MODUL PERKULIAHAN Metodologi Penelitian Dinamik Kelompok

MODUL PERKULIAHAN

  

Metodologi

Penelitian Dinamik Kelompok

  Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Industri MK16018 Dr. Arif Zulkifli

  07 Abstract Kompetensi Dinamika Kelompok Mahasiswa mengetahui bagaimana Dinamika Kelompok baik formal mapun non formal dan memahami peran dalam dunia kerja Dinamika Kelompok

  1. Jenis-jenis Kelompok

  Kelompok menurut Kartono (2005) adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok tersebut selalu kita dapati aksi-aksi dan rekasi yang timbal balik. Jadi ada dinamika kelompok.

  Kelompok secara struktural menurut Munandar (2001) dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal adalah kelompok yang dibentuk oleh manajer untuk membantu organisasi di dalam mencapai tujuan. Sedangkan kelompok informal didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terbentuk berdasarkan tujuan persahabatan. Kelompok formal dan kelompok informal memiliki subklasifikasi.

  Kelompok formal terdiri atas kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasinya, terdiri dari atasan dan bawahan. Dan kelompok tugas adalah kelompok yang terdiri dari para karyawan yang bekerja bersama untuk dapat menyelesaikan tugas tertentu. Sedangkan kelompok informal terdiri atas kelompok kepentingan dan persahabatan. Kelompok kepentingan adalah individu-individu bersatu karena memiliki kepentingan bersama. Dan kelompok persahabatan adalah individu-individu membentuk kelompok karena memiliki kesamaan.

  

Gambar-1, Bagan Jenis-jenis Kelompok

Komando Formal

  Tugas Kelompok Kepentingan Informal Persahabatan

  4. Dinamika Kelompok Formal

  Kelompok formal atau organisasi formal yang disebut sebagai kelompok sekunder, merupakan bentuk hierarki resmi, seperti telah ditentukan di atas kertas. Maka menjadi kewajiban para pemimpin ialah untuk memahami bagaimana fungsi dan beroperasinya kelompok formal tersebut dalam kenyataan dan praktiknya. individu berdasarkan fungsi masing-masing di dalam satu sistem hierarki, dengan tugas pekerjaan masing-masing, (3) relasinya berlandaskan alasan-alasan idiil, dan (4) suasana kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi/persaingan.

  Peran individu di dalam kelompok formal diatur sesuai dengan hierarki kekuasaan. Kekuasaan hierarkis akan didelegasikan secara bertingkat-tingkat, sehingga peran individu di dalam kelompok formal dapat dijalankan dengan sangat baik ketika ia memiliki iklim yang bersahabat, dan ada iklim saling bertukar pendapat secara terbuka.

  Pada kelompok formal orang melakukan usaha kooperatif mencapai tujuan/sasaran bersama, dibantu macam-macam sumber dan sarana. Berlangsunglah satu kerja sama, disertai kegiatan memimpin-dipimpin, ketertiban, pengaturan atau regulasi, pembagaian tugas pekerjaan, dan tata kerja yang teratur.

  Kelompok formal secara ringkas memiliki pengorganisasian yang menjalin semua relasi di antara semua kegiatan kerja, pemanfaatan tenaga manusia, dan kesatuan- kesatuan alat-alat serta mesin, dengan tugas dan otoritas sendiri-sendiri. Maka tugas pokok upaya kelompok formal atau pengorganisasian formal meliputi:

  1. Menentukan kelompok/unit-unit kerja

  2. Membagi tugas-tugas kerja

  3. Menentukan tingkat otoritas, yaitu kewibawaan dan kekuasaan untuk bisa bertindak secara bertanggung jawab.

  Maka dengan sistem pembagian kerja dan tugas-tugas khusus atau spesialisasi, dicapai keterampilan/kemahiran teknis tinggi, penghematan waktu, dan maksimaliasi kecepatan kerja. Tersusunlah kemudian hierarki kerja dengan segala kompleksitasnya, yaitu berupa unit-unit kerja sebagai segmen/bagian dari satau totalitas yang bisa dikuasai dan diperintah secara langsung. Kemudian berlangsunglah relasi kerja yang baik dari pengorganisasian dan pengadministrasian yang dibutuhkan bagi satu kelompok formal.

5. Dinamika Kelompok Informal

  Kelompok informal atau organisasi informal yang dikenal dengan kelompok primer adalah sistem interelasi manusiawi berdasarkan rasa suka dan tidak suka, dengan iklim psikis yang intim, kontak muka berhadapan muka serta moral tinggi.

  Ciri-ciri khas kelompok informal meliputi: (1) terintegrasi dengan baik, (2) kelompok informal menjadi bagian dari kelompok formal, (3) setiap anggota kelompok mengadakan suka” atau “iklim acuh dan tidak acuh”, dan (5) memiliki keterikatan afeksi yang baik.

  Peran individu di dalam kelompok informal menurut Luthans (1992), terkait dengan pola norma-norma yang dikembangkan; dalam pengertian lain, terkait dengan aturan-aturan yang ada di dalam organisasi. Peran individu dapat dijalankan dengan sangat baik ketika ia memiliki harapan besar dapat menyesuaikan diri sesuai dengan norma-norma yang telah dibangun.

  Pada umumnya, kelompok informal di dalam organisasi memberikan tekanan pada setiap anggotanya agar menjalankan tugas kewajibannya sebaik-baiknya, dan memberikan partisipasi yang layak pada organisasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari promosi atau kerja yang tidak wajar dan tidak dapat ditolerir dan dianggap sebagai tidak loyal terhadap kelompok. Setiap anggota akan dibela oleh kawan-kawan sekelompoknya atas dasar solidaritas dan loyalitas kelompok, bila dirugikan oleh atasan atau anggota kelompok lainnya. Dengan demikian aturan dan semua norma kelompok memiliki relasi dengan

  

interest organisasi sekaligus terkait dengan kepentingan individual dari para anggota

kelompok.

  Sukses pemimpin itu tidak hanya diukur dari keberhasilannya dalam menggerakkan individu-individu untuk berbuat saja, akan tetapi terutama sekali pada kemampuannya untuk menggerakkan kelompok sebagai totalitas. Karena itu salah satu tugas pemimpin ialah memperhatikan dinamika kelompok, yang memiliki emosi, afeksi, sentimen, semangat, jiwa dan kepribadian yang khas unik.

  Hal lain yang perlu diperhatikan adalah hendaknya seorang pemimpin dapat membedakan antara gerombolan liar (mob, massa) dengan kelompok informal. Di dalam massa gerombolan liar atau mob tidak terdapat interrelasi pribadi/personal. Setiap individu sifatnya anonim---tidak dikenal, tanpa nama---, dan hilang lenyap dalam arus massa. Setiap anggota dari mob/massa tidak dikenal, dan tidak mengenal satu sama lain. Mereka tidak memiliki loyalitas, dan tidak diikat oleh kelompok. sedang dalam kelompok informal terdapat kontrol sosial yang ketat.

  Massa/mob tidak memiliki tujuan sosial, dan tidak punya suatu fungsi; sehingga tingkah laku masing-masing individu tidak bisa dipastikan oleh fungsinya. Mereka juga tidak

  

dapat dikendalikan oleh kontrol bersama, karena tidak adanya relasi personal. Menurut

  Faturochman (1997) ciri-ciri psikologis massa adalah: irrasional, emosional, mudah tersugesti, lebih berani mengambil resiko, dan immoral. Lebih lanjut Faturochman menjelaskan bahwa sebab-sebab terjadi kondisi-kondisi di atas adalah karena mereka bahwa tanggung jawab pribadi terhadap suatu hal berpindah menjadi tanggung jawab kelompok. Keadaan seperti ini di sebut sebagai kekacauan tanggung jawab (diffusion of

  

responsibilit). Oleh karena perpindahan tanggung jawab tersebut, orang-orang lebih berani

  berbuat nekat dan melanggar norma-norma sosial. Adapun dampak dari massa mob atau gerombolan liar ini sifatnya murni menular, menjalar, atau terinfeksi secara emosional.

  Kelompok informal di dalam organisasi ---perusahaan, kesatuan dan sebagainya --- bukan gerombolan liar atau massa. Kelompok-kelompok ini bukannya asosiasi-asosiasi sosial temporer. Akan tetapi merupakan asosiasi-asosiasi yang relatif permanen sifatnya; mempunyai ideologi, emosi-emosi kuat, dan tujuan yang jelas. Juga memiliki struktur yang definitif jelas. Jumlah anggotanya terbatas, tidak banyak seperti dalam massa. Setiap orang dalam kelompok informal mengetahui tugasnya, sifat dan kebiasaan masing-masing; jadi tidak anonim sifatnya. Setiap individu punya fungsi tertentu, dan menjalin interelasi akrab dengan anggota lainnya. Sehingga terdapat moral kelompok yang cukup tinggi dan kontrol sosial yang ketat.

  Eksistensi kelompok informal pada intinya bertopang pada kebutuhan untuk mencapai kepuasaan sosial, dan asas pilihan pribadi. Dalam kelompok informal dengan asosiasi intim, terdapat semacam fusi dari banyak individu, berwujud satu kesatuan totalitas kekamian dengan pemilikan unsur identifikasi dan simpati yang kuat. Maka perasaan individu lebur menyatu dengan emosi-emosi kawan-kawan kelompoknya.

  Kelompok informal tidak dapat diharapkan munculnya kesatuan yang mutlak serasi dan saling mencinta. Sebab kelompok-kelompok informal ini merupakan unitas-unitas yang selalu terdifirensiasi dan kompetitif sifatnya, di mana terdapat unsur penonjolan diri dan sentimen-sentimen pribadi. Namun semua emosi dan sentimen tersebut diperlunak dan “disosialisir” oleh rasa simpati dan jiwa kelompok yang hampir utuh sifatnya, berkat adanya bimbingan pemimpin.

  Lalu muncullah disiplin dan jiwa/semangat kelompok. Ambisi-ambisi pribadi biasanya berupa ambisi “dalam kerangkan jiwa kelompok”. Pada umumnya pribadi mematuhi norma- norma kelompoknya.

  Struktur dari kelompok-kelompok, tidak statis; justru perubahan merupakan jaringan kekuatan yang sangat dinamis yang bisa berubah-ubah. Sebabnya antara lain adalah:

  1. Seorang atau beberapa orang anggota bisa meninggalkan kelompoknya, dan digantikan oleh orang-orang lain. para anggotanya, sehingga hal tersebut dapat mengubah struktur dan prestise kelompok 3. Dengan terjadinya perubahan tugas, struktur kelompok akan ikut berubah. Lalu muncul mekanisme kerja baru dan figur pemimpin yang baru, sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi yang khusus.

6. Tim Dalam Dunia Kerja

  Tim menurut Katzenbach dan Smith (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) adalah sejumlah kecil orang dengan keterampilan-keterampilan yang saling melengkapi dan menganggap bahwa mereka sama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan, sasaran kinerja, dan pendekatan bersama. Tim di dalam dunia kerja memiliki komitmen bersama. Tim kerja diciptakan untuk berbagai maskud yang lebih efisien di dalam menghadapi tantangan yang berbeda.

  Secara umum tim kerja terdiri dari empat jenis, yaitu:

  1. Tim penasihat. Tim penasihat diciptakan untuk memperluas basis informasi bagi keputusan-keputusan manajerial. Tim penasihat cenderung memiliki tingkat spesialisasi teknis yang rendah. Koordinasi juga rendah karena tim penasihat sebagian besar bekerja sendiri.

  2. Tim produksi. Tim bertanggung jawab untuk menjalankan operasi-operasi harian. Melakukan pelatihan yang minimal untuk tugas-tugas yang rutin, dan memiliki tingkat spesialisasi teknis yang rendah. Namun, koordinasi khususnya tinggi karena arus kerja dari satu tim ke tim yang lain.

  3. Tim proyek. Proyek-proyek membutuhkan pemecahan masalah yang kreatif, dan seringkali melibatkan aplikasi dari pengetahuan khusus.

  4. Tim tindakan. Tim tindakan memiliki spesialisasi tinggi yang dikombinasikan dengan koordinasi yang tinggi pula.

  Selain empat jenis tim di atas, yaitu bekerja melalui tatap muka, terdapat tim yang bekerja menggunakan teknologi komputer, yaitu tim virtual. Tim virtual adalah sebuah kelompok tugas yang tersebar secara fisik yang menjalankan usahanya melalui teknologi informasi modern. Menurut pendukungnya tim virtual sangat fleksibel dan efisien karena didorong oleh informasi dan keterampilan. Akan tetapi sisi negatifnya adalah kurangnya interaksi tatap muka dapat memperlemah kepercayaan, komunikasi dan akuntabilitas.

  Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dari tatap muka, yaitu (1) kemangkiran paraverbal dan nonverbal, (2) konteks batas sosial, dan (3) bakat yang datang dan tingkat hambatan. berarti keberterimaan output (hasil/informasi) bagi para konsumen di dalam atau di luar organisasi yang menerima produk, jasa, informasi, keputusan, atau pelaksanaan kegiatan- kegiatan tim (seperti presentasi atau kompetisi). Sementara yang sedang berjalan terkait dengan pemuasan kebutuhan dan harapan orang-orang luar seperti klien, konsumen, dan penggemar.

  Untuk kriteria kelangsungan hidup tim, di definisikan sebagai kepuasan anggota tim dan berlanjutnya keinginan untuk berkontribusi. Apakah anggota tim menjadi lebih baik atau lebih buruk karena telah menyumbang pada upaya tim? Sebuah kerja tim tidak benar-benar efektif jika ia berhasil menyelesaikan pekerjaan namun merusak dirinya sendiri selama dalam proses atau menimbulkan habisnya kekuatan fisik, emosional maupun motivasi dari setiap kelompok.

  Model ekologis menggambarkan tim kerja di dalam lingkungan organisasional mereka. Model ekologi menekankan bahwa tim kerja membutuhkan sebuah sistem dukungan kehidupan organisasional. Terdapat enam variabel penting dalam konteks organisasional.

  Tim kerja memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi efektif jika tim diasuh dan difasilitasi oleh organisasi. Tujuan tim harus sesuai dengan strategi organisasi. Demikian juga, partisipasi dan otonomi tim membutuhkan budaya organisasional yang menghargai proses-proses tersebut. Anggota tim juga membutuhkan peralatan teknologi dan pelatihan. Kerja tim perlu diperkuat dengan sistem pemberian penghargaan organisasional. Tidak demikian halnya jka pemberdayaan dan bonus dikaitkan semata-mata dengan output individual.

  Sedangkan berkaitan dengan proses-proses internal dari tim kerja, terdapat lima faktor penting yang merupakan karakteristik tim efektif yang diperluas yang dapat bermanfaat dalam mengevaluasi tim tugas di dalam pekerjaan.

  Konteks Organisasi

  • Strategi -Budaya
  • Struktur -Sistem penghar
  • Teknologi -Dukungan Administrasi/ pelatihan

  • Anggota puas dengan pengalaman kelompok
  • Anggota berkeinginaan untuk meneruskan kontribusi pada upaya tim

  • Tim (team) dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi ke arah tujuan bersama.
  • Tipe dapat dibedakan menjadi Tim formal dan Tim informal atau dapat merupakan gabungan keduanya.
  • Tim formal dibentuk secara sengaja oleh manager dan diberi tanggung jawab melakukan tugas untuk membantu organisasi mencapai sasarannya.
  • Tim Komando (command team)
  • Komite (Commitée)
melaksanakan tugas khusus organisasi.

  struktur Tim Kerja Komposisi anggota

  Dinamika antar pribadi Tujuan Sumber daya Koordinasi dengan unit kerja lain

  

Model Ekologis dari Efektivitas Tim

Kerja

  Kriteria Efektivitas Tim:

  1. Kinerja: Hasil tim memenuhi harapan pengguna

  2. Kelangsungan hidup

TIM DAN KERJASAMA KELOMPOK

  Tim Formal dan Informal.

  Tiga Bentuk Tim Formal

  Sebuah tim yang terdiri dari seorang manager dan karyawan yang melapor lepada manager tersebut.

  Gugus Tugas atau Tim Proyek (Task force or Project team) • Tim sementara yang dibentuk untuk menangani masalah spesifik.

  Tim Informal.

  Tim atau kelompok informal muncul kalau orang berkumpul atau berinteraksi secara • teratur. Kelompok seperti ini berkembang di dalam struktur organisasi formal. Anggota tim informal cenderung mengesampingkan kebutuhan individu demi kebutuhan tim secara keseluruhan. Sebaliknya, tim mendukung dan melindungi mereka. Fungsi kelompok Informal.

  • – Mempertahankan norma (tingkah laku yang diharapkan) dan nilai –nilai yang dimiliki bersama oleh anggota kelompoknya.
  • – Kelompok memberi kepuasan, status dan keamanan social lepada para anggotanya.
  • – Kelompok informal membantu para anggotanya berkomunikasi. Anggota kelompok informal belajar mengenai hal-hal yang mempengaruhi mereka dengan mengembangkan saluran komunikasi informal mereka sendiri sebagai tambahan pada saluran yang lebih formal.
  • – Kelompok informal membantu menyelesaikan masalah. Kelompok ini mungkin membantu karyawan yang sakit atau lelah atau menyelenggarakan aktivitas yang menghilangkan kebosanan.

  Tim Berprestasi tinggi atau tim super

  Tim super atau tim berprestasi tinggi (superteams or high performance teams) • adalah statu kelompok yang terdiri dari 3 sampai 30 orang karyawan yang diambil dari berbagai bidang sebuah perusahaan dan tim ini dapat dijadikan contoh untuk tim kerja lainnya. Tim super dijalankan dengan baik mengatur diri sendiri, mengatur jadual kerja, • menentukan kuota productivitas, memesan peralatan dan pasokan sendiri, memperbaiki mutu produk dan berinteraksi dengan pelanggan serta tim super yang lain. Tim super akan lebih efektif kalau ada masalah kompleks untuk dipecahkan atau • berlapis-lapis manajemen penghambat kemajuan yang perla ditembus; disini kuncinya adalah lintas fungsional.

  • Tim yang mengelola sendiri atau kelompok kerja yang mengelola sendiri (self-

  managed team or self-managed work group) yaitu tim yang mengelola diri mereka

  sendiri tanpa supervisi formal

  • Tim ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: • Tim mempunyai tanggung jawab untuk secara relatif keseluruhan tugas.
  • Anggota tim masing-masing mempunyai ketrampilan berbeda-beda yang berhubungan dengan tugas.
  • Tim mempunyai kekuasaan untuk menentukan hal-hal seperti metode kerja, penjadualan, dan anggota diberi tugas berbeda-beda.
  • Prestasi kerja kelompok sebagai keseluruhan merupakan dasar untuk kompensasi dan umpan balik.

  Karakteristik Tim

  • Peran Kepemimpinan Pemimpin formal sebuah tim ditunjuk atau dipilih. Pemimpin dalam tim harus dapat melepaskan lebih banyak kreaktivitas dan productivitas dan menghilangkan aspek otoriter dan lebih menggantungkan kepemimpinannya pada komitmen dan kepemimpinan alami sebagai kekuatan pengendali.

  Tahap-Tahap Perkembangan Tim Tahap-Tahap Perkembangan Tim

  • Pembentukan Dalam tahap ini kelompok membentuk dan belajar tingkah laku apa yang dapat diterima oleh kelompok.
  • Konflik,

  Setelah anggota kelompok menjadi lebih nyaman dalam pergaulan, mereka mungkin menentang formasi struktur kelompok pada‘saat mereka mulai membuka kepribadian individual.

  • Pemantapan Norma.

  Pada tahap ini, konflik yang muncul pada tahap sebelumnya sudah ditangani dan diharapkan sudah selesai. Kesatuan kelompok muncul ketika anggota menetapkan sasaran umum, norma dan peraturan dasar. Daftar Pustaka

  Faturochman. 1997. Diktat Psikologi Sosial. Vol 1. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan dan Industri. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Kartono, K. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Kreitner & Kinicki. 2004. Organizational Behavior. 6-th ed. Mc. Graw-Hill Companies, Inc. Luthans, F. 1992. Organizational Behavior. 6-th ed. Mc. Graw-Hill International Book Co- Singapore. Munandar , A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press. Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior. Jakarta: PT Indeks kelompok Gramedia.