Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

oleh:

NANSHA RAMADHANA YATUHIDIKA NIM. 080522137

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari tempat penelitian, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah serta etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan unsur plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, … Mei 2012

Nansha Ramadhana Yatuhidika NIM. 080522137


(3)

KATA PENGANTAR

Maha Suci Engkau ya Allah. Penulis kerap lalai mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada penulis dan belum sempat penulis memuji-Mu, sebagaimana layaknya Engkau dipuji, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji. Atas segala karunia, rahmat, hidayah dan kekuatan yang telah Engkau berikan kepada penulis selama ini ya Allah, penulis dapat merangkai dan menguraikan kata demi kata sehingga menjadi sebuah skripsi. Tiada tempat penulis bersyukur kecuali kepada-Mu ya Allah.

Rangkaian penulisan skripsi yang diberi judul Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan serta kelengkapan referensi yang penulis miliki terkadang menjadi kendala dalam penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, kesemuanya itu dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya seperti yang diharapkan.

Tidak terlepas dari semua itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar penulis atas dukungan, nasehat dan bantuan finansial yang telah diberikan, terutama kepada Ayahanda dan Ibunda tersayang.


(4)

Dengan hati yang tulus dan ikhlas, pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan membimbing dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE, MAFIS, Ak, selaku Ketua

Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembaca Penilai.

5. Bapak Drs. H. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing.

6. Segenap pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten

Langkat.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari segala salah dan khilaf, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang selama ini sangat dekat dengan penulis.

Layaknya peribahasa yang mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak, begitu pula dengan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa rangkaian penulisan skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(5)

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi dunia akuntansi pemerintahan pada khususnya.

Medan, … Mei 2012

Nansha Ramadhana Yatuhidika NIM. 080522137


(6)

ABSTRAK

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang memiliki hubungan terhadap masalah yang sedang dibahas dan kemudian membuat kesimpulan dan saran yang dianggap penting. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pegawai yang terkait pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat, sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi pemerintah kabupaten Langkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, walaupun masih terdapat kekurangan dan keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.

Kata Kunci : Laporan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Standar Akuntansi Pemerintahan.


(7)

ABSTRACT

ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENT PRESENTATION ON FINANCE AND ASSET MANAGEMENT AGENCY

LANGKAT DISTRICT GOVERNMENT

This study and research aims to determine and analyze the suitability of the Government Regulation Number 24 of 2005 regarding Government Accounting Standards.

This research used descriptive analytical method, by collecting, collating, interpreting and analyzing data from the formulation of the problems and the do a comparison of the theories that have a relationship to the issues being discussed and then make conclusions and recommendations are considered important. Types and sources of data used ini this study is composed of primary and secondary data. Primary data was obtained directly through interviews with the Finance and Asset Management Agency, and secondary data obtained from the publication by District Government of Langkat.

The result of research showed that the presentation of regional financial statement by Langkat District Government in accordance with legislation in force, altough there are still shortcomings and delays in the presentation of these financial statements.

Keyword : Regional Finacial Statement, Government Regulation Number 24 of 2005, The Government Accounting Standards.


(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ……… vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ……… vii

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR TABEL ……… xi

LEMBAR PENILAIAN PEMBIMBING ……… xii

LEMBAR PENILAIAN PEMBACA ……… xiii

LEMBAR PERSETUJUAN ……… xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 5

1.3 Tujuan Penelitian ……… 6

1.4 Manfaat Penelitian ……… 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah ……… 8

2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 ……… 8

2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ……… 12

2.3.1 Definisi ……… 12

2.3.2 Karakteristik ……… 13

2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi ……… 15

3.3.4 Komponen dan Format ……… 17

2.4 Penelitian Terdahulu ……… 30

2.5 Kerangka Konseptual ……… 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 32

3.4 Teknik Analisis Data ……… 33

3.5 Jadwal dan Lokasi Penelitian ……… 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ……… 34

4.1.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Langkat …… 34

4.1.1.1 Sejarah Singkat ……… 34


(10)

4.1.1.3 Visi dan Misi ……… 38

4.1.1.4 Struktur Organisasi ……… 40

4.1.1.5 Uraian Jabatan BPKAD ……… 43

4.1.2 Faktor Pendukung Penyajian Laporan Keuangan ……… 44

4.1.3 Perubahan terhadap Penyajian Laporan Keuangan …… 46

4.1.4 Penyajian Laporan Keuangan ……… 48

4.2 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ……… 54

4.2.1 Analisis Penyajian Laporan Keuangan ……… 54

4.2.2 Analisis Strategi dan Faktor Pendukung ……… 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 67

5.2 Saran ……… 68


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Format Laporan Realisasi Anggaran ……… 19

Tabel 2.2 Format Neraca ……… 22

Tabel 2.3 Format Laporan Arus Kas ……… 26

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Langkat ……… 48

Tabel 4.2 Neraca Kabupaten Langkat ……… 49


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

Sebagai dosen pembimbing saya telah memberikan bimbingan dan perbaikan seperlunya atas skripsi:

Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika

N I M : 080522137

Program Studi : Akuntansi

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

Setelah memperhatikan proposal, proses penulisan, substansi dan teknik penulisan saya memberikan nilai 82 untuk skripsi tersebut di atas.

Medan, … April 2012

Dosen Pembimbing,

NIP. 19600110 198603 1 003


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

Sebagai pembaca penilai saya telah memberikan koreksi dan perbaikan seperlunya atas skripsi:

Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika

N I M : 080522137

Program Studi : Akuntansi

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

Setelah memperhatikan substansi dan teknik penulisan saya memberikan nilai 85

untuk skripsi tersebut di atas.

Medan, … Juni 2012

Pembaca Penilai,

NIP. 19670904 199403 1 004 Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak.


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika

N I M : 080522137

Program Studi : Akuntansi

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

Tanggal: …… Juni 2012 Ketua Program Studi Akuntansi

NIP. 19670904 199403 1 004 Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak.

Tanggal: …… Juni 2012 Ketua Departemen Akuntansi

NIP. 19580222 198203 1 003


(16)

ABSTRAK

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang memiliki hubungan terhadap masalah yang sedang dibahas dan kemudian membuat kesimpulan dan saran yang dianggap penting. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pegawai yang terkait pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat, sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi pemerintah kabupaten Langkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, walaupun masih terdapat kekurangan dan keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.

Kata Kunci : Laporan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Standar Akuntansi Pemerintahan.


(17)

ABSTRACT

ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENT PRESENTATION ON FINANCE AND ASSET MANAGEMENT AGENCY

LANGKAT DISTRICT GOVERNMENT

This study and research aims to determine and analyze the suitability of the Government Regulation Number 24 of 2005 regarding Government Accounting Standards.

This research used descriptive analytical method, by collecting, collating, interpreting and analyzing data from the formulation of the problems and the do a comparison of the theories that have a relationship to the issues being discussed and then make conclusions and recommendations are considered important. Types and sources of data used ini this study is composed of primary and secondary data. Primary data was obtained directly through interviews with the Finance and Asset Management Agency, and secondary data obtained from the publication by District Government of Langkat.

The result of research showed that the presentation of regional financial statement by Langkat District Government in accordance with legislation in force, altough there are still shortcomings and delays in the presentation of these financial statements.

Keyword : Regional Finacial Statement, Government Regulation Number 24 of 2005, The Government Accounting Standards.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Reformasi pada sistem keuangan daerah terjadi ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini merupakan bentuk respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi. Undang-Undang tersebut pada dasarnya merupakan upaya untuk memperluas otonomi daerah, sehingga arus desentralisasi dan dekonsentrasi dapat berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, diharapkan selain dapat menciptakan demokratisasi ekonomi, khususnya dalam hal persamaan menggali dan memanfaatkan potensi daerah, otonomi daerah juga diharpkan mampu mewujudkan liberalisasi ekonomi. Liberalisasi yang dimaksud dapat terealisasi apabila pemerintah daerah mampu mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya secara optimal. Artinya, pemerintah daerah dengan segala daya dan upayanya harus terus menggali dan mengembangkan potensi daerah dengan sungguh-sungguh, baik dalam bidang sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Ketika dimulainya otonomi daerah, harapan yang muncul adalah pemerintah daerah semakin mandiri dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun melakukan pembangunan diberbagai bidang di daerah


(19)

masing-masing, karena setiap daerah diberikan kebebasan mutlak oleh pemerintah pusat untuk mengelola daerahnya. Oleh karena itu daerah juga diberi kebebasan dalam hal penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan daerah selain mampu memberikan penilaian prestasi kerja pemerintah, juga mampu menyediakan informasi sebagai dasar penyusunan anggaran pada periode berikutnya.

Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan daerah, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan diberbagai bidang untuk mendukung agar reformasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang signifikan perubahan adalah dalam bidang akuntansi pemerintahan. Karena melalui proses akuntansi inilah dihasilkan informasi yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Perubahan dibidang akuntansi pemerintahan adalah adanya Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan sesungguhnya adalah upaya dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah, sehingga laporan keuangan yang dimaksud mampu meningkatkan kredibilitasnya dan pada akhirnya akan mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Sehingga sistem pemerintahan yang baik atau Good Governance dapat tercapai. Maka daripada itu, ditetapkanlah peraturan sebagai pedoman yang mampu mengatur dan mengelola penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


(20)

Akuntansi Pemerintahan. Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tersebut, selain untuk mewujudkan good governance juga merupakan jawaban atas penantian adanya pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah yang dapat berterima umum yang telah diamanatkan oleh beberapa peraturan perundang-undangan sebelumnya.

Penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

mewujudkan good governance. Karena mampu memenuhi tiga elemen yang

disyaratkan, yaitu akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Akuntanbilitas karena adanya standar, pengungkapan efektivitas dan efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupun Daerah (APBN/APBD) menjadi kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Transparansi memberikan Badan Pemeriksa Keuangan selaku pengawas keuangan pemerintah untuk lebih mudah mencari dan mengungkap tindakan penyelewengan terhadap pos-pos tertentu karena mempunyai basis baku dan komprehensif dalam menjalankan tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan pemerintah daerah. Partisipatif karena segenap masyarakat pada setiap daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah semakin mampu mengendalikan keuangan di daerahnya.

Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.


(21)

Dengan demikian Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan persyaratan mutlak yang memiliki kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualaitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintahan ini menjadi acuan bagi semua entitas pelaporan dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah sebagai pertanggungjawaban kepada pihak-pihak di luar eksekutif. Standar Akuntansi Pemerintahan berguna bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan. Sedangkan bagi Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor, Standar Akuntansi Pemerintahan digunakan sebagai kriteria dalam penilaian dan pemberian pendapat atas informasi keuangan yang disajikan. Dengan demikian Standar Akuntansi Pemerintahan mampu menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi dan sudut pandang antara penyusun, pengguna dan pemerikasa laporan keuangan pemerintah daerah.

Standar Akuntansi Pemerintahan juga digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Tanpa adanya standar yang baku, dapat menimbulkan perbedaan laporan keuangan yang disajikan tiap daerah yang kemudian akan memunculkan persoalan-persoalan baru pada level nasional. Oleh karena pentingnya Standar Akuntansi Pemerintahan, maka setiap panyajian laporan keuangan daerah harus selalu mempedomani standar ini, meskipun setiap pemerintah daerah belum mampu sepenuhnya menerapkan standar ini. Dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari faktor pendukung seperti sumber daya manusia hingga perangkat yang digunakan


(22)

untuk membantu dalam penyajian laporan keuangan. Namun dalam penyajian laporan keuangan daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Langkat belum sepenuhnya mampu sehingga masih mengalami kendala-kendala yang menyebabkan penyajian laporan keuangan tidak berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu bentuk kendala yang dihadapi adalah keterbatasan sumber daya manusia untuk mampu mengikuti peraturan yang menjadi pedoman, keterbatasan jumlah dan kualitas perangkat yang tersedia untuk dapat digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang memiliki judul

“Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam membahas objek penelitian tertentu, diperlukan perumusan masalah sebagai bahan untuk dilakukan analisis sehingga dapat diberikan saran-saran yang bersifat korektif dan konstruktif. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut

1. Apakah penyajian laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten


(23)

2. Apakah strategi dan faktor-faktor pendukung yang harus dimiliki oleh pemerintah kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan daerah agar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kesesuaian dalam hal penyusunan dan penyajian laporan

keuangan pemerintah daerah dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.

2. Mengetahui berbagai strategi dan faktor pendukung yang harus dimiliki

oleh pemerintah kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak, yaitu:

1. Penulis

Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pencatatan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.


(24)

2. Pemerintah Kabupaten Langkat

Memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran sebagai pertimbangan dalam pencatatan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah agar dapat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan bagi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat.

3. Pihak lain

Menjadi bahan referensi bagi penelitian yang sejenis demi kesempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah yang dimaksud adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah yang dalam istilah lain dikenal dengan local government, mempunyai tugas utama yaitu menyelenggarakan segala kegiatan pemerintahan di daerah sesuai dengan sistem pemerintahan yang dianut oleh negara. Dan secara spesifik, tuntutan adanya pelaksanaan pemerintahan daerah dengan semangat reformasi yang intinya adalah sebagai pelayan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah diadakan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan


(26)

reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk dapat mencapai good governance tersebut, diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan dapat berpedoman pada sebuah standar akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.

Harapan tersebut pun terwujud. Standar Akuntansi Pemerintahan telah ditetapkan dengan sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk kali pertama Indonesia memiliki sebuah standar dan pedoman baku tentang akuntansi pemerintahan sejak merdeka. Terbitnya Standar Akuntansi Pemerintahan ini juga mengukuhkan peran penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi dapat dikatakan Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan kegiatan pemerintahan.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam melakukan penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara universal. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam melakukan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntanbilitas. Kelak diharapkan seluruh instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mampu mengimplementasikan Standar Akuntansi


(27)

Pemerintahan dengan maksimal sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak pengguna informasi.

Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari Kerangka Konseptual dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kerangka Konseptual sejatinya bukan merupakan standar, yang dalam artiannya tidak harus diikuti secara kaku. Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual itu sendiri, bahwa fungsi Kerangka Konseptual adalah acuan bagi penyusun standar dalam melakukan penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan dan juga acuan bagi pengguna untuk menyajikan transaksi yang tidak diatur dalam pernyataan standar. Standar Akuntansi Pemerintahan menganut azas lex specialis derogate lex generalis, artinya hal yang diatur secara spesifik dalam pernyataan standar mengalahkan hal yang diatur secara umum dalam Kerangka Konseptual.

Pernyataan Sistem Akuntansi Pemerintahan (PSAP) terdiri dari 11 (sebelas) pernyataan, yaitu:

1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan

2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran

3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas

4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan

5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan


(28)

7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap

8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban

10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa

11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan acuan wajib dalam penyajian laporan keuangan entitas pemerintah. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan seusai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor yakni Badan Pemeriksa Keuangan akan menggunakannya sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit. Dengan demikian, Standar Akuntansi Pemerintahan menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi dan sudut pandang antara penyusun, pengguna dan auditor.

Oleh karena Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan pedoman yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah maka sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. Kewenangan untuk menetapkan atau mengatur sistem akuntansi berada pada Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


(29)

2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.3.1 Definisi

Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkungan pemerintah, baik pemerintah pusat beserta departemen, maupun pemerintah daerah berserta dinas yang dibawahi. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan diyakini mampu memberi dampak positif berupa adanya peningkatan kualitas dalam hal penyajian dan pelaporan keuangan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini berarti informasi keuangan pemerintah akan mampu menjadi dasar pengambilan keputusan dan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Sedangkan menurut Halim (2007:245), laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pemerintah daerah pada suatu saat dan atau periode tertentu. Istilah laporan keuangan daerah meliputi semua laporan, informasi dan berbagai penjelasan yang mengikuti laporan tersebut dan diakui sebagai bahagian dari laporan keuangan.

Dari kedua pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat tentang


(30)

kekayaan dan posisi keuangan yang merupakan pencerminan dari hasil aktivitas ekonomi pemerintah daerah pada suatu periode tertentu. Laporan keuangan pun merupakan representasi daripada posisi transaksi-transaksi akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang dinyatakan dalam satuan uang.

2.3.2 Karakteristik

Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Setelah konsep dan tujuan akuntansi ditetapkan, karakteristik kualitatif yang harus melekat pada informasi akuntansi merupakan dasar dalam pemilihan alternatif prinsip akuntansi.

Menurut Soemarsono (2005:362), bahwa karakteristik laporan keuangan daerah merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. Karakteristik kualitatif juga merupakan ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuan. Karakteristik yang dimaksud terdiri dari:

1. Relevan

Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau


(31)

mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

c. Tepat waktu

d. Lengkap

2. Andal (reliable)

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Sah (valid)

b. Dapat diverifikasi dan berdaya uji

c. Netral

3. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan dapat lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

4. Dapat Dipahami

Manfaat informasi akan bertambah apabila dapat dipahami oleh penggunanya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta


(32)

istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi

Laporan keuangan pemerintah daerah mempunyai peranan prediktif dan prospektif, yang dapat menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Selain daripada itu, laporan keuangan pemerintah daerah juga berperan sebagai penyedia informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan antara realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan umum pembuatan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat


(33)

bagi para pengguna informasi dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. Untuk memenuhi tujuan yang dimaksud, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

1. Aset

2. Kewajiban

3. Ekuitas Dana

4. Pendapatan

5. Belanja

6. Transfer

7. Pembiayaan

8. Arus Kas

Selain mempunyai peranan dan tujuan, laporan keuangan pemerintah daerah juga mempunyai beberapa fungsi bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik, yaitu:

1. Penyedia informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan


(34)

2. Penyedia informasi mengenai cara memperoleh sumber dana ekonomis dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran,

3. Penyedia informasi mengenai jumlah sumber dana ekonomis yang

digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai,

4. Penyedia informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah

mendanai seluruh kegiatan dalam mencukupi kebutuhan kasnya,

5. Penyedia informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi

pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan akibat pajak dan pinjaman,

6. Penyedia informasi mengenai perubahan posisi keuangan dan

kondisi pemerintah daerah apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

2.3.4 Komponen dan Format

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:25) menyatakan bahwa ada empat komponen laporan keuangan, yaitu:

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas


(35)

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit yang mempunyai perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara atau daerah, dan atau sebagai kuasa bendaharawan umum negara atau daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

1. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingkan dengan anggaran dalam satu periode akuntansi. Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah untuk menetapkan dasar-dasar penyajian bagi pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas dan transparansi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan tujuan khusus pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Perbandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Ulum (2004:192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan


(36)

pembiayaan. Masing-masing unsur dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum yang

menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, yang tidak perlu dibayarkan kembali.

b. Belanja adalah semua pengeluaran rekening kas umum yang

mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayaran oleh pemerintah.

c. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,

baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

Berikut adalah format Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

Tabel 2.1

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1

(dalam Rupiah)

No Uraian

Anggaran setelah Perubahan

Realisasi Lebih (Kurang)

1 2 3 4 5

1 PENDAPATAN

2 Pendapatan Asli Daerah 3 Pendapatan Pajak Daerah


(37)

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7 Jumlah (3 s/d 6)

8 Pendapatan Transfer

9 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

10 Dana Bagi Hasil Pajak

11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 12 Dana Alokasi Umum

13 Dana Alokasi Khusus 14 Jumlah (10 s/d 13)

15 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 16 Dana Otonomi Khusus

17 Dana Penyesuaian 18 Jumlah (16 s/d 17)

19 Transfer Pemerintah Provinsi 20 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 21 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 22 Jumlah (20 s/d 21)

23 Jumlah (14 + 18 + 22)

24 Lain-lain Pendapatan yang Sah 25 Pendapatan Hibah

26 Pendapatan Dana Darurat 27 Pendapatan Lainnya 28 Jumlah (25 s/d 27)

29 Jumlah (7 + 23 + 28)

30 BELANJA

31 Belanja Operasi 32 Belanja Pegawai 33 Belanja Barang 34 Belanja Bunga 35 Belanja Subsidi 36 Belanja Hibah 37 Belanja Bantuan Sosial 38 Belanja Bantuan Keuangan 39 Jumlah (31 s/d 37)

40 Belanja Modal 41 Belanja Tanah

42 Belanja Peralatan dan Mesin 43 Belanja Gedung dan Bangunan 44 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 45 Belanja Aset Tetap Lainnya 46 Belanja Aset Lainnya


(38)

47 Jumlah (41 s/d 46)

48 Belanja Tidak Terduga 49 Belanja Tidak Terduga 50 Jumlah

51 Transfer

52 Transfer Bagi Hasil 53 Bagi Hasil Pajak 54 Bagi Hasil Retribusi

55 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 56 Jumlah (53 s/d 55)

57 Jumlah (47 + 50 + 56)

58 SURPLUS / DEFISIT (29 - 57)

59 PEMBIAYAAN

60 Penerimaan Pembiayaan 61 Penggunaan SILPA 62 Pencairan Dana Cadangan 63 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah 64 Penerimaan Pinjaman

65 Penerimaan Kembali Pinjaman 66 Penerimaan Piutang

67 Jumlah (61 s/d 66)

68 Pengeluaran Pembiayaan 69 Pembentukan Dana Cadangan 70 Penyertaan Modal Investasi 71 Pembayaran Pokok Utang 72 Pemberian Pinjaman 73 Jumlah (69 s/d 72)

74 Pembiayaan Netto (67 - 73)

75 SILPA (58 + 74)

2. Neraca

Menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur-unsur yang terkait dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan dimiliki


(39)

mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan budaya dan sejarah.

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu

yang penyelesaiannya diharpkan mengakibatkan aliran sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih yang dimiliki pemerintah

yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan.

Berikut adalah format Neraca sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

Tabel 2.2

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(dalam Rupiah)

No Uraian 20X1 20X0

1 2 3 4

1 ASET

2 Aset Lancar 3 Kas di Kas Daerah

4 Kas di Bendahara Pengeluaran 5 Kas di Bendahara Penerimaan 6 Investasi Jangka Pendek


(40)

7 Piutang Pajak 8 Piutang Retribusi

9 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 10 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 11 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat 12 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 16 Piutang Lainnya

17 Persediaan

18 Jumlah (3 s/d 17)

19 Investasi Jangka Panjang 20 Investasi Non Permanen

21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah

23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya 24 Investasi dalam Surat Utang Negara

25 Investasi dalam Proyek Pembangunan 26 Investasi Non Permanen Lainnya 27 Jumlah (21 s/d 26)

28 Investasi Permanen

29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 30 Investasi Permanen Lainnya

31 Jumlah (29 s/d 30)

32 Jumlah (27 + 31)

33 Aset Tetap 34 Tanah

35 Peralatan dan Mesin 36 Gedung dan Bangunan 37 Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Aset Tetap Lainnya

39 Konstruksi dalam Pengerjaan 40 Akumulasi Penyusutan 41 Jumlah (35 s/d 41)

42 Dana Cadangan 43 Dana Cadangan 44 Jumlah

45 Aset Lainnya

46 Tagihan Penjualan Angsuran 47 Tuntutan Perbendaharaan 48 Tuntutan Ganti Rugi


(41)

50 Aset Tak Berwujud 51 Aset Lain-lain 52 Jumlah (46 s/d 51)

53 Jumlah (18 + 32 + 41 + 44 + 52)

54 KEWAJIBAN

55 Kewajiban Jangka Pendek 56 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 57 Utang Bunga

58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya

60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank

61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank

62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi 63 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 64 Utang Jangka Pendek Lainnya

65 Jumlah (56 s/d 64)

66 Kewajiban Jangka Panjang

67 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 69 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan

Bank

71 Utang Dalam Negeri - Obligasi 72 Utang Jangka Panjang Lainnya 73 Jumlah (67 s/d 72)

74 Jumlah (65 + 73)

75 EKUITAS DANA

76 Ekuitas Dana Lancar

77 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 78 Pendapatan yang Ditangguhkan 79 Cadangan Piutang

80 Cadangan Persediaan

81 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

82 Jumlah (77 s/d 81)

83 Ekuitas Dana Investasi

84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap

86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

87 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang

88 Jumlah (84 s/d 87)


(42)

90 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 91 Jumlah

92 Jumlah (82 + 88 + 91)

93 Jumlah (74 + 92)

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi kas yang berhubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama satu periode tertentu. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.

Menurut Ulum (2004:228) unsur yang dicakup langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.

a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk dari

bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari

bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan dan aktivitas non anggaran.


(43)

Berikut adalah format Laporan Arus Kas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Tabel 2.3

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN ARUS KAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1 DAN 20X0

(dalam Rupiah)

No Uraian 20X1 20X0

1 2 3 4

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

2 Arus Kas Masuk

3 Pendapatan Pajak Daerah 4 Pendapatan Retribusi Daerah

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 6 Lain-lain PAD yang Sah

7 Dana Bagi Hasil Pajak

8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Dana Alokasi Umum

10 Dana Alokasi Khusus 11 Dana Otonomi Khusus 12 Dana Penyesuaian

13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 15 Pendapatan Hibah

16 Pendapatan Dana Darurat 17 Pendapatan Lainnya 18 Jumlah (3 s/d 17)

19 Arus Kas Keluar 20 Belanja Pegawai 21 Belanja Barang 22 Bunga 23 Subsidi 24 Hibah 25 Bantuan Sosial 26 Belanja Tidak Terduga 27 Bagi Hasil Pajak 28 Bagi Hasil Retribusi

29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 30 Jumlah (20 s/d 29)

31 Arus Kas Bersih (18 - 30)

32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan


(44)

34 Pendapatan Penjualan Atas Tanah

35 Pendapatan Penjualan Atas Peralatan dan Mesin 36 Pendapatan Penjualan Atas Gedung dan Bangunan 37 Pendapatan Penjualan Atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Pendapatan dari Aset Tetap Lainnya

39 Pendapatan dari Aset Lainnya 40 Jumlah (34 s/d 39)

41 Arus Kas Keluar 42 Belanja Tanah

43 Belanja Peralatan dan Mesin 44 Belanja Gedung dan Bangunan 45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 46 Belanja Aset Tetap Lainnya 47 Belanja Aset Lainnya 48 Jumlah (42 s/d 47)

49 Arus Kas Bersih (40 - 48)

50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

51 Arus Kas Masuk

52 Pencairan Dana Cadangan

53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Bukan Bank 58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi

59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya

60 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara

61 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah

62 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya

63 Jumlah (52 s/d 62)

64 Arus Kas Keluar

65 Pembentukan Dana Cadangan 66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri -

Pemerintah Pusat

68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya

69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank

70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank

71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 73 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara


(45)

74 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 75 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah

Lainnya

76 Jumlah (65 s/d 75)

77 Arus Kas Bersih (63 - 76)

78 Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran

79 Arus Kas Masuk

80 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 81 Jumlah

82 Arus Kas Keluar

83 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 84 Jumlah

85 Arus Kas Bersih (81 - 84)

86 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 77 + 85)

87 Saldo Awal Kas di BUD

88 Saldo Akhir Kas di BUD (86 + 87)

89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran

90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan

91 Saldo Akhir Kas (88 + 89 + 90)

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pihak tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan pemerintah memiliki potensi memunculkan kesalahpahaman bagi pembacanya.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan


(46)

oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah secara wajar. Catatan atas laporan keuangan juga menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, yaitu:

a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal, ekonomi makro,

pencapaian target Undang-Undang APBN, Peraturan Daerah tentang APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target,

b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun

pelaporan,

c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya,

d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan,

e. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.


(47)

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Nama (NIM) : Musythari B. Panggabean (050522112)

Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan di SKPD

Dinas Pendapatan Pemkab. Aceh Tamiang

Rumusan Masalah : Apakah laporan keuangan SKPD Dinas Pendapatan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlaku?

Hasil Penelitian : Penyajian laporan keuangan tahun 2007 telah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Namun masih terdapat kesalahan dalam penyajian format dan pos pada laporan keuangan.

2. Nama (NIM) : Riodinar Harianja (050522007)

Judul : Penerapan SAP pada Satuan Kerja Pengelola

Keuangan Daerah (SKPKD) pada Pemerintahan Kabupaten TOBASA

Rumusan Masalah : Apakah penerapan SAP pada SKPKD Pemkab. TOBASA telah disusun berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan PP No. 24 Tahun 2005?

Hasil Penelitian : Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Toba

Samosir pada saat ini diatur dengan Peraturan Bupati Toba Samosir No. 27 Tahun 2007, tentang sistem prosedur pengelolaan keuangan yang


(48)

transparansi yang sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 sehingga tuntutan SAP dan transparansi dapat dipenuhi.

2.5 Kerangka Konseptual

Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jelas dan transparansi penyajian laporan keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat serta kesesuaiannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, kerangka konseptual dapat penulis sajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

Penatausahaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Sistem Akuntansi Pemerintahan

Sumber Daya Manusia Perangkat Pendukung


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui keadaan dan permasalahan yang sebenarnya dari objek penelitian untuk dicari penyelesaiannya.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian,

melalui proses wawancara maupun dokumentasi terhadap bagian yang memiliki keterkaitan, dan data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang

tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, berupa publikasi pemerintah kabupaten Langkat yang relevan dengan masalah yang dibahas.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:

1. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


(50)

dengan pokok permasalahan dan pembahasan untuk mendapatkan keterangan dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang bersifat teoretis yang

diperoleh dari beberapa buku, undang-undang dan peraturan yang berlaku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

melakukan studi langsung terhadap objek penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, dan menganalisis data-data yang diperoleh yang kemudian diperbandingkan dengan teori dan peraturan-peraturan yang berlaku serta dijelaskan dengan kata-kata sistematis sehingga penelitian dapat ini terungkap secara objektif.

3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat, yang berlokasi di Jalan Tengku Amir Hamzah No. 1 Stabat, yang dimulai dari bulan Januari hingga Februari 2012.


(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Langkat 4.1.1.1 Sejarah Singkat

Kesultanan Langkat adalah salah satu Kesultanan Melayu yang ada di Sumatera. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut residen bernama Morry Agesten yang berkedudukan di Binjai. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja, sedangkan bagi orang-orang pribumi berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat secara berturut-turut dijabat oleh:

1. 1865-1892 Sultan Haji Musa Almahadamsyah

2. 1893-1927 Sultan Tengku Abdul Aziz Rakhmatsyah

3. 1927-1946 Sultan Mahmud

Di bawah pemerintahan kesultanan dan asisten residen, struktur pemerintahan disebut dengan luhak. Di bawah luhak disebut dengan kejuruan dan distrik, secara berjenjang disebut penghulu balai yang berada di desa. Pemerintahan luhak


(52)

dipimpin oleh seorang pangeran, pemerintahan kejuruan dipimpin oleh seorang datuk, pemerintahan distrik dipimpin oleh seorang kepala distrik. Pemerintahan kesultanan di Langkat dibagi atas tiga luhak, yaitu:

1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dan

dipimpin oleh Tengku Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari tiga kejuruan dan dua distrik, yaitu:

a. Kejuruan Selesai

b. Kejuruan Bahorok

c. Kejuruan Sei Bingai

d. Distrik Kwala

e. Distrik Salapian

2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura

dan dipimpin oleh Tengku Pangeran Ahmad. Wilayah ini terdiri dari dua kejuruan dan empat distrik, yaitu:

a. Kejuruan Stabat

b. Kejuruan Bingei

c. Distrik Secanggang

d. Distrik Padang Tualang

e. Distrik Cempa


(53)

3. Luhak Teluk Haru, yang berkedudukan di Pangkalan Berandan dan dipimpin oleh Tengku Djakfar. Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik, yaitu:

a. Kejuruan Besitang

b. Distrik Pulau Kampai

c. Distrik Sei Lepan

Awal tahun 1942, kekuasaan pemerintah kolonial Belanda beralih kepada pemerintahan Jepang. Namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan. Hanya sebutan untuk keresidenan diubah menjadi syu, yang dipimpin oleh syukocan. Sedangkan afdeling diganti menjadi bunsyu, yang dipimpin oleh bunsyuco. Pemerintahan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang gubernur yaitu Mr. Tengku Muhammad Hasan. Sedangkan kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan yang dipimpin oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian digantikan oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.

Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I dan II, sehingga kabupaten Langkat tebelah menjadi dua bagian, yaitu Pemerintah Negara Sumatera Timur yang


(54)

berkedudukan di Binjai yang dipimpin oleh Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan yang dipimpin Tengku Ubaidullah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1956, secara administratif kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri yang dipimpin oleh seorang Bupati bernama Netap Bukit. Kemudian secara berturut-turut bupati Langkat dijabat oleh:

1. 1967-1974 Tengku Ismail Aswhin

2. 1974-1979 H. M. Iscad Idris

3. 1979-1984 R. Mulyadi

4. 1984-1989 H. Marzuki Erman

5. 1989-1994 H. Zulfirman Siregar

6. 1994-1998 Drs. H. Zulkifli Harahap

7. 1998-1999 H. Abdul Wahab Dalimunthe, S.H

8. 1999-2009 H. Syamsul Arifin, S.E

9. 2009-sekarang Ngogesa Sitepu

Awalnya kabupaten Langkat beribukota di Binjai. Namun, setelah Binjai berubah menjadi kotamadya, maka ibukota dipindahkan ke kecamatan Stabat yang memiliki luas sekitar 626.329 Ha. Kabupaten Langkat terbagi atas 23 kecamatan, 226 desa dan 34 kelurahan yang terbagi atas tiga wilayah pembangunan.


(55)

4.1.1.2 Letak Geografis

Kabupaten Langkat terletak pada 3º14'-4º13' Lintang Utara dan 93º51'-98º45' Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Tanah Karo

3. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Deli Serdang

4. Sebelah Barat berbatas dengan Nanggroe Aceh Darusalam

4.1.1.3 Visi dan Misi

Visi pemerintah kabupaten Langkat yang telah

ditetapkan dan dirumuskan adalah Terwujudnya Kabupaten

Langkat yang Maju, Dinamis, Sejahtera dan Mandiri. Visi ini memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Masyarakat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

serta beriman dan bertaqwa.

2. Memiliki rasa kebersamaan.

3. Masyarakat bermoral, beretika dan berbudaya.

4. Masyarakat menghormati norma hukum dan penegakan

hak azasi manusia.

5. Masyarakat demokratis, yang mengerti hak dan kewajiban

serta bertanggung jawab.


(56)

7. Terpenuhi kebutuhan hidup normatif (sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan).

8. Masyarakat hidup di lingkungan yang aman bebas dari

rasa takut dan ancaman.

9. Masyarakat yang mampu mengatasi permasalahan dan

tantangan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sedangkan misi yang diemban pemerintah kabupaten Langkat diuraikan sebagai berikut:

1. Menyuguhkan kehidupan beragama yang rukun, toleran

dan penuh kesejukan, memelihara serta mengembangkan budaya dan kearifan.

2. Melaksanakan reformasi secara sungguh-sungguh melalui

penyelenggaraan pemerintahan dengan aparatur yang bersih, berorientasi kepada pelayanan publik serta penggunaan anggaran yang pro publik.

3. Memfokuskan kepada pembangunan nyata perekonomian

masyarakat berbasis agro industri pertanian dan bahari serta industri strategis lain yang berwawasan lingkungan.

4. Memecah stagnansi pembangunan dengan mengakselerasi

secara cerdas pencapaian kesejahteraan masyarakat di bidang daya beli, kualitas pendidikan dan kesehatan.


(57)

5. Menumbuhkan investasi yang mampu secara langsung mengangkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

6. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam

pembangunan sosial politik, kesejahteraan sosial dan perlindungan terhadap anak.

7. Memperkokoh kualitas demokrasi dengan edukasi politik

dan menyertakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan politik.

4.1.1.4 Struktur Organisasi

Penyusunan struktur dalam suatu organisasi sangat mutlak untuk dilakukan, guna mempermudah pelaksanaan tugas yang dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan tata hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, struktur organisasi pemerintah kabupaten Langkat terdiri dari:

1. Bupati

2. Wakil Bupati

3. Sekretariat Daerah Kabupaten

a. Sekretaris Daerah


(58)

c. Asisten II Administrasi Ekonomi Pembangunan Sosial

d. Asisten III Administrasi Umum

4. Staf Ahli Bupati

a. Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM

b. Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan

c. Staf Ahli Bupati Ekonomi Keuangan

d. Staf Ahli Bupati Hukum dan Politik

e. Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan

5. Kepala Badan

a. Badan Kepegawaian Daerah

b. Badan Kesbangpol dan Linmas

c. Badan PMDK

d. Badan Pengelola Keuangan dan Aset

e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

f. Badan Koordinasi KB dan Pemberdayaan Perempuan

g. Badan Lingkungan Hidup

h. Badan Pertanahan Nasional

i. Badan Penanggulangan Bencana

6. Kepala Dinas

a. Dinas Pendapatan Daerah

b. Dinas Perikanan dan Kelautan

c. Dinas Kesehatan


(59)

e. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

f. Dinas Koperasi, UKM dan PMD

g. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

h. Dinas Perhubungan

i. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

j. Dinas Pekerjaan Umum

k. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

l. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

m. Dinas Pemuda dan Olahraga

n. Dinas Peternakan

o. Dinas Pertambangan dan Energi

7. Kepala Kantor

a. Kantor Pelayanan Terpadu

b. Kantor Kementrian Agama

c. Kantor Budaya dan Pariwisata

d. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

e. Kantor Sosial

f. Kantor Rumah Sakit Umum

g. Kantor Statistik

h. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

i. Kantor Camat di 23 Kecamatan

8. Inspektorat Daerah


(60)

4.1.1.5 Uraian Jabatan Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada setiap pemerintah daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi atau yang sering disebut dengan istilah tupoksi. Ditinjau dari tugas pokok, maka Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun program di bidang pengelolaan keuangan dan

kekayaan daerah sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan pemerintah daerah,

2. Merumuskan kebijakan teknis di bidang pengelolaan

keuangan dan kekayaan daerah,

3. Melaksanakan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah

4. Melaksanakan pelayanan penunjang terhadap pelaksanaan

keuangan dan kekayaan daerah oleh instansi di lingkungan pemerintah daerah,

5. Memfasilitasi penyelenggaraan keuangan dan aset daerah

pemerintah,

6. Memberdayakan aparatur dan menjalin hubungan kerja

dengan mitra kerja di bidang pengelolaan keuangan dan aset serta menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan.

Ditinjau menurut fungsinya maka Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat


(61)

adalah sebagai pelaksana pengelola keuangan, belanja, kekayaan dan pemegang kas daerah. Badan Pengelola Keuangan dan Aset terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1. Bagian Pendapatan

2. Bagian Perbendaharaan dan Gaji

3. Bagian Anggaran

4. Bagian Pengelolaan Aset

5. Bagian Pembukuan

4.1.2 Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan

Perangkat pendukung dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Langkat terdiri dari sumber daya manusia atau pegawai yang bekerja menyajikan laporan keuangan dan perangkat pendukung yang akan digunakan sehingga penyajian laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Termasuk di dalamnya adalah komputer, software, dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk mengoperasikan komputer dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat dibutuhkan beberapa pegawai dengan kualifikasi dan latar belakang pendidikan khusus yang dapat mengoperasikan dan menjalankan sistem akuntansi pemerintah daerah yang disebut dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).


(62)

Jumlah pegawai yang terdapat pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Langkat sebanyak 47 orang. Berdasarkan atas tingkat pendidikan terakhir, maka pegawai terdiri dari 3 orang SMP, 9 orang SMA, 4 orang Diploma dan 31 orang Sarjana. Dari pegawai yang ada, tidak lebih dari 50% yang mengerti tentang sistem akuntansi pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan sosialisasi tentang sistem dan peraturan yang digunakan menemui berbagai hambatan dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Salah satu penyebab adalah bahwa setiap pegawai yang telah mengikuti pelatihan dan sosialisasi tidak menjamin bahwa mereka telah paham dalam mengoperasikan sistem akuntansi pemerintah daerah dan mampu membaca laporan keuangan. Selain itu, faktor individu atau keinginan untuk mempelajari dan menguasai penyusunan dan penyajian laporan keuangan masih relatif rendah. Oleh karena itu, dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah kabupaten Langkat masih menggunakan bantuan tenaga konsultan dan meminta pendampingan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Berdasarkan dari total keseluruhan 47 orang pegawai yang ada, tercatat hanya 4 orang yang mampu dan mahir dalam mengoperasikan aplikasi sistem akuntansi pemerintah daerah. Selebihnya masih belum mampu untuk menguasai aplikasi tersebut dan masih memerlukan pengawasan dan bimbingan lanjut dalam mengoperasikan aplikasi yang dimaksud untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan


(63)

yang baik dan wajar. Kondisi ini juga yang sering membuat adanya keterlambatan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah kabupaten Langkat.

Perangkat pendukung yang digunakan untuk menyusun hingga menyajikan laporan keuangan berupa komputer dan aplikasi. Aplikasi khusus yang digunakan adalah sistem informasi manajemen daerah, yaitu aplikasi mampu mencatat transaksi keuangan kemudian secara otomatis mampu menghasilkan laporan keuangan ketika dibutuhkan. Dari 17 unit yang dimiliki Badan Pengelola Keuangan dan Aset, hanya 8 unit yang memiliki aplikasi sistem informasi manajemen daerah.

4.1.3 Perubahan terhadap Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan pemerintah kabupaten Langkat pada tahun 2006 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dapat dilakukan dengan teknik memetakan dan melakukan konversi atau perubahan pada beberapa ketentuan yang ada pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 ke dalam ketentuan-ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan. Konversi yang dilakukan mencakup:

1. Jenis laporan

Laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 terdiri atas Laporan Perhitungan APBD, yaitu Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Neraca


(64)

Daerah. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

2. Basis akuntansi

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas modifikasi. Adalah transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dibukukan pada saat kas diterima atau dibayar dan pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian yang dimaksud belum terealisasi. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas menuju akrual (cash toward accrual). Adalah pendapatan dan beban menerapkan basis kas, sedangkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dalam neraca menerapkan basis akrual.

3. Penilaian pos-pos laporan keuangan

4. Struktur APBD

5. Klasifikasi anggaran pendapatan dan belanja, aset, kewajiban,

ekuitas dan arus kas

6. Catatan atas laporan keuangan

Merupakan komponen laporan keuangan yang baru kedudukannya menggantikan Nota Perhitungan APBD. Catatan atas laporan


(65)

keuangan sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 4 belum memperoleh porsi pengaturan secara cukup dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Oleh karena itu, penyusunan catatan atas laporan keuangan dapat secara langsung mengacu pada PSAP Nomor 4 tersebut.

4.1.4 Penyajian Laporan Keuangan

1. Laporan Realisasi Anggaran

Tabel 4.1

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT LAPORAN PERHITUNGAN APBD

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI

PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Pajak Daerah 11.718.300.000,00 9.640.258.663,60 Pendapatan Retribusi Daerah 5.132.290.000,00 4.344.634.675,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 3.814.000,00 4.655.609.949,84

Sub Jumlah 20.664.590.000,00 18.640.503.288,44

Pendapatan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat

Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 108.587.287.319,00 128.013.886.166,00 Dana Alokasi Umum 484.070.000.000,00 484.070.000.000,00 Dana Alokasi Khusus 29.699.138.700,00 29.699.138.700,00 Bantuan Keuangan 3.480.000.000,00 3.480.000.000,00

Sub Jumlah 625.836.426.019,00 645.263.024.866,00

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Bantuan Dana dari Pemerintah Pusat 0,00 0,00 Dana Darurat 0,00 0,00

Sub Jumlah 0,00 0,00

TOTAL PENDAPATAN 646.501.016.019,00 663.903.528.154,44

BELANJA

Belanja Operasi

Belanja Pegawai 341.635.930.857,00 299.412.148.549,10 Belanja Barang 79.022.521.329,00 75.922.587.126,00 Belanja Perjalanan Dinas 13.145.785.000,00 12.311.869.684,00 Belanja Pemeliharaan 79.189.984.435,00 75.873.672.467,00


(66)

Belanja Subsidi 0,00 0,00 Belanja Operasional 0,00 0,00

Sub Jumlah 512.994.221.621,00 463.520.277.826,10

Belanja Modal

Belanja Aset Tetap Publik 92.821.009.565,00 87.569.971.200,00 Belanja Aset Tetap Aparatur 12.505.525.860,00 12.073.839.430,00

Sub Jumlah 105.326.535.425,00 99.643.810.630,00

Belanja Bagi Hasil Pajak Kepada Pemerintah Desa

Belanja Bagi Hasil Pajak Kepada Pemerintah Desa 1.962.000.000,00 1.962.000.000,00

Sub Jumlah 1.962.000.000,00 1.962.000.000,00

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa 3.100.000.000,00 3.100.000.000,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Masyarakat 21.331.700.000,00 20.135.135.000,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi 5.072.711.500,00 4.548.309.300,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kecamatan 130.000.000,00 130.000.000,00

Sub Jumlah 30.634.411.500,00 28.013.444.500,00

Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga 200.000.000,00 0,00

Sub Jumlah 200.000.000,00 0,00

TOTAL BELANJA 651.117.168.546,00 593.139.532.956,10

SURPLUS (DEFISIT) (4.616.152.527,00) 70.763.995.198,24

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

Penggunaan SILPA 20.028.646.127,00 30.028.646.128,21 Penerimaan Pinjaman Obligasi 10.000.000.000,00 0,00

Jumlah Penerimaan 30.028.646.127,00 30.028.646.128,21

Pengeluaran Pembiayaan

Penyertaan Modal Investasi 4.653.664.000,00 4.000.000.000,00 Pembayaran Utang 20.758.829.600,00 20.758.829.600,00 SILPA Tahun Berjalan 0,00 0,00

Jumlah Pengeluaran 25.412.493.600,00 24.758.829.600,00

Pembiayaan Netto 4.616.152.527,00 5.269.816.528,21

SILPA 0,00 76.033.811.726,55

2. Neraca

Tabel 4.2

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT NERACA

PER 31 DESEMBER 2006

URAIAN TAHUN

2006

TAHUN 2005 ASET


(67)

Kas di Pemegang Kas 0,00 0,00 Piutang Dana Bagi Hasil Provinsi 4.485.092.229,05 0,00 Piutang Pendapatan Asli Daerah 2.008.497.703,00 1.440.958.583,00 Piutang Pajak Penerangan Jalan PT. PLN 1.162.504.805,00 0,00 Biaya Dibayar Dimuka 1.430.859.386,00 0,00 Persediaan 3.464.367.156,00 4.010.497.127,00 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 56.672.000,00 85.134.000,00 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 4.800.000,00 4.800.000,00

Sub Jumlah 87.003.622.332,60 35.357.912.551,21

Investasi Permanen

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 24.102.914.538,00 19.344.004.938,00

Sub Jumlah 24.102.914.538,00 19.344.004.938,00

Aset Tetap

Tanah 106.150.911.887,81 102.622.786.421,00 Peralatan dan Mesin 78.791.648.452,75 60.258.139.972,75 Gedung dan Bangunan 282.633.863.788,25 263.638.709.899,25 Jalan dan Jaringan 496.952.140.219,19 438.728.788.925,00 Aset Tetap Lainnya 11.241.854.525,00 10.878.193.025,00

Sub Jumlah 975.770.428.873,00 876.126.618.243,00

Aset Lainnya

Tuntutan Ganti Rugi 311.927.089,00 416.727.089,00 Aset Lain-lain 212.123.287,00 112.123.287,00

Sub Jumlah 524.050.376,00 528.850.376,00

TOTAL ASET 1.087.401.018.119,60 931.357.386.108,21

KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek

Utang Bunga Bank 0,00 0,00 Utang Kepada PT. PLN 1.834.544.387,00 0,00 Utang Kepada PT. ASKES 3.167.194.476,00 0,00 Utang Kepada Bank SUMUT 0,00 22.255.572.500,00

Sub Jumlah 5.001.738.863,00 22.255.572.500,00

Kewajiban Jangka Panjang

Utang Kepada BUMD / BUMN 0,00 1.317.235.883,00

Sub Jumlah 0,00 1.317.235.883,00

TOTAL KEWAJIBAN 5.001.738.863,00 23.572.808.382,00

EKUITAS

Ekuitas Dana Lancar

SILPA 74.390.829.053,55 29.816.522.841,21 Cadangan Piutang Dana Bagi Hasil Dari Provinsi 4.485.092.229,05 0,00 Cadangan Piutang Pendapatan Asli Daerah 2.008.497.703,00 1.440.958.583,00 Cadangan Piutang Pajak Penerangan Jalan PT. PLN 1.162.504.805,00 0,00 Cadangan Biaya Dibayar Dimuka 1.430.859.386,00 0,00 Cadangan Persediaan 3.464.367.156,00 4.010.497.127,00


(68)

Bagian Lancar Penjualan Angsuran 56.672.000,00 85.134.000,00 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 4.800.000,00 4.800.000,00 Dana yang Disediakan untuk Pembayaran Utang (5.001.738.863,00) (22.255.572.500,00)

Sub Jumlah 82.001.883.469,60 13.102.340.051,21

Ekuitas Dana Investasi

Diinvestasikan dalam Investasi Permanen 24.102.914.538,00 18.026.769.056,00 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 975.770.428.873,00 876.126.618.243,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 524.050.376,00 528.850.376,00

Sub Jumlah 1.000.397.393.787,00 894.682.237.675,00

TOTAL EKUITAS 1.082.399.277.256,60 907.784.577.726,21

TOTAL KEWAJIBAN dan EKUITAS 1.087.401.018.119,60 931.357.386.108,21

3. Laporan Arus Kas

Tabel 4.3

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT LAPORAN ARUS KAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus Kas Masuk

Pendapatan Pajak Daerah 11.718.300.000,00 9.640.258.563,60 Pendapatan Retribusi Daerah 5.132.290.000,00 4.344.634.675,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 3.614.000.000,00 4.655.609.949,84 Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 108.587.287.319,00 128.013.886.166,00 Dana Alokasi Umum 484.070.000.000,00 484.070.000.000,00 Dana Alokasi Khusus 29.699.138.700,00 29.699.138.700,00 Bantuan Keuangan 3.480.000.000,00 3.480.000.000,00

Sub Jumlah 646.501.016.019,00 663.903.528.154,44

Arus Kas Keluar

Belanja Pegawai 341.635.930.857 299.412.148.549,00 Belanja Barang 79.022.521.329,00 75.922.587.126,00 Belanja Perjalanan Dinas 13.145.785.000,00 12.311.869.684,00 Belanja Pemeliharaan 79.189.984.435,00 75.373.672.467,00 Belanja Bagi Hasil 1.962.000.000,00 1.962.000.000,00 Belanja Bantuan Keuangan 30.634.411.500,00 28.013.444.500,00 Belanja Tidak Terduga 200.000.000,00 0,00

Sub Jumlah 545.790.633.121,00 493.495.722.326,10

Arus Kas Bersih 100.710.382.898,00 170.407.805.828,34

Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Arus Kas Masuk

Penerimaan dari Penjualan Aset Tetap 0,00 0,00 Penerimaan dari Bagian Lancar Penjualan Angsuran 0,00 0,00


(1)

terdapat beberapa kewenangan yang belum dipisahkan secara jelas terutama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Langkat untuk mengatasi dan meminimalisasi kendala-kendala yang dihadapi tersebut dengan cara melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan fungsional dan struktural, agar stabilitas yang mantap, aman dan kondusif dapat tercapai.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Langkat telah menyusun dan menyajikan laporan keuangan daerah tahun 2006 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat pada tahun anggaran 2006 mencakup Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

3. Pemerintah Kabupaten Langkat melakukan penyesuaian dan perubahan dalam penyajian laporan keuangan dari peraturan lama yaitu Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 ke Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

4. Penyajian seluruh laporan keuangan pemerintah kabupaten Langkat mengalami keterlambatan. Walaupun pada laporan keuangan tersebut disajikan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2006, namun pada kenyataannya laporan keuangan baru dapat diselesaikan dan disahkan pada Juli 2007.


(3)

5. Penyusunan laporan keuangan pemerintah kabupaten Langkat masih menggunakan tenaga konsultan dan pendampingan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini dikarenakan kemampuan dari sumber daya manusia atau pegawai untuk menyusun dan menyajikan secara mandiri masih relatif rendah dalam mengoperasikan sistem akuntansi pemerintah daerah yaitu aplikasi sistem informasi manajemen daerah. Berdasarkan analisis, hal tersebut disebabkan karena sering terjadinya perubahan peraturan sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk melakukan sosialisasi kepada setiap pegawai yang terlibat langsung dalam penyajian laporan keuangan. Di samping itu, juga disebabkan oleh keterbatasan dalam ketersediaan perangkat pendukung yang meliputi infrastruktur, komputer dan aplikasi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Pemerintah Kabupaten Langkat hendaknya berpedoman sepenuhnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, agar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah yang efektif dapat terwujud demi terwujudnya akuntabilitas dan transparansi.


(4)

telah ditetapkan dengan cara menempatkan sumber daya manusia atau pegawai yang memiliki kompetensi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang yang memiliki wewenang dan terlibat langsung dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

3. Pemerintah Kabupaten Langkat hendaknya melakukan peningkatan pada kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penyusunan serta penyajian laporan keuangan daerah dengan cara memberikan pelatihan dan bimbingan teknis maupun non teknis mengenai penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Peningkatan juga harus dilakukan pada kualitas dan kuantitas sarana pendukung berupa komputer dan aplikasi mengenai sistem akuntansi pemerintah daerah, agar penyajian laporan keuangan pemerintah daerah menjadi lebih cepat dan akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2007. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.

Bastian, Indra, 2007. Audit Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

_______, 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta. Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen, USU Press, Medan.

Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah, USU Press, Medan.

Fakutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Fakultas Ekonomi, Medan.

Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan Telaah Kritis - PP No. 24 Tahun 2005, BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.

_______, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Harianja, Riodinar, 2008. Penerapan SAP pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) pada Pemerintahan Kabupaten TOBASA, Fakultas Ekonomi, Medan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta.

_______, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta. Nordiawan, Deddy, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta. _______, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Panggabean, Musythari, 2009. Analisis Penyajian Laporan Keuangan di SKPD Dinas Pendapatan Pemkab Aceh Tamiang, Fakultas Ekonomi, Medan. Republik Indonesia, 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Keuangan Negara / Daerah, Jakarta.

_______, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta.

_______, 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Jakarta.

_______, 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta. Ulum, Ihyahul, 2004. Akuntansi Sektor Publik Sebuah Pengantar, Edisi Pertama,

Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Yani, Ahmad, 2008. Hubungan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Edisi Revisi 3, Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat

17 115 107

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD) KOTA MALANG

22 86 17

12 Endah Fitriati (1)SKRIPSI ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

1 8 9

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksebilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali

0 23 12

PENGALAPO Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 3 15

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

5 19 73

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAN PENYAJIAN NERACA TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ( Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Kudus )

0 0 12

SKRIPSI ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT oleh:

0 3 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah - Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

0 0 24