaha tenun ulos adalah pendatang yang bertenun dengan menggunakan tenun mesin. Dimana kedatangan usaha tenun mesin ini mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk membeli ulos hasil tenun tradisional yang diakibatkan oleh keadaan ekonomi. Masyarakat cenderung untuk memilih mengunakan tenun mesin karena ulos hasil tenun mesin lebih murah dibandingkan ulos hasil tenun tradisional.

  Untuk menghadapi hal tersebut maka usaha Mutiara Manalu selalu berusaha membuat kualitas hasil tenun yang lebih baik dan lebih rapi dibandingkan dengan tenun yang ada di pasar tradisional yang berasal dari daerah lain seperti Siantar, Balige, dan sebagainya. Ulos yang berasal dari Daerah Siantar dan Balige diproduksi secara massal dan menggunakan tenun mesin. Sehingga tidak terlalu memperhatikan mutu hasil tenunan secara detail.

  2. Persaingan diantara Perusahaan yang Sama

  Banyaknya petenun di daerah Tarutung dan khususnya di daerah Rura Pasar tidak ditanggapi terlalu serius walaupun hal tersebut bisa menjadi ancaman langsung bagi tenun ulos Mutiara Manalu. Karena Mutiata merupakan seorang petenun senior yang telah mengajari banyak orang untuk bertenun di lingkungannya dan sejak dahulu sudah mempunyai langganan yaitu penampung ulos Usaha Kembar. Persaingan yang dirasakan menarik supaya harganya lebih mahal dibeli oleh penampung.

  3. Ancaman Produk substitusi atau Jasa Pengganti Produk substitusi maksudnya adalah produk-produk yang dapat menjadi alternatif.

  Produk substitusi dari usaha tenun ulos adalah sarung. Masyarakat Batak modern beranggapan bahwa lebih baik membeli sarung dibandingkan membeli Ulos. Produk substitusi ini muncul karena adanya pergeseran pola pandang terhadap ulos. Dari segi pemakaiannya, masyarakat lebih sering memakai sarung. Ulos hanya dipakai dalam acara-acara tertentu. Ada istilah yang familiar dalam masyarakat bahwa ‘’ulos itu yang memakai adalah lemari karena lebih sering disimpan dalam lemari dibandingkan dipakai dalam kehidupan sehari-hari”. Namun disisi yang lain, keberadaan produk substitusi ini juga dapat menjadi peluang untuk dapat mengembangkan usaha tenun bukan untuk mempertahankan ulos.

  4. Kekuatan Penawaran Pembeli

  Dalam dunia usaha tenun ulos, kekuatan penawaran pembeli itu berasal dari penampung karena pada umumnya petenun termasuk Mutiara Manalu tidak mengerti masalah pemasaran sehingga penampung bebas menentukan harga kepada produsen. Ada beberapa petenun yang sudah dikendalikan oleh penampung karena tersebut diberikan modal untuk membuka usaha tenun. Apabila tidak menjual langsung kepada penampung maka mereka akan kewalahan untuk menjual hasil tenun mereka. Apabila misalnya tidak laku, maka mereka akan rela rugi dengan menjual kepada penjual ulos dipasar dengan

  5. Kekuatan Pemasok

  Pemasok yang dimaksud disini adalah penjual benang yang berada di pasar Tarutung. Masalah pemasok sangat mempengaruhi keadaan suatu usaha. Adapun benang yang dijual di pasar Tarutung sebagai bahan pasokan untuk para petenun adalah benang yang berasal dari Bandung. Mutiara Manalu sejak dahulu sudah memiliki langganan khusus sebagai pemasok yang bersumber dari pasar Tarutung. Mereka sudah lama menjalin hubungan kerjasama yang baik. Pembayaran boleh dilakukan dengan memberikan panjar atau pelunasan dikemudian hari setelah kain tenun sudah terjual.

4.6 Analisis SWOT

  Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan menggunakan SWOT sebagai alat untuk membantu dalam mengembangkan usaha tenun ulos. analisis SWOT merupakan suatu analisis untuk dapat mengidentifikasi berbagai faktor ancaman dan peluang. Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk membantu para perencana strategi dalam proses penentuan strategi. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tenun Mutiara Manalu.

4.6.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

  Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil tenun ulos. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : a.

  Identifikasi faktor kekuatan Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah satu usaha tenun yang sudah termasuk lama berdiri di Jalan Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung . Adapun lokasi usaha ini tidak terlalu jauh dari pinggir jalan raya sehingga dekat dengan akses transportasi sehingga mudah untuk mendapatkan bahan produksi dan juga daerah ini merupakan daerah yang aman.

  Kualitas benang yang digunakan usaha tenun Mutiara Manalu adalah benang yang memiliki kualitas baik yang disebut dengan benang saratus. Berbeda dengan benang yang digunakan petenun lainnya. Untuk menghasilkan sebuah tenun yang baik Mutiara Manalu mempunyai kreativitas dalam memadupadankan warna.

  b. Identifikasi faktor kelemahan Usaha tenun ulos Mutiara manalu masih memiliki pola pikir yang dimanajemen sebagai petenun. Mutiara Manalu tidak mau menggunakan pinjaman koperasi sebesar

  Rp5.000.000,00/tahun yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petenun. Mereka juga tidak mau mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Usaha ini merasa selalu kekurangan modal dalam melakukan pengembangan usaha.

  Usaha ini juga belum mempunyai manajemen waktu yang baik dalam melakukan kegiatan produksi. Biasanya mereka bekerja tergantung keinginan mereka yang mengakibatkan akan adanya penolakan permintaan. Dari segi pencatatan keuangan, usaha ini belum melakukan pencatatan keuangan tidak pernah mencatat apapun yang terjadi didalam proses perjalanan usaha.

  Untuk dapat memperoleh pasar yang lebih luas maka seharusnya usaha ini karena tidak langsung menghadapi konsumen.

   Tabel 4.1

Matriks IFAS

  Faktor Strategi Internal Bobo Rat Bobot x Rating

  Kekuatan

  1. 0, 20 4 0,60 Menghasilkan produk berkualitas.

  2. Keterampilan yang sudah matan kreativitas dalam memadupad 0,15 3 0,60 warna.

  3. 0,05 1 0,05 Suasana lingkungan kerja yang a 4.

  Produk yang dihasilkan bernila tinggi. 0,10 4 0,40 5. Dekat dengan sarana transportas

  0,05 2 0,10

  Subtotal 0,6 1,75 Kelemahan

  1. Tidak mau mengikuti pelatiha menggunakan dana koperasi. 0,10 1 0,10

  2. 0,15 0,45 Belum memiliki karyawan.

  3.

  3 Tidak memiliki sistem penc 0,05 0,20 keuangan.

  4 0,05 0,10 4.

  2 Tidak mempunyai manajemen baik. 0,05 0,10

  5.

  2 Kelangsungan usaha terga penampung. 6. 0,05 3 0,15

  Tidak memiliki system pemasara 1,1

  Subtotal Total 1,00 2,85

  Sumber: Data diolah peneliti, 2014 Dari table 4.2 menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada kelemahannya. Adapun subtotal untuk kekuatan adalah 1,75 sedangkan kelemahannya adalah 1,1. Selisih daripada kekuatan dan kelemahan adalah sebesar 0,65. Skor total matriks IFAS sebesar 2,85 menunjukkan posisi usaha kecil berada pada posisi baik dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk dapat mengatasi kelemahan. b.

  Faktor Peluang Perkembangan usaha tenun merupakan peluang besar bagi pemilik modal yang cukup. Adanya bentuk kepedulian pemerintah dalam memperkenalkan hasil-hasil tenun ulos dapat menjadi peluang bagi usaha tenun Mutiara Manalu karena secara tidak langsung pemerintah berperan dalam mendukung petenun.

  Perkembangan zaman juga mempengaruhi pola pikir masyarakat bahwa saat ini ulos digunakan bukan hanya dalam acara adat Batak. tetapi dalam berbagai acara, dapat digunakan sebagai bentuk kenangan, penghargaan, dan penghormatan, juga digunakan

  Dari segi teknologi, usaha ini seharusnya mampu memasarkan produk yang mereka hasilkan supaya dikenal oleh masyarakat luas. Saat ini tenun Batak sudah mulai diperkenalkan hingga ke luar negeri. Mutiara Manalu memiliki kemampuan dalam menghasilkan berbagai bentuk tenun lainnya, seperti sarung, bakal jas, dan selendang.

  Seiring dengan berjalannya waktu usaha ini berjalan sudah cukup lama yaitu sekitar 40tahun, dan sudah mempunyai memiliki penampung khusus, sehingga hasil tenun tidak pernah tertahan.

  c.

  Identifikasi faktor ancaman Ketidakstabilan perekonomian dapat menjadi ancaman, karena dengan naiknya harga bahan bakar minyak maka secara otomatis juga akan mempengaruhi kenaikan harga pada berbagai hal termasuk kenaikan harga benang yang digunakan sebagai bahan pokok dalam bertenun.

  Hadirnya tenun mesin merupakan ancaman ynag sangat berat bagi petenun tradisional karena secara ekonomis bahwa penggunaan mesin tenun lebih menguntungkan daripada menggunakan tenun tradisional. Namun, jika dibandingkan dari segi kualitas, tenun tradisional jauh lebih baik hasilnya dibandingkan tenun mesin.

  Perubahan pola pandang masyarakat terhadap ulos juga termasuk menjadi salah satu ancaman bagi usaha tenun ulos Mutiara Manalu. Pada zaman dahulu, dalam adat Batak itu dikenal dengan adanya pemberian ulos sebagai bentuk kado kepada yang menikah, namun seiring pergeseran pola pikir saat ini sudah tidak jarang lagi digunakan sarung atau benda bentuk lain sebagai pengganti ulos.

  Usaha tenun Mutiara Manalu tidak begitu dikenal oleh masyarakat secara umum, Manalu bahwa dalam menjual suatu produk terhadap penampung terdapat penawaran yang kuat oleh penampung. Hal ini tidak dapat dibantah sebab apabila tidak sesuai dengan permintaan oleh penampung, hasil tenun mereka tidak akan laku dan tentunya modal akan tertanam dalam hasil tenun tersebut.

Table 4.2 Matriks EFAS

  FAKTOR STRATEGI EKSTERN BOBOT RATING BOBOT x RATING

  Peluang

  1. 0,05 3 0,15 Pinjaman koperasi. 2. 0,05 3 0,15 Permintaan yang selalu ada. 3. 0,05 2 0,10 Acara-acara Pesta/adat. 4. 0,10 2 0,20 Memiliki pelanggan tetap. 5. 0,05 3 0,15

  Semakin canggihnya Teknologi. 6. 0,10 3 0,30

  Kepedulian pemerintah dalam memperkenalkan tenun ulos. 7. 0,15 3 0,45

  Kemampuan dalam memproduksi berbagai jenis tenun lain. 0,10 3 0,30 8. Tenun Batak sudah semakin terkenal

  0,65 1,8

  Sub total Ancaman

  1. 0,05 3 0,15 Hadirnya tenun mesin. 2. 0,05 3 0,15 Produk substitusi. 3. 0,05 2 0,10 Kekuatan tawar pembeli. 4. 0,05 2 0,10

  Kenaikan harga bahan baku 5. Pergeseran pola pandang terhadap ulos. 0,05

  4 0,20 6. Hadirnya pemasok ulos tenun mesin dari daerah lain 0,10

  1 0,10