JURNAL RIZQI AYU AGHNI O KENYAMANAN TERM

KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SEKOLAH MENENGAH
ATAS (SMA) BANJARMASIN UTARA
(Oleh Rizqi Ayu Aghni Oktavia, Pembimbing Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.,
Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si)
Pendidikan Geografi , Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Indonesia
ABSTRACT
The title of this research is the thermal comfort classroom in SMA
North Banjarmasin. The purpose of this research is to identify the index of
thermal comfort classroom in SMA North Banjarmasin method Predicated
Mean Vote and Predicted Percentage of Discomfort, identifying the students'
response to the condition of thermal comfort based on psychological aspects
and analyze the relationship between the index of thermal comfort with
student responses based on the psychological aspect during the process
teaching and learning takes place during school hours to 1-8.The method in
this research using descriptive quantitative method. The population in this
study using 13 classrooms. The sample in this research using a Slovin sample.
The variables in this study consists of the physical and human environment as
user space. Analysis of the data in this research is using Software Center For
The Built Environment ASHRAE 55.
The results in this study as follows Predicated Mean Vote value in

each classroom in SMA North Banjarmasin ranged from 0.5 to 2.57 and the
value of Predicted Percentage of Discomfort in every high school classroom
in North Banjarmasin ranged from 6% to 95%. Under this method, it can be
concluded that the thermal sensation is felt the classroom (students) are
neutral (comfortable), a little warm, warm and hot. Based on the frequency
distribution of a trend towards neutral or comfortable conditions occur during
school hours to 1, the tendency of the frequency occurs slightly warm
conditions occur during school hours to 1, the tendency of the frequency
occurs warmer conditions occur during school hours to 7 and tendencies
occur frequency heat conditions occur during school hours to 8.
The response of students to the thermal comfort conditions based on the
psychological aspects 1 to 5 hour lesson temperature sensation that is felt
comfortable and during school hours to 6 to 8 ranged from slightly warm to
hot and while the contacts between the index of thermal comfort with student
responses based on the psychological aspects of existing level of contacts
among high thermal comfort index with student responses based on the
psychological aspect because of the influence of the physical environment
around the school environment such as air temperature, humidity and wind
speed corresponding correlation table of SPSS 15 applications.
Keywords: Thermal Comfort, Predicated Mean Vote, Predicted Percentage of

Discomfort , Classroom, Factors psychology of students, contacts
A. Latar Belakang
Kota Banjarmasin diambil Sebagai wilayah Penelitian yang akan di
lakukan dengan alasan, di Provinsi Kalimantan Selatan Sekolah dengan jumlah
terbanyak ada di Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin memiliki 5 kecamatan

yaitu: (1) Kecamatan Banjarmasin Barat, (2) Kecamatan Banjarmasin Selatan,
(3) Kecamatan Banjarmasin timur, (4) Kecamatan Banjarmasin tengah, dan (5)
Kecamatan Banjarmasin Utara.
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 5 Kecamatan yang ada di Kota
Banjarmasin jumlah Sekolah Menengah Atas lebih banyak terdapat di
Kecamatan Banjarmasin Utara. Penelitian yang akan di lakukan mengambil
beberapa ruang kelas SMA yang berada di Kecamatan Banjarmasin Utara,
alasan mengapa mengambil penelitin di SMA karena jam pelajaran Siswa/siswi
SMA cenderung lebih lama dari pada Sekolah Tingkat TK, SD dan SMP.
Tabel 1. Jumlah Sekolah, Kelas dan Murid pada SMA dan SMK Negeri dan
Swasta
Per Kecamatan, 2014/2015
No.


Kecamatan

1.

Banjarmasin
Selatan
Banjarmasin
Timur
Banjarmasin
Barat
Banjarmasin
Tengah
Banjarmasin
Utara

2.
3.
4.
5.


SMA Swasta

SMA Negeri

SMK Swasta

SMK Negeri

Sekolah
2

Kelas
20

Murid
651

Sekolah
3


Kelas
40

Murid
1 339

Sekolah
1

Kelas
13

Murid
432

Sekolah
0

Kelas
0


Murid
0

3

25

487

2

38

1 282

3

33


1 298

1

31

1 103

4

48

1 345

2

36

1 245


1

16

494

1

75

2 275

4

29

474

2


52

1 715

3

48

1 662

1

33

1 293

3

30


641

4

66

2 125

5

45

1 398

2

48

1 671


16

152

3 598

13

232

7 706

13

155

5 284

5

187

6 342

16
16
16

170
164
163

3 598
4 720
4 589

13
13
13

232
226
222

7 706
7 318
6 880

14
13
13

161
143
128

4 259
4 934
3 884

5
5
5

187
197
150

6 342
6 083
5 521

Jumlah/Total
2013/2014
2012/2013
2011/2012

Sumber: Dinas pendidikan Kota Banjarmasin, 2014/2015

Hasil observasi jumlah siswa, jumlah kelas dan jumlah fasilitas
pendingin udara pada SMA tersebut, serta beberapa ruangan yang masih belum
memilki fasilitas pendinginan udara mekanik, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Siswa, Jumlah Kelas dan Jumlah Kelas dengan Fasilitas
Pendingin Udara Mekanik (Kipas Angin) di Tingkat SMA Kecamatan
Banjarmasin Utara
No

1
2
3
4

Nama
Sekolah

SMAN 11
SMAN 8
SMAN 12
SMAKOPRI
JUMLAH

Jumlah
Siswa
(jiwa)
618
655
406
375
2054

Jumlah
Kelas

19
20
14
12
65

Sumber: hasil observasi, 2016

Jumlah kelas dengan Fasilitas
Pendingin Udara Mekanik
(Kipas Angin)
Ada
Tidak
23
40
14
24
101
-

Rerata
Siswa/Kelas

33
33
29
31
126

Wawancara awal dengan beberapa siswa di sekolah SMA 11 dan
SMA 12, pada umumnya siswa merasakan kondisi kelas mulai terasa
gerah pada jam pelajaran ke 3 dan panas pada jam pelajaran ke 4
sampai jam pelajaran ke 10, sehingga mengganggu konsentrasi belajar,
sehingga judul penelitian ini adalah “Indeks Kenyamanan Termal
Ruang Kelas Sekolah Menengah Atas (SMA) di Banjarmasin
Utara”
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Indeks kenyamanan termal dalam Ruang Kelas SMA di Banjarmasin
Utara selama proses belajar mengajar berlangsung, yaitu selama jam
pelajaran 1-8 dengan menggunakan metode Predicted Mean Vote (PMV)
dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD), dengan variabel
kenyamanan termal menurut ASHER.
2.
Tanggapan siswa terhadap kenyamanan termal berdasarkan aspek
psikologis selama jam pelajaran 1-8. Pengukuran di lakukan setiap satu
jam sekali atau setiap pergantian jam.
3.
Hubungan antara indeks kenyamanan termal dengan tanggapan siswa.
II.TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pemanasan Global
Pemanasan global (Global Warming) adalah kejadian meningkatnya
temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Temperatur rata-rata
global pada permukaan bumi telah meningkat 0.18 °C selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca. Peningkatan temperatur global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya
intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan (Smart
Click, 2011). Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek
rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gasgas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC,
sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi (Muhi, A. H.
2011).
2.
Faktor Penyebab Pemanasan Global
a.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca (greenhouse effect) pada dasarnya disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam
atmosfer bumi (Muhi, A. H. 2011). Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan

oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Efek
rumah kaca disebabkan oleh gas-gas karbon dioksida, metana, nitrogen
dioksida, sulfur dioksida, dan khloro fuoro karbon yang dilepaskan secara
berlebihan dari cerobong pabrik-pabrik industri, sisa pembakaran yang berasal
dari knalpot mobil dan motor, AC, kulkas, dan lain-lain. Pemicu atau
penyumbang gas efek rumah kaca yang dominan adalah kegiatan industri
(Muhi, A. H. 2011). Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam
eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
b.
Efek Umpan Balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan saat ini sedang menjadi objek
penelitian. Awan dari sisi bawah akan memantulkan kembali radiasi infra
merah ke permukaan bumi, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan,
sedang jika awan ditinjau dari sisi atas berfungsi memantulkan sinar Matahari
dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan
(Soden, B. J. et al., 2005; IPCC. 2007).
c.
Variasi Matahari
Variasi matahari adalah pengaruh penyinaran matahari yang berbeda
pada suatu tempat dengan tempat yang lain. Matahari telah berkontribusi
sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900
– 2000 dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000 (Nugroho, W. 2008).
3.
Dampak Pemanasan Global Terhadap Kenyamanan Termal Ruang
Manusia membuat bangunan karena kondisi iklim alam tempat manusia
berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya, sehingga
diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat
dimodifikasi menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Ketika berada
di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara
ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar
bangunan (Kurnia et al., 2010).
4.
Kenyamanan Termal
Tiga pemaknaan kenyamanan termal pertama, pendekatan
thermophysiological kedua pendekatan heat balance (keseimbangan panas)
dan ke tiga adalah pendekatan psikologis. Kenyamanan thermal sebagai
proses thermophisiological menganggap bahwa nyaman dan tidaknya
lingkungan termal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat
reseptor termal yang terdapat di kulit dan otak. Pada pendekatan heat balance
(keseimbangan panas) nyaman termal dicapai bila aliran panas ke dan dari
badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan
ada dalam range nyaman. Pada pendekatan psikologis kenyamanan termal
adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasaan seseorang
terhadap lingkungan thermalnya (Hoppe P., 2002).
Pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak
digunakan oleh para pakar pada bidang ini. ASHRAE (American Society of
Heating Refrigating Air Conditioning Engineer) memberikan definisi
kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat
kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.Kenyamanan termal
sangat dipengaruhi oleh efek insulasi pakaian yang kita kenakan. Pakaian

mengurangi pelepasan panas tubuh. Karena itu, pakaian diklasifikasikan
berdasarkan pada nilai insulasinya. Satuan yang biasa digunakan untuk
pengukuran insulasi pakaian adalah Clo. Batas nyaman untuk pakaian adalah n
≤0,5 Clo [4]. Total nilai Clo bisa dihitung dengan menjumlahkan nilai Clo
untuk setiap jenis pakaian. Nilai insulasi pakaian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Insulasi Pakaian
Garment desecription
Underwear
Men’s briefs
Panties
Bra
T-shirt
Full slip
Half slip
Long Underwear top
Long Underwear bottom
Footwear
Ankle-Leagth athletic socks
Calf- Leagth socks
Knee socks (thick)
Panty hose stocking
Sandals
Slippers
Boot
Shirt and Blouses
Sleveless
Short sleeve, dresses
Long sleeve, dresses
Long sleeve, flannel shirt
Short sleeve, knit sport shirt
Long sleeve, sweat shirt

clo

Garment Description
Trousers and Coveralls
Short shorts
Walking shorts
Straight trousers (thin)
Straight trousers (thick)
Sweat pants
Overalls
Coveralls
Dresses and skirts
Skirt (thin)
Skirt (thick)
Long -sleeve shirt dress (thin)
Long- sleeve shirt dress (thick)
Short -sleeve shirt dress (thin)
Sleeveless scoop neck (thin)
Sleeveless scoop neck (thick)
Sweaters
Sleeveless scoop vest (thin)
Sleeveless scoop vest (thick)
Long -sleeve(thin)
Long -sleeve(thick)
Sleepwear and Robes
Sleeveless, short gown (thin)
Sleeveless, long gown (thin)
Long –sleeve pajamas
Long –sleeve pajamas

0,04
0,03
0,01
0,08
0,16
0,14
0,2
0,15
0,02
0,03
0,06
0,02
0,02
0,03
0,1
0,12
0,19
0,25
0,34
0,17
0,34

clo

(Sumber: ASHRAE, 1989)

Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied
(PPD)
Predicted mean vote (PMV) merupakan index yang diperkenalkan oleh
Fanger (1982) untuk mengindikasikan rasa dingin dan hangat yang dirasakan
oleh manusia. PMV merupakan index yang memperkirakan respon sekelompok
besar manusia pada skala sensasi termal ASHRAE berikut:
Tabel 11. Nilai MET Berbagai Aktivitas

5.

Jenis aktivitas
Resting
Sleeping
Reclinting
Seated
Sranding
Walking (on the level)
0, 89 m/s
1, 34 m/s
1,79 m/s
Office Activities
Reading, seated
Writing

W/m2

Met

40
45
60
70

0,7
0,8
1
1,2

115
150
220

2
2,6
3,8

55
60

1
1

0,06
0,08
0,15
0,24
0,28
0,3
0,49
0,14
0,23
0,33
0,47
0.29
0,23
0,27
0,13
0,22
0,25
0,36
0,18
0,2
0,57
0,42

Typing
Filing, seated
Filing, standing
Walking About
Lifring/packing

65
70
80
199
120

1,1
1,2
1,4
1,7
2,1

(Sumber: ASHRAE, 1989)

Parameter lingkungan:
(1) Temperatur udara
(2) Rata- rata Temperatur radiasi
(3) Aliran udara atau angin
(4) Kelembaban relativ
Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD) merupakan banyaknya orang
(dalam presentase) yang tidak puas terhadap lingkungan. Semakin besar
presentase PPD makin banyak yang tidak puas.

Gambar 5. Hubungan antara PMV dan PPD
6.
Pengaruh Kenyamanan Termal Terhadap Konsentrasi Belajar
Siswa
Faktor-faktor yang mempegaruhi kenyamanan didalam ruangan tertutup
seperti kelas adalah: temperatur udara: kelembaban udara: temperatur radiasi
rata-rata dari dinding dan atap: kecepatan pergerakan udara: serta tingkat
pencahayaan dan distribusi cahaya pada dinding pandangan (Lippsmaier,
1997). Pencahayaan tidak hanya mempengaruhi keadaan fisik, namun juga
memiliki pengaruh terhadap psikologis dan keindahan ruangan. Suhu udara
ruang kelas sangat berpengaruh terhadap konsentrasi anak-anak. Jika anak
merasa kurang nyaman dengan suhu ruangan, konsentrasi dan perhatian
mereka akan beralih sita oleh ketidak nyamanan fisik mereka. Lingkungan
belajar yang tenang adalah kebutuhan dasar dalam pendidikan.
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif.
Lebih luas lagi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang di
kuantitatifkan, yang dimaksud „kualitatif‟ dalam penelitian ini adalah
datanya. Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan
atau sifat. Pada penelitian ini kata keadaan tersebut adalah zona nyaman
optimal, zona hangat nyaman, dan zona tidak nyaman yang merupakan

kelanjutan kualitasnya. Sebelum hasil tersebut didapat dari hasil pengukuran
dan perhitungan di lapangan, sehingga disebut data yang dikuantitatifkan.
Karena hasil akhir berupa angka dan dimasukan ke dalam kategori kata
keadaan tersebut, maka perlu pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian,
maka penelitiaanya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Tingkat SMA
Banjarmasin Utara. Perincian sekolah, jumlah kelas, total siswa dan fasilitas
kipas angin, seperti disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Perincian Sekolah, Jumlah Kelas, Total Siswa dan Fasilitas Kipas
Angin
NO

NAMA SEKOLAH

JUMLAH KELAS

TOTAL SISWA

TOTAL KIPAS ANGIN

1

SMAN 11

19

618

23

2

SMAN 8

20

655

40

3

SMAN 12

14

406

14

12
65

375
2054

24
101

4

SMAKOPRI
JUMLAH

Sumber: hasil observasi, 2015

2.

Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2013). Teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan sampel
objek yang akan diteliti sumber datanya sangat luas karena setiap sekolah
jumlah siswa dan jumlah kelas itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan teknik probability sampling yaitu
proportionate stratified random sampling dengan menggunakan rumus slovin
(Sugioyono, 2014).
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi dipilih
menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2014). Besarnya sampel dalam penelitian
ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut:
dimana:

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 400 orang.
Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan
menggunakan proportionate stratified random sampling. Proportionate
stratified random sampling adalah teknik yang digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan
dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional
dengan cara:

Tabel 15. Jumlah Sampel Tiap Kelas SMA di Banjarmasin Utara
NO
1.

Nama Sekolah

Perhitungan

Jumlah Kelas
Sempel

SMA N 8
4

2.

SMA N 11
4

3.

SMA N 12
3

4.

SMA KOPRI
2
Total
13
Sumber: Hasil Perhitungan dari data Sekolah, 2015

Ruang
Kelas
X-1
X-2
XI IPS 2
XI IPS 3
X-A
X-G
XI IPS 2
XI IPS 3
X-3
X-4

Jumlah
Sampel Siswa
36
33
26
27
33
35
36
32
26
26

Jumlah Kipas
Angin
2
4
2
4
2
2
1
3
2
2

XI IPA 3
X-3

29
30

2
1

X-4

31

1

13

400

28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Identifikasi dan Analisis
1.
Hasil Identifikasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Di SMA
Banjarmasin Utara
Sensasi kenyamanan termal tiap ruang kelas di SMA banjarmasin Utara
yang dijadikan sampel penelitian dari tabel 21 sampai 46 disajikan pada tabel
47 sebagai berikut:

Tabel 47. Sensasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMA Banjarmasin Utara
Sensasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMA Di Banjarmasin Utara
No

SMA N 8 Banjarmasin

Jam pelajaran

1

07.30-08.15

N

N

XI IPS
2
N

2

08.15-09.00

N

SH

SH

N

SH

H

H

SH

SH

SH

SH

SH

SH

3

09.00-09.45

N

H

SH

SH

H

H

H

H

SH

SH

SH

SH

SH

4

10.00-10.45

SH

H

SH

SH

H

H

H

H

SH

H

SH

SH

SH

5

10.45-11.30

SH

H

SH

SH

H

H

H

H

H

H

SH

SH

SH

6

11.30-12.15

SH

H

H

H

H

H

H

H

H

H

H

SH

SH

7

12.30-12.15

SH

H

H

H

H

H

H

H

H

H

H

H

H

8

13.15-14.00

H

H

H

H

H

H

P

H

H

H

P

H

H

X-1

X-2

XI IPS
3
N

SMA
KORPRI
Banjarmasin

SMA N 12
Banjarmasin

SMA N 11 Banjarmasin

SH

XI IPS
2
SH

XI IPS
3
SH

X-A

X-G

SH

X-3

X-4

SH

SH

XI
IPA 3
SH

Keterangan:
N

Netral atau Nyaman

SH

Sedikit Hangat

H

Hangat

P

Panas

Tabel 48. Distribusi Frekuensi Sensasi Kenyamanan Termal di SMA Banjarmasin Utara
Tabel Distribusi Frekuensi

No

Jam Pelajaran

1

07.30-08.15

4

9

0

0

2

08.15-09.00

2

9

2

3

09.00-09.45

1

7

4

10.00-10.45

0

5

10.45-11.30

6

SH

H

P

%
SH

13

30,77

69,23

0

0

100,00

0

13

15,38

69,24

15,38

0

100,00

5

0

13

7,69

53,85

38,46

0

100,00

7

6

0

13

0

53,85

46,15

0

100,00

0

6

7

0

13

0

46,15

53,85

0

100,00

11.30-12.15

0

3

10

0

13

0

23,08

76,92

0

100,00

7

12.30-12.15

0

1

12

0

13

0

7,69

92,31

0

100,00

8

13.15-14.00

0

0

11

2

13

0

0

84,62

15,38

100,00

Netral atau Nyaman
Sedikit Hangat
Hangat
Panas

H

Total %

N

Keterangan:
N
SH
H
P

N

Total

P

X-3

X-4

SH

SH

Hasil Identifikasi Tanggapan siswa terhadap kondisi Kenyamanan
Termal berdasarkan aspek psikologis Tiap Ruang Kelas di (1) SMA
Negeri 8 Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA
Negeri 12 Banjarmasin dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin
Sensasi suhu yang dirasakan pada jam pelajaran 1 sampai 8 Berdasarkan
jawaban dari responden tentang sensasi suhu yang dirasakan saat jam
pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 50.

2.

1)

Sensasi Suhu Yang Dirasakan
350
300
250
200
150
100
50
0

f

%

f

%

1

f

2

%

f

3

%

f

4

%

f

5

%

f

6

%

f

7

%
8

58

14,5

Sejuk

152

38

Sedikit Sejuk

59 14,75 94

Netral

74

20

5

8

2

7

1,75

5

1,25

6

1,5

7

1,75

117 29,25 59 14,75 32

8

21

5,25

13

3,25

10

2,5

9

2,25

11,5

23,5

15
78

3,75

28

7

23

5,75

7

1,75

6

1,5

18,5

85 21,25 121 30,25 129 32,25 88

22

54

13,5

34

8,5

24

6

Sedikit Hangat 22

5,5

43 10,75 64

16

84

21

85

21

78

19,5

20

5

23

0

Hangat

3

0,75

13

3,25

25

6,25

44

11

76

19

74

18,5

61 15,25 36

9

Panas

32

8

28

7

38

9,5

57 14,25 95

24

153 38,25 262 65,5 295 73,75

19,5

46

Gambar 49, diketahui bahwa sensasi suhu tertinggi yang dirasakan saat jam
pelajaran 1-2 adalah sejuk dengan nilai 152-117 atau sebesar 38 %-29,25%,
sensasi suhu tertinggi yang dirasakan saat jam pelajaran 3-5 adalah netral dengan
2)
Kondisi perasaan yang dirasakan pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang kondisi yang dirasakan saat
jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 51

Gambar 50. Grafik sensasi suhu yang dirasakan

Kondisi Perasaan Yang Dirasakan
350
300
250
200
150
100
50
0

Kriteria jawaban

Kriteria jawaban

Jam pelajaran

Dingin

f % f % f % f % f % f % f % f %
1
2
3
4
5
6
7
8
Jam pelajaran
Nyaman
318 80 273 68 212 53 150 38 116 29 100 25 66 17 54 14
Sedikit tidak nyaman 76 19 118 30 158 40 194 49 202 51 171 43 147 37 127 32
Tidak nyaman
6 1,5 9 2,3 28 7 50 13 63 16 95 24 118 30 109 27
Sangat tidak nyaman 0 0 0 0 2 0,5 6 1,5 19 4,8 34 8,5 69 17 110 28

Gambar 51. Grafik kondisi perasaan yang dirasakan

3)

Tingkat berkeringat pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang tingkat berkeringat saat jam
pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 52.

Tingkat Berkeringat Yang Dirasakan
250
200
150
100
50
0

f

%

Kriteria jawaban

1
Tidak
iya
iya
iya

228
126
38
8

57
32
9,5
2

f

%

f

2
214
137
45
4

%
3

54
34
11
1

167
164
61
8

42
41
15
2

f

%

f

%

4
5
Jam pelajaran
127 32 106 27
175 44 163 41
81 20 111 28
17 4,3 20 5

f

%
6

82
178
108
32

f

%
7

21
45
27
8

62
141
135
62

f

%
8

16
35
34
16

55
134
124
87

14
34
31
22

Gambar 52. Grafik tingkat berkeringat yang dirasakan

4)

Aktifitas yang dilakukan saat berkeringat pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang aktifitas yang dilakukan saat
berkeringat saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 53.

Aktifitas Yang Dilakukan Saat Berkeringat

Kriteria jawaban

250
200
150
100
50
0

5)

f % f % f % f % f % f % f % f %
1
2
3
4
5
6
7
8
Jam pelajaran
Berkipas-kipas
2355922256210532025120752199502075219950
Menyalakan kipas angin 1483715940170431684217143183461784517143
Membuka jendela
14 3,5 14 3,5 15 3,8 21 5,3 20 5 12 3 8 2 15 3,8
Membuka kancing baju 3 0,8 5 1,3 5 1,3 9 2,3 2 0,5 6 1,5 7 1,8 15 3,8
Gambar 53. Grafik aktifitas yang dilakukan saat berkeringat

Pengaruh kenyaman termal terhadap konsentrasi belajar pada jam pelajaran
1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang Pengaruh kenyaman termal
terhadap konsentrasi belajar saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 54.

Pengaruh Terhadap Konsentrasi Belajar

Kriteria jawaban

400
300
200
100
0

f % f % f % f % f % f % f % f %
1
2
3
4
5
6
7
8
Jam pelajaran
Tidak 28 71 27 68 24 61 22 56 18 47 15 39 13 33 99 25
Ya
11 29 12 32 15 39 17 45 21 53 24 62 27 68 30 75
Gambar 54. Grafik pengaruh terhadap konsentrasi belajar

Hasil Analisis Hubungan antara indeks Kenyamanan Termal dengan
tanggapan siswa berdasarkan aspek psikologis di SMA Banjarmasin
Utara
Uji korelasi MPM
Jika data telah terdistribusi normal maka selanjutnyadapat dilakukan uji
korelasi Metode Product Moment (MPM). Selain itu untuk mengetahui tingkat
hubungannya maka nilai r koefisien korelasi MPM yang diperoleh dari analisis
menggunakan SPSS 21 kemudian diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi
koefisien korelasi yang diadaptasikan dari Karl Pearson (Tika, M.P.,2005:78)
3.

Correlations
X
x

y1

y2

y3

y4
y5

y6

y7

y8

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

y1
1

2
.(a)
.
2
.(a)
.
2
-1,000(**)
.
2
-1,000(**)
.
2
-1,000(**)
.
2
-1,000(**)
.
2
-1,000(**)
.
2
1,000(**)
.
2

y2
.(a)
.
2
1

400
,521(**)
,000
400
,397(**)
,000
400
,244(**)
,000
400
,154(**)
,002
400
,095
,059
400
,065
,198
400
,037
,462
400

.(a)
.
2
,521(**)
,000
400
1
400
,564(**)
,000
400
,408(**)
,000
400
,301(**)
,000
400
,177(**)
,000
400
,144(**)
,004
400
,136(**)
,007
400

y3
-1,000(**)
.
2
,397(**)
,000
400
,564(**)
,000
400
1
400
,609(**)
,000
400
,478(**)
,000
400
,371(**)
,000
400
,291(**)
,000
400
,222(**)
,000
400

y4
-1,000(**)
.
2
,244(**)
,000
400
,408(**)
,000
400
,609(**)
,000
400
1
400
,629(**)
,000
400
,516(**)
,000
400
,431(**)
,000
400
,330(**)
,000
400

y5
-1,000(**)
.
2
,154(**)
,002
400
,301(**)
,000
400
,478(**)
,000
400
,629(**)
,000
400
1
400
,721(**)
,000
400
,558(**)
,000
400
,397(**)
,000
400

y6
-1,000(**)
.
2
,095
,059
400
,177(**)
,000
400
,371(**)
,000
400
,516(**)
,000
400
,721(**)
,000
400
1
400
,702(**)
,000
400
,526(**)
,000
400

y7
-1,000(**)
.
2
,065
,198
400
,144(**)
,004
400
,291(**)
,000
400
,431(**)
,000
400
,558(**)
,000
400
,702(**)
,000
400
1
400
,762(**)
,000
400

y8
1,000(**)
.
2
,037
,462
400
,136(**)
,007
400
,222(**)
,000
400
,330(**)
,000
400
,397(**)
,000
400
,526(**)
,000
400
,762(**)
,000
400
1
400

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

135

B.
1.

Pembahasan
Temperatur, Kelembaban, dan Kecepatan angin Ruang Kelas di SMA
Banjarmasin Utara.
a.
Temperatur
Kondisi temperatur ruang kelas daari jam pelajaran 1 sampai 8 mengalami
peningkatan karena letak posisi kelas berada dekat lahan terbuka seperti lapangan
basket dan voly, dan keberadaan vegatasi seperti pepohonan yang sedikit atau
bahkan tidak ada tidak dapat menghalangi pantulan dari sinar matahari yang
semakin terik, sehingga menyebabkan pantulan sinar matahari dan sirkulasa udara
panas langsung masuk kedalam kelas.
b.
Kelembaban
Keadaan sekitar lingkungan ruang kelas baik depan maupun belakang
kelas yang terdapat vegetasi akan terjadi penguapan pada tumbuhan (transfirasi)
akan memberikan pengaruh pada ruang di sekitarnya, sehingga ruang kelas
memiliki kelembaban yang tinggi dengan temperatur ruang yang rendah
sebagaimana yang terjadi saat pengukuran lapangan. Sedangkan kelembaban yang
rendah diakibatkan oleh posisi letak kelas menghadap arah sinar matahari
terutama apabila tepat menghadap lapangan terbuka dan tidak memiliki vegetasi
yang dapat menghalangi sinar matahari sehingga mempengaruhi kelembaban
relafit pada ruang kelas.
c.
Kecepatan Angin
Ruang kelas yang disekitarnya terdapat vegetasi akan memberikan pengaruh
terhadap udara di sekitar maupun didalam ruang tersebut, sehingga menjadikan
udara sejuk dan nyaman. Sedangkan ruang kelas yang berhadapan dengan lahan
terbuka seperti lapangan basket dan voly akan mengakibatkan angin dengan
kecepatan tinggi memasuki ruang kelas melalui ventilasi seperti pintu dan jendela
yang terbuka, adapun bila pendingin mekanik berupa kipas angin di nonaktifkan
maka berakibat pada penurunan kecepatan angin pada ruang kelas.
Indeks kenyaman termal tiap ruang kelas di (1) SMA Negeri 8
Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12
Banjarmasin dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin berdasarkan metode
PMV dan PPD
Ruang kelas yang dinyatakan nyaman pada jam pelajaran 1-3 disebabkan
oleh kecepatan angin yang sedang sampai tinggi sedangkan temperatur rendah
karena udara pagi masih sejuk, terutama pada ruang kelas yang terdapat vegetasi
di sekitarnya dan juga keadaan ventilasi udara yang terbuka memudahkan siklus
udara keluar masuk dengan mudah, sehingga nilai PMV dan PPD pada jam
pelajaran ke 1-3 memiliki nilai yang rendah. Sedang kan pada jam pelajaran 4-8
sensasi suhu berkisar antara sedikit hangat sampai panas, hal ini karena semakin
siang keadaan temperatun mulai terus meningkat sedangkan kelembaban udaran
semakin menurun, sehingga nilai PMV dan PPD meningkat pada jam pelajaran ke
5-8.
3.
Tanggapan siswa terhadap kondisi Kenyamanan Termal berdasarkan
aspek psikologis Tiap Ruang Kelas di (1) SMA Negeri 8 Banjarmasin,
2.

(2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin dan
(4) SMA KORPRI Banjarmasin
Kenyaman termal aspek psikologis merupakan kondisi pikiran yang
mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya
(Hoppen P., 2002). Mengetahui tingkat kepuasaan siswa dalam proses belajar dari
jam pelajaran 1-8 terhadap tingkat kepuasan dari aspek psikologis menggunakan
kuisioner tertutup.
4.
Hubungan antara indeks Kenyamanan Termal dengan tanggapan siswa
berdasarkan aspek psikologis di SMA Banjarmasin Utara
Berdasarkan Nilai signifikan dari output dietahui antara index kenyamanan
termal (X) dengan jam pelajaran (Y) berdasarkan tabel 50 nilai signifian
0,000