Chapter I Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio dan Peringkat Sukukpada Perusahaan Penerbit Sukuk di Bursa Efek Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan
perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang
yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi), ekuitas (saham),
instrumen derivative maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya dan sarana bagi kegiatan
berinvestasi (Darmadji,et al.2001:1). Pasar modal di Indonesia memiliki berbagai
macam
pilihan
sekuritas
untuk
berinvestasi,salah
satu
sekuritas
yang
diperdagangkan tersebut adalah obligasi. Obligasi adalah surat berharga dalam
bentuk sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan
yang diberi pinjaman (emiten).
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada
emiten dengan janji membayar bunga secara periodik selama periode tertentu.
Padahal dalam Islam bunga merupakan riba yang jelas diharamkan. Untuk itu,
dalam perkembangannya ada alternatif pengganti obligasi yang berbasis bunga
(riba) yaitu obligasi syariah atau dikenal dengan nama sukuk.
12
Sukuk ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk
membayar kepada pemegang sukuk sejumlah pendapatan bagi hasil dan
membayar kembali pokok dana sukuk pada tanggal pembayaran kembali namun
akadnya bukan utang-piutang melainkan investasi. Sebelum ditawarkan, sukuk
harus diperingkatkan oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (rating
agency). Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang
memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah
sekuritas sukuk sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu sukuk bagi
investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu perusahaan
dalam melunasi pokok pinjaman.Sehingga pemodal bisa menggunakan jasa agen
pemeringkat obligasi tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat
sukuk. Proses peringkatan ini dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan,
sehingga rating agency dapat menyatakan layak atau tidaknya sukuk tersebut
diinvestasikan.
Kualitas suatu sukuk dapat dimonitor dari informasi peringkatnya (rating).
Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui penawaran
umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di
Bapepam. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu
PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating
Indonesia. Namun dalam penelitian sekarang lebih mengacu pada PT. PEFINDO.
Aspek penilaian obligasi yang dilakukan PT. PEFINDO berdasarkan pada 3 aspek
yaitu aspek keuangan, aspek industri dan aspek bisnis. Namun belum ada
penjelasan lebih lanjut mengenai aspek mana yang lebih diutamakan dalam
13
pemeringkatan. Tujuan penelitian ini adalah menguji salah satu aspek tersebut
yaitu aspek keuangan. Aspek keuangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan variabel leverage, profitabilitas dan likuiditas.
Alasan dipilihnya variabel-variabel tersebut adalah karena variabel tersebut sering
digunakan investor dalam mengukur atau menilai kinerja perusahaan.
Investor harus melihat banyaknya penggunaan hutang oleh perusahaan
dalam
menjalankan
aktivitasnya. Untuk
pengukuran
hutang perusahaan
menggunakan Leverage. Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang. Proksi rasio hutang yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah debt to equity ratio(DER) yaitu rasio yang digunakan untuk
perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban hutang tersebut (Fahmi, 2014:75). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi
tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada kemungkinan default risk
atau peringkat sukuk yang rendah (Herwidi, 2005).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas
di ukur dengan ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dan aset yang dipergunakan (Hanafi dan Halim,
14
2003:27). Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki
dan penerbit obligasi dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi
(investment grade) (Manurung, etal.2009).
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan utang lancarnya juga bisa mempengaruhi peringkat obligasi
yang diperoleh. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
aset untuk memenuhi kewajibannya atau membayar utang jangka pendeknya
(Kasmir, 2008). Likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio (rasio
lancar). Current ratio digunakan karena merupakan indikator terbaik untuk
menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapatdiubah
menjadi kas dengan cepat untuk melunasi utang perusahaan. Menurut Gitman
(629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio di suatu perusahaan, maka
semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut.
Brigham, et al.(2006) menyatakan umur obligasi berpengaruh pada
peringkat sukuk. Waktu jatuh tempo (maturitas) adalah jangka waktu sejak
diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi dan
mewajibkan emiten untuk membayar kembali dana sukuk tersebut. Semakin lama
sukuk tersebut jatuh tempo maka semakin banyak resiko yang akan dialami oleh
investor dan melemahkan peringkat sukuk suatu perusahaan, maka karena itu
banyak investor yang memilih sukuk yang singkat jatuh temponya.
15
Selain kejadian tersebut, berikut ini dapat dilihat gambaran suatu data
empiris mengenai hubungan variabel-variabel independen dengan peringkat sukuk
di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Data Debt to Equity Ratio dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2014
Nama
Obligasi
Syariah
2012
(Sukuk)
Sukuk
Subordinasi
4.48
Mudharabah I
Tahap II Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
4.48
Berkelanjutan I
Tahap II Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
2.50
PLN IV Tahu
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
2.50
PLN IV Tahun
2010 Seri B
Sumber: www.idx.co.id(Data diolah)
Kode
Perusahaan
DER (%)
PeringkatSukuk
2013
2014
2012
2013
2014
4.97
4.35
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
4.97
4.35
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
2.92
2.66
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
2.92
2.66
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Berdasarkan Tabel 1.1 yang menjelaskan data debt to equity ratio tersebut
dapat dilihat indikasi perbedaan. Pada tahun 2012 PT Bank Muamalat Indonesia
Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah memilki DER sebesar 4,48 dan
mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 4,97 dan peringkat sukuknya
mengalami penurunan dari A+(sy) menjadi A(sy). Sedangkan pada PT PLN yang
menerbitkan sukuk ijarah juga mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu sebesar
2,92 yang sebelumnya pada tahun 2012 sebesar 2,50 terjadi kenaikan peringkat
yang dari AA+(sy) menjadi AAA(sy). Hal yang terjadi pada PT PLN ini tidak sesuai
16
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Herwidy (2006) yang menyatakan
semakin tinggi DER pada suatu perusahaan seharusnya makin rendah peringkat
sukuk pada perusahaan tersebut.
Tabel 1.2
Data Return on Asset dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2014
Kode
Perusahaan
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
ROA (%)
2012
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
8.80
I Tahap II
Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
8.80
Berkelanjutan
I Tahap II
Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
5.53
PLN IV Tahu
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
5.53
PLN IV
Tahun 2010
Seri B
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Peringkat Sukuk
2013
2014
2012
2013
2014
5.50
12.10
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
5.50
12.10
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
4.44
2.94
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
4.44
2.94
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Pada Tabel 1.2 yang menjelaskan data return on asset, terlihat PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah mengalami
penurunan pada tahun 2013 dimana pada tahun 2012 sebesar 8,80 menjadi 5,50.
Peristiwa ini mengakibatkan peringkat sukukperusahaan menjadi turun yaitu
A+(sy) ke A(sy). Pada PT PLN yang menerbitkan sukuk ijarah mengalami
penurunan pada tahun 2013 yaitu 4,44 menjadi 5,53 dan terjadi kenaikan pada
17
peringkat sukuk. Hal yang terjadi pada PT Muamalat Indonesia tbk ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Manurung, etal.2009), karena semakin
rendahnya return on asset pada perusahaan PT Muamalat Indonesia Tbk semakin
rendah juga peringkat obligasinya.
Tabel 1.3
Data Current Ratio dan Peringkat sukuk di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2014
Kode
Perusahaan
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
CR(%)
2012
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
89.70
I Tahap II
Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
89.70
Berkelanjutan
I Tahap II
Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahu
92.10
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
PLN IV
92.10
Tahun 2010
Seri B
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Peringkat Sukuk
2013
2014
2012
2013
2014
69.60
270.30
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
69.60
270.30
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
94.40
97.81
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
94.40
97.81
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Pada Tabel 1.3 yang menjelaskan data current ratio terlihat PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah mengalami
kenaikan pada tahun 2014 menjadi 270,30 yang sebelumnya 69,60 pada tahun
2013 namun peringkat sukuk tidak berubah. PT PLN mengalami kenaikan pada
tahun 2013 menjadi 94,40 yang sebelumnya 92,10 pada tahun 2013 dan
mengakibatkan peringkat naik dari AA+(sy) menjadi AAA(sy). Hal ini sesuai
18
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gitman (629:2006), karena jika current
ratio pada perusahaan PT PLN mengalami kenaikan seharusnya peringkat
sukuknya juga harus naik.
Menurut teori Bringham, etal.(2009 : 373), peringkat sukuk dipengaruhi
oleh bermacam-macam faktor, yaitu faktor keuangan dan faktor non keuangan.
Faktor keuangan terdiri dari rasio-rasio yaitu debt to equity ratio, return on asset
dan current ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi
peringkat sukuk di suatu perusahaan.Ada pula faktor non keuangan yang
mempengaruhi peringkat sukuk, yaitu maturitas (masa jatuh tempo), jaminan aset
dan ukuran perusahaan. Namun pada penelitian ini dipilihlah variabel maturitas,
agar mengetahui sejauh mana variabel tersebut mempengaruhi peringkat sukuk di
suatu perusahaan.Berikut data empiris maturitas:
Tabel 1.4
Data Maturitas dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2014
Kode
Perusahaan
BBMI
PPLN
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah I
Tahap II Bank
Muamalat
2008
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
Berkelanjutan I
Tahap II Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahu
2010 Seri A
Maturitas (Tahun)
Peringkat Sukuk
2012
2013
2014
2012
2013
2014
6
5
4
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
9
8
7
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
6
5
4
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
19
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahun
2010 Seri B
9
8
7
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Pada Tabel 1.4 terlihat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang
menerbitkan sukuk mudharabah memiliki maturitas yang masih panjang yaitu 10
tahun pada 2012 dan semakin dekat masa jatuh temponya terjadi penurunan
peringkat menjadi A(sy) yang sebelumnya pada tahun 2012 peringkat A+(sy).
Namun PT PLN yang menerbitan sukuk ijarah juga memiliki maturitas selama 6
tahun lagi pada tahun 2013 dan semakin hari semakin dekat dengan waktu jatuh
temponya terjadi kenaikan peringkat menjadi AAA(sy) yang 2012 peringkatnya
AA+(sy). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Brigham, et al
.(2009).
Fenomena ini menunjukan beberapa penelitian yang tidak sesuai dengan
pendapat ahli sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah
mengenai “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio dan
Maturitas terhadap peringkat Sukuk pada Perusahaan Penerbit Sukuk di
Bursa Efek Indonesia“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Apakah debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap peringkat Sukuk
Pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
20
2.
Apakah return on asset berpengaruh positifterhadap peringkat sukuk pada
perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
3.
Apakah current ratio berngaruh positifterhadap peringkat sukukpada
perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
4.
Apakah maturitas berpengaruh negatif terhadap peringkat sukuk Pada
Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh return on asset terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh current ratio terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh maturitas terhadap peringkat
sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Investor
21
Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan jika ingin berinvestasi di instrumen obligasi syariah (Sukuk)
perusahaan.
2.
Bagi Peneliti
Sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
pengaruh debt to equity ratio, return on asset, current ratio dan maturita
sterhadap peringkat sukuk pada Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek
Indonesia.
3.
Bagi Pihak Lain
Sebagai sumbangan pikiran dan informasi bagi pihak yang ingi melakukan
pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai debt to equity ratio, return on
asset, current ratio dan maturitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan
penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
22
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan
perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang
yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi), ekuitas (saham),
instrumen derivative maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya dan sarana bagi kegiatan
berinvestasi (Darmadji,et al.2001:1). Pasar modal di Indonesia memiliki berbagai
macam
pilihan
sekuritas
untuk
berinvestasi,salah
satu
sekuritas
yang
diperdagangkan tersebut adalah obligasi. Obligasi adalah surat berharga dalam
bentuk sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan
yang diberi pinjaman (emiten).
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada
emiten dengan janji membayar bunga secara periodik selama periode tertentu.
Padahal dalam Islam bunga merupakan riba yang jelas diharamkan. Untuk itu,
dalam perkembangannya ada alternatif pengganti obligasi yang berbasis bunga
(riba) yaitu obligasi syariah atau dikenal dengan nama sukuk.
12
Sukuk ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk
membayar kepada pemegang sukuk sejumlah pendapatan bagi hasil dan
membayar kembali pokok dana sukuk pada tanggal pembayaran kembali namun
akadnya bukan utang-piutang melainkan investasi. Sebelum ditawarkan, sukuk
harus diperingkatkan oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (rating
agency). Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang
memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah
sekuritas sukuk sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu sukuk bagi
investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu perusahaan
dalam melunasi pokok pinjaman.Sehingga pemodal bisa menggunakan jasa agen
pemeringkat obligasi tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat
sukuk. Proses peringkatan ini dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan,
sehingga rating agency dapat menyatakan layak atau tidaknya sukuk tersebut
diinvestasikan.
Kualitas suatu sukuk dapat dimonitor dari informasi peringkatnya (rating).
Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui penawaran
umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di
Bapepam. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu
PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating
Indonesia. Namun dalam penelitian sekarang lebih mengacu pada PT. PEFINDO.
Aspek penilaian obligasi yang dilakukan PT. PEFINDO berdasarkan pada 3 aspek
yaitu aspek keuangan, aspek industri dan aspek bisnis. Namun belum ada
penjelasan lebih lanjut mengenai aspek mana yang lebih diutamakan dalam
13
pemeringkatan. Tujuan penelitian ini adalah menguji salah satu aspek tersebut
yaitu aspek keuangan. Aspek keuangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan variabel leverage, profitabilitas dan likuiditas.
Alasan dipilihnya variabel-variabel tersebut adalah karena variabel tersebut sering
digunakan investor dalam mengukur atau menilai kinerja perusahaan.
Investor harus melihat banyaknya penggunaan hutang oleh perusahaan
dalam
menjalankan
aktivitasnya. Untuk
pengukuran
hutang perusahaan
menggunakan Leverage. Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang. Proksi rasio hutang yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah debt to equity ratio(DER) yaitu rasio yang digunakan untuk
perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban hutang tersebut (Fahmi, 2014:75). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi
tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada kemungkinan default risk
atau peringkat sukuk yang rendah (Herwidi, 2005).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas
di ukur dengan ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dan aset yang dipergunakan (Hanafi dan Halim,
14
2003:27). Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki
dan penerbit obligasi dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi
(investment grade) (Manurung, etal.2009).
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan utang lancarnya juga bisa mempengaruhi peringkat obligasi
yang diperoleh. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
aset untuk memenuhi kewajibannya atau membayar utang jangka pendeknya
(Kasmir, 2008). Likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio (rasio
lancar). Current ratio digunakan karena merupakan indikator terbaik untuk
menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapatdiubah
menjadi kas dengan cepat untuk melunasi utang perusahaan. Menurut Gitman
(629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio di suatu perusahaan, maka
semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut.
Brigham, et al.(2006) menyatakan umur obligasi berpengaruh pada
peringkat sukuk. Waktu jatuh tempo (maturitas) adalah jangka waktu sejak
diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi dan
mewajibkan emiten untuk membayar kembali dana sukuk tersebut. Semakin lama
sukuk tersebut jatuh tempo maka semakin banyak resiko yang akan dialami oleh
investor dan melemahkan peringkat sukuk suatu perusahaan, maka karena itu
banyak investor yang memilih sukuk yang singkat jatuh temponya.
15
Selain kejadian tersebut, berikut ini dapat dilihat gambaran suatu data
empiris mengenai hubungan variabel-variabel independen dengan peringkat sukuk
di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Data Debt to Equity Ratio dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2014
Nama
Obligasi
Syariah
2012
(Sukuk)
Sukuk
Subordinasi
4.48
Mudharabah I
Tahap II Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
4.48
Berkelanjutan I
Tahap II Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
2.50
PLN IV Tahu
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
2.50
PLN IV Tahun
2010 Seri B
Sumber: www.idx.co.id(Data diolah)
Kode
Perusahaan
DER (%)
PeringkatSukuk
2013
2014
2012
2013
2014
4.97
4.35
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
4.97
4.35
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
2.92
2.66
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
2.92
2.66
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Berdasarkan Tabel 1.1 yang menjelaskan data debt to equity ratio tersebut
dapat dilihat indikasi perbedaan. Pada tahun 2012 PT Bank Muamalat Indonesia
Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah memilki DER sebesar 4,48 dan
mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 4,97 dan peringkat sukuknya
mengalami penurunan dari A+(sy) menjadi A(sy). Sedangkan pada PT PLN yang
menerbitkan sukuk ijarah juga mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu sebesar
2,92 yang sebelumnya pada tahun 2012 sebesar 2,50 terjadi kenaikan peringkat
yang dari AA+(sy) menjadi AAA(sy). Hal yang terjadi pada PT PLN ini tidak sesuai
16
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Herwidy (2006) yang menyatakan
semakin tinggi DER pada suatu perusahaan seharusnya makin rendah peringkat
sukuk pada perusahaan tersebut.
Tabel 1.2
Data Return on Asset dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2014
Kode
Perusahaan
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
ROA (%)
2012
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
8.80
I Tahap II
Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
8.80
Berkelanjutan
I Tahap II
Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
5.53
PLN IV Tahu
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
5.53
PLN IV
Tahun 2010
Seri B
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Peringkat Sukuk
2013
2014
2012
2013
2014
5.50
12.10
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
5.50
12.10
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
4.44
2.94
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
4.44
2.94
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Pada Tabel 1.2 yang menjelaskan data return on asset, terlihat PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah mengalami
penurunan pada tahun 2013 dimana pada tahun 2012 sebesar 8,80 menjadi 5,50.
Peristiwa ini mengakibatkan peringkat sukukperusahaan menjadi turun yaitu
A+(sy) ke A(sy). Pada PT PLN yang menerbitkan sukuk ijarah mengalami
penurunan pada tahun 2013 yaitu 4,44 menjadi 5,53 dan terjadi kenaikan pada
17
peringkat sukuk. Hal yang terjadi pada PT Muamalat Indonesia tbk ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Manurung, etal.2009), karena semakin
rendahnya return on asset pada perusahaan PT Muamalat Indonesia Tbk semakin
rendah juga peringkat obligasinya.
Tabel 1.3
Data Current Ratio dan Peringkat sukuk di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2014
Kode
Perusahaan
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
CR(%)
2012
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
89.70
I Tahap II
Bank
Muamalat
2008
BBMI
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
89.70
Berkelanjutan
I Tahap II
Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahu
92.10
2010 Seri A
PPLN
Sukuk Ijarah
PLN IV
92.10
Tahun 2010
Seri B
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Peringkat Sukuk
2013
2014
2012
2013
2014
69.60
270.30
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
69.60
270.30
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
94.40
97.81
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
94.40
97.81
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Pada Tabel 1.3 yang menjelaskan data current ratio terlihat PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk yang menerbitkan sukuk mudharabah mengalami
kenaikan pada tahun 2014 menjadi 270,30 yang sebelumnya 69,60 pada tahun
2013 namun peringkat sukuk tidak berubah. PT PLN mengalami kenaikan pada
tahun 2013 menjadi 94,40 yang sebelumnya 92,10 pada tahun 2013 dan
mengakibatkan peringkat naik dari AA+(sy) menjadi AAA(sy). Hal ini sesuai
18
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gitman (629:2006), karena jika current
ratio pada perusahaan PT PLN mengalami kenaikan seharusnya peringkat
sukuknya juga harus naik.
Menurut teori Bringham, etal.(2009 : 373), peringkat sukuk dipengaruhi
oleh bermacam-macam faktor, yaitu faktor keuangan dan faktor non keuangan.
Faktor keuangan terdiri dari rasio-rasio yaitu debt to equity ratio, return on asset
dan current ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi
peringkat sukuk di suatu perusahaan.Ada pula faktor non keuangan yang
mempengaruhi peringkat sukuk, yaitu maturitas (masa jatuh tempo), jaminan aset
dan ukuran perusahaan. Namun pada penelitian ini dipilihlah variabel maturitas,
agar mengetahui sejauh mana variabel tersebut mempengaruhi peringkat sukuk di
suatu perusahaan.Berikut data empiris maturitas:
Tabel 1.4
Data Maturitas dan Peringkat Sukuk di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2014
Kode
Perusahaan
BBMI
PPLN
Nama
Obligasi
Syariah
(Sukuk)
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah I
Tahap II Bank
Muamalat
2008
Sukuk
Subordinasi
Mudharabah
Berkelanjutan I
Tahap II Bank
Muamalat
2012
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahu
2010 Seri A
Maturitas (Tahun)
Peringkat Sukuk
2012
2013
2014
2012
2013
2014
6
5
4
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
9
8
7
A+(sy)
A(sy)
A(sy)
6
5
4
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
19
Sukuk Ijarah
PLN IV Tahun
2010 Seri B
9
8
7
AA+(sy)
AAA(sy)
AAA(sy)
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Pada Tabel 1.4 terlihat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang
menerbitkan sukuk mudharabah memiliki maturitas yang masih panjang yaitu 10
tahun pada 2012 dan semakin dekat masa jatuh temponya terjadi penurunan
peringkat menjadi A(sy) yang sebelumnya pada tahun 2012 peringkat A+(sy).
Namun PT PLN yang menerbitan sukuk ijarah juga memiliki maturitas selama 6
tahun lagi pada tahun 2013 dan semakin hari semakin dekat dengan waktu jatuh
temponya terjadi kenaikan peringkat menjadi AAA(sy) yang 2012 peringkatnya
AA+(sy). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Brigham, et al
.(2009).
Fenomena ini menunjukan beberapa penelitian yang tidak sesuai dengan
pendapat ahli sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah
mengenai “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio dan
Maturitas terhadap peringkat Sukuk pada Perusahaan Penerbit Sukuk di
Bursa Efek Indonesia“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Apakah debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap peringkat Sukuk
Pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
20
2.
Apakah return on asset berpengaruh positifterhadap peringkat sukuk pada
perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
3.
Apakah current ratio berngaruh positifterhadap peringkat sukukpada
perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
4.
Apakah maturitas berpengaruh negatif terhadap peringkat sukuk Pada
Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh return on asset terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh current ratio terhadap
peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh maturitas terhadap peringkat
sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Investor
21
Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan jika ingin berinvestasi di instrumen obligasi syariah (Sukuk)
perusahaan.
2.
Bagi Peneliti
Sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
pengaruh debt to equity ratio, return on asset, current ratio dan maturita
sterhadap peringkat sukuk pada Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek
Indonesia.
3.
Bagi Pihak Lain
Sebagai sumbangan pikiran dan informasi bagi pihak yang ingi melakukan
pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai debt to equity ratio, return on
asset, current ratio dan maturitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan
penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
22