BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah - Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah yang dimaksud adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah yang dalam istilah lain dikenal dengan local government, mempunyai tugas utama yaitu menyelenggarakan segala kegiatan pemerintahan di daerah sesuai dengan sistem pemerintahan yang dianut oleh negara. Dan secara spesifik, tuntutan adanya pelaksanaan pemerintahan daerah dengan semangat reformasi yang intinya adalah sebagai pelayan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah diadakan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance ), pemerintah terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara. Usaha reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk dapat mencapai good governance tersebut, diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan dapat berpedoman pada sebuah standar akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.
Harapan tersebut pun terwujud. Standar Akuntansi Pemerintahan telah ditetapkan dengan sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk kali pertama Indonesia memiliki sebuah standar dan pedoman baku tentang akuntansi pemerintahan sejak merdeka.
Terbitnya Standar Akuntansi Pemerintahan ini juga mengukuhkan peran penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi dapat dikatakan Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan kegiatan pemerintahan.
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam melakukan penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip- prinsip yang berlaku secara universal. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam melakukan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntanbilitas. Kelak diharapkan seluruh instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mampu mengimplementasikan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan maksimal sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak pengguna informasi.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari Kerangka Konseptual dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kerangka Konseptual sejatinya bukan merupakan standar, yang dalam artiannya tidak harus diikuti secara kaku. Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual itu sendiri, bahwa fungsi Kerangka Konseptual adalah acuan bagi penyusun standar dalam melakukan penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan dan juga acuan bagi pengguna untuk menyajikan transaksi yang tidak diatur dalam pernyataan standar. Standar Akuntansi Pemerintahan menganut azas lex specialis derogate lex generalis, artinya hal yang diatur secara spesifik dalam pernyataan standar mengalahkan hal yang diatur secara umum dalam Kerangka Konseptual.
Pernyataan Sistem Akuntansi Pemerintahan (PSAP) terdiri dari 11 (sebelas) pernyataan, yaitu: 1.
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap 8.
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban 10.
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan acuan wajib dalam penyajian laporan keuangan entitas pemerintah. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan seusai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor yakni Badan Pemeriksa Keuangan akan menggunakannya sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit. Dengan demikian, Standar Akuntansi Pemerintahan menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi dan sudut pandang antara penyusun, pengguna dan auditor.
Oleh karena Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan pedoman yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah maka sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. Kewenangan untuk menetapkan atau mengatur sistem akuntansi berada pada Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.1 Definisi
Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkungan pemerintah, baik pemerintah pusat beserta departemen, maupun pemerintah daerah berserta dinas yang dibawahi. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan diyakini mampu memberi dampak positif berupa adanya peningkatan kualitas dalam hal penyajian dan pelaporan keuangan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini berarti informasi keuangan pemerintah akan mampu menjadi dasar pengambilan keputusan dan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Sedangkan menurut Halim (2007:245), laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pemerintah daerah pada suatu saat dan atau periode tertentu. Istilah laporan keuangan daerah meliputi semua laporan, informasi dan berbagai penjelasan yang mengikuti laporan tersebut dan diakui sebagai bahagian dari laporan keuangan.
Dari kedua pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat tentang kekayaan dan posisi keuangan yang merupakan pencerminan dari hasil aktivitas ekonomi pemerintah daerah pada suatu periode tertentu.
Laporan keuangan pun merupakan representasi daripada posisi transaksi-transaksi akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang dinyatakan dalam satuan uang.
2.3.2 Karakteristik
Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu.
Setelah konsep dan tujuan akuntansi ditetapkan, karakteristik kualitatif yang harus melekat pada informasi akuntansi merupakan dasar dalam pemilihan alternatif prinsip akuntansi.
Menurut Soemarsono (2005:362), bahwa karakteristik laporan keuangan daerah merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. Karakteristik kualitatif juga merupakan ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuan. Karakteristik yang dimaksud terdiri dari:
1. Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki kriteria sebagai berikut: a.
Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) c. Tepat waktu d. Lengkap 2. Andal (reliable)
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Sah (valid) b. Dapat diverifikasi dan berdaya uji c. Netral 3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan dapat lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
4. Dapat Dipahami
Manfaat informasi akan bertambah apabila dapat dipahami oleh penggunanya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi
Laporan keuangan pemerintah daerah mempunyai peranan prediktif dan prospektif, yang dapat menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Selain daripada itu, laporan keuangan pemerintah daerah juga berperan sebagai penyedia informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan antara realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan umum pembuatan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna informasi dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. Untuk memenuhi tujuan yang dimaksud, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1. Aset 2.
Kewajiban 3. Ekuitas Dana 4. Pendapatan 5. Belanja 6. Transfer 7. Pembiayaan 8. Arus Kas
Selain mempunyai peranan dan tujuan, laporan keuangan pemerintah daerah juga mempunyai beberapa fungsi bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik, yaitu:
1. Penyedia informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh anggaran,
2. Penyedia informasi mengenai cara memperoleh sumber dana ekonomis dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran,
3. Penyedia informasi mengenai jumlah sumber dana ekonomis yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai, 4. Penyedia informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai seluruh kegiatan dalam mencukupi kebutuhan kasnya,
5. Penyedia informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan akibat pajak dan pinjaman,
6. Penyedia informasi mengenai perubahan posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
2.3.4 Komponen dan Format
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:25) menyatakan bahwa ada empat komponen laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan Realisasi Anggaran 2.
Neraca 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan atas Laporan Keuangan
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit yang mempunyai perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara atau daerah, dan atau sebagai kuasa bendaharawan umum negara atau daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingkan dengan anggaran dalam satu periode akuntansi. Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah untuk menetapkan dasar-dasar penyajian bagi pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas dan transparansi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan tujuan khusus pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Perbandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat ketercapaian target- target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Ulum (2004:192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat didefinisikan sebagai berikut: a.
Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, yang tidak perlu dibayarkan kembali.
b.
Belanja adalah semua pengeluaran rekening kas umum yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayaran oleh pemerintah.
c.
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Berikut adalah format Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.1
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……………………
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1
(dalam Rupiah) Anggaran Lebih No Uraian setelah Realisasi
(Kurang) 1 2 Perubahan 3 4 5
1 PENDAPATAN
2 Pendapatan Asli Daerah
3 Pendapatan Pajak Daerah
4 Pendapatan Retribusi Daerah
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
36 Belanja Hibah
29 Jumlah (7 + 23 + 28)
30 BELANJA
31 Belanja Operasi
32 Belanja Pegawai
33 Belanja Barang
34 Belanja Bunga
35 Belanja Subsidi
37 Belanja Bantuan Sosial
27 Pendapatan Lainnya
38 Belanja Bantuan Keuangan
39 Jumlah (31 s/d 37)
40 Belanja Modal
41 Belanja Tanah
42 Belanja Peralatan dan Mesin
43 Belanja Gedung dan Bangunan
44 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
45 Belanja Aset Tetap Lainnya
28 Jumlah (25 s/d 27)
26 Pendapatan Dana Darurat
6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
15 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya
7 Jumlah (3 s/d 6)
8 Pendapatan Transfer
9 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
10 Dana Bagi Hasil Pajak
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
12 Dana Alokasi Umum
13 Dana Alokasi Khusus
14 Jumlah (10 s/d 13)
16 Dana Otonomi Khusus
25 Pendapatan Hibah
17 Dana Penyesuaian
18 Jumlah (16 s/d 17)
19 Transfer Pemerintah Provinsi
20 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
21 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
22 Jumlah (20 s/d 21)
23 Jumlah (14 + 18 + 22)
24 Lain-lain Pendapatan yang Sah
46 Belanja Aset Lainnya
47 Jumlah (41 s/d 46)
63 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Neraca Menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur-unsur yang terkait dapat didefinisikan sebagai berikut: a.
75 SILPA (58 + 74) 2.
74 Pembiayaan Netto (67 - 73)
73 Jumlah (69 s/d 72)
72 Pemberian Pinjaman
71 Pembayaran Pokok Utang
70 Penyertaan Modal Investasi
69 Pembentukan Dana Cadangan
68 Pengeluaran Pembiayaan
67 Jumlah (61 s/d 66)
66 Penerimaan Piutang
65 Penerimaan Kembali Pinjaman
64 Penerimaan Pinjaman
62 Pencairan Dana Cadangan
48 Belanja Tidak Terduga
61 Penggunaan SILPA
60 Penerimaan Pembiayaan
59 PEMBIAYAAN
58 SURPLUS / DEFISIT (29 - 57)
57 Jumlah (47 + 50 + 56)
56 Jumlah (53 s/d 55)
55 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
54 Bagi Hasil Retribusi
53 Bagi Hasil Pajak
52 Transfer Bagi Hasil
51 Transfer
50 Jumlah
49 Belanja Tidak Terduga
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan budaya dan sejarah.
b.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharpkan mengakibatkan aliran sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
c.
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih yang dimiliki pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan.
Berikut adalah format Neraca sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.2
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……………………
NERACAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(dalam Rupiah) No Uraian 1 2
20X1 3
20X0 4
1 ASET
2 Aset Lancar
3 Kas di Kas Daerah
4 Kas di Bendahara Pengeluaran
5 Kas di Bendahara Penerimaan
6 Investasi Jangka Pendek
7 Piutang Pajak
39 Konstruksi dalam Pengerjaan
31 Jumlah (29 s/d 30)
32 Jumlah (27 + 31)
33 Aset Tetap
34 Tanah
35 Peralatan dan Mesin
36 Gedung dan Bangunan
37 Jalan, Irigasi dan Jaringan
38 Aset Tetap Lainnya
40 Akumulasi Penyusutan
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
41 Jumlah (35 s/d 41)
42 Dana Cadangan
43 Dana Cadangan
44 Jumlah
45 Aset Lainnya
46 Tagihan Penjualan Angsuran
47 Tuntutan Perbendaharaan
48 Tuntutan Ganti Rugi
30 Investasi Permanen Lainnya
28 Investasi Permanen
8 Piutang Retribusi
17 Persediaan
9 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
10 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
11 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat
12 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
16 Piutang Lainnya
18 Jumlah (3 s/d 17)
27 Jumlah (21 s/d 26)
19 Investasi Jangka Panjang
20 Investasi Non Permanen
21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya
24 Investasi dalam Surat Utang Negara
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan
26 Investasi Non Permanen Lainnya
49 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
50 Aset Tak Berwujud
80 Cadangan Persediaan
73 Jumlah (67 s/d 72)
74 Jumlah (65 + 73)
75 EKUITAS DANA
76 Ekuitas Dana Lancar
77 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
78 Pendapatan yang Ditangguhkan
79 Cadangan Piutang
81 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
71 Utang Dalam Negeri - Obligasi
82 Jumlah (77 s/d 81)
83 Ekuitas Dana Investasi
84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
87 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
88 Jumlah (84 s/d 87)
72 Utang Jangka Panjang Lainnya
70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
51 Aset Lain-lain
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
52 Jumlah (46 s/d 51)
53 Jumlah (18 + 32 + 41 + 44 + 52)
54 KEWAJIBAN
55 Kewajiban Jangka Pendek
56 Utang Perhitungan Pihak Ketiga
57 Utang Bunga
58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
69 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi
63 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya
64 Utang Jangka Pendek Lainnya
65 Jumlah (56 s/d 64)
66 Kewajiban Jangka Panjang
67 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
89 Ekuitas Dana Cadangan
90 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
91 Jumlah
92 Jumlah (82 + 88 + 91)
93 Jumlah (74 + 92) 3.
Laporan Arus Kas Menyajikan informasi kas yang berhubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama satu periode tertentu. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Menurut Ulum (2004:228) unsur yang dicakup langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
a.
Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk dari bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
b.
Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan dan aktivitas non anggaran.
Berikut adalah format Laporan Arus Kas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
Tabel 2.3
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……………………
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1 DAN 20X0
20X1
26 Belanja Tidak Terduga
20 Belanja Pegawai
21 Belanja Barang
22 Bunga
23 Subsidi
24 Hibah
25 Bantuan Sosial
27 Bagi Hasil Pajak
18 Jumlah (3 s/d 17)
28 Bagi Hasil Retribusi
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
30 Jumlah (20 s/d 29)
31 Arus Kas Bersih (18 - 30)
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
33 Arus Kas Masuk
19 Arus Kas Keluar
17 Pendapatan Lainnya
20X0 1 2 3 4
7 Dana Bagi Hasil Pajak
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Kas Masuk
3 Pendapatan Pajak Daerah
4 Pendapatan Retribusi Daerah
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
6 Lain-lain PAD yang Sah
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
16 Pendapatan Dana Darurat
9 Dana Alokasi Umum
10 Dana Alokasi Khusus
11 Dana Otonomi Khusus
12 Dana Penyesuaian
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
(dalam Rupiah) No Uraian
15 Pendapatan Hibah
34 Pendapatan Penjualan Atas Tanah
64 Arus Kas Keluar
57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Bukan Bank
58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
60 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
61 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
62 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
63 Jumlah (52 s/d 62)
65 Pembentukan Dana Cadangan
55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
35 Pendapatan Penjualan Atas Peralatan dan Mesin
43 Belanja Peralatan dan Mesin
36 Pendapatan Penjualan Atas Gedung dan Bangunan
37 Pendapatan Penjualan Atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
38 Pendapatan dari Aset Tetap Lainnya
39 Pendapatan dari Aset Lainnya
40 Jumlah (34 s/d 39)
41 Arus Kas Keluar
42 Belanja Tanah
44 Belanja Gedung dan Bangunan
53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
46 Belanja Aset Tetap Lainnya
47 Belanja Aset Lainnya
48 Jumlah (42 s/d 47)
49 Arus Kas Bersih (40 - 48)
50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
51 Arus Kas Masuk
52 Pencairan Dana Cadangan
73 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
74 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
85 Arus Kas Bersih (81 - 84)
Catatan atas Laporan Keuangan Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pihak tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan pemerintah memiliki potensi memunculkan kesalahpahaman bagi pembacanya.
91 Saldo Akhir Kas (88 + 89 + 90) 4.
90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
88 Saldo Akhir Kas di BUD (86 + 87)
87 Saldo Awal Kas di BUD
86 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 77 + 85)
84 Jumlah
75 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
83 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
82 Arus Kas Keluar
81 Jumlah
80 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
79 Arus Kas Masuk
78 Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
77 Arus Kas Bersih (63 - 76)
76 Jumlah (65 s/d 75)
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah secara wajar. Catatan atas laporan keuangan juga menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, yaitu: a.
Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN, Peraturan Daerah tentang APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target, b.
Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan, c.
Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya, d.
Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, e.
Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. : Musythari B. Panggabean (050522112) Nama (NIM)
Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan di SKPD Dinas Pendapatan Pemkab. Aceh Tamiang
Rumusan Masalah : Apakah laporan keuangan SKPD Dinas Pendapatan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlaku?
Hasil Penelitian : Penyajian laporan keuangan tahun 2007 telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Namun masih terdapat kesalahan dalam penyajian format dan pos pada laporan keuangan.
2. : Riodinar Harianja (050522007) Nama (NIM)
Judul : Penerapan SAP pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) pada Pemerintahan Kabupaten TOBASA Rumusan Masalah : Apakah penerapan SAP pada SKPKD Pemkab.
TOBASA telah disusun berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan PP No. 24 Tahun 2005?
Hasil Penelitian : Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Toba Samosir pada saat ini diatur dengan Peraturan Bupati Toba Samosir No. 27 Tahun 2007, tentang sistem prosedur pengelolaan keuangan yang transparansi yang sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 sehingga tuntutan SAP dan transparansi dapat dipenuhi.
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jelas dan transparansi penyajian laporan keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat serta kesesuaiannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, kerangka konseptual dapat penulis sajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka KonseptualBadan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat
Penatausahaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Sistem Akuntansi Pemerintahan
Sumber Daya Manusia Perangkat Pendukung Laporan Keuangan Pemerintah Daerah