Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL TENUN ULOS

MUTIARA MANALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik

Disusun oleh:

SUFRIATI GULTOM

100907020

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA / BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL TENUN ULOS MUTIARA MANALU

Nama : Sufriati Gultom

NIM : 100907020

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Dosen Pembimbing : Drs.Posma Lumban Raja, M.Si

Usaha tenun merupakan usaha yang digeluti oleh masyarakat di kota Tarutung. Dimana usaha ini merupakan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang suku Batak sejak jaman dahulu. Kehadiran mesin tenun saat ini merupakan suatu ancaman bagi kelangkaan tenun tradisional. Oleh sebab itu Mutiara Manalu harus mempunyai strategi agar dapat bertahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh Mutiara Manalu untuk mempertahankan usahanya. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi peneliti dan memberi masukan bagi pemilik usaha serta menjadi bahan refernsi bagi peneliti selanjutnya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung, dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang beralamat di JL. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung adalah adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.


(3)

ABSTRACT

SMALL BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY ULOS WOVEN PEARL MANALU

Name : Sufriati Gultom

NIM : 100907020

The program of study : Science Business Administration/Business Supervisor : Drs.Posma Lumban Raja, M.Si

Weaving is a business venture undertaken by people in the city Tarutung . Where business is local wisdom that has been passed by the Batak ancestors since time immemorial. The presence looms today is a threat to the scarcity of traditional weaving . Therefore Manalu Pearls should have a strategy in order to survive.

The purpose of this study was to determine how the strategy performed by Pearl Manalu to maintain it’s business . The benefit of this research is to broaden the horizon for researchers and provide input to business owners as well as being refernsi material for further research.

The method used in this research is descriptive method is a problem -solving procedures are investigated , by describing/depicting the state of the object of study is based on the facts that appear or as they are. To analyze the data the researchers used analytical techniques Strength, Weakness, Opportunity and Threat ( SWOT) . Data was collected through interviews, direct observation , and literature.

The results of this study indicate that the strategy needs to be applied to the business development strategy of weaving Ulos Pearl Manalu address at JL . Farel Rura Market No. 16 Tarutung is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force to take advantage of opportunities.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1) pada program Studi Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengharapkan penulisan karya ilmiah ini menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak prof. Dr. Marlon Sihombing M.A, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Posma Lumban Raja, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Siswati S.Sos, M.Sp dan Bapak Farid, SH yang telah membantu

penulis dalam administrasi selama perkuliahan hingga selesainya skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

5. Seluruh bapak dan ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu, motivasi dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.


(5)

6. Kedua orangtua yang tercinta atas perjuangannya yang takkan terbalas oleh penulis dan yang telah memberi kesempatan untuk kuliah.

7. Kedua kakakku dan adekku tercinta Barudin Gultom semoga cepat juga menyelesaikan kuliahnya. Terimakasih atas perhatian, dan dorongan sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Mutiara Manalu dan Lina Sitanggang selaku pemilik usaha Tenun Ulos yang telah berkenan memberikan informasi dan bantuan kepada penulis selama mengadakan penelitian.

9. Ricky Malber sihaloho yang telah berkenan menjadi moderator saat seminar proposal penulis.

10.Buat ketiga temanku yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Mei Sofyana Samosir, Dwi Yani Elfrida, dan juga Laura Uli Siahaan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Untuk kekasihku Jamson Siregar atas segala bantuannya, yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada seluruh teman-teman administrasi Niaga/Bisnis yang saling mengingatkan untuk menyelesaikan sripsi ini.

Medan, Juni 2014

Penulis,


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 3.1 IFAS (Internal Factors Analysis Summary) 28 Tabel 3.2 EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) 30

Tabel 3.3 Matriks SWOT 31

Table 4.1 Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) 57 Table 4.2 Matriks EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) 60 Table 4.3 Matriks SWOT Usaha Tenun Ulos 63


(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kuadran Analisis SWOT 17 Gambar 2.2 Lima Kekuatan Persaingan (Menurut Michael Porter) 21 Gambar 4.1 Analisis Diagram SWOT 61


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI ... 7

2.1 Strategi ... 7

2.1.1 Pengertian Strategi ... 7

2.1.2 jenis-Jenis Strategi ... 9

2.2 Pengertian Usaha Kecil ... 11

2.3 Upaya Pengembangan Usaha Kecil ... 13

2.4 Pengertian Tenun ... 14

2.5 Ulos ... 15

2.6 Analisis SWOT ... 16

2.6.1 Pengertian Analisis SWOT ... 16

2.6.2 Analisis Faktor-Faktor Internal ... 18

2.6.3 Analisis Faktor-Faktor Eksternal ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Bentuk Penelitian ... 24


(9)

3.3 Defenisi Konsep ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 26

3.5.1 Analisis Deskriptif ... 26

3.5.2 Matriks Faktor Strategi Internal ... 27

3.5.3 Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 29

3.5.4 Matriks SWOT ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

4. 2 Penyajian Data ... 34

4.2.1 Identitas Informan ... 34

4.3 Jenis-Jenis Ulos ... 35

4.4 Analisis Lingkungan ... 39

4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Usaha Tenun Ulos ... 39

4.5 Analisis Faktor Eksternal ... 49

4.6 Analisis SWOT ... 54

4.6.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 55

4.7 Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75


(10)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL TENUN ULOS MUTIARA MANALU

Nama : Sufriati Gultom

NIM : 100907020

Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Dosen Pembimbing : Drs.Posma Lumban Raja, M.Si

Usaha tenun merupakan usaha yang digeluti oleh masyarakat di kota Tarutung. Dimana usaha ini merupakan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang suku Batak sejak jaman dahulu. Kehadiran mesin tenun saat ini merupakan suatu ancaman bagi kelangkaan tenun tradisional. Oleh sebab itu Mutiara Manalu harus mempunyai strategi agar dapat bertahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh Mutiara Manalu untuk mempertahankan usahanya. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi peneliti dan memberi masukan bagi pemilik usaha serta menjadi bahan refernsi bagi peneliti selanjutnya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung, dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang beralamat di JL. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung adalah adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.


(11)

ABSTRACT

SMALL BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY ULOS WOVEN PEARL MANALU

Name : Sufriati Gultom

NIM : 100907020

The program of study : Science Business Administration/Business Supervisor : Drs.Posma Lumban Raja, M.Si

Weaving is a business venture undertaken by people in the city Tarutung . Where business is local wisdom that has been passed by the Batak ancestors since time immemorial. The presence looms today is a threat to the scarcity of traditional weaving . Therefore Manalu Pearls should have a strategy in order to survive.

The purpose of this study was to determine how the strategy performed by Pearl Manalu to maintain it’s business . The benefit of this research is to broaden the horizon for researchers and provide input to business owners as well as being refernsi material for further research.

The method used in this research is descriptive method is a problem -solving procedures are investigated , by describing/depicting the state of the object of study is based on the facts that appear or as they are. To analyze the data the researchers used analytical techniques Strength, Weakness, Opportunity and Threat ( SWOT) . Data was collected through interviews, direct observation , and literature.

The results of this study indicate that the strategy needs to be applied to the business development strategy of weaving Ulos Pearl Manalu address at JL . Farel Rura Market No. 16 Tarutung is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force to take advantage of opportunities.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, yang dalam kehidupan sosialnya, tidak terlepas dari suatu tradisi yang disebut dengan tradisi adat Batak. Didalam pelaksanaan adat ini terdapat berbagai simbol, salah satu diantaranya adalah Ulos. Pada awalnya ulos digunakan sebagai bahan pakaian yang dikenakan sehari-hari atau digunakan sebagai kain yang dapat memberikan sumber hangat. Selain itu adapun fungsi ulos adalah sebagai penanda kedudukan bagi masyarakat Batak dan sebagai lambang pemberian kasih sayang. Ulos itu tidak terpisahkan dari kehidupan orang Batak, sama seperti marga yang tetap disandangnya sebagai penanda bahwa dirinya adalah seorang Batak tidak dibatasi oleh apa agama dan kepercayaannya. Ulos dibuat dengan menggunakan alat tradisional bukan mesin.

Kehadiran teknologi saat ini mengakibatkan munculnya alat tenun mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi ulos secara massal. Saat ini ada 2 ulos yang beredar di masyarakat yaitu: ulos hasil tenun mesin dan ulos hasil tenun tradisional. Pembuatan ulos secara tradisinal memiliki proses yang lebih rumit sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan 1 lembar ulos. Dari sisi kualitas menunjukkan bahwa ulos hasil tenun tradisional jauh lebih baik dibandingkan ulos hasil tenun mesin. Namun, jika dibandingkan dari segi harga, ulos hasil tenun mesin jauh lebih murah dibandingkan dengan ulos hasil tenun tradisional. Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih membeli ulos hasil tenun mesin.


(13)

Dampak kehadiran tenun mesin menimbulkan penurunan minat masyarakat untuk menjadi petenun tradisional. Menurut seorang ahli antropologi Belanda yang sudah melakukan riset di Sumatera Utara selama 30 tahun bahwa i tradisi tenun ulos di tanah Batak sudah mengalami kelangkaan. Kemerosotan jumlah petenun diakibatkan oleh

rendahnya partisipasi generasi muda melestarikan tradisi tenun Ulos di tanah Batak, adanya

harga yang tidak sesuai jika dibandingkan dengan biaya produksi dan adanya anggapan bahwa tenun tradisional itu sesuatu yang ketinggalan zaman. Sementara disisi lain ulos itu tetap dibutuhkan. Seperti istilah yang menyatakan tidak ada Batak tanpa Ulos. Keadaan inilah yang membuat masyarakat Batak harus membeli ulos.

Ditengah persaingan yang semakin ketat dan adanya berbagai kendala yang dihadapi maka petenun ulos harus mampu menciptakan strategi yang tepat untuk melestarikan dan mengembangkan usahanya sehingga tetap memiliki keberlangsungan. Bukan hanya melestarikan kainnya saja tetapi juga menghidupkan kembali kearifan bertenun karena saat ini ulos bukan hanya digunakan sebatas keperluan adat saja. Pelestariannya, diaplikasikan dalam bentuk fashion. Sebagai keterampilan yang diwariskan oleh nenek moyang suku Batak. Adapun yang menjadi dasar untuk dapat mengembangkan usaha tenun ulos adalah membangun komitmen dan membangun kreativitas para petenun untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman sehingga tenun ulos tidak akan mengalami kelangkaan.

Dalam tugas akhir ini peneliti melakukan penelitian di salah satu pengrajin ulos yang berada di daerah Tarutung yaitu usaha Mutiara Sitanggang yang berlokasi di Jl. Farel Rura Pasar no. 16 Tarutung. Usaha ini hanya dikelola oleh keluarga, tanpa campur


(14)

tangan pihak lain. Usaha yang dijalankan ini merupakan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Untuk membantu penelitian ini, peneliti melihat referensi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi pengembangan bisnis/usaha. Adapun penelitian terdahulu tersebut adalah:

Penghasil Ulos di Tapanuli Utara’’. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui: Berdasarkan analisis SWOT yang dijalankan terlihat bahwa industri ini memiliki kelemahan yang timbul dari dalam lingkungan internal industri ini yang terdapat antara lain pada bidang pemasaran, keuangan, organisasi dan pembukuan yang mendapat nilai negatif bervariasi antara -2 sampai -3. Sementara untuk lingkungan eksternal, industri ini dinilai memiliki peluang pada 3 (tiga) lingkungan eksternal, yaitu Lingkungan Pengendali, Lingkungan Operasi dan Lingkungan Industri. Berdasarkan hasil tersebut, penulis kemudian mengusulkan penggunaan strategi yang bersifat defensif yaitu retrechmeni strategy yang meliputi turn around strategy, divestment strategy dan liquidation strategy. Pada akhimya strategi ini akan disesuaikan pada masing-masing bidang yang menjadi kelemahan industri ini.

Alfi amalia, Wahyu Hidayat & Agung Budiatmo dengan judul ‘’Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada UKM Batik Semarangan di Kota Semarang’’. Hasil penelitian : (1) menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi (2) menjaga kualitas produksi (3) mengembangkan bisnis dengan menggunakan bantuan keuangan dari pemerintah (4) memberikan pelatihan kepada karyawan (5) ahli merekrut


(15)

melalui internet terutama ketika SEMAGRES (9) penawaran produk keorganisasian atau kelompok kerja (10) meningkatkan kualitas layanan pelanggan (11) meningkatkan desain kreatif dan motif menarik (12) Peningkatan modal dan pinjaman kepada pemerintah melalui BUMN (13) Meningkatkan saluran distribusi.

Ratna Khoirunnisa dengan judul : ‘’ Upaya Pengembangan Sentra Industri Batik di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen’’. Hasil Penelitian : (1) Faktor-faktor penyebab turunnya jumlah perajin batik antara lain: faktor usia, faktor generasi penerus, faktor pemasaran batik yang tidak stabil, dari segi bahan baku dan harga batik; (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi pelaku usaha batik antara lain: faktor pemasaran, keterbatasan modal, harga bahan baku, kualitas SDM, kebijakan pemerintah yang merugikan perajin, belum ada hak cipta motif batik, sulitnya mencari generasi penerus, dan persaingan dengan perajin daerah lain. Usaha untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu menjalin kerjasama dengan instansi, mengadakan promosi melalui berbagai media, aktif mengikuti pameran, menjalin kemitraan dan menjaga kualitas (mutu); (6) upaya untuk mengembangkan sentra industri batik di Desa Gemeksekti yaitu terdapat 22 strategi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan program pemerintah daerah selanjutnya.

Muttaqin 2003 dengan judul skripsi: ‘’Analisis SWOT pada Pelaku Usaha Kerajinan Khas Daerah di Area Komplek Citra Niaga Samarinda’’. Hasil penelitian: Dapat dilihat total bobot pada masing-masing faktor, dimana total bobot untuk faktor kekuatan (3,00), kelemahan (2,67), peluang (3,62) dan ancaman (2,89). Setelah perhitungan pada analisis SWOT, diperoleh hasil (0,17 : 0,37). Hasil ini menggambarkan


(16)

titik koordinat pada diagram analisis SWOT. Melihat hasil di atas, ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tidak dapat diterima.

Yulie A.C.Hutagalung (2003) dengan judul skripsi ‘’Strategi Pengembangan Bisnis (studi pada Rumah Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting No. 326 Medan)’’. Hasil penelitian: strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan usaha RM Minang Setia adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimana strategi yang diterapkan Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu untuk dapat bertahan dan mengembangkan dan usahanya?”

1.3Batasan Masalah

Untuk memahami strategi yang akan diterapkan, maka peneliti memakai analisis Strength, Weakness, Opportunities, dan Threath.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami strategi dalam upaya pengembangan usaha tenun ulos Mutiara Manalu di Jl. Farel Rura Pasar nomor. 16 di kota Tarutung.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi akademis adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT.

2. Bagi pemilik usaha, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat mengembangkan usahanya.

3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang manajemen strategi khususnya SWOT, dan menguji kemampuan berpikir penulis, melalui karya ilmiah dan mencoba menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dalam dunia usaha yang sebenarnya.


(18)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Dalam kondisi lingkungan bisnis yang dinamis, semakin cepat terjadi perubahan maka persaingan usaha juga menjadi semakin ketat. Untuk menghadapi hal itu maka usaha bisnis perlu membuat suatu strategi agar mampu untuk bersaing dengan usaha-usaha lain ataupun dapat mampu bertahan dalam persaingan. Proses manajemen strategi membantu perusahaan mengidentifikasi apa yang ingin dicapai dan bagaimana hasil kerja yang bernilai sesuai dengan faktor pendorong (sumber daya alam, manusia,) dan faktor penarik yaitu pembeli. Beberapa pengertian strategi menurut para ahli dalam Anoraga (1997: 338):

Menurut Alfred Chandler (1962) strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta lokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. Menurut Buzzel & Gale (1987) strategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen, yang memiliki dampak besar pada kinerja keuangan. Keputusan kebijakan ini biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan yang lain. Menurut Kenneth Andrew (1971) strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan kebijakan, serta rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cepat seperti menetapkan bisnis yang dianut atau akan dianut oleh perusahaan.


(19)

Adapun menurut David (1998: 5) Strategis dapat didefenisikan sebagai keputusan seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi yang tersirat dalam defenisi, fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/ akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Menurut Jack dan Glueck dalam buku Jatmiko (2003: 5) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh atau terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Sedangkan menurut Porter (1985) strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.

Maka dari defenisi di atas, strategi dapat disimpulkan sebagai sekumpulan keputusan seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing.

2.1.2 Jenis-Jenis Strategi

Dalam buku Jatmiko (2003: 115) adapun jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut: 1. Strategi pertumbuhan

Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel sumber daya finansial organisasi, produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Kemampuan manajemen untuk menilai variabel-variabel tersebut secara tepat adalah esensi pertumbuhan.

Terdapat beberapa jenis strategi perusahaan yang dikategorikan kedalam strategi pertumbuhan, yaitu:


(20)

a. Pertumbuhan Konsentrasi

Pertumbuhan konsentrasi adalah strategi untuk meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah ada (produk-produk lama) di dalam pasar yang ada (pasar lama) atau disebut penetrasi pasar. strategi konsentrasi diterapkan apabila suatu perusahaan mengkonsentrasikan pada perluasan penjualan pada bisnis semula.

b. Strategi Integral Vertikal

Strategi vertikal ini menunjukkan bahwa suatu bisnis bergerak ke arah yang melayani pelanggan atau pemakai akhir suatu produk/jasa.

c. Strategi Diversifikasi

Strategi Diversfikasi merupakan alternatif strategi yang mempunyai risiko besar dan salah satu yang memiliki derajat sinergi paling rendah. Namun demikian, Strategi Diversifikasi merupakan salah satu yang populer dan seringkali membuahkan hasil yang memuaskan bagi organisasi.

2. Strategi Stabilitas

Strategi Stabilitas berarti bahwa organisasi tetap melanjutkan pekerjaan atau aktivitas yang sama dengan sebelumnya. Asumsinya bahwa lingkungan eksternal tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pada jangka pendek. Strategi ini menerapkan sikap menunggu (wait and see) strategi ini dapat menguntungkan dan merugikan bagi perusahaan, tergantung pada bagaimana respon perusahaan/organisasi terhadap lingkungannya.

3. Strategi Penciutan atau Strategi Bertahan

Strategi ini diterapkan oleh perusahaan yang merasa bahwa strateginya tidak sesuai dengan sasaran atau misi dasarnya. Sehingga perusahaan perlu mengurangi skala


(21)

operasionalnya. Derajat dimana perusahaan harus diciutkan tergantung pada bagaimana serius tidaknya persoalan atau permasalahan yang dihadapi strategi yang semula diterapakan organisasi. Strategi bertahan biasanya dipilih untuk jangka pendek disebabkan tidak adanya strategi alternatif yang lebih baik untuk dipilih . Adapun Jenis-jenis strategi penciutan yaitu:

a. Cutback dan turnaround yaitu strategi penyehatan perusahaan yang bertujuan mengeliminasi kerugian dan biaya-biaya tetap, atau memotong biaya-biaya operasi, atau mengurangi ukuran operasional perusahaan agar beroperasi lebih efisien. Strategi ini dapat diterapkan apabila perusahaan mengalami penurunan keuntungan secara terus menerus.

b. Divestasi (Divestment) yaitu strategi penyehatan atau penciutan perusahaan yang bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap yang ditanggung perusahaan dengan cara menjual sebagain aset atau kekayaan yang dimiliki organisasi perusahaan.

c. Likuidasi (liquidation) yaitu strategi penciutan perusahaan dengan menjual seluruh aset perusahaan. Terdapat 2 jenis likuidasi, yaitu: 1) likuidasi by choice yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang pilihan yang diambil oleh pihak perusahaan. 2) likuidasi by force adalah likuidasi yang dilakukan karena memang kondisi keuangan perusahaan sudah sangat buruk. Untuk melakukan likuidasi biasanya diperlukan pengetahuan dan keterampilan aspek-aspek penilaian aset, pengetahuan hukum baik hukum bisnis maupun hukum perburuan.


(22)

d. Kebangkrutan, berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia, peraturan dinyatakan bangkrut atau tidak bangkrut harus berdasarkan keputusan atau vonis pengadilan negri atau pengadilna niaga.

4. Strategi Kombinasi

Strategi ini digunakan apabila suatu korporasi organisasi perusahaan dalam waktu bersamaan menerapkan strategi yang berada untuk setiap unit bisnis strategi yang berbeda. Kebanyakan organisasi multi bisnis atau multi produk menggunakan beberapa jenis strategi kombinasi, khususnya apabila organisasi multi bisnis tersebut melayani beberapa pasar yang berbeda.

2.2. Pengertian usaha kecil

Dalam Anoraga (1993: 45), berdasarkan UU No. 9/1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahuanan, seperti kepemilikan. Usaha yang dimaksud disini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya. Adapun yang menjadi karakteristik usaha kecil adalah sebagai berikut:

1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standart. Kadangkala pembukuan tidak di-up to date, sehingga


(23)

sulit untuk menilai kinerja usahanya. 2) margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi 3) Modal terbatas 4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

Adapun keunggulan dari usaha kecil adalah sebagai berikut :

1. Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam bidang usaha. Hal ini timbul karena kebanyakan usaha kecil timbul untuk memenuhi permintaan yang terjadi di daerah regionalnya.

2. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah.

3. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana.

Sedangkan kelemahan dari usaha kecil adalah: 1. Investasi awal dapat saja mengalami kerugian.

2. Beberapa resiko kendali seperti perubahan peraturan, persaingan, dan masalah tenaga kerja.

3. Beberapa bisnis cenderung menghasilkan pendapatan yang tidak teratur sehingga pemilik usaha tidak memperoleh profit.

2.3. Upaya-Upaya Pengembangan Usaha Kecil

Pengembangan usaha kecil dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale). Namun apabila produk barang dan jasa


(24)

yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).

Dalam buku Anoraga (2002: 229) menurut pasal 15 dan 16 UU tentang usaha kecil dirumuskan bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan dengan a) meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengolahan; b) meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan; c) memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan. Dalam pasal 17 UU tentang usaha kecil dirumuskan langkah-langkah tentang pembinaan dan pengembangan di bidang sumber daya manusia dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan (2) meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial (3) Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan dan konsultan usaha kecil (4) Menyediakan tenaga penyuluhan dan konsultasi Usaha Kecil.

2.4. Pengertian Tenun

Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Teknik ikat dalam tenun Batak berasal dari kebudayaan Dongson yang berkembang di kawasan Indochina. Kain tenun sejatinya merupakan selimut pemberi kehangatan.Tenun merupakan salah satu sarana seni yang patut dilestarikan sebagai salah satu budaya suku Batak (http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_tenun).


(25)

Bertenun atau dalam Bahasa Batak disebut Martonun, adalah keahlian yang diturunkan nenek moyang yang begitu dianggungkan ratusan tahun, keahlian itu perlahan-lahan sudah semakin langka dari permukaan tanah Batak, karena tak jarang pekerjaan bertenun ini diasosiasikan dengan pekerjaan buruh rendah, orang-orang yang tidak berpendidikan. Pengertian dan pengakuan bahwa orang Batak itu semua “anak ni raja” atau “boru ni raja”, maka orang-orang sering salah pengertian akan arti kata-kata itu, sehingga semua ingin jadi anak dan boru ni raja di kampung halaman sendiri, dan menganggap pekerjaan yang tidak intelektual seperti bertenun ini dianggap pekerjaan buruh atau pekerjaan rendah.

2.5. Ulos

Secara harafiah ulos adalah selimut atau kain yang dapat diselimutkan untuk menghangatkan badan. Ulos merupakan salah satu sarana adat yang cukup potensial karena apabila ada acara yang berbau adat, maka ulos itu selalu terlihat. (Richard Sinaga, 2012: 52).

Ulos mengandung banyak nilai-nilai peradaban masyarakat Batak. Keberadaannya menunjukkan berbagai pesan mulai dari fungsinya sebagai penanda tingkatan di masyarakat hingga fungsi busana yang cantik dan penuh karakter

Secara garis besar ada 3 nilai seni yang diambil dari kain ulos yaitu : pertama, merupakan manifestasi dan pengetahuan lokal masyarakat Batak.

Kondisi geografis tanah Batak menjadikan matahari dan api tidak cukup sebagai sumber panas. Oleh karenanya kapas sebagai bahan baku utama pembuatan ulos bukan suatu kebetulan tetapi merupakan proses panjang dari sebuah mata pencaharian. Demikian juga


(26)

pewarna kain yang dibuat dari bahan-bahan alami. Kedua, pengetahuan lokal tersebut terus berkembang dan akhirnya menjadi sebuah falsafah hidup orang Batak. Matahari, api dan kain ulos sebagai sumber hangat. Eksistensi kain ulos semakin kuat ketika menjadi bagian penting dari upacara-upacara adat yang dilakukan oleh orang Batak sebagai simpul keyakianan kepada Tuhan . Ketiga, Kain ulos sebagai sumber tertib sosial. Keempat, kain ulos sebagai pertanda kehangatan (kasih sayang).

Ada 10 jenis ulos menurut Dr.SHW. Sianipar (1991: 222) yaitu: (1) Ulos Ragi Pamunsai (2) Ulos Ragi Hidup (3) Ulos Ragi sibolang (4) Ulos Sitolu Tuho (5) Ulos Ragi Bolean (6) Ulos Ragi Hotang (7) Ulos Ragi Mangiring (8) Ulos Bintang Maratur (9) Ulos Ragi Parompa dan (10)Ulos Sadum.

2.6. Analisis SWOT

2.6.1. Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan atau strengths dan peluang atau opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan atau Weakness dan ancaman atau threats. Kekuatan (Stregths) yaitu kekuatan atau keunggulan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan yang ada, sehingga pada akhirnya usaha dapat bertahan dan berkembang. Kelemahan (Weakness) kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat diminimalkan dengan nilai lebih yang dimiliki perusahaan. Peluang (Opportunities) yang ada sehingga dapat mengambil kesempatan yang terdapat di pasar serta dapat mengatasi kelemahan yang ada. Ancaman (Threat) yaitu kecenderungan yang tidak menguntungkan dan mengancam kedudukan perusahaan dalam persaingan.


(27)

Proses pengambilan keputusan stategis selalui berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikiaan perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk menganalisis adalah analisis SWOT.

Diagram 2.1 Kuadran Analisis SWOT

Sumber: Rangkuti (2013: 20)

Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERN KEKUATAN INTERN

BERBAGAI ANCAMAN ANCAMAN II. MENDUKUNG STRAT

TURN-AROUND

IV.MENDUKUNG STRATEGI DIVERSIFIKASI I.MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF

III.MENDUKUNG STRATEGI DEFENSIF


(28)

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal.

Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.6.2. Analisis Faktor-Faktor Internal

Menurut Jauch (1998: 165) ada beberapa faktor-faktor internal yang dianalisis yaitu:

a) Faktor pemasaran

Pemasaran dan distribusi berarti memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Ini dimulai dengan mencari hal-hal yang diinginkan konsumen dan dapat tidaknya produk dijual. Hal ini memerlukan riset pasar, pengidentifikasian pasar, pengembangan produk, pengujian reaksi konsumen, perhitungan produksi dan biayanya, penentuan keperluan distribusi dan pelayanan, dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi.

b) Faktor Manajemen Produksi dan Operasi

Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian yang diteliti, pengingkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting bagi perusahaan.


(29)

c) Faktor Sumber Daya Manusia

Merupakan perannya sebagai dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM (Sumber Daya Manusia) lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi.

d) Faktor Keuangan dan Akuntansi

Analisis kondisi keuangan berbagai perusahaan dilakukan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut mampu melaksanakan strategi tertentu, atau apakah mereka dianjurkan untuk melaksanakannya. Akuntansi merupakan hal yang berkaitan dengan angka-angka yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis, dan memperkirakan masa depan. Biasanya dalam akuntansi ini dilakukan pencatatan tentang laporan keuangan agar dapat tinjauan kembali apa yang telah terjadi serta mencari sumber dana baik dari pemerintah, bank atau lembaga lainnya.

2.6.3. Analisis Faktor-Faktor Eksternal

Menurut Jatmiko (2003: 36) Faktor-faktor eksternal makro terdiri dari : a) Lingkungan Fisik

Lingkungan merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya (hubungan antara kehidupan manusia dan kehidupan lainnya, udara, tanah, dan air).


(30)

b) Lingkungan Ekonomi

Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh trend sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan strateginya setiap organisasi perusahaan harus mempertimbangkan arah trend ekonomi dari setiap sektor pasar yang mempengaruhi industri atau pasar.

c) Lingkungan Politik dan Hukum

Lingkungan politik dan hukum mencakup faktor-faktor yang dikendalikan oleh pemerintah. Peraturan perundangan dapat membatasi atau memberikan peluang bagi operasi perusahaan.

d) Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai sikap, pandangan, serta gaya hidup manusia. Faktor sosial, budaya adalah Faktor yang berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan.

e) Lingkungan Teknologi

Penggunaan teknologi telah memfasilitasi meningkatnya globalisasi. Teknologi yang semakin berkembang telah meliputi berbagai bidang, diantaranya adalah peralatan-peralatan mesin dalam usaha dan perkembangan teknologi. Dua jenis teknologi internet dan komunikasi tanpa kabel telah berpengaruh besar pada cara-cara bisnis dilakukan di seluruh dunia.

Saat ini internet memungkinkan komunikasi dan koordinasi yang cepat dan efektif antara unit-unit dan operasi global. Teknologi ini juga memfasilitasi relasi bisnis


(31)

misalnya: antara pemasok dan pelanggan (Robert E. Hoskisson: 2002).Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai produk dan pasar baru, tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya berbagai produk dan pasar.

f) Lingkungan Demografi

Demografi adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis kelami demografi menjadi minat utama perusahaan karena lingkungan demografis menyangkut masyarakat, dan masyarakat membentuk pasar.

Perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci bagin suatu perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak pada pasar konsumen dan mempengaruhi kekuatan-kekuatan ekonomi lainnya.


(32)

Menurut Michael Porter dalam ada 5 kekuatan-kekuatan yang memacu persaingan industri, yaitu:

Sumber: Hunger (2003: 123) Keterangan:

1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam industri biasanya dapat mengancam pesaing yang ada karena adanya hambatan masuk atau keluar dari pasar serta faktor-faktor yang menarik dalam bidang usaha tertentu. Ancaman dapat timbul karena pendatang baru sering membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar, dan memiliki sumber daya yang besar sehingga dapat menurunkan harga atau justru meningkatkan biaya dan akibatnya dapat mengurangi kemampulabaan.

Pendatang baru yan potensial

Pendatang baru ya potensial Pemasok

Produk Pengganti (substitusi) Pendatang baru yan

potensial

Persaingan di antar perusahaan yang telah


(33)

Secara sederhana, kemungkinan perusahaan akan memasuki suatu industry ditentukan oleh 2 faktor, yaitu hambatan memasuki industri dan reaksi dari perusahaan yang sudah ada. Apabila hambatan-hambatan untuk masuk tinggi dan pendatang baru mendapatkan reaksi yang tajam dari pemain lama industry, tentu pendatang baru mendapatkan rekasi tajam dari pemain lama industry, tentu pendatang baru tersebut tidak akan menimbulkan ancaman masuk yang serius.

2. Persaingan Di Antara Perusahaan yang Telah Ada

Persaingan yang digerakkan oleh suatu perusahaan dapat dipastikan mempengaruhi para pesaingnya, dan mungkin menyebabkan pembalasan atau usaha-usaha perlawanan. Artinya bahwa perusahaan-perusahaan tersebut saling bergantungan satu sama lain (mutually dependent).

3. Ancaman Produk Atau Jasa Pengganti

Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Dalam pengertian luas, semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dengan produk pengganti yang terkait dengan hal baru dan kemunculan teknologi baru.

4. Kekuatan Penawaran Pembeli

Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Para pembeli biasanya akan membeli barang dengan harga termurah yang dapat diperolehnya.untuk mengurangi biayanya, biasanya pembeli meminta mutu yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik, dan yang


(34)

lebih penting adalah harga yang lebih murah. Tindakan ini akan menyebabkan persaingan yang kuat antara perusahaan yang ada dalam suatu industri yang sama.

5. Kekuatan Penawaran Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dibeli. Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penghantar nilai perusahaan. Pemasok menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasanya. Pemasok dapat menekan perusahaan yang ada dalam suatu industri dengan cara menaikkan dan menurunkan mutu barang yang dijualnya. Jika perusahaan tidak dapat menutupi kenaikan biaya melalui struktur harganya, kemampulabaan perusahaan tersebut dapat menurun akibat tindakan pemasok.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang dilakukakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah analisis data untuk meringkas dan mendiskripsikan data numerik agar mudah untuk diinterpretasikan (Azuar Juliandi, 2003: 90). Sedangkan menurut Hadari (1994: 73) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan sebenarnya.

Dalam buku Sumadi Suryabrata (2003: 75) tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tenun ulos Batak toba yang beralamat di Jl. Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung.

3.2 Informan penelitian

Informan penelitian adalah sumber data yang dapat memberikan informasi dan keterangan atas keadaan atau permasalahan situasi-situasi dan lingkungannya (Situmorang 2008: 209). Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah langsung pemilik usaha yaitu Mutiara Manalu dan anaknya Lina Sitanggang.


(36)

3.3 Defenisi Konsep 1. Strategi

Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, sinergis yang ideal yang berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

2. Pengembangan usaha kecil

Upaya ini dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Hal ini dilakukan bila perluasan usaha atau prningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale).

Namun apabila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya (Suryana 2008: 156).

3. Tenun

Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data 1. Obervasi

Observasi adalah kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap objek yang diteliti (Juliandi, 2013: 71). Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi pada


(37)

usaha ini. Dalam kegiatan observasi ini peneliti akan langsung melihat bagaimana situasi atau kodisi usaha tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan Mutiara Sitanggang. dalam wawancara ini peneliti akan mewawancarai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan operasional produksi hingga proses pemasaran.

3. Studi pustaka

Studi pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat buku, dan membaca situs internet sebagai sumber referensi.

3.5.Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Data Deskriptif

Pendekatan deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatian kepada penemuan fakta-fakta sebagimana keadaan sebenarnya.

3.5.2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) Cara-cara penentuan faktor strategi internal:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap


(38)

posisisi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding). Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) di beri nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang lainnya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan nilai 1,0 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Nilai total ini menunjukka bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok industi yang sama.


(39)

Tabel 3.1 IFAS

FAKTOR-FAKTOR STRATEGI

INTERNAl BOBOT RATING BOBOT x RATING

1 2 3 4

Peluang

1

2

3

4

5

Ancaman

1

2

3

4

5

Total 1,00

Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

Kriteria Bobot Kriteria Rating Paling penting = 0,16-0,20 Sangat baik = 4

Penting = 0,11-0,15 baik = 3

Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2 Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1 Tidak penting = 0,00


(40)

3.5.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:

a) Susunlah kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 ( sangat penting) sampai dengan 0,0 ( tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding). Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang maikn besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika niali ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nialinyabervariassi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dngan 1,0 (poor).

e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nlai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.


(41)

Tabel 3.2 EFAS

FAKTOR-FAKTOR STRATEGI

EKSTERNAL BOBOT RATING BOBOT x RATING

1 2 3 4

Peluang

1

2

3

4

5

Ancaman

1

2

3

4

5

Total 1,00

Sumber: (Rangkuti, 2009: 25)

Kriteria bobot Kriteria Rating

Paling penting =0,16-0,20 Sangat baik = 4

Penting = 0,11-0,15 baik = 3

Cukup penting = 0,06-0,10 Cukup Baik = 2 Kurang penting =0,01-0,05 Kurang Baik = 1 Tidak penting = 0,00


(42)

3.5.4. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk membantu para perencana strategi dalam proses pembuatan strategi. Teknik ini menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks kemudian diidentifikasikan ke semua aspek dalam SWOT dari kuadran bertemunya SWOT tersebut Mutiara strategi yang sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut. Analisis SWOT terdiri dari identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tenun Ulos Mutiara Manalu. Tabel 3.3 MATRIK SWOT IFAS EFAS STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor kekua

internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10

kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O Tentukan 5-10 F peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi

menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi meminimalkan kelem untuk memanfaatkan pel

TREATHS (T) Tentukan 5-10 F ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi meminimalkan kelemaha menghindari ancaman


(43)

a. Strategi SO

Strategi ini Mutiara dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berusaha untuk mampu mengatasinya dan mengubahnya menjadi suatu peluang.

b. Strategi ST

Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini disarkan pada kegiatan yang bersifat deventif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(44)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Usaha

Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah usaha kecil yang bergerak dibidang industri rumah tangga penghasil ulos yang banyak ditekuni oleh warga masyarakat di kota Tarutung. Usaha tenun ini telah berdiri sekitar kurang lebih 40 tahun. Usaha ini beralamat di Jl. Farel Rura Pasar Nomor 16 Tarutung.

Usaha ini diawali dari keinginan Mutiara Manalu untuk meneruskan keterampilan yang didapatkan dari orangtuanya. Ketika masih anak-anak, Mutiara Manalu memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi orang Batak bahwa pendidikan itu adalah hal yang sangat penting. orang Batak rela menderita demi mendapatkan pendidikan. Namun keadaan ekonomi keluarga Mutiara Manalu tidak mendukung cita-cita tersebut dan kedua orangtuanya mengatakan perempuan tidak perlu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Demikianlah pada umumnya pemikiran orang Batak pada zaman dahulu.

Mutiara Manalu sudah mempertimbangkan dengan matang menjadi seorang dan tidak akan pergi merantau seperti pada umumnya teman sebayanya. Mutiara Manalu menganggap bahwa pekerjaan yang akan didapatkan dengan pendidikan setara SD tidak lain hanya akan jadi seorang buruh pabrik. Jadi lebih baik memilih pekerjaan bertenun. Pekerjaan bertenun menurut Mutiara Manalu adalah pekerjaan yang tidak terlalu


(45)

memaksakan diri karena bisa membuat manajemen waktu sendiri, tidak seperti buruh pabrik yang harus masuk dan keluar pabrik dengan jam yang sudah ditentukan serta adanya aturan yang mengikat.

Sejak kecil Mutiara Manalu sudah memperhatikan bagaimana teknik yang dilakukan orangtuanya untuk bertenun. sehingga Mutiara Manalu tidak begitu kesulitan ketika ia memutuskan untuk belajar bertenun. Orangtua Mutiara Manalu dulunya adalah memproduksi beberapa jenis Ulos. Namun, seiring waktu Mutiara Manalu melakukan variasi produksi, yaitu memproduksi Tenun sarung/stelan dan juga memproduksi bakal untuk dijadikan jas. Dan yang paling banyak diproduksi untuk jenis ulos adalah ulos sadum. Menurut Mutiara Manalu bahwa usaha ini cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Identitas Informan a. Informan utama

Nama : Mutiara Manalu Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Bertenun Pendidikan terakhir : SD b. Informan tambahan

Nama : Lina Sitanggang Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Bertenun Pendidikan Terakhir : SMA


(46)

4.3 Jenis-Jenis Ulos

Menurut Dr. SHW. Sianipar DL (1991: 222) Ada jenis-jenis ulos sebagai berikut: 1. Ulos Ragi Pamunsai

Ulos ini mempunyai ukuran khusus dengan ragi khusus. Ulos ini dipakai untuk martonggotonggo pada zaman dahulu, tapi sekarang tidak lagi. Bagi semua orang Batak ulos pamunsai adalah ulos tertinggi, karena dahulu tidak semua sembarangan memakainya. Apabila ada suatu acara pesta dan seseorang memakai ulos pamunsai, maka orang itu sudah dapat dikatakan seorang Mangaraja.

2. Ulos Ragi Hidup

Ulos ragi hidup ialah ulos yang dibuat khusus untuk orang tua yang sudah punya cucu. Idup artinya meminta umur lebih panjang atau ulos ini merupakan jenjang sebelum bisa memakai ulos pamunsai. Ulos ragi idup adalah ulos laki-laki, karena itu tidak pantas dibuat menjadi ulos perempuan seperti dibeberapa daerah sebagai ulos tondi, sedangkan yang menerimanya seorang perempuan, umumnya anak pertama.

3. Ulos Ragi Sibolang

Kata sibolang bersal dari kata Si-bulang. Ulos ini ulos laki-laki. Dulu dalam pesta perkawinan ulos hela adalah ulos sibolang bukan seperti sekarang Ragi Hotang. Jika seseoarang anak pergi merantau, diberikanlah kepadanya ulos ragi sibolang dengan pengharapan sekembalinya nanti anak itu menjadi tumpuan orang tua dan keluarga. 4. Ulos Ragi Sitolu Tuho


(47)

Ulos ini disebut sitolu tuho karena mempunyai tanda tuho tiga buah yang terdapat pada kedua ujung ulos dan pertengahan ulos itu. Dan ulos ini khusus untuk perempuan. Arti ketiga tuho itu adalah:

1. Hormat marhula hula

2. Hormat mardongan tubu atau manat 3. Elek marboru

Artinya yang lebih luas bahwa yang diberi ulos sitolu tuho bisa jadi ibu yang baik membimbing anak-anaknya dan mengajarinya terhadap ruhut ni adat.

5. Ulos Ragi Bolean

Kata bolean berasal dari kata boi lean menjadi bolean. Ulos ragi bolean berarti ulos sileanon. Orang yang memakainya atau orang yang diberikan ulos ini adalah orang membutuhkan pertolongan, bantuan karena musibah atau sesuatu yang diperlukan untuk membantunya agar Tuhan mengasihi dia dan menolongnya memikul musibah itu. Apabila seorang ibu yang kematian anak, maka hulahulanya atau orang tuanya datang membawa ikan mas kerumahnya dan mangulosi borunya itu denga ulos ragi bolean. 6. Ulos Ragi Hotang

Menurut cerita situatua, pada mulanya ulos ragi hotang dibuat sebagai ikat pinggang kemudian berkembang menjadi ulos umum. Ragi hotang artinya ragi bulus atau sibulusbulus tidak mempunyai arti khusus atau dikatakan ulos ini adalah ulos netral. Dulu ulos ini hanya untuk disangkutkan di bahu sebagai pengganti sibolang pada laki-laki dan sebagai pengganti sitolu tuho bagi perempuan.


(48)

7. Ulos Ragi Mangiring

Ragi mangiring ulos laki-laki. Pada mulanya ragi ulos ini adalah ragi untuk tali-tali dan ikat pinggang, kemudian berkembang jadi parompa. Dulu setelah seorang anak melewati masa remajanya dan sudah dapat marmahan pada umur kira-kira 12 s/d 15 tahun orang tua memberikan anak itu hohos dan piso. Kemudian setelah berumah tangga dan sudah mempelajari ilmu parngoluan dan adat, maka anak itu diberikan tali-tali sebagai tanda bahwa dia sudah boleh mengikuti pembicaraan adat, tetapi ulosnya masih ragi hotang walaupun dia belum diterima untuk ikut bicara dalam acara itu.

8. Ulos Bintang Maratur

Sebenarnya melihat ulosnya tidak menunjukkan arti seperti namanya. Mula-mula ulos bintang maratur tidak disebut punya ragi, tetapi oleh beberapa orang disebut bintang maratur. karena itu bintang maratur sebenarnya adalah ulos selendang yang disebut ulos anak-anak.

9. Ulos Ragi Parompa

Ulos ragi parompa adalah ulos yang tidak punya kepala tapi punya rambu pada kedua ujungnya. Artinya ragi parompa hanya satu yaitu agar anak itu tulus laho magodang yang diberikan tulangnya kepada berenya pada waktu menerima nama dari orangtuanya. Sekarang ulos ini tidak dibuat orang lagi, dan sebagai gantinya diberikan ulos ragi mangiring.

10. Ulos Sadum

Ulos ini mempunyai ragam warna yang cerah. Biasanya ulos ini dipakai dalam acara-acara yang penuh keceriaan ataupun acara lainnya misalnya, pemberian ulos


(49)

kepada pejabat/ tokoh masyarakat dengan tujuan sebagai bentuk pemberian rasa hormat dan rasa kasih sayang.

Gambar 4.1 Gambar ulos sadum

ulos sadum tenun tradisional ulos sadum tenun mesin

Dari beberapa jenis ulos di atas untuk saat ini yang paling banyak diproduksi oleh Mutiara Manalu adalah ulos sadum. Hal ini dikarenakan bahwa saat ini penggunaan ulos sadum lebih banyak digunakan untuk acara-acara tertentu yang bisa dijadikan sebagai kenangan, sebagai hiasan, souvenir atau untuk fungsi lainnya.

4.4 Analisis Lingkungan

Akibat menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi, lingkungan kini mengalami perubahan yang luar biasa dan intensitasnya semakin sering serta sukar sekali diramalkan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin ketat dan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan semakin rumit. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis lingkungan. Analisis adalah penelusuran kondisi internal dan eksternal yang dihadapi


(50)

oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mewaspadai dan memahami implikasi-implikasi perubahan untuk kemudian dapat bersaing secara efektif.

4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Usaha Tenun Ulos Mutiara Manalu

1. Faktor Produksi dan Operasi

Manajemen produksi dan operasi dapat membantu memutuskan cara peningkatan perusahaan berkenaan dengan pengembangan rencana produksi, sistem pengendalian yang diteliti, peningkatan produktivitas, hubungan dengan pemasok, dan keputusan tentang lokasi usaha yang dapat menuntun pencapaian keunggulan bersaing yang penting bagi perusahaan.

Pelaksanaan produksi ada aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: perencanaan produksi (jenis barang yang diproduksi, kualitas barang, jumlah barang, bahan baku), pengendalian produksi (menyusun perencanaan, membuat penjadwalan kerja, menentukan kepada siapa barang akan dipasarkan) dan pengawasan produksi (menetapkan kualitas, menetapkan standar barang, pelaksanaan produksi tepat waktu).

Dalam kegiatan produksi usaha tenun ulos Mutiara Manalu ini diproses dengan tangan manusia secara manual. Alat tenun terdiri dari:

1. Tundalan, yaitu sandaran punggung. Selain itu juga berfungsi untuk cantelan mengikat dan menahan benang.

2. Pagabe, berfungsi nuntuk memegang benang yang dipintal. 3. Baliga, berfungsi untuk menyususn dan mengatur benang. 4. Hatulungan.


(51)

6. Anian. 7. Purada. 8. Singer

9. Lidi. Untuk membentuk motif. 10. Hapit

11. Turak 12. Balobas

Produksi yang dilakukan oleh Mutiara Manalu adalah dilakukan mulai hari senin-jumat. Ada 2 jenis benang yang digunakan untuk memproduksi tenunan, yaitu benang putar (agak kasar) digunakan untuk pembuatan ulos dan bakal jas sedangkan benang 100 (benang halus) digunakan untuk pembuatan tenun sarung. Usaha ini tetap melakukan produksi karena permintaan dari penampung atau pelanggan selalu ada. Kegiatan pembuatan ulos ini memiliki proses yang sedikit rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk menghasilkan 1 ulos petenun harus menghabiskan waktu selama 2 sampai 3 hari.

Jenis tenun ulos sadum terdiri atas 2 yaitu: a. Ukuran kecil.

Untuk memproduksi ulos sadum berukuran kecil diperlukan benang sebanyak 6 gulungan (6 Labean). Dapat diperkirakan modal untuk pembuatan ulos ukuran ini sekitar kurang lebih Rp30.000,00 dengan harga jual minimal Rp100.000,00. Dan untuk memproduksi ulos ini diperlukan waktu selama 2 hari. Lebih cepat dibandingkan dengan


(52)

memproduksi ulos ukuran besar. Bisanya Mutiara Manalu bisa menghasilkan jenis ulos ini 3 lembar dalam 1 minggu.

b. Tenun sadum kuran besar

Untuk membuat satu lembar ulos sadum tenun ukuran besar diperlukan benang sebanyak 9 gulungan (9 labean) dengan harga Rp3.000,00/gulungan. Dan benang untuk membuat motif/bunga sekitar Rp15.000. Dengan kisaran harga untuk 1 Ulos dijual dengan harga paling murah yaitu Rp200.000,00. Dalam memproduksi ulos ukuran ini diperlukan waktu selama 3 hari sehingga dalam seminggu hanya mampu dihasilkan 2 lembar dalam waktu satu minggu.

Biasanya ulos yang sudah siap ditenun kemudian digunting dan langsung dijual kepada penampung dengan keadaan belum siap pakai karena ujung daripada ulos itu belum dibordir. Sehingga penampung masih harus membordir ulos tersebut agar bisa dijual kepada penampung. Untuk membordir ulos tersebut penampung masih harus mengeluarkan biaya. Sehingga penampung mengambil untung yang lebih banyak jika dijual kepada konsumen.

Dalam tenun ulos hiasan yang terdapat dalam ulos itu disebut bunga. Ada beberapa bunga yang biasa ditenun Mutiara Manalu yaitu: Bintang-bintang, Jolma-jolma, ilik-ilik, pohon beringin, andor gadong, bonggit, tingko-tingko, ucapan selamat (lepper), dan persitongaan yaitu bunga-bunga khusus biasanya terdiri dari 4 tingkat. Bunga-bunga ini berfungsi sebagai pembatas untuk mengulangi motif yang sudah dibuat diawal. Untuk mengulangi bunga-bunga ini diurutkan kembali dari yang paling terakhir sehingga ujungnya memiliki bunga yang sama. Misalnya: jika diawal dibuat bunganya tingko-tingko maka diujungnya juga berakhir dengan bunga tingko-tingko-tingko-tingko.


(53)

Pada umumnya orang Batak itu mengadakan pesta adat pada bulan-bulan libur atau musim panen yaitu: bulan Juni-Agustus (masa panen) kemudian antara bulan Desember-Januari (libur Natal dan Tahun Baru) kecuali adat kematian yang tidak dapat diprediksikan kapan akan terjadi. Disaat seperti inilah harga tenun ulos mengalami kenaikan harga yaitu harga tenun ulos sadum kecil dapat dijual dengan harga Rp 150.000,00/lembar dan harga tenun ulos sadum ukuran besar dijual dengan harga Rp250.000,00. Namun adakalanya bahwa tenun ulos tradisional mengalami penurunan harga. Hal ini diakibatkan karena kurangnya permintaan dari masyarakat karena tidak musim pesta adat.

Ketidakstabilan harga yang terjadi pada ulos maka Mutiara Manalu melakukan variasi produksi yaitu memproduksi tenun sarung stelan dan bakal jas. Untuk memproduksi tenun sarung satu set dengan selendangnya digunakan benang 100 (halus). Berbeda dengan pembuatan ulos yang menggunakan benang putar. Pemilihan penggunaan benang 100 ini adalah karena termasuk dalam benang kategori lembut dan tidak mudah putus apabila ditenun, sehingga sarung yang dihasilkan nyaman untuk dipakai oleh pengguna. Harga benang ini lebih mahal dibandingkan dengan benang putar yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.

Pembuatan tenun sarung ini lebih lama daripada pembuatan tenun ulos yaitu sekitar 2- 3 minggu. Jumlah benang yang digunakan adalah sebanyak kurang lebih 8 ons sekitar Rp120.000,00 dengan tambahan motif Rp50.000,00. Namun harga jual daripada sarung ini sudah jauh lebih mahal dibandingkan ulos ataupun bakal jas karena proses pembuatannya lebih lama. Harga jual biasanya yaitu sekitar Rp1.500.000,00 hingga


(54)

Rp4.000.000,00 juta/set. Dalam sarung ini juga dibuat hiasan yang lebih menarik yang disebut dengan motif agar kelihatan indah ketika dikenakan.

Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa sarung hasil tenunannya sering dipakai oleh pengantin atau dipakai oleh masyarakat dengan kalangan ekonomi yang sudah baik. Karena sarung hasil tenun tradisional termasuk dalam kategori yang mahal bagi masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sarung yang ditenun Mutiara Manalu sudah digunakan dalam pernikahan artis batak.

Untuk memproduksi tenun bakal jas juga digunakan benang saratus. Untuk pembuatan sebuah jas diperlukan 3 lembar tenunan. Dalam pembuatan tenun bakal jas ini diperlukan 8 ons benang atau sekitar Rp 120.000,00 dengan bunga sekitar 2 gulungan purada yaitu seharga Rp50.000,00. Bakal jas ini dapat dijual dengan kisaran harga Rp600.000,00. Namun untuk benang yang digunakan oleh Mutiara saat ini tidak lagi mengalami luntur atau pudar warna apabila dicuci. Hal ini dikarenakan warna benang yang dijual saat ini tidak lagi menggunakan benang dengan pewarna alami.

Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa saat ini ulos yang mereka tenun adalah bukan ulos yang hanya terdiri dari 3 warna (hitam, merah dan putih) seperti motif warna zaman dahulu. Pergeseran pemahaman terhadap ulos juga mengalami perubahan kini ulos dapat diproduksi/ditenun dengan warna yang diinginkan oleh konsumen. Menurut pengakuan Mutiara Manalu dan juga anaknya bahwa mereka sering menolak pesanan dari penampung karena tidak sanggup untuk melakukan produksi sesuai permintaan.


(55)

Adapun proses produksi yang dilakukan yaitu: 1. Pengadaan benang

Usaha tenun ulos mempunyai pemasok dalam pengadaan bahan baku yaitu berupa benang yang didapatkan di pasar setempat. Benang ini dapat dibeli secara perkilo untuk benang saratus ataupun secara pergulungan (labean) untuk benang putar. Benang yang dijual sekarang sudah dijual dengan berbagai warna sehingga bebas memilih warna sesuka hati. Tidak seperti benang zaman dahulu yang dijual hanya benang warna putih dan kita yang akan mewarna sendiri. Hal ini merupakan salah satu hal yang membawa dampak positif bagi para petenun. Menurut Mutiara Manalu bahwa harga benang pada saat ini berada pada harga normal.

2. Pengolahan bahan baku terdiri dari : a. Pengkanjian benang

Sebelum benang tersebut diolah menjadi ulos terlebih dahulu dikanji. Caranya benang yang ingin ditenun dibuka dari gulungannya kemudian dicelupkan hingga merata kedalam campuran air panas dan kanji. Tujuan dari pengkanjian ini adalah agar benang tidak mudah putus ketika ditenun.

b. Pengeringan benang

Pengeringan benang yang dilakukan oleh usaha tenun ulos Mutiara Manalu adalah dengan pengeringan secara alami yaitu dengan sinar matahari. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 30 menit. Namun, waktunya bisa lebih apabila matahari tidak terlalu terik hingga kering secara keseluruhan.


(56)

c. Digulung (ordong)

Setelah benang yang sudah dikanji tersebut dikeringkan maka proses selanjutnya adalah menggulung (mangordong) masing-masing diordong hingga membentuk 1 labean dalam gulungan.

d. Proses mangani

Dalam proses mangani ini ada alat khusus yang disebut ani. Di-ani maksudnya adalah benang yang telah dijemur tersebut disusun dengan rapi untuk membentuk pola dari pembuatan ulos sifatnya seperti membentuk persilangan dan disisipkan benang nilon sebagai pembatas.

e. Ditotar

Ditotar maksudnya adalah merapikan kembali benang yang sudah di-ani hingga membentuk pola tenunan yaitu lebar dan panjangnya.

f. Diputik

Diputik maksudnya pembentukan bunga/motif yaitu dengan menggunakan lidi-lidi kecil sebanyak 6 untuk pembuatan ulos. namun untuk pembuatan sarung memiliki jumlah lidi lebih banyak. Dengan hitungan dalam 1 lidi terdapat 3 benang.

3. Proses Tenun.

Keadaan ini dimana benang-benang telah di-ani dan sudah dihitung siap untuk dibentuk sesuai pesanan penampung/konsumen.dalam proses tenun ini digunakan balobas untuk merapatkan/merapikan benag-benang yang disisipkan sabagai ipahan tenun. Kemudian lidi yang sudah diletakkan pada tenunan secara bergantian ditarik hingga membentuk bunga sesuai dengan yang diinginkan.


(57)

2. Pemasaran

Secara umum petenun tidak mengerti masalah pemasaran dan menganggap bahwa pemasaran tidak terlalu penting karena tidak secara langsung terjun untuk memasarkan hasil tenun. Biasanya para petenun menjual hasil tenunannya kepada penampung atau kepada konsumen yang memesan langsung. Kelamahan penjualan langsung kepada penampung adalah bahwa penampung dapat mengendalikan harga dari produsen. Bahkan adanya yang dimodali oleh penampung. Maka para petenun tidak mengerti bagaimana perkembangan pasar dan fluktuasi harga yang terjadi di pasar.

Salah satu hal yang tidak diperhatikan oleh pemerintah Tapanuli Utara adalah ketersediaan pasar tradisional khusus untuk para ulos untuk memasarkan hasil tenun mereka kepada konsumen. Sehingga bisa mengetahui bagaimana perkembangan harga yang terjadi di pasar.

Pengembangan akses pasar yang lebih luas bertujuan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak agar mampu mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program promosi secara langsung melalui selebaran-selebaran ataupun melalui media sosial yang saat ini sudah banyak digunakan para pengusaha pada umumnya. Penggunaan media sosial sebagai sarana memperkenalkan hasil tenun ke pasar dapat menghemat waktu dan biaya promosi. Saat ini bahwa keberadaan tenun termasuk songket Batak sudah semakin dikenal oleh masyarakat luas, bahkan sudah tidak jarang artis Batak yang menggunakan pakaian pernikahan menggunakan songket Batak yang dihasilkan oleh petenun dari daerah Tarutung. Hal ini menjadi peluang bagi para petenun untuk dapat mempertahankan dan


(58)

mengembangkan usaha tenun sebagai salah satu aspek bisnis yang akan semakin mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan teknologi dan kreativitas para pebisnis.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Usaha kecil yang bersifat rumahan pada umumnya tidak terlalu banyak mengandalkan tenaga kerja/karyawan. Namun pada umumnya usaha rumahan hanya memaksimalkan tenaga yang mereka miliki tanpa merekrut karyawan. Seperti usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang hanya mengandalkan tenaga sendiri dan anaknya untuk membantunya dalam menjalankan usaha ini.

Keputusan untuk tidak merekrut karyawan adalah karena terbatasnya modal yang mereka miliki. Selama ini pendapatan dari penjualan ulos hanya bisa membantu suami memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Mutiara Manalu sering kewalahan untuk memenuhi permintaan. Sementara Mutiara tidak memiliki karyawan untuk membantu menenun ulos. Sehingga hanya menerima pesanan sesuai dengan batas kemampuannya dalam menenun ulos. Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa manajemen waktu yang dilakukan Mutiara Manalu belum efektif. Terkadang mereka memulai pekerjaan dengan sesuka hati meskipun banyak pesanan yang mereka dapat dari penampung.

Pada umumnya yang berada di daerah Tarutung adalah yang belajar sendiri tanpa mengikuti pelatihan khusus. Hal ini perlu disikapi untuk mempertahankan hasil tenun


(59)

yang berkualitas dan tetap mampu bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat. Faktor sumber daya manusia yang baik dan berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas juga. Menurut pengakuan Mutiara Manalu bahwa biasanya yang menggunakan sarung dan ulos tenunannya adalah kalangan orang yang memiliki ekonomi yang sudak lebih baik. Hal ini disebabkan bahwa pelanggan memilih hasil tenun tradisional yang dilihat dari sisi kualitasnya bukan dari segi harganya. Adapun perbandingan harga antara tenun mesin dengan tenun tradisional sudah jauh berbeda, yakni tenun tradisional memiliki harga yang lebih mahal. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas Mutiara Manalu dapat mengikuti pelatihan di luar.

4. Faktor Keuangan dan Akuntansi

Adapun sistem keuangan pada usaha Mutiara Manalu belum melakukan pencatatan keuangan dan tidak pernah melakukan pinjaman dana untuk proses jalannya usaha. Mutiara Manalu juga tidak pernah mencatat atau membukukan jumlah produksi, pendapatan dan pengeluaran untuk setiap bulannya. Mutiara Manalu beranggapan tidak perlu untuk melakukan pencatatan keuangan atau melakukan pemisahan keuangan usaha dan rumah tangga sebab usaha ini satu-satunya pekerjaan untuk menghidupi keluarga. Segala keuntungan yang didapatkan dari hasil menenun dijadikan sebagai dana untuk membiayai keluarga.


(60)

4.4 Analisis Faktor Eksternal a. Analisis Lingkungan Mikro 1. Faktor Fisik

Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tenun ulos di JL. Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha tersebut. Lingkungan fisik yang dimaksud disini adalah faktor ketersediaan sumber daya untuk mendukung jalannya usaha ini.

2. Faktor Ekonomi

Dalam hal ini yang dimaksud faktor ekonomi adalah faktor pasar. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa faktor ekonomi/pasar sangat mempengaruhi perjalanan produksi usaha. Kadang kala apabila harga BBM naik maka terjadi juga kenaikan harga pada benang sebagai bahan dasar pembuatan Ulos. Biasanya untuk benang saratus harga normalnya adalah sekitar Rp150.000/ Kg.

3. Faktor Politik dan Hukum

Adanya kebijakan pemerintah kabupaten Tapanuli Utara tentang pemberdayaan koperasi sebagai salah satu wadah untuk menampung kreativitas masyarakat di Kota tarutung, serta adanya pinjaman koperasi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Namun, hal ini belum berjalan efektif dan tidak terlalu diminati oleh masyarakat. Hal ini perlu disikapi oleh pemerintah supaya masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan tersebut.

Menurut Mutiara Manalu bahwa pinjaman itu tidak dapat dirasakan karena ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Mutiara Manalu sudah mencoba mengurusnya


(61)

namun karena anggota yang lain tidak begitu serius mengurusi hal ini sehingga sampai saat ini pinjaman tersebut tidak dapat mereka nikmati. Petenun yang lain beranggapan bahwa proses yang akan mereka ikuti akan sangat lama dan membuang waktu.

Sebenarnya dengan adanya kebijakan pemerintah dengan bantuan pinjaman koperasi Rp5.000.000/tahun ini cukup membantu bagi para petenun karena pinjaman ini murni tanpa bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tetapi karena didaerah ini tidak begitu serius mengurusnya sehingga pinjaman itu hanya dapat dirasakan oleh petenun di daerah lain.

4. Faktor Sosial Budaya, dan Demografi

Faktor sosial budaya dan demografi merupakan faktor yang memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha kecil tenun Ulos Mutiara Manalu. Dimana daerah Tarutung adalah mayoritas jumlah penduduknya adalah suku Batak yang memiliki pola pandang yang positif terhadap Ulos. Sebagai masyarakat Batak, yang memiliki system keterikatan dan memegang teguh adat istiadat maka pada umumnya masyarakat di daerah Tarutung masih menggunakan ulos dalam berbagai acara/kegiatan yang mereka lakukan.

Usaha tenun Ulos Mutiara Manalu tidak terlalu jauh dari sarana transportasi, dekat dengan pemasok yaitu pasar Tarutung. Dimana setiap harinya di pasar Tarutung ada penjual benang dan perlengkapan lainnya. Sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa pemasok benang, bahwa benang yang mereka jual adalah benang yang berasal dari Bandung.


(62)

5. Faktor Teknologi

Faktor teknologi yang semakin berkembang dapat memudahkan para pengusaha tenun untuk dapat melakukan kegiatan bisnis sampai ke luar daerah bahkan sampai ke luar negeri tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat asalkan ada jaringan untuk memanfaatkan media internet.

a. Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal usaha tenun ulos Mutiara Manalu yang menghasilkan komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional usaha.

1. Ancaman Masuknya pendatang Baru

Pada umumnya masyakakat di daerah Tarutung sejak kecil sudah diwariskan keterampilan bertenun. Mutiara manalu adalah seorang petenun senior. Mutiara Manalu dipercayai oleh masyarakat sekitar untuk mengajari cara bertenun dan telah bergerak di bidang usaha yang sama. Pendatang baru yang sangat berpengaruh dalam usaha tenun ulos adalah pendatang yang bertenun dengan menggunakan tenun mesin. Dimana kedatangan usaha tenun mesin ini mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk membeli ulos hasil tenun tradisional yang diakibatkan oleh keadaan ekonomi. Masyarakat cenderung untuk memilih mengunakan tenun mesin karena ulos hasil tenun mesin lebih murah dibandingkan ulos hasil tenun tradisional.

Untuk menghadapi hal tersebut maka usaha Mutiara Manalu selalu berusaha membuat kualitas hasil tenun yang lebih baik dan lebih rapi dibandingkan dengan tenun yang ada di pasar tradisional yang berasal dari daerah lain seperti Siantar, Balige, dan sebagainya. Ulos yang berasal dari Daerah Siantar dan Balige diproduksi secara massal


(63)

dan menggunakan tenun mesin. Sehingga tidak terlalu memperhatikan mutu hasil tenunan secara detail.

2. Persaingan diantara Perusahaan yang Sama

Banyaknya petenun di daerah Tarutung dan khususnya di daerah Rura Pasar tidak ditanggapi terlalu serius walaupun hal tersebut bisa menjadi ancaman langsung bagi tenun ulos Mutiara Manalu. Karena Mutiata merupakan seorang petenun senior yang telah mengajari banyak orang untuk bertenun di lingkungannya dan sejak dahulu sudah mempunyai langganan yaitu penampung ulos Usaha Kembar. Persaingan yang dirasakan oleh para petenun adalah bagaimana membuat hasil tenunan menjadi lebih rapi dan lebih menarik supaya harganya lebih mahal dibeli oleh penampung.

3. Ancaman Produk substitusi atau Jasa Pengganti

Produk substitusi maksudnya adalah produk-produk yang dapat menjadi alternatif. Produk substitusi dari usaha tenun ulos adalah sarung. Masyarakat Batak modern beranggapan bahwa lebih baik membeli sarung dibandingkan membeli Ulos. Produk substitusi ini muncul karena adanya pergeseran pola pandang terhadap ulos. Dari segi pemakaiannya, masyarakat lebih sering memakai sarung. Ulos hanya dipakai dalam acara-acara tertentu. Ada istilah yang familiar dalam masyarakat bahwa ‘’ulos itu yang memakai adalah lemari karena lebih sering disimpan dalam lemari dibandingkan dipakai dalam kehidupan sehari-hari”. Namun disisi yang lain, keberadaan produk substitusi ini juga dapat menjadi peluang untuk dapat mengembangkan usaha tenun bukan untuk mempertahankan ulos.


(64)

4. Kekuatan Penawaran Pembeli

Dalam dunia usaha tenun ulos, kekuatan penawaran pembeli itu berasal dari penampung karena pada umumnya petenun termasuk Mutiara Manalu tidak mengerti masalah pemasaran sehingga penampung bebas menentukan harga kepada produsen. Ada beberapa petenun yang sudah dikendalikan oleh penampung karena tersebut diberikan modal untuk membuka usaha tenun. Apabila tidak menjual langsung kepada penampung maka mereka akan kewalahan untuk menjual hasil tenun mereka. Apabila misalnya tidak laku, maka mereka akan rela rugi dengan menjual kepada penjual ulos dipasar dengan harga yang sangat rendah.

5. Kekuatan Pemasok

Pemasok yang dimaksud disini adalah penjual benang yang berada di pasar Tarutung. Masalah pemasok sangat mempengaruhi keadaan suatu usaha. Adapun benang yang dijual di pasar Tarutung sebagai bahan pasokan untuk para petenun adalah benang yang berasal dari Bandung. Mutiara Manalu sejak dahulu sudah memiliki langganan khusus sebagai pemasok yang bersumber dari pasar Tarutung. Mereka sudah lama menjalin hubungan kerjasama yang baik. Pembayaran boleh dilakukan dengan memberikan panjar atau pelunasan dikemudian hari setelah kain tenun sudah terjual. 4.6 Analisis SWOT

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan menggunakan SWOT sebagai alat untuk membantu dalam mengembangkan usaha tenun ulos. analisis SWOT merupakan suatu analisis untuk dapat mengidentifikasi berbagai faktor ancaman dan peluang. Matriks SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan untuk membantu para perencana strategi dalam proses penentuan strategi. Matriks SWOT


(65)

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tenun Mutiara Manalu.

4.6.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil tenun ulos. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a. Identifikasi faktor kekuatan

Usaha tenun ulos Mutiara Manalu merupakan salah satu usaha tenun yang sudah termasuk lama berdiri di Jalan Farel Rura Pasar nomor 16 Tarutung. Adapun lokasi usaha ini tidak terlalu jauh dari pinggir jalan raya sehingga dekat dengan akses transportasi sehingga mudah untuk mendapatkan bahan produksi dan juga daerah ini merupakan daerah yang aman.

Kualitas benang yang digunakan usaha tenun Mutiara Manalu adalah benang yang memiliki kualitas baik yang disebut dengan benang saratus. Berbeda dengan benang yang digunakan petenun lainnya. Untuk menghasilkan sebuah tenun yang baik Mutiara Manalu mempunyai kreativitas dalam memadupadankan warna.

b. Identifikasi faktor kelemahan

Usaha tenun ulos Mutiara manalu masih memiliki pola pikir yang dimanajemen sebagai petenun. Mutiara Manalu tidak mau menggunakan pinjaman koperasi sebesar Rp5.000.000,00/tahun yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petenun. Mereka juga tidak mau mengikuti pelatihan yang


(66)

diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Usaha ini merasa selalu kekurangan modal dalam melakukan pengembangan usaha.

Usaha ini juga belum mempunyai manajemen waktu yang baik dalam melakukan kegiatan produksi. Biasanya mereka bekerja tergantung keinginan mereka yang mengakibatkan akan adanya penolakan permintaan. Dari segi pencatatan keuangan, usaha ini belum melakukan pencatatan keuangan tidak pernah mencatat apapun yang terjadi didalam proses perjalanan usaha.

Untuk dapat memperoleh pasar yang lebih luas maka seharusnya usaha ini mempunyai sistem pemasaran. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Mutiara Manalu karena tidak langsung menghadapi konsumen.


(67)

Tabel 4.1 Matriks IFAS

Faktor Strategi Internal Bobo Rat Bobot x Rating Kekuatan

1. Menghasilkan produk berkualitas.

2. Keterampilan yang sudah matan kreativitas dalam memadupad warna.

3. Suasana lingkungan kerja yang a 4. Produk yang dihasilkan bernila

tinggi.

5. Dekat dengan sarana transportas

0, 20 0,15 0,05 0,10 0,05 4 3 1 4 2 0,60 0,60 0,05 0,40 0,10

Subtotal 0,6 1,75

Kelemahan

1. Tidak mau mengikuti pelatiha menggunakan dana koperasi. 2. Belum memiliki karyawan. 3. Tidak memiliki sistem penc

keuangan.

4. Tidak mempunyai manajemen baik.

5. Kelangsungan usaha terga penampung.

6. Tidak memiliki system pemasara

0,10 0,15 0,05 0,05 0,05 0,05 1 3 4 2 2 3 0,10 0,45 0,20 0,10 0,10 0,15

Subtotal 1,1

Total 1,00 2,85

Sumber: Data diolah peneliti, 2014

Dari table 4.2 menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada kelemahannya. Adapun subtotal untuk kekuatan adalah 1,75 sedangkan kelemahannya adalah 1,1. Selisih daripada kekuatan dan kelemahan adalah sebesar 0,65. Skor total matriks IFAS sebesar 2,85 menunjukkan posisi usaha kecil berada pada posisi baik dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk dapat mengatasi kelemahan.


(1)

juga tidak saya gunakan. Karena terlalu syaratnya.

25 Kenapa namboru? Malas. Menghabiskan waktu saja.

26 Ada tidak rencana nam

mengembangkan usaha ini?

Ada. Tapi kami tidak cukup modal. K menurut saya lumayan juga ini pengh bertenun apalagi tenun ini sudah se terkenal ke luar daerah. Seperti tenun s ynag sudah saya tenu yang sudah d artis (Astrid).

27 Namboru merasa terganggu tidak d kehadiran ulos tenun mesin?

Tidak. Karena didaerah ini belum ada bertenun pakai mesin.

28 Didaerah ini banyak tidak orang bertenun?

Lumayanlah. Tapi itu banyak juga yang ajari. Bukan hanya didaerah ini yang ajari tapi ada juga dari kelurahan lain. 29 Namboru tidak takut disaingi? Tidak. Saya kan sudah petenun senior

Lagi pula ada juga mereka yang suda 50 tahunan.

30 Apakah untuk mengajari mereka nam diberi imbalan?

Iya. Tapi kadang-kadang mereka mau jahat tidak mau membayar lunas. Tap pikir biarlah. Tuhan mahatahu untuk o orang yang demikian.


(2)

Gambar Alat Tenun


(3)

Gambar Proses Mangani


(4)

Gambar proses tenun ulos.


(5)

Dokumen wawancara dengan pemilik


(6)

Gambar Tenun Sarung


Dokumen yang terkait

Beberapa Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Pengembangan Usaha Tani Melon di Kabupaten Deli Serdang ( Studi Kasus : Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 41 110

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Produktivitas Jagung (Studi Kasus : Kelurahan Tigabinanga, Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

13 104 70

Strategi Adaptasi Pemasaran Kerajinan Tenun Ulos Pada Pasar Tradisional Di Kota Medan (Studi Di Pusat Pasar Medan)

15 134 107

Upaya Pengembangan Usaha Industri Dodol Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Masyarakat ( Studi Kasus : Kec. Tanjung Pura Kab. Langkat

0 17 62

Prospek Pengembangan Usaha Tani Melon Dan Usaha Tani Semangka Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Pasar V Kebun Kelapa, Kec. Beringin, Kab. Deli Serdang)

1 51 154

Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram (Studi Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Bapak Koko Tanjung Slamet, Medan Sunggal)

26 182 111

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Pada Usaha Batu Bata Kembar Di Desa Saba Sitahul-tahul, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara)

5 144 107

Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Tenun Ulos di Kelurahan Sukamaju, Kota Pematangsiantar

0 19 156

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian - Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu

0 2 50

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi - Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tenun Ulos Mutiara Manalu

0 0 17