Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat

(1)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN LANGKAT

OLEH :

NAMA : SILKA HARTINA

NIM : 050503203

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2009


(2)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 24 Januari 2009

Yang membuat pernyataan

Silka Hartina NIM 050503203


(3)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menggenggam jantung ini dan membiarkannya tetap berdetak, mengalirkan nyawa dalam darah sehingga satu demi satu ibadah ini dapat penulis laksanakan. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kesehatan, kesempatan, dan kekuatan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judu l skripsi ini adalah

“Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat”

Skripsi ini didedikasikan sepenuhnya kepada kedua orangtuaku Ayah (Arifin St. Mudo) dan Mama (Desmawati), tak cukup hanya sekedar ‘terima kasih’ untuk membasuh keringat dan tetesan airmata yang mengalir selama membesarkan ananda. Namun percayalah dalam setiap hembusan nafas ini adalah doa memohon surga jadi balasan termanis bagi jasa pahlawanku Ayah dan Mama tersayang. Terima kasih Ayah dengan keterbatasan fisik Ayah tetap dapat membesarkan ananda dan Mama terima kasih untuk segalanya dan ketegarannya. Terima kasih juga buat Uwaik tersayang untuk kasih sayang dan kesabarannya kepada ananda.. Semoga ananda dapat jadi anak yang berbakti. Dukungan positif dari Uda dan Uni


(4)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Diki Andika Putra, Amd dan Eldevi Yanti, Amd, Zeno Bahana Putra, Amd, Destria Oza dan Hendri Erda, Rabia Mabelin, Amd, dan seluruh keluarga besarku.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moriil, materil, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu Risanty, SE, AK, Msi selaku Dosen Wali yang telah membantu penulis dalam konsultasi akademik selama masa perkuliahan.

6. Semua Staf Departemen Akuntansi, Bang Khairil, Bang Oyong, Kak Dame, yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di Departemen Akuntansi.


(5)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

7. Bupati atau Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Bapeda penulis ucapkan terima kasih atas izin untuk meneliti di instansi Pemerintahan Kabupaten Langkat, serta bantuan yang telah diberikan hingga memudahkan penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku, Ecy, Irma, Lia, Gita, Yanti, Ila, Rizka, Deva, semua teman angkatan 2005, 2004, 2003 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terima kasih.

9. Mbak Astrid Fourlia L. Tobing tersayang (semangat dan kasih sayang mu yang menguatkan adinda), buat Revi (makasih untuk bantuannya selama ini), Fitri, Dani, Ayu, Lili untuk semua dukungan, bantuan, dan kebersamaannya di kostan selama ini.

Sebagai manusia yang penuk kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semua berakhir dalam harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 24 Januari 2009 Penulis

Silka Hartina NIM. 050503203


(6)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Langkat telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Penelitian ini mengggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara tentang penyajian Laporan Keuangan Daerah dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Data sekunder berupa data atau informasi yang berhubungan denagan laporan keuangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintahan Kabupaten Langkat pada tahun 2006 dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam keberhasilan dalam penyajian laporan keuangan daerah pada dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu sumber daya manusia dan perangkat pendukung lainnya

Kata Kunci: Penyajian Laporan Keuangan Daerah, SAP, Sumber Daya Manusia, dan Faktor Pendukung.


(7)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT

This resercah purposed to know the presentation of region financial statement at Government Regency of Langkat have been reserved base on Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

This research using deskriptif research design. Kinds of data that using in this research cinsist of primary data and secondary data. Primary data is the result of interview about the presentation of region financial statement with Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Secondary data is data or information that related with region financial statement at Government Regency of Langkat.

The research result show that presentation of Region Financial Statement from Government Regency of Langkat has been based on PP Number 24, 2005 year. The presentation of Financial Statement from Government Agency of Langkat is toward with human resources and support instrument.

Keywords : Presentation of region Financial Statement, SAP, Human Resources, and Support Instrument.


(8)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI SKRIPSI

PERNYATAAN………. i KATA PENGANTAR………... ii ABSTRAK……….. v

ABSTRACT………... vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL …..………... x

DAFTAR GAMBAR ……….... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah………..1 B. Perumusan dan Batasan

Masalah……….………...6 C. Tujuan dan Manfaat

Penelitian………...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penatausahaan Keuangan

Daerah…..……….9

B. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan…….

………11

C. Perbandingan Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dengan Standar Akuntansi


(9)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

D. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah………

1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah………..18

2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah………..18

3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah………..20

4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan………..23

5. Unsur-unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah………..25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………38

B. Jenis Data……….………...38

C. Definisi Operasional ……….…….……38

D. Teknik Pengumpulan Data……….39

E. Metode Analisis Data………...………..39

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian……….………40

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian……….….41

1. Gamabaran Umum Pemerintahan Kabupaten Langkat a. Sejarah Singkat Pemerintahan Kabupaten Langkat………41


(10)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

c. Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Langkat………43

d. Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Langkat dan Uraian Jabatan BPKAD………..46

2. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan Daerah………..………53

3. Konversi Penyajian Laporan Keuangan Daerah………..55

4. Penyajian Laporan Keuangan Daerah………..64

B. Analisis Hasil Penelitian………...76

1. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Langkat………...76

2. Analisis Strategi-strategi yang Diperlukan Pemerintah Kabupaten Langkat Terhadap Keberhasilan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai dengan SAP………84

3. Analisis Penagruh Faktor Pendukung Terhadap Keberhasilan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai dengan SAP…….86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….89

B. Saran………91

DAFTAR PUSTAKA………..93 LAMPIRAN


(11)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002

dengan SAP……….……….20

Tabel 2.2 Format Laporan Realisasi Anggaran ……….………....27

Tabel 2.3 Format Neraca ……….…..34

Tabel 2.4 Format Arus Kas………...…...42

Tabel 2.5 Format Catatan atas Laporan Keuangan……….……..45

Tabel 4.1 Struktur Realisasi Anggaran……...48

Tabel 4.2 Perbedaan Struktur APBD dengan Pengkodean yang Lalu………...52

Tabel 4.3 Tabel Akun……….53

Tabel 4.4 Kode Rekening Penganggaran Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 ………...53

Tabel 4.5 Kode Rekening Penganggaran PP No. 24 Tahun 2005 (SAP)………54

Tabel 4.6 Pos-Pos Ekuitas………..55


(12)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual …………..………23

Gambar 4.1 Jenis dan Kelompok Belanja……….58


(13)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dengan

PP No.24 Tahun 2005 (SAP) ... ..14

Tabel 2.2 Format Laporan Realisasi Anggaran ……….…...30

Tabel 2.3 Format Neraca……….………..33

Tabel 2.4 Format Arus Kas……….………..30

Tabel 2.5 Format Catatan atas Laporan Keuangan ………..40

Tabel 4.1 Struktur Realisasi Anggaran ………….………..60

Tabel 4.2 Perbedaan Struktur APBD dengan Pengkodean yang Lalu ……….………..61

Tabel 4.3 Tabel Akun……….………….………..61

Tabel 4.4 Kode Rekening Penganggaran Kepmendagri No.29 Tahun 2002 ………….………..………..62


(14)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat di dunia memiliki kewajiban untuk secara terus – menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang sejalan dengan prinsip demokrasi, penghindaran dari salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politikal dan administratif. Kepemerintahan yang baik setidaknya ditandai dengan tiga elemen yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Transparansi dibangun atas dasar atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Partisipasi maksudnya mengikutsertakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan

Untuk mewujudkan good governance diperlukan perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang sentralistis, ketika pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan. Paradigma baru tersebut menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantungan dan bahkan menghilangkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, serta


(15)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

bisa memberdayakan daerah agar mampu berkompetesi baik secara regional, nasional maupun internasional. Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemerintah memberikan otonomi kepada daerah seluas–luasnya yang betujuan untuk memungkinkan daerah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Pada saat dimulainya otonomi daerah harapan yang muncul adalah pemerintah daerah semakin mandiri dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun melakukan pembangunan di daerah masing-masing, karena setiap daerah diberi kebebasan untuk mengelola daerah masing-masing. Oleh karena itu daerah juga diberi kebebasan dalam hal penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan pada pemerintah daerah dapat memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran pada periode berikutnya, penilaian prestasi kerja pemerintah serta sebagai alat pemotivasi.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan dalam suatu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapakan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.


(16)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Seiring dengan reformasi dibidang keuangan negara, maka perlu dilakukan perubahan – perubahan diberbagai bidang untuk mendukung agar reformasi dibidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang signifikan adalah perubahan dibidang akuntansi pemerintahan karena melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masing – masing. Perubahan dibidang akuntansi pemerintahan yang paling diinginkan adalah adanya Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan sesungguhnya adalah dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dimaksud dapat meningkatkan kredibilitasnya dan pada gilirannnya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengolahan keuangan pemerintah daerah. Sehingga,

good governance dapat tercapai.

Maka daripada itu dibuatlah peraturan yang dapat mengatur dan mengelola penyajian laporan keuangan. Peraturan itu yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan terbitnya Standar Akuntansi Pemerintahan selain untuk mewujudkan good governance juga merupakan jawaban atas penantian adanya pedoman pelaporan keuangan yang dapat berterima umum yang telah diamanatkan oleh beberapa peraturan perundang-undangan yang sebelumnya.

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan. Dengan demikian SAP merupakan


(17)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang SAP ini menjadi dasar bagi semua entitas pelaporan dalam menyajikan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada berbagai pihak khususnya pihak-pihak di luar eksekutif. Standar Akuntansi Pemerintahan berguna bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak di luar organisasi. Para pengguna laporan keuangan di luar organisasi akan dapat memahami informasi yang disajikan jika disajikan dengan kriteria atau persepsi yang dipahami secara sama dengan penyusun laporan keuangan. Bagi auditor, khususnya eksternal auditor, Standar Akuntansi Pemerintahan digunakan sebagai kriteria dalam menilai informasi yang disajikan. Dengan demikian SAP menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor.

Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan good governance. Alasannya adalah terpenuhinya tiga elemen good

governance yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi.. Pertama,

akuntabilitas karena dengan adanya standar, pengungkapan efektivitas dan

efisiensi APBN atau APBD menjadi bersifat kredibel dan dapat

dipertanggungjawabkan. Kedua, transparansi karena dengan adanya standar, BPK menjadi mudah menyingkap tempat-tempat sembunyi korupsi karena mempunyai basis baku, mantap dan komprehensif dalam tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan. Ketiga, partisipasi karena dengan adanya standar,


(18)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

rakyat pada tiap daerah melalui DPRD makin mampu mengendalikan keuangan daerahnya.

SAP digunakan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang andal dan dapat dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan. Tanpa adanya standar umum ini, maka laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah bisa jadi bebeda-beda antar daerah yang pada gilirannya akan memunculkan persoalan-persoalan baru pada level nasional. Oleh karena pentingnya SAP maka setiap penyajian laporan keuangan daerah harus mengikuti standar ini, meskipun pemerintahan belum sepenuhnya dapat mengikuti standar ini. Dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari faktor pendukung yaitu sumber daya manusia dan perangkat pendukungnya berupa infrastuktur, karena membantu dalam menyajikan laporan keuangan daerah. Namun dalam penyajian laporan keuangan sesuai SAP ini, Pemerintahan Kabupaten Langkat masih mengalami kendala-kendala atau masalah-masalah yang menyebabkan penyajian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan tidak berjalan dengan semulus diharapkan. Salah satu satu kendala tersebut disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang mengalami kesulitan untuk mampu mengikuti perubahan peraturan dalam penyajian laporan keuangan, kendala lainnya adalah keterbatasan jumlah ataupun kualitas dari perangkat pendukung yang tersedia untuk digunakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada


(19)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

B. Perumusan dan Batasan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Pemerintahan Kabupaten Langkat telah menyajikan laporan keuangan daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?

2. Apa srategi-strategi yang diperlukan Pemerintahan Kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?

3. Bagaimana peranan faktor pendukung dan perangkat pendukungnya terhadap keberhasilan penyajian laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?

2. Batasan Masalah

1. Penyajian laporan keuangan yang akan diteliti dibatasi pada lingkungan yang terbatas yaitu Pemerintah Kabupaten Langkat.

2. Penulis membatasi pembahasan penyajian laporan keuangan untuk tahun anggaran 2006.

3. Pengidentifikasian masalah yang muncul hanya dibatasi pada saat penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan di Pemerintahan Kabupaten Langkat dalam Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.


(20)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penyajian laporan keuangan daerah Langkat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Mengetahui strategi-strategi yang diperlukan Pemerintahan Kabupaten Langkat dalam penyajian laporan keuangan daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

3. Untuk mengetahui dengan jelas, sejauh mana peranan faktor pendukung dan perangkat pendukungnya terhadap keberhasilan penyajian laporan keuangan daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis mengenai penyajian laporan keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Langkat dan sebagai salah satu proses bagi penulis untuk semakin meningkatkan keterampilan dalam penelitian dan pembuatan karya tulis ilmiah.


(21)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

2. Bagi pemerintah daerah, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait pada pemerintah daerah.

3. Bagi pihak lain, melalui hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya.


(22)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penatausahaan Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006 : 24) menyatakan bahwa:

Selama masa pra otonomi daerah dan desentralisasi fiskal belum ada sistem akuntansi keuangan daerah yang baik, yang ada baru sebatas tata buku. Pengelolaan keuangan daerah mendasarkan pada buku manual administrasi keuangan daerah (MAKUDA) tahun 1981 yang pada esensinya tidak berisi akuntansi tetapi sekedar penatausahaan keuangan atau tata buku.

Sebagai upaya konkrit reformasi keuangan daerah, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Sementara itu, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 serta untuk secara bertahap mengganti model tata buku sebagaimana dalam Manual Administrasi Keuangan Daerah menjadi sistem akuntansi, maka dikeluarkanlah Kepemendagri Nomor 29 Tahun 2002.

Setelah digantinya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004, maka berbagai peraturan pemerintah dan peraturan lain dibawahnya perlu disesuaikan lagi. Atas dasar itu maka pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


(23)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Pedoman Pengelolaan Keungan Daerah sebagai pengganti PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepemndagri Nomor 29 Tahun 2002.

Kepemendagri No. 29 Tahun 2002 adalah tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan anggaran dan pendapatan belanja daerah. Kepemendagri ini merupakan petujuk teknis pelaksanaan PP nomor 105 tahun 2000 pasal 14 di bidang pengelolaan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan tranparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah tentang pegelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksaaan APBD, pembinaan dan pengawasan penegelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Permendagri No.13 Tahun 2006 juga mengatur tentang prosedur akuntansi pada SKPD yang meliputi serangkain proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Permendagri ini juga mengatur tata cara pelaksanaan penerimaan daerah yang dikelola oleh bendahara penerimaan.


(24)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

B. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good govenance), pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Usaha reformasi keuangan Negara mencakup bidang perturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk dapat mencapai good

governance diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan dapat

berpedoman pada sebuah standar akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.

Dibidang peraturan perundang-undangan, pemerintah dengan persetujuan DPR-RI telah menetapkan suatu paket undang-undang di bidang keuangan Negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga undang-undang tersebut menjadi dasar bagi institusi Negara mengubah pola administrasi keuangan (financial

administration) menjadi pengelolaan keuangan (financial management).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan Presiden dan Gubernur, Bupati, Walikota untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN atau APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan


(25)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

keuangan perusahaan Negara atau daerah dan badan lainnya. Disebutkan pula bahwa bentuk dan isi laporan keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan diperlukan suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari BPK. Untuk itu Presiden RI telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 tahun 2005. Walaupun Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan memerlukan waktu yang lama namun KSAP telah berhasil menyusun suatu Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan Presiden sebagai Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintah (PP SAP), tertanggal 13 Juni 2005.

KSAP terdiri dari Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite Konsiltatif bertugas memberi konsultasi dan atau pendapat dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. KSAP menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.


(26)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Kedudukan SAP adalah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ruang lingkup SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, jika menurut peraturan perundang-undangann satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dengan ditetapkanya PP SAP maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau APBD dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas. Diharapkan seluruh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak.

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari: 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas

4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporam Keuangan 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan


(27)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap

8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Penegerjaan 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban

10.PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa

11.PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian

C. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan

Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 dan SAP memiliki pola perubahan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1.

Perbandingan Kepemendagri No.29 Tahun 2002 dengan SAP

Kepmendagri No.29 Tahun 2002 SAP

Basis Kas Modifikasian Basis Kas untuk pengakuan pendapatan,

belanja dan pembiayaan (LRA) Aktiva tetap diakui pada akhir periode

dengan menyesuaikan Belanja Modal yang terjadi

Aktiva tetap selain tanah di depresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya

Aktiva/Aset tetap diakui pada saat hak kepemilikannya berpindah dan atau saat diterima

Aset tetap selain tanah dapat didpresiasi dengan meted garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi Kewajiban diakui pada akhir periode

akuntansi melalui penyesuaian

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul


(28)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Kepmendagri No.29 Tahun 2002 SAP

Jenis Laporan Keuangan:

• Laporan Perhitungan APBD

• Neraca

• Laporan Aliran Kas

• Nota Perhitungan APBD

Jenis Laporan Keuangan:

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

• Neraca

• Laporan Arus Kas

• Catatan atas Laporan Keuangan Belanja Dikategorikan :

• Belanja Administrasi Umum

• Belanja Operasi dan Pemeliharaan

• Belanja Modal

• Belanja Tidak Tersangka Masing-masing belanja dikelompokkan menjadi:

• Belanja Pegawai dan Personalia

• Belanja Barang dan Jasa

• Belanja Perjalanan Dinas

• Belanja Pemeliharaan

Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi yaitu:

BELANJA OPERASI

• Belanja Pegawai

• Belanja Barang

• Bunga

• Subsidi

• Hibah

• Bantuan Sosial BELANJA MODAL

BELANJA TAK TERDUGA Laporan Aliran Kas dikelompokkan

dalam 3 aktivitas yaitu:

• Aktivitas Operasi

• Aktivitas Investasi

• Aktivitas Pembiayaan

Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam 4 aktivitas yaitu:

• Aktivitas Operasi

• Aktivitas Investasi

• Aktivitas Pembiayaan

• Aktivitas non-anggaran Jadwal tahapan penyiapan dokumen

APBD tidak diatur secara rinci

Jadwal tahapan penyiapan dokumen penyusunan APBD diatur secara rinci dan ketat untuk mencapai target persetujuan DPRD paling lambat 1 tahun sebelum Tahun Anggaran dilakukan

Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik

Dengan terjadinya perubahan peraturan dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, terjadi perubahan yang signifikan baik bersifat pragmatik maupun teknik operasionalnya terkait dengan penatausahaan keuangan daerah sampai pada teknik atau sistem akuntansinya.


(29)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

D. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Sumber Daya Manusia

Menurut Hadari Nawawi (2001 : 37) “sumber daya manusia adalah orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain.” Menurut Susilo (2002 : 3) “sumber daya manusia adalah pilar penyangga utama sekaligus penggerak organisasi dalam usaha mewujudkan visi, misi, dan tujuannya.

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan dibutuhkan tenaga sumber daya manusia atau pegawai untuk menjalankan perangkat pendukung yang dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sehubungan dengan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang merupakan program tersendiri, sangat dibutuhkan pegawai yang mengerti dengan baik dan dapat menjalankan secara benar program aplikasi tersebut.

Karena sistem aplikasi tersebut merupakan sistem yang baru, maka pemerintah daerah mempersiapkan pegawai melalui program pelatihan. Modul pelatihan disusun oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara Departemen Keuangan RI dan setiap provinsi telah ada aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Pelatihan dilakukan kepada pegawai yang bekerja khusus dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut.

Jumlah pegawai yang disyaratkan mengikuti pelatihan paling sedikit sesuai dengan jumlah komputer dengan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah di daerah yang bersangkutan. Kemampuan pegawai untuk dapat memahami program


(30)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

aplikasi tersebut dan dapat menjalankannya dengan benar tergantung kepada kualitas pegawai yang bersangkutan. Seorang pegawai akan lebih mudah dan cepat mengerti program aplikasi tersebut jika telah mengerti dasar-dasar pengoperasian komputer atau lebih mahir menggunakan aplikasi dalam komputer khususnya program Office.

2. Perangkat Pendukung

Perangkat pendukung utama yang dibutuhkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah perangkat pendukung teknis. Perangkat pendukung teknis adalah perangkat keras (hardware) berupa unit komputer. Menurut Kenneth dan Jane (2005 : 18) “perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktifitas input, pemrosesan, dan output dalam sebuah sistem informasi”. Kenneth dan Jane (2005 : 10) “ perangkat lunak komputer merupakan sekumpulan rincian instruksi program yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras komponen komputer di dalam sebuah sistem informasi”. Perangkat lunak (software) yang digunakan adalah aplikasi khusus yang dinamakan program Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan selanjutnya secara otomatis mempersiapkan laporan keuangan daerah ketika laporan tersebut dibutuhkan. Pemerintahan daerah akan menyusun laporan keuangan daerah mengacu pada standar akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan.


(31)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

D. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah

Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No. 24 tahun 2005 tentang SAP adalah “merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.” Menurut Erlina (2008 : 18)

Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalan PP No.24 Tahun 2005. Laporan keuangan daerah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah:

a. Masyarakat

b. Para wakil rakyat, lembaga pengawa, dan lembaga pemeriksa

c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman

d. pemerintah

2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Daerah a. Peranan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah

Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7) :

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama saru periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan


(32)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut Erlina (2008: 21):

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :

1) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik

2) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian aras seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat

3) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahiu kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban penegeluaran tersebut.

b. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Erlina (2008: 20):

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


(33)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7) menyatakan bahwa pelaporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang bermanfat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1) Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah

2) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah

3) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan pengunaan sumber daya ekonomi.

4) Menyediakan informasi mengenai mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya

5) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya

6) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Erlina (2008: 20) menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :

1) Aset 2) Kewajiban 3) Ekuitas dana 4) Pendapatan 5) Belanja 6) Transfer 7) Pembiayaan 8) Arus kas

3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.


(34)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 10):

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :

a) Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan menbantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki kriteria:

1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi

memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu

2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3) Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat

berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

4) Lengkap. Imformasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan

selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

b) Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik :

1) Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan

2) Dapat diverifikasi (verifiability). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3) Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu


(35)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

c) Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan lapora keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal yang dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara ektsternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menrapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahab tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan

d) Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud

Menurut Erlina (2008: 35):

Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu:

1) Materialitas. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi criteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan

2) Pertimbangan biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semsetinya menyajkan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunanya. Namnun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak hanya harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat . Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleg suatu entitas pelaporan

3) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan


(36)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatife antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional

4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan.

Menurut Erlina (2008: 31):

Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah :

a. Basis akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekenimg kas umum daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa lebih pembiayaan anggran untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi pendapatan dan belanja serta pembiayaan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerinyah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

b. Prinsip nilai historis

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai


(37)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

c. Prinsip realisasi

Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekan dalam akuntansi komersial.

d. Prinsip substansi mengungguli bentuk

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajkan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan

e. Prinsip periodesitas

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimlikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, Peremndagri Nomor 13 tahun 2006 menentukan pemerintah daerah dan atau SKPD diharapkan membuat laporan semester pertama dan laporan prognosis untuk satu semester ke depan.

f. Prinsip konsistensi

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan maupun entitas akuntansi (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memebrikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

g. Prinsip pengungkapan lengkap

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan

h. Prinsip penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan


(38)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan . pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

5. Unsur-Unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat diperbandingkan dengan anggarannya. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan :

1) Telah dilaksnakan secara efisien, efektif, dan hemat 2) Telah sesuai dengan anggarannya

3) Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Menurut Ulum (2004: 192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut:

1) Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat/daerah

2) Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.

3) Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaaan maupun pemgeluaran yang perlu dibayar, atau akann


(39)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan atau memanfaatkan surplus anggaran

Bentuk laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.2.

PEMERINTAH KABUPATEN ………. FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER ….

Dalam Rupiah

Kode Uraian

Anggaran setelah Perubahan

Realisasi Lebih/ (kurang)

1 2 3 4 5

1 PENDAPATAN

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah

1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

1.2 Pendapatan Transfer

1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak

1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 1.2.2.1 Dana Otonomi Khusus

1.2.2.2 Dana Penyesuaian

1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi 1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

1.3.1 Pendapatan Hibah 1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 1.3.3 Pendapatan Lainnya


(40)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Kode Uraian

Anggaran setelah Perubahan

Realisasi Lebih/ (kurang)

1 2 3 4 5

2 BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI

2.1.1 Belanja Pegawai 2.1.2 Belanja Barang 2.1.3 Belanja Bunga 2.1.4 Belanja Subsidi 2.1.5 Belanja Hibah

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan

Jumlah 2.2 BELANJA MODAL

2.2.1 Belanja Tanah

2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 2.2.4 Belanja Jalan,Irigasi dan Jaringan 2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 2.2.6 Belanja Aset Lainnya

2.3 Belanja Tidak Terduga 2.3.1 Belanja Tidak Terduga

Jumlah

2.4 Transfer

2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak

2.4.1.2 Bagi Hasil Restribusi

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Surplus/(Defisit) 3 Pembiayaan

3.1 Penerimaan Daerah

3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan

3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah

3.1.5 Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah 3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah


(41)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Kode Uraian

Anggaran setelah Perubahan

Realisasi Lebih/ (kurang)

1 2 3 4 5

3.2 Pengeluaran Daerah

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

3.2.2 Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah 3.2.3 Pembayaran Pokok Utang

3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah

Jumlah Pembiayaan Neto

3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 (SAP)

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Menurut Ulum (2004: 213) bahwa masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:

1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan sejarah dan budaya.

2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelasaiannya baru wajib dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan

3) Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(42)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

a) Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek

b) Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset nonlancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang

c) Ekuitas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bentuk neraca pemerintahan kabupaten disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3.

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……… NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

Dalam Rupiah

No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET

2 ASET LANCAR

3 Kas di Kas Daerah

4 Kas di Bendahara Pengeluaran 5 Kas di Bendahara Penerimaan 6 Investasi Jangka Pendek 7 Piutang Pajak

8 Piutang Retribusi

9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara 10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat

12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 16 Piutang Lainnya

17 Persediaan

Jumlah 18 INVESTASI JANGKA PANJANG

19 Investasi Nonpermanen

20 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 21 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah

22 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya 23 Investasi dalam Surat Utang Negara

24 Investasi dalam Proyek Pembangunan 25 Investasi Nonpermanen Lainnya


(43)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

No. Uraian 20X1 20X0

26 Investasi Permanen

27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 28 Investasi Permanen Lainnya

Jumlah

Jumlah 29 ASET TETAP

30 Tanah

31 Peralatan dan Mesin 32 Gedung dan Bangunan 33 Jalan, Irigasi dan Jaringan 34 Aset Tetap Lainnya

35 Konstruksi dalam Pengerjaan 36 Akumulasi Penyusutan

Jumlah 37 DANA CADANGAN

38 Dana Cadangan

Jumlah 39 ASET LAINNYA

40 Tagihan Penjualan Angsuran 41 Tuntutan Perbendaharaan 42 Tuntutan Ganti Rugi

43 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 44 Aset Tak Berwujud

45 Aset Lain-lain

Jumlah

Jumlah 46 KEWAJIBAN

47 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

48 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 49 Utang Bunga

50 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 51 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah

52 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank 53 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan

Bukan Bank

54 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi 55 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 56 Utang Jangka Pendek Lainnya

Jumlah

57 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

58 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 59 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah 60 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank


(44)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

No. Uraian 20X1 20X0

61 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank 62 Utang Dalam Negeri-Obligasi

63 Utang Jangka Panjang Lainnya

Jumlah

Jumlah 64 EKUITAS DANA

65 EKUITAS DANA LANCAR

66 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 67 Pendapatan yang Ditangguhkan

68 Cadangan Piutang 69 Cadangan Persediaan

70 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

Jumlah 71 EKUITAS DANA INVESTASI

72 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 73 Diinvestasikan dalam Aset Tetap

74 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

75 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang

Jumlah 76 EKUITAS DANA CADANGAN

77 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

Jumlah

Jumlah

Sumber: Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 (SAP)

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pada periode tertentu.

Menurut Ulum (2004: 228) unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:


(45)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

a) Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan

b) Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Laporan arus kas menyajikan informsi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasi berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, dan nonanggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas.

Bentuk laporan arus kas pemrintahan kabupaten disajikan pada tabel

Tabel 2.4. LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ………….

Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung

Dalam Rupiah

No. Uraian 20X1 20X0

Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Masuk Kas

Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain PAD yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Pendapatan Hibah

Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya

Jumlah Arus Keluar Kas

Belanja Pegawai Belanja Barang Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial


(46)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

No. Uraian 20X1 20X0

Belanja Tak Terduga Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Jumlah

Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset

Nonkeuangan Arus Masuk Kas

Pendapatan Penjualan atas Tanah

Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap

Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya

Jumlah Arus Keluar Kas

Belanja Tanah

Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya

Jumlah

Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

Arus Kas Masuk

Pencairan Dana Cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat

Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi

Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya

Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya

Jumlah Arus Kas Keluar

Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat


(47)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

No. Uraian 20X1 20X0

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam

Negeri-Lainnya

Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah

Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya

Jumlah

Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran

Arus Masuk Kas

Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Jumlah Arus Keluar Kas

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran

Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD Saldo Akhir Kas di BUD Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran

Saldo Akhir Kasdi Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas

Sumber: Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman


(48)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

diantara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi untuk memnudahkan penggguna dalam memahami laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Menurut Ulum (2004: 235) catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyajikan informasi tentang kebijakn fiskal/keuangan, ekonomi, makro, pencapaian target Undang-undang APBD/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan

3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemrintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

5) Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan

6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.


(49)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 2.5

PEMERINTAH KABUPATEN ………….. FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan SKPD Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja

APBD SKPD

2.1 Ekonomi makro 2.2 Kebijakan keuangan

2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan SKPD

3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan SKPD

3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Bab IV Kebijakan akuntansi

4.1 Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah SKPD 4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan

SKPD

4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD

4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada SKPD

Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan SKPD

5.1 Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan SKPD

5.1.1 Pendapatan 5.1.2 Belanja

5.1.3 Pembiayaan (khusus untuk SKPD) 5.1.4 Aset

5.1.5 Kewajiban 5.1.6 Ekuitas Dana

5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas,untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada SKPD

Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan SKPD Bab

VII


(50)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

E. Kerangka Konseptual

Pemerintah Kabupaten Langkat

Penatausahaan Keuangan Daerah

Perbedaan Sistem Penyajian Laporan

Keuangan

Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 (SAP)

Sumber Daya

Manusia Perangkat Pendukung

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual


(51)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menguraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari objek penelitian.

B. Jenis Data

Adapun data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang memerlukan

pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis.

b. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari kantor pemerintahan yang diteliti, misalnya sejarah singkat Pemerintahan Kabupaten Langkat, struktur organisasi, dan informasi yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan.

C. Definisi Operasional

1. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.


(52)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

2. Laporan keuangan daerah adalah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya.

3. Sumber daya manusia adalah kemampuan dari anggota atau pegawai dalam melaksanakan tugasnya dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah.

4. Perangkat pendukung lainnya adalah ketersediaan perangkat pendukung yang akan membantu mereka dalam melaksanakan tugas seperti tersedianya

software yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti menggunakan insrtumen atau alat pengumpualan data sebagai berikut: a. Teknik wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung secara lisan

dengan beberapa pihak yanng berkompeten dan berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sehubungan dengan analisis penyajian laporan keuangan pada Pemerintahan Kabupaten Langkat sesuai dengan SAP.


(53)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

b. Teknik dokumentasi, yaitu melakukan penghimpunan atas data-data sekunder untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,dan catatan atas laporan keuangan.

E. Metode Analisis Data

Dalam menganalis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai dari penulisan proposal hingga ujian skripsi. Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan Januari 2008 pada Bagian Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pemerintahan Kabupaten Langkat di Jln. Teungku Amir Hamzah No. 1 Stabat.


(1)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Laporan Keuangan Daerah Pemerintahan Kabupaten Langkat pada tahun anggaran 2006 berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan ini telah diaudit oleh BPK.

2. Pada tahun anggaran 2006, Pemerintahan Kabupaten Langkat di dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Namun dalam hal nama laporan Realisasi Anggaran dan nama laporan Arus Kas, Pemerintahan Kabupaten Langkat masih menggunakan nama laporan yang ditentukan dalam Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.

3. Untuk menyesuaikan perubahan penyajian Laporan Keuangan dari

Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 ke Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemerintahan Kabupeten Langkat perlu melakukan konversi Laporan Keuangan.

4. Pemerintahan Kabupaten Langkat pada tahun anggaran 2006 belum

menyajikan Laporan Keuangan Daerah tepat waktu. Walaupun pada laporan keuangan tersebut dibuat untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, tapi pada kenyataannya laporan keuangan baru selesai disusun atau disyahkan pada


(2)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

akhir Juli 2007, yang menurut ketentuan seharusnya disyahkan pada 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

5. Di dalam penyusunan Laporan Keuangan Daerah, Pemerintahan Kabupaten Langkat masih menggunakan bantuan tenaga Konsultan dan pendampingan dari BPK. Hal ini disebabkan oleh kemampuan sumber daya manusia atau pegawai masih rendah dalam menjalankan dan mengoperasikan apliksi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah untuk menyusun laporan keuangan sendiri. Salah satu penyebabnya dimana sering terjadinya perubahan-perubahan Peraturan Pemerintah, yang membutuhkan waktu lama dalam mensosialisasikannya kepada setiap pegawai yang terlibat di dalam penyajian laporan keuangan daerah. Disamping itu juga karena disebabkan oleh keterbatasan perangkat pendukung atau infrastuktur berupa komputer dan

software.

6. Secara keseluruhan pada tahun anggaran 2006, kinerja Pemerintahan Kabupaten Langkat yang dihasilkan belum optimal karena dalam berbagai kasus masih ditemukan kurangnya rasa tanggung jawab aparatur pemerintah terhadap tugas yang dibebankan, disamnping itu proses desentralisasi dan otonomi daerah masih belum dijalankan sepenuhnya oleh karena adanya beberapa kewenangan yang belum dapat dipisahkan secara jelas terutama antara pemerintah pusat dan daerah.


(3)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pada tahun anggaran berikutnya hendaknya Pemerintahan Kabupaten Langkat dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah telah berpedoman sepenuhnya pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Pada tahun anggaran berikutnya hendaknya dalam penyajian nama laporan keuangan tidak lagi mengacu pada Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 agar penyajian laporan keuangan daerah yang benar-benar efektif dapat terwujud dan Laporan Keuangan Daerah yang disajikan dapat berguna bagi para pengguna laporan tersebut.

2. Untuk tahun-tahun anggaran selanjutnya hendaknya Pemerintahan Kabupaten Langkat dapat menyajikan laporan keuangan daerah tepat waktu sesuai dengan kalender anggaran tahunan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku dan tidak terjadi lagi keterlambatan.

3. Kualitas atau keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam penyajian laporan keuangan lebih ditingkatkan dengan memberikan pelatihan teknis maupun nonteknis mengenai penyajian laporan keuangan yang baik, sehingga Pemerintahan Kabupaten Langkat mampu menyajikan laporan keuangan sendiri dengan program aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daaerah tanpa harus menggunakan bantuan tenaga konsultan lagi dan setiap ada perubahan peraturan yang baru sumber daya manusianya dapat mengikutinya. Begitu juga kualitas atau jumlah perangkat pendukungnya baik


(4)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

berupa komputer, laptop, ataupun software diperbanyak lagi, agar penyajian laporan keuangan lebih cepat dan akurat.

4. Pada tahun anggaran berikutnya, hendaknya kinerja Pemerintah Kabupaten Langkat dapat lebih baik lagi dengan melakukan berbagai upaya untuk menjamin terpeliharanya kondisi yang mantap, aman, dan kondusif sehingga tuntutan masyarakat yang menghendaki transparansi, akuntabilitas, dan kepemerintahan yang bebas KKN dapat terwujud.


(5)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bahtiar dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Bastian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

---, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta. ---.,2007, Audit Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. USU Press, Medan.

Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi untuk Satuan Kerja Perangkat

Daerah. USU Press, Medan.

Forum Diskusi Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan

Telaah Kritis –PP No. 24 Tahun 2005. BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

---, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah Edisi

3, Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera Utara, 2004. Buku

Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Kenneth dan Jane, 2005. SIM: Mengelola Perusahaan Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta.


(6)

Silka Hartina : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat,

Jakarta.

Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta.

Nawawi, Hadari, 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi

Profit yang Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Nordiawan, Deddy, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis cetakan kedelapan, Alfabeta, Bandung. Susilo,2002. Audit Sumber Daya Manusia, Penerbit Gema Amini, Jakarta.

Ulum, Ihyahul MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik Sebuah Pengantar, Edisi

Pertama, Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002

.Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta

---, 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

12 138 95

Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

9 136 88

Analisis Perkembangan Retribusi Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat

0 30 71

Penerapan PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) Pernyataan No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 43 81

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH (STUDI KASUS PADA PEMERINTAHAN KOTA MATARAM)

16 85 19

12 Endah Fitriati (1)SKRIPSI ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

1 8 9

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 0 15

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 3 15

SKRIPSI ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT oleh:

0 3 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah - Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat

0 0 24