Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi Kasus Di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006 - 2008
S K R I P S I
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH STUDI KASUS DI
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2006 - 2008
Oleh:
NAMA
: RISMANILA
NIM
: 070522004
DEPARTEMEN
: AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam penulisan skripsi Program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utaran.
Medan, Januari 2010 Yang Membuat Pernyataan,
RISMANILA NIM.: 070522004
(3)
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada uswatun hasanah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ajaran rahmatan lil ‘alamin. Skripsi ini penulis persembahkan terutama buat keluargaku tercinta: Suamiku tersayang Syahrial Nur, ST yang dengan cinta dan kesetiaannya terus mendukungku untuk terus maju. Putri kecilku Alya Mukhbita Nur, tangisan kerinduannya semakin menambah semangat untuk segera menyelesaikan studi ini. Bunda tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan untuk keberhasilanku. Kakak-kakakku: Kolonel (Laut) Safriadin, terima kasih untuk do’anya, Risdaini Rasyid terima kasih untuk semua bantuan keajaibannya, Rina Suharni, Kamaruzzaman dan Rismanidar terima kasih untuk dukungan dan semangat selama ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi.
(4)
3. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan kepada penulis mulai dari awal penulisan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Penulis juga mengucapkan terimakasi kepada Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji dan Pembanding I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini. 5. Dan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si,
Ak selaku Dosen Penguji dan Pembanding II yang telah memberikan arahan selama penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Januari 2010 Penulis
RISMANILA NIM.: 070522004
(5)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dalam pengelolaan keuangan daerah pada pelaksanaan Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu analisis terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam bentuk Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan daerah seperti Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Kemandirian, Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas. Selanjutnya data diolah dengan cara mengumpulkan data, interprestasi serta menganalisisnya. Penggunaan rasio-rasio keuangan tersebut untuk membantu penulis dalam menganalisis data dan memperoleh gambaran tentang kinerja keuangan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan sumber dana masyarakat telah tercapai secara maksimal.
Berdasarkan analisis penelitian ini disimpulkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara menunjukkan adanya kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara mampu memanfaatkan PAD secara efektif dan efisien, membelanjakan dananya untuk kepentingan publik secara maksimal, dengan pengelolaan sumber daya alamnya pemerintah daerah mampu mengurangi ketergantungan atas bantuan dari pemerintah pusat, serta pemerintah daerah juga sangat likuid dan sangat solvable dalam mengatasi masalah keuangannya.
Kata Kunci : Kinerja keuangan, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, rasio kemandirian, rasio likuiditas, rasio solvabilitas.
(6)
ABSTRACT
The purpose of this research is to gain the information about the success that the government of North Aceh Regency reaches in managing the regional finance on the implementation of the regional budget.
The writer uses the descriptive analysis in the form of case study on this research. The data’s that the writer receives will be analyzed by using the descriptive method; those are the analysis of the financial report of the regional government in the form of financial balance and the budget report by using the regional finance ratio’s such as the effectiveness and the efficiency ratios for the regional incomes, compatibility ratio, independence ratio, the ratio of liquidity, and the ratio of solvency. Then the data’s will be proceed by collecting, interpreting and analyzing the data’s. The use of those financial ratios will help the writer analyze the data’s and obtain the description of the financial works of the regional government in managing the regional finance with the result that the fund donated by the communities has been used maximally.
Based on this research analysis, it can be concluded that the financial report of the North Aceh Government can show the existence of capability had by the regional government in managing the finance. The North Aceh Government is able to make use of the PAD effectively and efficiently, expend the fund for the public interest maximally. By making use of the natural resources, the regional government can decrease their dependence toward the help of the superiour authority, and can overcome their financial problems properly.
Keywords : Financial performance, effectiveness ratio, efficiency ratio, compatibility ratio, independence ratio, liquidity ratio, solvability ratio.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………. i
KATA PENGANTAR ……… ii
ABSTRAK ……….. iv
ABSTRACT ……….... v
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……….. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Perumusan Masalah……… 5
C. Batasan Penelitian ………. 6
D. Tujuan Penelitian ……….. 6
E. Manfaat Penelitian………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis……… 7
1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan Dengan Keuangan Daerah………. 7
2. Keuangan Daerah ……… a. Pengertian Keuangan Daerah ……… 9
b. Sistem Pelaporan Akuntansi Keuangan Daerah……… 10
3. Kinerja Keuangan Daerah……… 12
a. Kinerja Keuangan Daerah……….. 12
b. Definisi dan Pengukuran Kinerja ……….. 13
c. Parameter Rasio Keuangan Pemerintah Daerah ……….. 18
(8)
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 22
C. Kerangka Konseptual ……… 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 24
B. Jenis Data ……….. 24
C. Teknik Pengumpulan Data ……… 24
D. Metode Analisis Data ……… 25
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian………. 26
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ……….. 27
1. Sejarah Singkat Kabupaten Aceh Utara……… 27
2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara ……….. 29
B. Analisis Hasil Penelitian……… 31
1. Rasio Efektifitas PAD ………. 31
2. Rasio Efisiensi PAD………. 31
3. Rasio Keserasian ……….. 32
4. Rasio Kemandirian……….. 34
5. Rasio Likuiditas……… 35
6. Rasio Solvabilitas……… 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 38
B. Saran……….. 39
DAFTAR PUSTAKA ……….. 41
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
2.1 Penelitian Terdahulu ………. 22
3.1 Jadwal Penyelesaian Skripsi ……….. 26
4.1 Rasio Efektifitas dan Efisiensi ……….. 32
4.2 Rasio Keserasian Belanja ……….. 33
4.3 Rasio Kemandirian Daerah ……… 34
4.4 Rasio Likuiditas ……… 37
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul
2.1 Kerangka Konseptual ……….. 23 Hal
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan
Hal
Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006 …………. 43 2 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 …………. 44 3 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 …………. 45 4 Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2006 ………. 46 5 Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2007 ……… 48 6 Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2008 ……… 50 7 Diagram Rasio Efektifitas dan Efisiensi, Rasio
Keserasian Belanja ……… 52 8 Diagram Rasio Kemandirian dan Rasio Keuangan
(12)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dalam pengelolaan keuangan daerah pada pelaksanaan Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu analisis terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam bentuk Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan daerah seperti Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Kemandirian, Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas. Selanjutnya data diolah dengan cara mengumpulkan data, interprestasi serta menganalisisnya. Penggunaan rasio-rasio keuangan tersebut untuk membantu penulis dalam menganalisis data dan memperoleh gambaran tentang kinerja keuangan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan sumber dana masyarakat telah tercapai secara maksimal.
Berdasarkan analisis penelitian ini disimpulkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara menunjukkan adanya kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara mampu memanfaatkan PAD secara efektif dan efisien, membelanjakan dananya untuk kepentingan publik secara maksimal, dengan pengelolaan sumber daya alamnya pemerintah daerah mampu mengurangi ketergantungan atas bantuan dari pemerintah pusat, serta pemerintah daerah juga sangat likuid dan sangat solvable dalam mengatasi masalah keuangannya.
Kata Kunci : Kinerja keuangan, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, rasio kemandirian, rasio likuiditas, rasio solvabilitas.
(13)
ABSTRACT
The purpose of this research is to gain the information about the success that the government of North Aceh Regency reaches in managing the regional finance on the implementation of the regional budget.
The writer uses the descriptive analysis in the form of case study on this research. The data’s that the writer receives will be analyzed by using the descriptive method; those are the analysis of the financial report of the regional government in the form of financial balance and the budget report by using the regional finance ratio’s such as the effectiveness and the efficiency ratios for the regional incomes, compatibility ratio, independence ratio, the ratio of liquidity, and the ratio of solvency. Then the data’s will be proceed by collecting, interpreting and analyzing the data’s. The use of those financial ratios will help the writer analyze the data’s and obtain the description of the financial works of the regional government in managing the regional finance with the result that the fund donated by the communities has been used maximally.
Based on this research analysis, it can be concluded that the financial report of the North Aceh Government can show the existence of capability had by the regional government in managing the finance. The North Aceh Government is able to make use of the PAD effectively and efficiently, expend the fund for the public interest maximally. By making use of the natural resources, the regional government can decrease their dependence toward the help of the superiour authority, and can overcome their financial problems properly.
Keywords : Financial performance, effectiveness ratio, efficiency ratio, compatibility ratio, independence ratio, liquidity ratio, solvability ratio.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak ditetapkannya undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan dan keuangan daerah. Konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan. Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi sumber daya keuangan secara optimal.
Secara umum, penerimaan pemerintah daerah dapat bersumber dari pajak, retribusi dan pinjaman. Hal ini secara eksplisit diatur dalam PP Nomor 107 tahun 2000 yang memuat ketentuan yang terkait dengan kapasitas keuangan daerah untuk meminjam. Semua pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah daerah, baik pinjaman dalam negeri maupun luar negeri, harus mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Oleh karena itu sumber penerimaan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari retribusi daerah dan pajak
(15)
daerah maupun bagi hasil bukan pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan bahwa pengelola keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan yang terdapat pada APBD yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan sosial.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah dan menciptakan pemerintah daerah yang baik dan dapat melaksanakan tugas otonominya adalah faktor keuangan yang baik. Keuangan yang dimaksudkan adalah bahwa setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari cukup tidaknya kemampuan daerah dalam bidang keuangan, karena kemampuan keuangan ini merupakan salah satu indikator penting guna mengukur tingkat otonomi suatu daerah. Sangatlah mustahil bagi pemerintah daerah untuk dapat menjalankan berbagai tugas dan pekerjaannya dengan efektif dan efisien tanpa tersedianya dana untuk itu. Masyarakat selaku stake holder keuangan pemerintah daerah dapat memantau aliran dan yang ada dipemerintahan sehingga KKN dapat dihilangkan.
(16)
3
Sejalan dengan tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik, maka manajemen pemerintahan daerah harus memberikan informasi kepada publik mengenai pengelolaan keuangan daerah, yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan perbenda-haraan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan yang bersangkutan.
Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan (reliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diterima secara umum. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Aceh sebagai salah satu propinsi yang memperoleh keistimewaan dari pemerintah pusat dalam hal otonomi, hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
(17)
keistimewaan propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh. Dengan memperoleh status otonomi khusus, Pemerintah Aceh beserta kabupaten/kota yang berada didalamnya memperoleh hak-hak khusus yang tidak diperoleh oleh daerah lain. Salah satunya adalah hak untuk mengatur dan mengelola keuangan daerah sepenuhnya dengan alokasi dana yang besar serta pembagian porsi kekayaan daerah yang lebih besar dimiliki oleh daerah dibandingkan pemerintah pusat. Sebagai contoh, dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 dinyatakan bahwa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan memperoleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebanyak 2% dari seluruh DAK nasional. Selain itu, Pemerintah Aceh juga akan memperoleh dana-dana lainnya seperti dana migas, dana otonomi khusus, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan perubahan yang besar bagi daerah kabupaten/kota yang berada dalam wilayah Pemerintah Aceh, terutama perubahan pada keuangan daerah.
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah tertua di Aceh, merupakan daerah pertama kali datangnya Islam di Indonesia yang dahulunya bernama Samudera Pasai. Pada tahun 1989 sampai dengan 1998 Aceh Utara merupakan salah satu daerah basis terbesar dari Gerakan Aceh Meredeka (GAM) sehingga pemerintah pusat mengambil keputusan untuk memberlakukan Darurat Militer. Hal ini mengakibatkan kondisi perekonomian masyarakat menjadi hancur. Namun sejak adanya perjanjian damai antara pemerintah Pusat dengan GAM (MoU Helsinski), membuat daerah ini kembali bangkit menata kembali
(18)
5
keterpurukan perekonomiannya. Adanya Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 semakin membantu Kabupaten Aceh Utara dalam ketertinggalannya dalam bidang ekonomi, masyarakat dapat merasakan kembali pertumbuhan ekonomi yang pesat didaerah tersebut.
Sejak diberlakukannya otonomi khusus bagi Provinsi Aceh, perubahan paling terlihat yaitu dibidang keuangan. Dengan adanya otonomi khusus maka daerah memperoleh banyak tambahan dana. Diharapkan dengan dana yang diperoleh tersebut maka kesejahteraan rakyat di Pemerintah Aceh khususnya pada Kabupaten Aceh Utara dapat naik atau menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena otonomi khusus diterapkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat serta kinerja pemerintah daerah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan kinerja keuangan pemerintah daerah yang mengacu pada rasio keuangan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006–2008”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba merumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana kemampuan kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam pengelolaan keuangan daerah?”
(19)
C. Batasan Penelitian
Didalam penelitian ini penulis hanya menganalisis aspek finansial dengan mengacu pada rasio keuangan yang berkaitan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca periode anggaran 2006 sampai dengan 2008.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dalam mengelola keuangan daerah.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk mengembangkan pengetahuan penelitian tentang analisis laporan keuangan pemerintah daerah yang mengacu pada rasio-rasio keuangan pemerintah daerah.
2. Bagi pemerintah daerah, dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk melihat sejauh mana efektivitas dan efisiensi kinerja keuangan pada pengelolaan keuangan daerah.
3. Bagi pembaca dan akademisi, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam melakukan penelitian dalam bidang yang sama atau sejenis.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah
Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia maka sejak saat itu hingga kini telah banyak peraturan serta perundang-undangan yang dibuat. Peraturan tersebut mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, serta peraturan menteri. Kesemuanya dibuat agar pelaksanaan otonomi dapat berjalan dengan baik. Seperti diketahui, hal yang paling penting dari adanya otonomi daerah ini adalah pada bidang keuangan. Bidang keuangan merupakan kunci dari penentu berhasil atau tidaknya otonomi daerah ditetapkan di daerah-daerah di Indonesia.
Era pra-otonomi daerah merupakan pelaksanaan otonomi ala Orde Baru mulai tahun 1975 sampai dengan 1999. Era transisi ekonomi adalah masa antara tahun 1999 hingga 2004, dan era pasca transisi adalah masa setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004, serta Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004.
Perubahan Undang-undang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 menjadi Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 menimbulkan implikasi perlunya dilakukan revisi peraturan perundang-undangan dibawahnya terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, seperti PP Nomor 105, PP Nomor 108, dan
(21)
Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002. Sementara itu, pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pada dasarnya PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur tentang standar akuntansi, sedangkan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 lebih banyak mengatur tentang sistem akuntansi pemerintah daerah.
Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti dari PP Nomor 105 tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002. PP Nomor 58 tahun 2005 merupakan pengganti dari PP Nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang selama ini dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah. Substansi materi kedua peraturan pemerintah tersebut adalah memiliki persamaan yang sangat mendasar khususnya landasan filosofis yang mengedepankan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan perbedaan, dalam pengaturan yang baru dilandasi pemikiran yang lebih mempertegas dan menjelaskan pengelolaan keuangan daerah, sistem dan prosedur serta kebijakan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dibidang penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan daerah.
Tujuan dikeluarkannya PP Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah agar pemerintah daerah dapat menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yaitu PP Nomor 24 tahun 2005 yang merupakan panduan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyajikan
(22)
9
keuangan yang standar, bagaimana perlakuan akuntansi, serta kebijakan akuntansi. Khusus untuk Pemerintah Aceh mengenai regulasi tentang keuangan daerah telah diatur dalam Qanun Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan. Dalam qanun ini dikatakan bahwa Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan umum dalam pengelolaan keuangan. Asas dalam pengelolaan keuangan adalah tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan, dengan APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan. Setiap rancangan ABPD harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPRD. DPRD, aparat pengawasan fungsional, dan masyarakat dapat mengawasi mengenai pelaksanaan APBD. Adapun bentuk pertanggungjawaban kepala daerah mengenai pelaksanaan APBD adalah dalam bentuk: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Keuangan Daerah
a. Pengertian Keuangan Daerah
Mamesah (dalam Halim, 2007:23) menyatakan bahwa “keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku”. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus menyediakan informasi
(23)
keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal.
Dari definisi tersebut, selanjutnya Halim (2007:25) menyatakan terdapat dua hal yang perlu dijelaskan adalah:
1) maksud dengan hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima suber-sumber penerimaan lain seperti Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut akan menaikkan kekayaan daerah, dan
2) maksud dengan semua kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraaan fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Menurut Munir, dkk (2004:96) “Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijakan penganggaran yang meliputi Pendapatan dan Belanja Daerah”.
b. Sistem Pelaporan Akuntansi Keuangan Daerah
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Entitas pelaporan yang dimaksud adalah
(24)
11
pemerintah daerah. Dilingkungan pemerintah daerah yang merupakan entitas akuntansi adalah Bendahara Umum Daerah (BUD). Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya. Laporan Keuangan SKPD juga dilampiri dengan laporan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bentuk ringkas. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan menyampaikannya kepada Bupati paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(25)
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) berdasarkan Laporan Keuangan SKPD serta Laporan Keuangan Bendahara Umum Daerah (BUD). Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk memenuhi pertangungjawaban pelaksanaan APBD. Laporan keuangan pemerintah daerah juga dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah yang disusun oleh Bupati/Walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan.
Bupati/Walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan pemerintah darah berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit BPK, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun rancangan peraturan daerah tentang pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD. Raperda tersebut disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Raperda yang telah disetujui bersama dengan DPRD, untuk tingkat pemerintah kabupaten/kota disampaikan kepada gubernur.
3. Kinerja Keuangan Daerah a. Kinerja Keuangan Daerah
Tahap setelah operasionalisasi anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi kepala satuan kerja dan unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
(26)
13
kepala satuan kerja dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien , dan efektif.
b. Definisi dan Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Bastian (2001 : 329) menjelaskan “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang teruang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi”. Definsi yang dirumuskan oleh beberapa peneliti mengenai pengukuran kinerja cukup beragam, namun tetap bermuara pada satu kesepakatan bahwa dengan mengukur kinerja maka proses pertanggungjawaban pengelolaan atas segala kegiatannya kepada stakeholders dapat menjadi lebih objektif.
Sistem pengukuran kinerja dapat membantu pengeloala dalam memonitor implementasi strategi organisasi dengan cara membandingkan antara hasil (output) aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan suatu metoda untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sistem pengukuran kinerja yang baik juga akan membantu bagi pegawai untuk menunjukkan kepada publik dan pengambil kebijakan bahwa jasa publik telah diselenggarakan secara baik, sehingga pada akhirnya akan membentuk kepercayaan publik.
(27)
Secara spesifik tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan. Dengan:
4. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
5. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
6. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
7. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; 8. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
9. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
10.Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dituangkan dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan
(28)
15
laporan pertanggung jawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu cara untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Hasil rasio keuangan ini selanjutnya akan digunakan untuk tolok ukur dalam:
1. mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 2. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya.
3. Menilai kemandirian keuangan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.
4. Menilai kemampuan pemerintah daerah dalam kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (pembayaran utang).
Penggunaan analisa rasio terhadap laporan keuangan pemerintah daerah belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisa rasio terhadap APBD perlu dilakukan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan lembaga perusahaan yang bersifat komersil. Analisa rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaiman kecenderungan yang terjadi.
(29)
Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan yang dimiliki daerah lain terdekat ataupun yang potensi daerahnya relative sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya.
Dalam penerapan rasio keuangan, pemerintah harus melakukan beberapa analisis rasio yang berguna untuk menilai bagaimana prospek, perkembangan dan kesehatan keuangan pemerintah daerah. Beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah, khususnya APBD, adalah sebagai berikut:
1. Dari format laporan realisasi APBD, terdapat dua perhitungan, yaitu: a. Perbandingan realisasi terhadap anggarannya.
b. Perbandingan realisasi tahun ini terhadap realisasi tahun sebelumnya. 2. Dari data APBD terdapat empat perhitungan perbandingan, yaitu:
a. Kemandirian Keuangan Daerah. b. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah. c. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. d. Keserasian Belanja.
3. Dari adaptasi terhadap rasio keuangan sektor bisnis, terdapat tiga perhitungan perbandingan, yaitu yang merupakan rasio analisis aset:
a. Likuiditas. b. Solvabilitas. c. Leverage.
(30)
17
Faktor kemampuan sumber daya aparatur pemerintah terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan ability (knowladge + skill), sedangkan faktor motivasi terbentuk dari sikap (attitude) sumber daya aparatur pemerintah dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan sumber daya aparatur pemerintah dengan terarah untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu good governance.
Menurut Mardiasmo (2002:121) “Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial”.
Dalam penelitian ini, istilah yang penulis maksudkan dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertangggungjawaban Kepala Daerah berupa Perhitungan APBD. Pengukuran kinerja yang digunakan secara umum oleh perusahaan yang berorientasi pada pencapaian laba antara lain melalui penetapan rasio keuangan. Rasio yang dimaksud dalam laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya. Suatu rasio tersebut diperbandingkan dengan perusahaan lainnya yang sejenis, sehingga adanya perbandingan ini maka perusahaan tersebut dapat mengevaluasi situasi perusahaan dan kinerjanya.
(31)
c. Parameter Rasio Keuangan Pemerintah Daerah
Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan pemerintah daerah, dengan menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih rinci dan meliha hubungan natar pos untuk mengetahui kondisi keuangan, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Hasil analisis laporan keuangan tersebut diharapkan dapat meminimalkan atau menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan kesalahan proses akuntansi.
Beberapa rasio laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
Perbandingan ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan (berdasarkan potensi riil daerah). Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugasnya dikatakan efektif jika hasil perhitungannya minimal sebesar 1 atau 100%.
daerah rill potensi n berdasarka ditetapkan yg PAD Penerimaan et T PAD Penerimaan alisasi s Efektifita Rasio arg Re =
2. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
Perhitungan ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh PAD dengan realisasi pendapatan diterima. Suatu pemerintah daerah dikatakan efisien dalam melakukan pungutan PAD
(32)
19
jika hasil perhitungannya kurang dari 1 atau lebih kecil dari 100%. Semakin kecil hasil perhitungannya, berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.
PAD Penerimaan alisasi PAD memungut untuk n dikeluarka yang Biaya Efisiensi Rasio Re =
3. Rasio Keserasian Belanja
Rasio keserasian ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja yang direalisasikan oleh pemda. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Berdasarkan konsep tersebut maka perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung lebih besar dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung. Langsung Tidak Belanja Langsung Belanja Keserasian Rasio =
4. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Perbandingan ini digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya.
Pinjaman ovinsi Pusat ah Pemer Bantuan PAD n Kemandiria Rasio + = Pr / int
5. Rasio Likuiditas
Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang jangka pendeknya.
Pendek Jangka g U Persediaan lancar Aktiva Lancar Rasio tan ) ( − = Pendek Jangka g U kas setara dan Kas Kas Rasio tan =
(33)
6. Rasio Solvabilitas
Perhitungan solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo.
g U Total
Aktiva Total
as Solvabilit Rasio
tan =
Akurasi hasil analisis laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis laporan keuangan itu sendiri mengandung keterbatasan inheren, antara lain adalah:
1. Sifat laporan keuangan adalah historis.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian pada masa lalu. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini.
2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum.
Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan keuangan.
3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan.
Didalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya penggunaan estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif. Misalnya, estimasi atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat atau umur ekonomis asset tetap, dan lain-lain.
(34)
21
4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama berupa informasi kuantitatif yang bersifat keuangan. Oleh sebab itu, hasil analisis laporan keuang dengan sendirinya juga bersifat kuantitatif.
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan.
Laporan keuangan yang menjadi objek analisis adalah laporan keuangan yang lebih menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan kinerja, akan tetapi kinerjja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja intasnsi pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja keuangan.
(35)
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu No Nama
Peneliti Tempat & Tahun Penelitian Judul Penelitian Rasio yang digunakan Hasil Penelitian 1. Mouna
Fachrizal Ridwan Kabupaten Aceh Timur Provinsi NAD (2008) Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Khusus (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Tingkat Kemandirian Pembiayaan, Rasio Efisiensi Penggunaan Anggaran, Rasio Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Aktifitas (Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan) Pemerintah Daerah Aceh Timur kurang memanfaatkan potensi pendapatan asli daerah (pajak) setelah berlakunya otonomi khusus, padahal pada hakikatnya pajak merupakan pendapatan utama setiap daerah.
2. Lilasafrida Ginting Kabupaten Karo Sumatera Utara (2009) Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Karo Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Rasio Desentralisasi Fiskal, Rasio Tingkat Kemandirian Pembiayaan, Rasio Efisiensi Penggunaan Anggaran, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Aktifitas (Rasio Keserasian) dan Rasio Pertumbuhan Otonomi daerah ternyata tidak memperbaiki atau menaikkan secara keseluruhan rata-rata kinerja keuangan di Kabupaten Karo.
(36)
23
C. Kerangka Konseptual
Keterangan Gambar:
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pelaksaan APBD yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pada penelitian ini, variabel data yang digunakan adalah Laporan Keuangan yang berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca yang mana data tersebut berkaitan dengan rasio-rasio yang digunakan dalam analisis yang dilakukan. Rasio-rasio yang digunakan tersebut yaitu Rasio Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi PAD, Rasio Keserasian, Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas. Hasil analisis rasio tersebut untuk melihat bagaimana kemampuan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Analisis Laporan Keuangann
Rasio-rasio Keuangan: Rasio Efektifitas PAD Rasio Efisiensi PAD Rasio Keserasian
Rasio Kemandirian Daerah Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas Laporan Realisasi
Anggaran Neraca
Laporan Arus Kas
Catatan Atas Laporan
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
(37)
BAB III
METODE PENELITIAN
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian dalam bentuk deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan sifat atau keadaan yang tengah berlangsung pada saat penelitian ini dilakukan atau selama kurun waktu tertentu. Salah satu ciri penelitian berbentuk deskriptif adalah adanya studi kasus pada penelitian tersebut, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
E. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah: a. Data primer
yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara yang berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Daerah Tahun Anggaran 2006 sampai dengan 2008 yang berhubungan dengan analisa laporan keuangan yang dilakukan. b. Data sekunder
yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan, dokumen-dokumen, sehingga mendukung penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
(38)
25
a. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. b. Teknik dokumentasi, yaitu dengan melalui pencatatan dan fotocopy
data-data yang diperlukan.
G. Metode Analisis Data 1. Metode Deskriptif
Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Dalam hal ini, penulis menganalisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:
b. Rasio Efektivitas PAD c. Rasio Efisiensi PAD d. Rasio Keserasian e. Rasio Kemandirian f. Rasio Likuiditas g. Rasio Solvabilitas
3. Metode Komperatif
Metode analisis dengan menggunakan data yang diperoleh dari objek penelitian lalu membandingkannya dengan keadaan yang diinginkan, pada
(39)
penelitian ini membandingkan laporan keuangan tahun 2006, 2007 dan 2008 sehingga diketahui gambaran dan membuat kesimpulan yang sebenarnya dari masalah yang sedang diteliti.
H. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Bupati Aceh Utara dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Aceh Utara Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara Lhokseumawe. Pengambilan data dilakukan bulan September 2009. Jadwal penyelesaian skripsi dijelaskan dalam tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Jadwal Penyelesaian Skripsi
Nama Kegiatan
S
ep
tem
b
er
O
kt
ob
er
N
op
em
b
er
D
es
em
b
er
Jan
u
ar
i
Persetujuan Judul x
Pengambilan Data x x
Bimbingan Proposal x x
Seminar Proposal x
Penyelesaian Skripsi x x x
(40)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 dan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1959, Aceh Utara masuk ke dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara terbagi dalam 3 (tiga) Kewedanan yaitu:
a. Kewedanan Bireuen terdiri atas 7 kecamatan,
b. Kewedanan Lhokseumawe terdiri atas 8 kecamatan, dan c. Kewedanan Lhoksukon terdiri atas 7 kecamatan.
Pada tahun 1959 keluar Undang-undang Nomor 18 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Undang-undang tersebut menghapuskan wilayah kewedanan dan menetapkan wilayah kecamatan langsung dibawah Kabupaten Daerah Tingkat II. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor: 07/SK/11/Des/1969 tanggal 6 Juni 1969, wilayah bekas kewedanan Bireuen ditetapkan menjadi daerah perwakilan Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara yang dikepalai seorang kepala perwakilan. Kemudian pada tahun 1974 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, sebutan untuk kepala perwakilan digantikan dengan Pembantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II, sehingga daerah perwakilan Bireuen
(41)
berubah menjadi Pembantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II Aceh Utara di Bireuen.
Dengan adanya kemajuan dan perkembangan penduduk yang semakin pesat maka pada tahun 1986 dibentuk Kota Administratif (Kotif) Lhokseumawe yang membawahi 5 kecamatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 126.21-526 tanggal 24 Juni 1988 tentang pembentukan wilayah kerja Pembantu Bupati Pidie dan Pembantu Bupati Aceh Utara dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, maka terbentuklah Pembantu Aceh Utara di Lhoksukon, sehingga pada saat itu Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 2 Pembantu Bupati, 1 Kota Administratif, 26 wilayah kecamatan.
Sebagai penjabatan dari Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 pasal 11 yang menegaskan bahwa titik berat otonomi daerah diletakkan pada Daerah Tingkat II maka pemerintah melaksanakan proyek percontohan otonomi daerah. Aceh Utara ditunjuk sebagai Daerah Tingkat II percontohan otonomi daerah. Pada tahun 1999 Kabupaten Aceh Utara yang terdiri dari 26 kecamatan dimekarkan lagi menjadi 30 kecamatan dengan menambah empat kecamatan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1999. Seiring dengan pemekaran kecamatan baru tersebut, berdasarkan Undang-undang Nomor 48 tahun 1999 Aceh Utara harus merelakan hampir sepertiga wilayahnya untuk menjadi kabupaten baru, yaitu Kabupaten Bireuen dengan wilayah mencakup bekas wilayah Pembantu Bupati di Bireuen. Kemudian pada Okober 2001, tiga kecamatan diwilayah Aceh Utara yaitu Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat dijadikan Pemerintah Kota
(42)
29
Lhokseumawe. Dengan demikian saat ini luas wilayah Kabupaten Aceh Utara menjadi sebesar 3.296,86 Km2 yang terletak pada geografis 96,52 – 97,31 BT dan 4,46 – 5,40 LU membawahi 27 kecamatan.
2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007, jabatan struktural di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Sekretaris Daerah dan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara.
b. Dinas Kabupaten Aceh Utara.
Dinas Syari’at Islam, Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kesehatan, Dinas Bina Marga, Dinas Cipta Karya, Dinas Pengairan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pasar, Kebersihan, Peramanan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral.
(43)
c. Lembaga Teknis Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Aparatur, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Sejahtera, Inspektorat Kabupaten, Rumah Sakit Umum, Kantor Pemadam Kebakaran, Kantor Lingkungan Hidutp, Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah.
d. Kecamatan
Kecamatan Langkahan, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kecamatan Seunuddon, Baktiya, Kecamatan Baktiya Barat, Kecamatan Lhoksukon, Kecamatan Cot Girek, Kecamatan Paya Bakong, Kecamatan Pirak Timu, Kecamatan Matangkuli, Kecamtan Tanah Luas, Kecamatan Nibong, Kecamatan Lapang, Kecamatan Tanah Pasir, Kecamatan Syamtalira Aron, Kecamatan Samudra, Kecamatan Meurah Mulia, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Keuramat, Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Dewantara, Kecamatan Nisam, Kecamatan Muara Batu, Kecamatan Banda Baro dan Kecamatan Sawang.
(44)
31
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Rasio Efektifitas PAD
Rasio efektifitas menggambarkan bagaimana kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target berdasarkan potensi riil daerah itu sendiri. Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugasnya dikatakan efektif, jika hasil perhitungannya minimal sebesar 1 atau 100%. Pada tabel 1 terlihat jelas bahwa pada tahun anggaran 2007 Pemerintah Kabupaten Aceh Utara tidak mampu merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan sehingga terjadi penurunan dibawah 100% yaitu sebesar 95,73%. Meskipun rata-rata rasio efektifitas selama 3 tahun berada diatas 100% yaitu sebesar 128,25%, namun untuk keadaan untuk rasio tahun 2007 menunjukkan ketidakmampuan pemerintah pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang ingin dicapai.
2. Rasio Efisiensi PAD
Rasio efisiensi PAD adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisiensi apabila rasio yang diperoleh kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin kecil hasil perhitungannya berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Pada tabel 1 terlihat jelas adanya penurunan terhadap rasio efesiensi dari tahun 2006 hingga 2008. Dimana pada tahun 2006 untuk rasio efisiensi sebesar 0,10% , tahun 2007 yaitu sebesar 20,77% dan pada tahun 2008 sebesar 28,73%. Peningkatan
(45)
persentase ini, meskipun masih jauh dari 100% harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah karena hal ini berhubungan dengan kinerja pemerintah daerah dalam menghasilkan PAD. Walaupun ada peningkatan persentase tapi untuk saat ini pemerintah kabupaten Aceh Utara masih dapat dikatakan efisiensi dalam penggunaan dana-dana untuk menghasilkan PAD
Tabel. 4.1
Rasio Efektivitas dan Rasio Efisiensi Kabupaten Aceh Utara
No. Keterangan Tahun Anggaran
2006 2007 2008
1. Realisasi PAD / Target PAD 182,76% 95,73% 106,26% 2. Biaya Pungutan PAD / Realisasi PAD 0,10% 20,77% 28,73%
Rata-rata 1 128,25%
Rata-rata 2 16,53%
3. Rasio Keserasian
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait langsung dengan adanya program dan kegiatan. Sedangkan belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung dengan adanya progam dan kegiatan.
Belanja langsung harus ditetapkan indikator kinerjanya sebab akan diukur kinerja pelaksanaan program/kegiatannya. Sedangkan belanja tidak langsung tidak dapat atau sulit untuk ditetapkan indikator kinerjanya, karena itu belanja tidak langsung tidak perlu diukur kinerjanya. Berdasarkan konsep tersebut maka
(46)
33
perbandingan yang serasi adalah bila belanja lansung lebih besar dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung.
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa rasio keserasian belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara yaitu pada tahun 2006 sebesar 308,16%, pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 141,58% dan pada tahun 2008 sebesar 134,46%, terlihat bahwa belanja langsung masih sangat mendominasi sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Aceh Utara dalam membelanjakan dana APBDnya lebih memprioritaskan belanja langsungnya dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Namun demikian adanya penurunan yang sangat signifikan antara tahun 2006 dan 2007 yang mencapai lebih dari setengah dari yang didapat pada tahun 2006 perlu menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat memperhatikan penggunaan dana langsung yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam pembangunan daerah. Penggunaan dana-dana pembangunan secara maksimal ini diharapkan dapat diterima oleh masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan.
Tabel. 4.2
Rasio Keserasian Belanja Kabupaten Aceh Utara
No. Keterangan Tahun Anggaran
2006 2007 2008
1. Belanja Langsung / Belanja Tdk Langsung 308,16% 141,58% 134,46%
(47)
4. Rasio Kemandirian
Rasio Kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan eksternal semakin rendah. Kabupaten Aceh Utara yang di dalam perhitungan rasio kemandirian terlihat pada tabel. 3 menunjukkan peningkatan rata-rata rasio Kemandirian selama 3 tahun mencapai 47,85%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sedikit demi sedikit mulai melepaskan ketergantungannya dari bantuan provinsi maupun pusat. Keberhasilan pemerintah daerah juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam mendanai kegiatan pemerintahan tanpa banyak mendapatkan bantuan dana baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
Tabel. 4.3
Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Aceh Utara
No. Keterangan Tahun Anggaran
2006 2007 2008
1. PAD: Bantuan Pemerintah Pusat / Provinsi 43,10% 39,61% 60,84%
Rata-rata 1 47,85%
Kemampuan Kabupaten Aceh Utara dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan sangat terlihat peningkatannya pada tahun 2008 yaitu sebesar 60,84%. Kasi. Anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Utara menjelaskan bahwa peningkatan itu disebabkan oleh tingginya pajak daerah dan hasil perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya. Selain itu
(48)
35
di Kabupaten Aceh Utara juga terdapat perusahaan minyak Exxon Mobil dan PT.Arun yang secara langsung menjadi penyumbang PAD terbesar bagi Aceh Utara. Dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan komponen terbesar dari Pendapatan Asli Daerah. Melalui dua perusahaan besar tersebut, pemerintah Kabupaten Aceh Utara mendapatkan pendapatan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) yang berupa minyak bumi dan gas alam.
Untuk mengurangi tingkat ketergantungan pemerintah terhadap pihak eksternal, pihak pemerintah daerah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas finansial dengan sedikit lebih meningkatkan dan mengembangkan basis pajak, meningkatkan pengumpulan pajak dan retribusi, merasionalkan belanja daerah serta meningkatkan penyediaan lahan daerah sebagai sumber daya yang penting. Karena dengan meningkatnya pajak maka akan terlihat jelas bagaimana kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat dalam hal membaya pajak kepada Negara.
5. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya. Rasio ini bias diukur dengan rasio lancer dan rasio kas (terhadap utang jangka pendek). Pos persediaan pada neraca pemerintah daerah umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk dijual tetapi untuk digunakan dalam operasi kegiatan pemerintahan atau diserahkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, dalam perhitungan rasio lancar pos persediaan ditidak diperhitungkan.
(49)
Seperti terlihat pada tabel 4, pada tahu 2006 terlihat besarnya rasio lancar adalah 2.257,75, hal ini berarti bahwa untuk setiap Rp. 1 utang, Pemerintah Kabupaten aceh Utara mempunyai aktiva sebesar Rp. 2.257,75 aktiva yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sangat likuid. Demikian juga untuk kondisi tahun anggaran 2007 dan 2008 dimana terlihat besarnya rasio lancar adalah 1.936,04 dan 1.114,29 yang berarti bahwa setiap Rp.1 utang pemerintah daerah mempunyai aktiva sebesar Rp. 1.936,04 dan Rp. 1.114,29. Walaupun terjadi penurunan aktiva namun hal ini masih menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah daerah masih sangat likuid.
Demikian pula dengan gambaran dari rasio Kas, pada tabel terlihat bahwa untuk tahun anggaran 2007 dan 2008 dimana perbandingan kas terhadap utang jangka pendek adalah sebesar 1.916,16 dan 1.111,63. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2007 untuk setiap Rp.1 utang jangka pendek pemerintah daerah mempunyai kas sebesar Rp. 1.916,16 kondisi ini menunjukkan bahwa tanpa harus menunggu ditagihnya utang jangka pendeknya Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara mampu untuk melunasi utangnya saat ini.
(50)
37
Tabel. 4.4 Rasio Likuiditas Kabupaten Aceh Utara
No. Keterangan
Tahun Anggaran
2006 2007 2008
1. Rasio Lancar 2.257,76 1.936,04 1.114,29 2. Rasio Kas 2.257,46 1.916,16 1.111,63
Rata-rata 1 1.769,36
Rata-rata 2 1.761,75
6. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitias digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini dapat diukur dengan rasio aktiva terhadap utang. Untuk tahun anggaran 2007 dan 2008, terlihat dalam tabel 7 bahwa rasio solvabilitas sebesar 4.548,37 dan 3.931,09 menunjukkan bahwa untuk Rp.1 rupiah utang pemerintah Kabupaten Aceh Utara memilki asset sebesar Rp. 4.548,37 dan Rp. 3.931,09. Kondisi ini menunjukkan kondisi keuangan pemerintah daerah sangat solvable terhadap utang-utangnya.
Tabel. 4.5 Rasio Solvabilitas Kabupaten Aceh Utara
No. Keterangan Tahun Anggaran
2006 2007 2008
1. Total Aktiva / Total Utang 4.874,19 4.548,37 3.931,09
(51)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dalam pengelolaan keuangan daerahnya. Dari penelitian ini penulis menarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan yang dituangkan dalam APBD.
2. Dari analisis data, menggambarkan bahwa adanya kenaikan kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Hal ini dijelaskan dari hasil penelitian beberapa rasio keuangan yaitu rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian belanja, rasio kemandirian, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas.
3. Pada tahun 2007, untuk rasio efektifitas dan efisiensi ditemukan adanya indikasi ketidakmampuan pemerintah daerah dalam menyerap dana PAD. Dimana pemerintah daerah tidak mampu secara efektif dan efisiensi memanfaatkan kemamnpuannya dalam meningkatkan PAD, yaitu dalam menghasilkan PAD pemerintah daerah membutuhkan dana pungutan yang relatif besar sehingga PAD yang dihasilkan kurang maksimal.
(52)
39
4. Untuk rasio keserasian, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara mampu membelanjakan dananya untuk kepentingan publik secara maksimal dibandingkan untuk belanja tidak langsung. Hal ini meyebabkan adanya keserasian terhadap penggunaan dana APBD yang sangat besar untuk kepentingan publik.
5. Sedangkan untuk rasio kemandirian terlihat jelas bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara berusaha untuk mengurangi ketergantungannya atas bantuan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Usaha pemerintah daerah ini bisa dikatakan cukup berhasil dimana terjadi peningkatan rata-rata rasio kemandirian selama 3 tahun yaitu pada tahun 2006, 2007 dan 2008.
6. Untuk rasio dari laporan neraca daerah, dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sangat likuid dan sangat solvable dalam mengatasi masalah keuangannya. Dalam kaitannya dengan memenuhi kewajiban utangnya yaitu baik untuk utang jangka pendek maupun utang jangka panjang, pemerintah daerah mampu melunasinya.
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara harus dapat lebih mengoptimalkan dalam efisiensi penggunaan dana pungutan pajak guna meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dimana pajak daerah merupakan sumbangan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah.
(53)
2. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar dapat menjaga stabilitas Pendapatan Asli Daerah yang telah dicapai sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik. Dan juga harus lebih memfokuskan pelayanan publik dari pada belanja tidak langsungs karena melalui pelayanan publik masyarakat akan langsung dapat merasakan dampak pajak yang mereka keluarkan setiap tahunya. 3. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar dapat mempertahankan
apa yang telah dicapai selama ini dengan baik sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dan untuk hal yang dirasakan masihk kurang memuaskan agar ditingkatkan lagi kemampuan kinerjanya sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang lebih baik dan dapat dirasakan oleh masyarakat karena sesuai dengan tujuan otonomi daerah adalah agar kinerja perintah daerah dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan.
4. Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan ini masih banyak keterbatasannya dimana penulis hanya menggunakan beberapa rasio (perbandingan) dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian analisis laporan keuangan pemerintah daerah agar memperbanyak penggunaan rasio keuangannya sehingga hasil yang akan didapatkan nantinya menjadi lebih valid.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2008. Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah daerah. Fokusmedia, Bandung.
Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). USU Press, Medan.
Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jilid Keempat, Salemba Empat Jakarta.
Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.
ANDI,Yogyakarta.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Nordiawan, Dedi, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat, Jakarta. ____________, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
____________, Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
____________, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
____________, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
____________, Qanun Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
Renyowijoya, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Ulum, Ihyanul MD, 2005. Akuntansi Sektor Publik: sebuah Pengantar, Edisi Pertama, Universitas Muhammadiyah Press, Malang.
(55)
Umar, Husein, 2003. Riset Akuntansi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
____________, Undang-Undang No.18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi DI Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. ____________, Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. ____________, Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentan Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
(56)
43
Lampiran 1
Laporan Anggaran dan Realisasi
Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006
No. Uraian Anggaran
Setelah Perubahan
Realisasi
I PENDAPATAN DAERAH 1.142.122.565.100 1.153.474.367.884 1. Pendapatan Asli Daerah 70.573.792.100 112.872.199.884
a. Pajak Daerah 4.468.246.100 5.205.933.396
b. Retribusi Daerah 2.586.339.000 12.213.848.338
c. Bagian Laba BUMD 5.284.287.000 5.130.287.408
d. Lain-lain PAD yang sah 58.234.920 90.322.130.670
2. Bagian Dana Perimbangan 706.023.712.000 726.117.061.357 a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
445.605.712.000 464.219.397.357
b. Dana Alokasi Umum 199.896.000.000 199.896.000.000
c. Dana Alokasi Khusus 37.870.000.000 37.870.000.000
d. Penerimaan dari Provinsi 22.652.000.000 24.131.664.000
3. Pendapatan Lain-lain yang Sah 365.525.061.000 335.684.125.914 II. BELANJA DAERAH 1.324.540.936.000 898.865.269.267 1. Belanja Aparatur Daerah 293.002.070.000 220.221.443.701
a. Belanja Administrasi Umum 188.281.953.000 157.631.757.218
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 47.053.374.000 32.295.179.456
c. Belanja Modal 57.666.743.000 30.294.507.027
2. Belanja Pelayanan Publik 1.031.538.866.000 678.643.825.566
a. Belanja Administrasi Umum 179.143.779.000 162.617.513.337
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 319.127.031.000 234.097.859.425
c. Belanja Modal 476.663.777.000 245.872.218.782
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
46.604.279.000 31.697.143.770 4. Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000 4.359.090.252 III. PEMBIAYAAN 202.186.240.000 (254.609.098.616)
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 1.050.242.935.124 1.050.242.935.124
2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 848.056.695.124 1.304.852.033.740
Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006.
(57)
Lampiran 2
Laporan Anggaran dan Realisasi
Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2007
No. Uraian Anggaran
Setelah Perubahan
Realisasi
I PENDAPATAN DAERAH 1.078.153.375.687 1.092.471.740.724 1. Pendapatan Asli Daerah 89.276.142.575 119.857.843.058
a. Pajak Daerah 5.500.434.375 5.633.681.994
b. Retribusi Daerah 3.174.630.200 2.937.731.897
c. Bagian Laba BUMD 8.434.000.000 7.807.628.219
d. Lain-lain PAD yang sah 72.167.078.000 103.478.800.946
2. Bagian Dana Perimbangan 670.839.100.000 690.563.112.139 a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
439.604.100.000 449.625.112.139
b. Dana Alokasi Umum 165.868.000.000 177.728.370.688
c. Dana Alokasi Khusus 39.267.000.000 37.070.000.000
d. Penerimaan dari Provinsi 26.100.000.000 26.139.629.312
3. Pendapatan Lain-lain yang Sah 318.038.133.122 282.050.785.527 II. BELANJA DAERAH 1.677.410.481.543 1.065.370.933.670 1. Belanja Aparatur Daerah 451.530.272.219 441.008.854.878
a. Belanja Administrasi Umum 318.746.529.219 317.631.152.718
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 14.934.295.000 14.858.284.634
c. Belanja Hibah 94.117.034.000 90.548.646.426
c. Belanja Bantuan Sosial 11.054.414.000 10.011.814.000
2. Belanja Pelayanan Publik 1.218.203.209.324 624.362.078.792
a. Belanja Administrasi Umum 176.764.618.644 158.995.703.610
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 300.333.058.108 188.371.246.401
c. Belanja Modal 741.105.532.572 276.995.128.781
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
128.000.000 4. Belanja Tidak Terduga 7.550.000.000 7.830.957.100 III. PEMBIAYAAN 1.195.895.700.130 1.195.895.700.130
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 1.259.875.700.130 1.259.875.700.130
2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 63.980.000.000 63.980.000.000
Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2007.
(58)
45
Lampiran 3
Laporan Anggaran dan Realisasi
Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2008
No. Uraian Anggaran Setelah
Perubahan
Realisasi I PENDAPATAN DAERAH 984.342.065.228,00 980.701.175.202,69
1. Pendapatan Asli Daerah 81.488.364.245,00 79.720.897.562,69
a. Pajak Daerah 6.648.258.245,00 8.197.328.980,00 b. Retribusi Daerah 4.232.833.000,00 4.291.655.983,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
9.360.000.000,00 9.020.067.365,47
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
61.247.273.000,00 58.211.845.234,22
2. Pendapatan Transfer 893.414.554.583,00 891.541.135.040,00
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
764.238.658.616,00 760.499.259.286,00
b. Transfer dari Pemerintah Pusat-lainnya 115.875.312.192,00 115.875.512.193,00 c. Transfer Pemerintah Provinsi 13.300.583.775,00 15.166.363.561,00
3. Pendapatan Lain-lain yang Sah 9.439.146.400,00 9.439.142.600,00 II. BELANJA DAERAH 2.017.057.375.057,00 1.348.717.779.059,02 1. Belanja Tidak Langsung 702.556.521.988,00 575.247.490.403,00
a. Belanja Pegawai 522.331.669.988,00 436.470.934.021,00
b. Belanja Subsidi 0,00 0,00
c. Belanja Hibah 116.785.184.000,00 103.263.883.158,00 d. Belanja Bantuan Sosial 20.771.788.000,00 19.469.853.700,00 e. Belanja Bantuan Keuangan 32.250.000.000,00 14.529.546.024,00 f. Belanja Tidak Terduga 10.417.880.000,00 1.513.273.500,00
2. Belanja Langsung 1.314.500.853.069,00 773.470.288.656,02
a. Belanja Pegawai 167.120.014.719,00 156.433.773.125,00 b. Barang dan Jasa 352.581.574.366,00 220.685.001.678,00 c. Belanja Modal 794.799.263.984,00 396.351.513.853,02
III. PEMBIAYAAN 1.169.246.357.184,62 1.185.818.857.184,62
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 1.222.996.357.184,62 1.222.996.357.184,62 2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 53.750.000.000,00 37.177.500.000,00
Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2008.
(59)
Lampiran 4 NERACA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA PER 31 DESEMBER 2006
(Dalam Rupiah) ASET
ASET LANCAR
Kas 1.259.875.700.131,00
Kas di Kasda 1.255.519.529.435,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 4.356.170.696,00
Investasi Jangka Pendek 0,00
Piutang 159.142.369,00
Piutang Lain-lain 0,00
Persediaan 4.092.146.117,00
JUMLAH ASET LANCAR 1.264.126.988.617,00 INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen 0,00
Investasi Permanen 161.252.263.204,00 JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 161.252.263.204,00 ASET TETAP
Tanah 338.916.427.762,00
Peralatan dan Mesin 114.787.638.410,00 Gedung dan Bangunan 534.094.046.758,00 Jalan, Jaringan dan Instalasi 149.071.298.555,70
Aset Tetap Lainnya 496.232.792,00
Konstruksi dalam Pengerjaan 157.509.868.384,00
Akumulasi Penyusutan 0,00
JUMLAH ASET TETAP 1.294.875.512.661,70 DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN 0,00
ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0,00 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0,00
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0,00
Aset Tidak Berwujud 0,00
Aset Lain-lain 0,00
Beban yang ditangguhkan 0,00
JUMLAH ASET LAINNYA 0,00
(60)
47
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0
Utang Bunga 14.907.893
Utang Pajak 0
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0
Pendapatan Diterima Dimuka 0
Utang Jangka Pendek Lainnya 543.185.609 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 558093502 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri 0
Utang Luar Negeri 0
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0
JUMLAH KEWAJIBAN 0
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 1.259.875.700.131
Cadangan Untuk Piutang 159.142.369
Cadangan Untuk Persediaan 4.082.146.117 Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran 0 Utang Jangka Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan 0
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 1.264.116.988.617,00 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 161.247.353.310 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.294.3325.327.052 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (Tidak termasuk 0 Dana Cadangan)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran 0 Hutang Jangka Panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 1.455.579.682.362 EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN 0
JUMLAH EKUITAS DANA 2.719.696.670.979
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.720.254.764.482 Sumber: Diolah dari Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun
(61)
Lampiran 5 NERACA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA PER 31 DESEMBER 2007
(Dalam Rupiah) ASET
ASET LANCAR
Kas 1.212.996.357.184
Kas di Kasda 1.211.542.082.910
Kas di Bendahara Pengeluaran 1.454.274.274 Investasi Jangka Pendek 10.000.000.000
Piutang 2.582.752.136
Piutang Lain-lain 0
Persediaan 5.020.148.183
JUMLAH ASET LANCAR 1.230.599.257.503
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen 0
Investasi Permanen 206.732.263.204
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 206.732.263.204 ASET TETAP
Tanah 378.736.140.332
Peralatan dan Mesin 153.863.904.613
Gedung dan Bangunan 577.100.384.104
Jalan, Jaringan dan Instalasi 191.104.845.967
Aset Tetap Lainnya 1.167.944.424
Konstruksi dalam Pengerjaan 139.554.820.878
Akumulasi Penyusutan 0
JUMLAH ASET TETAP 1.441.528.040.319
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0
JUMLAH DANA CADANGAN 0
ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0
Aset Tidak Berwujud 0
Aset Lain-lain 423.035.502
Beban yang ditangguhkan 423.035.502
JUMLAH ASET LAINNYA 423.035.502
(62)
49
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0
Utang Bunga 29.907.893
Utang Pajak 0
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0
Pendapatan Diterima Dimuka 0
Utang Jangka Pendek Lainnya 603.127.609 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 423.035.502 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri 0
Utang Luar Negeri 0
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0
JUMLAH KEWAJIBAN 633.035.502
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 1.222.996.357.184
Cadangan Untuk Piutang 2.382.752.136
Cadangan Untuk Persediaan 5.020.148.183 Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran 0 Utang Jangka Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan 0
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 1.230.399.257.503 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 206.732.263.204 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.441.518.040.319 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (Tidak termasuk 0 Dana Cadangan)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran 0 Hutang Jangka Panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 1.648.250.303.523 EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN 0
JUMLAH EKUITAS DANA 2.878.649.561.027
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.879.282.596.529 Sumber: Diolah dari Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun
(1)
ASET LANCAR
Kas 1.212.996.357.184
Kas di Kasda 1.211.542.082.910
Kas di Bendahara Pengeluaran 1.454.274.274
Investasi Jangka Pendek 10.000.000.000
Piutang 2.582.752.136
Piutang Lain-lain 0
Persediaan 5.020.148.183
JUMLAH ASET LANCAR 1.230.599.257.503
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen 0
Investasi Permanen 206.732.263.204
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 206.732.263.204 ASET TETAP
Tanah 378.736.140.332
Peralatan dan Mesin 153.863.904.613
Gedung dan Bangunan 577.100.384.104
Jalan, Jaringan dan Instalasi 191.104.845.967
Aset Tetap Lainnya 1.167.944.424
Konstruksi dalam Pengerjaan 139.554.820.878
Akumulasi Penyusutan 0
JUMLAH ASET TETAP 1.441.528.040.319
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0
JUMLAH DANA CADANGAN 0
ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0
(2)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0
Utang Bunga 29.907.893
Utang Pajak 0
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0
Pendapatan Diterima Dimuka 0
Utang Jangka Pendek Lainnya 603.127.609
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 423.035.502
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri 0
Utang Luar Negeri 0
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0
JUMLAH KEWAJIBAN 633.035.502
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 1.222.996.357.184
Cadangan Untuk Piutang 2.382.752.136
Cadangan Untuk Persediaan 5.020.148.183
Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran 0 Utang Jangka Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan 0
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 1.230.399.257.503 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 206.732.263.204 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.441.518.040.319 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (Tidak termasuk 0 Dana Cadangan)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran 0 Hutang Jangka Panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 1.648.250.303.523 EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN 0
JUMLAH EKUITAS DANA 2.878.649.561.027 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.879.282.596.529 Sumber: Diolah dari Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun
(3)
ASET LANCAR
Kas 817.802.253.328
Kas di Kasda 817.437.489.083
Kas di Bendahara Pengeluaran 364.764.245
Investasi Jangka Pendek 0
Piutang 1.956.330.500
Piutang Lain-lain 0
Persediaan 5.782.217.150
JUMLAH ASET LANCAR 825.540.800.978
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen 20.000.000.000
Investasi Permanen 223.909.763.204
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 243.909.763.204 ASET TETAP
Tanah 401.456.463.062
Peralatan dan Mesin 196.453.920.881
Gedung dan Bangunan 618.029.616.738
Jalan, Jaringan dan Instalasi 368.570.249.238
Aset Tetap Lainnya 1.188.789.494
Konstruksi dalam Pengerjaan 236.406.534.992
Akumulasi Penyusutan 0
JUMLAH ASET TETAP 1.822.105.574.405
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0
JUMLAH DANA CADANGAN 0
ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0
(4)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0
Utang Bunga 7.550.031
Utang Pajak 0
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0
Pendapatan Diterima Dimuka 0
Utang Jangka Pendek Lainnya 663.127.609
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 735.677.640
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri 0
Utang Luar Negeri 0
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0
JUMLAH KEWAJIBAN 735.677.640
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 817.802.253.328
Cadangan Untuk Piutang 1.756.330.500
Cadangan Untuk Persediaan 5.782.217.150
Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran 0 Utang Jangka Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan 0
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 825.320.800.978 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 243.909.763.204 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.822.045.574.405 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (Tidak termasuk 0 Dana Cadangan)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran 0 Hutang Jangka Panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 2.065.955.337.609 EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN 0
JUMLAH EKUITAS DANA 2.891.556.138.587 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.892.011.816.228 Sumber: Diolah dari Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun
(5)
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00% 160.00% 180.00% 200.00%
2006 2007 2008
Rasio Efektifitas Rasio Efisiensi
Rasio Keserasian Belanja
0.00% 50.00% 100.00% 150.00% 200.00% 250.00% 300.00% 350.00%
2006 2007 2008
(6)
Lampiran 8
Rasio Kemandirian
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%
2006 2007 2008
Rasio Kemandirian
Rasio Keuangan Neraca
0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 9,000.00 10,000.00
2006 2007 2008
Rasio Solvabilitas Rasio kas Rasio Lancar