asuhan keperawatan gerontik dengan gout

BAB 1
PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dibidang
kedokteran,

termasuk

penemuan

obat-abatan

seperti

antibiotika

yang

mampu

“melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan

anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur
harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika serikat pertambahan orang
lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari
penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti
menjadi “ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai
beban

keluarga

dan

masyarakat

sekitarnya.kenyataan


mendorong

semakin

berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia
yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat
sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di urus oleh
institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia, penyakit-penyakit
mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih dari satu penyakit (komplikasi
sering erjadi), akiba-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit
(komplikasi sering terjadi), akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu
penyakit (komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat
terjadi apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut usia
lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan mental
lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi: kurang dari
1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak terlihat pemeliharaan kesehatan
sebagai pelayanan yang digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari

1

satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh
lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis
misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan
penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan
(Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta dalam
proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara
berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah
secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait
dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular
salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun 45,05%,
usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering dialami oleh
golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis, dan remothoid arthritis.
Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan
kabupaten deli serdang pada bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang
menderita gout arthritis.

Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam
psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal
yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Hail pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3 desember 2015
di Dusun XI Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan yaitu berjumlah 52 orang. Lansia
awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun
sekitar 17 orang dengan persentase 32,69% sedangkan lansia manula sekitar 11 orang
dengan persentase 21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik penulis
melakukan pengkajian didusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli
serdang. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas
dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan
Gout Arthritis Pada Ny.A dusun XI Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan.

2

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1


Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout
arthritis pada Ny. A di desa percut.

1.2.2

Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan gout

arthritis pada Ny.A
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout arthritis pada

Ny.A
3. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan gout arthritis

pada Ny.A
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik dengangout

arthritis pada Ny.A
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.A dengan gout arthritis.


1.3 Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik dengan
gout arthritis pada Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli
serdang tanggal 2-7 Desember 2015.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan
1.5 Sistematika penulisan
BAB I:Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan.
BAB II:Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan askep.
BAB III:Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi
BAB IV:Pembahasan
BAB V:Penutup


3

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO,
1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisahpisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi.
Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu
periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).
2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai
berikut:
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).
2.1.3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di
tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
4

Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan

kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah
fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2003).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada
pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang
menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk
berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah
jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali
lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh
dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya
kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang
merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia

bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi
(kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas
sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia
memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan
5

tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas
panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan
dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo,
2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

2.1.4 Teori-teori Proses Menua
Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori

biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas,
dan teori berkelanjutan.
a) Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada
lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami
kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
6

pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia
merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka
dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka
meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan
banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya
usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan,
dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam
Watson, 2003).
2.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Bagi sebagian orang

besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan
elastis atau kekurangan amiloid,
7

c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut
secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.

2.1.6 Penyakit umum pada lanjut usia
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003)
yakni:
1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid
dan hipotiroid
3. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen
lainnya
4. Berbagai macam neoplasma
Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gangguan pendengaran
Bronkhitis kronis
Gangguan tungkai
Gangguan pada sendi
Dimensia
DM,osteomalasia,hipotiroidisme

2.2 Konsep Medis Gout Artritis
2.2.1

Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit

metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah
bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol
kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
8

jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu,
tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.
2.2.2

Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal

asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
1. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena

kebiasaan atau pola makan dan

konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi
asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi

ikan

laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

2.2.3

Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
9

4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

2.3 Asuhan Keperawatan
2.3.1

Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat

kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan
fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan
secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat
dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan
obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor
genetic.
e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikutsertakan
dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di
usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan mual
muntah.
10

g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi.

2.3.2

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)
2.3.3

Intervensi Keperawatan
Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1. gangguan rasa nyaman nyeri
-

Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
nyeri klien teratasi

-

Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,

Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3
Rencana tindakan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.

11

3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8.

Berikan masase yang lembut.

9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu berjalan
dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan
criteria
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM
Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

mobilitas
nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
monitor tanda-tanda vital
monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.

8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

3. Resiko injury
-

Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera klien
tidak terjadi.

-

Tujuan jangka pendek :
12

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan
akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia
proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat
perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak
jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
-

Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan
keluarga

dapat

memahami

penggunaan

obat

dan

perawatan

dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau perawat.
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang
teratur.
13

4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik.
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.

14

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama
Tempat tgl lahir
Jenis Kelamin
Status perkawinan
Agama
Suku
Alamat

: Ny. A
: percut, 7 januari 1943
: Perempuan
: kawin
: islam
: melayu
: dusun XI desa percut

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a) Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan
klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
b) Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani
c) Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dulu dari hasil yang ada dikebunnya.
d) Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.
3. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian
a) Ruangan
Terkesan tidak rapi atau berantakan
b) Penerangan
Kurang
c) Sirkulasi udara
Kurang karena hanya terdapat satu jendela didepan rumah
d) Sumber air minum
PAM
e) Keadaan kamar mandi
Kecil dan lantai licin dan berlumut
f) Pembuangan sampah
Ditumpuk didepan rumah
g) Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin
4. Riwayat kesehatan
15

a) Status kesehatan saat ini:
1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti kesemutan,
kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah
melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu
halaman.
b) Riwayat kesehatan masalalu
Ny.A belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing,
batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak
sembuh baru di bawa ke puskesmas.
c) Pola kebiasaan
1) Makan dan minum
Ny.A mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung
nafsu makannya.
2) Eliminasi
Ny.A mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi
keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi,
kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.
3) Toileting
a. Mandi: Ny.A mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
b. Gosok gigi : jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong semua
c. Mencuci rambut: seminggu sekali
d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
d) Istirahat tidur
Ny.A mengtakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.A beristiahat
di dalam rumah atau diluar rumah
e) Aktivitas
Ny.A mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan
secara mandiri tetapi Ny.A mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.
f) Neurosensori
Ny.A mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
g) Psikososial
a. Hubungan social
Ny.A mengatakan tiak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan alas an
sudah tua
b. Konsep diri
Ny.A mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny.A adalah
sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu
h) Nilai dan keyakinan spiritual
16

Ny.A beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan
apapun yang terjadi pada diri kita.
i) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
b. tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg
 kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak berminyak dan




berbau.
Mata masih dapat melihat dengan jelas
Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.
Mulut, gigi, bibir: mulut bau,

3.1.1 Pengelompokan Data
DS:







Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu
Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi
Ny.A mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya kebas, kesemutan.
Keluarga mengatakan “ya memeng beginilah keadaan rumah kami”
Ny.A mengatakan mandi 1 kali sehari
Ny.A mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut seminggu sekali.












Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
Ny.A tampak dapat jalan tapi sempoyongan
Nilai oto 3/5
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi
Penerangan didalam rumah kurang
Rambut tampak berminyak dan lusuh
Mulut, gigi tampak kotor
Rambut di ikat tapi acak-acakan.

DO:

3.1.2 Analisa Data

17

No
1

Data

Etiologi
Ketidakmauan

DS:


Problem
Kerusakan mobilitas

Ny.A mengatakan merasakan sakit untuk melakukan fisik
pada

bagian

kaki,

seperti pergerakan

kesemutan dan kebas dan juga


bagian pinggangnya
Ny.A mengatakan dia tidak pernah



berolahraga, paling nyapu
Keluarga mengatakan ibunya tidak
mau

jalan-jalan

pagi,

karena

katanya dingin.
DO:

2



Postur tubuh tidak stabil ketika



berjalan tremor.
Perubahan gaya jalan lambat, kaki


DS:


diseret.
Nilai otot 3/5
Ketidakmampuan
Ny.A mengatakan dia sudah tidak dalam bergerak
mampu berjalan jauh, kedua kaki



saya kebas dan kesemutan
Keluarga mengatakan “ya beginilah
rumah kami seperti ini”

DO:


Ny.A

tampak

berjalan

tapi



sempoyongan
Lantai kamar mandi licin dan



berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi



penerangan kurang.
Nilai oto 3/5

3.2 Diagnosa Keperawatan
Nama: Ny.A
Umur : 72 Tahun
18

Resiko injury

No Dx
1

Diagnose Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
di tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki,
seperti kesemutan, kebas, Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga,
paling nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan
gaya jalan lambat kaki diseret.
Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Ny.A

2

mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas,
dan kesemutan, keluarga mengatakan “ ya beginilah rumah kami seperti
ini”, Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan
berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang

3.3 Intervensi Keperawatan
Nama : Ny.A
Umur: 72 Tahun
No
Dx
1

Diagnose

NOC

keperawatan
Kerusakan
mobilitas fisik b/d

kunjungan selama 4 kali

ketidakmauan
untuk

melakukan

pergerakan

di

tandai dengan Ny.A
mengatakan
merasakan

Tujuan jangka panjang:
Setelah
dilakukan

sakit

pada bagian kaki,
seperti kesemutan,

dalam seminggu klien
mampu berjalan dengan
baik

1. Kaji

pengetahuan

klien

dan

keluarga dalam hal perawatan
bagi

penderita

gangguan

mobilitas
2. Nilai keyakinan klien terhadap
setiap usaha perawatan
3. Monitor cara latihan yang telah

Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan
klien mampu melakukan
latihan pergerakan ROM

dengan criteria
kebas,
Ny.A
1. mampu
mengatakan
dia
menyebutkan
tidak
pernah
manfaat latihan
berolahraga, paling
ROM
nyapu, postur tubuh
2. dapat
tidak stabil ketika

mempraktekan

berjalan

latihan ROM

tremor

NIC

19

dilakukan oleh klien
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Monitor kekuatan otot dan ROM
pada klien
6. Diskusikan

cara-cara

melatih

pergerakan pada klien
7. Demonstrasikan
cara-cara
melatih pergerakan pada klien
dan keluarga.

perubahan

gaya

jalan lambat kaki
2

diseret.
Resiko injury b/d klien tidak mengalami
ketidakmampuan
dalam

jatuh

selama

bergerak perawatan

1

ditandai

dalam
minggu

dengan ditandai dengan:
a) Tidak ada laporan
Ny.A
mengtakan
jatuh darikeluarga
dia sudah tidak
atau klien
mampu
berjalan
b) Tidak
terdapat
jauh, kedua kaki
tanda-tanda jatuh
saya kebas, dan
pada klien
kesemutan,
keluarga
rumah

lanjut

usia

dan

akibatnya
2. Monitor tanda-tanda jatuh pada
klien
3. Diskusikan dengan klien dan
keluarganya
perubahan

mengenai
pada

lanjut

usia

proses menua, batasan lanjut
usia, perubahan pada system

mengenai

upaya

jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam

tapi

keluarga yang ada dan dan

sempoyongan,

dapat digunakan peralatan biaya

lantai kamar mandi

tenaga
6. Kaji

licin dan berlumut,
perabotan

pada

pencegahan agar klien tidak

tampak

berjalan

fisik

keluarga

kami seperti ini”,
Ny.A

keluarga terhadap perubahan

tubuh, akibat perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan

mengatakan “ ya
beginilah

1. Kaji pengetahuan klien dan

dan

factor

pendukung

terjadinya jatuh: kondisi rumah,

peralatan tidak rapi,

kondisi penderita
7. Diskusikan

penerangan kurang

cara-cara

pencegahan jatuh pada klien
modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien

dan

keluarga untuk mempraktekkan
cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.

20

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama : Ny.A
Umur : 72 tahun
No
Dx
1

Tgl/jam Implementasi Keperawatan
3-12-15
08.00

1. Melakukan
pengetahuan

Evaluasi

pengkajian
Ny.A

dan

S:


gangguan mobilitas
2. Melakukan
penilaian
Ny.A

gerakkan,

terhadap

keluar

telah dilakukan oleh Ny.A
4. Mengukur tanda-tanda vital
5. Menilai kekuatan otot dan



rumah

karena

dingin
Ny.A mengatakan “saya
untuk

sehat,

tapi

namanya orang tua, ya

pergerakan pada klien
7. Demonstrasikan
cara-cara

tetap sering tidak enak

pada

klien dan keluarga

tidak

inginnya tetap berusaha

ROM pada Ny.A
6. Diskusikan cara-cara melatih

pergerakan

tapi

pernah saya jalan-jalan

setiap usaha perawatan
3. Memonitor cara latihan yang

melatih

f
M
E
Ny.A
mengatakan R
R
“biasanya tiap bangun Y
tidur
saya
gerakJam: 09.30 WIB

keluarga mengenai peranan

keyakinan

Para

badan
O:


Ny.A

dapat

mencontohkan


gerakan

yang biasanya dilakukan
Ttv: 120/80 mmHg

A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi
1. Diskusikan

cara-cara

melatih pegerakan pada
klien
2. Demonstrasikan

cara-

cara melatih pergerakan
2

3-12-15
08.30

1. Melakukan

pada klien dan keluarga
Pukul: 09.00 WIB

pengkajian
S:
21

M
E

pengetahuan

Ny.A

keluarga

dan



mengenai

perubahan fisik pada lanjut
usia dan akibatnya
2. Menggali pengetahuan Ny.A
dan

keluarga

sudah

mengenai

mengatakan

menggunakan kayu.

sumber-sumber O:

dapat digunakan peralatan
biaya dan tenaga
4. Mengkaji factor pendukung
jatuh:

kondisi



Lantai kamar mandi licin



dan berlumut
Perabotan dan peralatan



tidak rapi
Ada anak tetangga untuk
kesulitan untuk masuk

rumah kondisi penderita
5. Menilai jatuh dan tanda
tanda
6. Kaji

hati-hati

biasanya kalau jalan saya

dalam keluarga yang ada dan

terjadinya

harus

Ny.A

upaya pencegahan agar Ny.A
tidak jatuh
3. Menilai

Ny.A mengatakan “saya R
R
tahu sudah tua beda Y
dengan dulu, semua

rumhn
A:

factor

terjadinya

pendukung Tujuan belum tercapai
jatuh: kondisi

rumah, kondisi penderita
P:lanjutkan intervensi dengan
7. Diskusikan
cara-cara
diskusikan perubahan
pada
pencegahan jatuh pada klien
lanjut
usia
dan
cara-ara
modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan pencegahan jatuh.
keluarga

untuk

mempraktekkan

cara

pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.

1

6-12-15
14.30

1. Mendiskusikan
melatih

cara-cara

pergerakan

pada

Ny.A
2. Melakukan demontrsi cara
latihan ROM aktif pada Ny.A
22

Pukul: 16.00 WIB
S:


Ny.A
“biasanya
melakukan

M
E
mengatakan R
R
saya Y
gerakan

dan keluarga
3. Mengukur tanda-tanda vital

itu,keluarga mengatakan
terima kasih karena telah

pra dan paskal latihan

diberikan

gambaran

untuk latihan
O:




TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah
latihan
TD:
130/90mmHG
Ny.A

dapat

mendemonstrasikan
ulang latihan ROM aktif
dalam

diskusi

memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P:

Lanjutkan

evaluasi
2

6-12-15
15.30

intervensi

pelaksanaan

dan

senam

ROM, memberi motivasi.
Pukul: 16.30 WIB
S:
pada lanjut usia: proses
Ny.A
mengatakan
yang
menua, batasan lanjut usia
dikatakan itu benar, kaena saya
perubahan
pada system O:
Ny.A tempat aktif dalam diskusi
tubuh akibat perubahan
2. Mendiskusikan
cra-cara dan memperhatikan tidak ada
1. Mendiskusikan

perubahan

M
E
R
R
Y

pencegahan jatuh pada Ny.A laporan Ny.A jatuh dan tandamodifikasi lingkungan
tanda jatuh
3. Monitor tanda-tanda jatuh A: tujuan berhasil
P:
lakukan
kunjungan
dan minta keluarga untuk
selanjutnya untuk memonitor
melaporkan jika terjadi jatuh
terjadinya jatuh dan member
1

7-12-15
08.00

motivasi atas usaha yang diambil
1. Melakukan evaluasi pada
Pukul: 10.00 WIB
M
S:
E
Ny.A laihan ROM yang telah
 Ny.A mengatakan “saya R
diajarkan
R
tadi
sudah
senam
seperti
2. Mendorong Ny.A untuk
Y
yang
diajarkan
melakukan latihan secara
 Keluarga
mengatakan
23

teratur 2 kali sehari
3. Mengukur tanda-tanda vital
4. Member
pujian
atas
keberhasilan

yang

“ya kami tadi juga ikut
senam,
membantu

telah

dicapai

kami

akan

ibu

untuk

latihan setiap hari
Ny.A mengatakan kaki



saya sudah tidak ngilu
setelah aya gerakkan
O: Ekspresi wajah Ny.A tampak
segar
TTV, TD : 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P:

Lakukan

terminasi

dan

berikan latihan stimulant seperti
minyak.
2

7-12-15
09.00

1. Member motivasi Ny.A dan

Pukul: 111.00 WIB
S:
untuk
Ny.A mengatakan terimakasih
cara
saya akan meminta anak saya

keluarga
mempraktekkan

pencegahan
untuk membuat pegangan di
2. Member pujian atas usaha
kamar mandi dan di depan
yang dilakukan
3. Memonitor tanda-tanda jauh rumah
O:
pada Ny.A
Tidak terdapat tanda-tanda jatuh
dan laporan jatuh pada Ny.A
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan
evaluasi

kondisi

Ny.a

dan

keluarganya untuk melakukan
modifikasi lingkungan rumah

24

M
E
R
R
Y

BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada
Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan tanggal 2 Desember 2015. Penulis
mendapatkan kesejangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus melalui tahapan
asuhankeperawatan

gerontik

mulai

pengkajian,

diagnose

keperawatan,

intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Data pada pengkajian ditemukan adanya kesenjngan dimana tidak semua data pada
konsep medis ditemukan pada tinjauan kasus. Adapun data yang terdapat pada tinjauan
teoritis tetapi tidak dijumpai pada tinjauan kasus adalah:
1. Anamnesis
Alamat ditemukan di tinjauan toritis, sedangkan tinjauan kasus tidak di munculkan
karena penulis mengikuti format pengkajian yang di pakai oleh mahasiswa stikes
santa Elisabeth medan, dimana alamat tidak dicantumkan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Dalam pemakaian obat analgesic sesuai dengan tinjauan teoritis sedangkan pada kasus
tidak ditemukan karena Ny.A lupa jenis obat yang ia pakai.
3. Riwayat penyakit dahulu
Dalam mengkaji kemungkinan penyebab masalah yang mendukung penyakit seperti
gagal ginjal ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan dalam tinjauan kasus tidak
ditemukan karena Ny.A hanya mengalami pilek, batuk, dan pusing.
4. Aktivitas dan istirahat
Di tinjauan teoritis ditemukan dalam melakukan aktivitas memiliki kesukaran tetapi di
tinjauan kasus ditemukan Ny.A mampu melakukan aktivitas secara mandiri karena
pola aktivitas dan istirahat masih dalam batas normal.
5. Pola nutrisi
Di tinjauan teoritis ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah sedangkan di
tinjauan kasus tidak ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah tetapi Ny.A
makan dengan frekuensi 3 kali, pola nutrisi Ny.A dalam batas normal.
25

6. Pola eliminasi
Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di tinjauan kasus tidak
ditemukan tetapi yang ditemukan pada Ny.A yaitu BAK tidak mampu terkontrol.
7. Personal hygiene
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi ditemukan pada
teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan Ny.A mandiri dalam melakukan
aktivitas pribadi tanpa bantuan.
8. Neurosensori
Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu hilang sensasi jari
tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di tinjauan kasus tidak ada ditemukan
tetapi yang ditemukan adalah Ny.A mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Data pada diagnose keperawatan ditemukan adanya kesenjangan dimana tidak
semua diagnose pada konsep teoritis diangkat pada tinjauan kasus.
Ada 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teoritis tetapi dalam ketiga
diagnosia ada yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang tidak diangkat karena
data tentang gangguan rasa nyaman nyeri seperti wajah tampak meringis tidak
ditemukan pada tinjauan kasus
2. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah. Diagnose ini
tidak diangkat oleh penulis karena pada kasus ditemukan penanggulagan Ny.A
dalam pengobatan dengan berobat ke klinik bidan.

Sedangkan diagnose yang diangkat pada tinjauan kasus adalah:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan. Penulis
mengangkat diagnose ini karena postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor,
perubahan gaya jalan lambat dan kaki diseret.

26

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak.penulis mengangkat diagnose
ini karena Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan
berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang.
4.3 Intervensi Keperawatan,
Setelah masalah prioritas selanjutnya disusun perencanaan keperawatan yang meliputi
tujuan jangka panjang dan jangka pendek, waktu, criteria hasil, untuk menilai sejauhmana
kenerhasilan yang dicapai.
Ada beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu diagnosa:
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
-

Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggunakan alat
bantu. Intervensi ini tidak di laksanakan oleh penulis karena keterbatasan dalam
menyiapkan alat bantu.

-

Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ). Intervensi ini tidak
dilaksanakan oleh penulis karena penulis hanya menerapkan atau mengaplikasikan
asuhan keperawatan komunitas.

4.4 Implementasi keperawatan
Data pada implementasi asuhan keperawatan, penulis memfokuskan tindakan
keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang di tetapkan sebelumnya.
Adapun rencana yang ditentukan, tetapi belum terlaksana secara penuh yaitu:
-

Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
Dalam intervensi ini penulis tidak melakukan karena kesenjangan dalam
menyiapkan alat bantu

-

Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
Dalam intervensi ini, penulis

tidak melakukan karena penulis hanya

mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas yaitu khususnya mengenai
masalah lansia.

4.5 Evaluasi keperawatan
Data pada evaluasi merupakan hasil pengukuran keberhasilan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan perawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan yang
berlangsung pada tahap ini dapat dilihat masalah teratasi, masalah sebagian teratasi, serta
27

masalah yang tidak teratasi pada Ny.A . 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan semua
masalah teratasi pada kasus.
Adapun diagnose dan intervensi yang dapat dibuktikan :
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Melatih pergerakan aktivitas seperti ROM




Dibuktkan dengan
TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
Ny.A dapat mendemonstrasikan

ulang

latihan

ROM

aktif

dalam diskusi

memperhatikan

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak
Mencegah terjadinya cedera/ jatuh
Dibuktikan dengan :Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan jatuh pada Ny.A

BAB 5
PENUTUP

28

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A
didusun XI desa percut, maka penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
gerontik dengan gout arthritis.
5.1 Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.A dengan gout arthritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien
dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak
mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari 4
diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang ditemukan pada kasus,
berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjsama pasien dengan keluarga.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.
5.2 Saran
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang
mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat
dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapipasien.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga
diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat
menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi . tahap ini
sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah disusun benarbenar dan mempunyai dasar logika.
4. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya tujuan,
sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang telah disusun
benar-benar terlaksana.
5. Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerja sama yang baik untuk menilai
perkembangan keberadaan pasien.

29

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
30

Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

31