Buletin Kalimantan Januari April 2010 small

Edisi Januari-April 2010

Wahana Kalimantan
Media Informasi dan Komunikasi Walhi se-Kalimantan

“Konversi Hutan
Untuk Perkebunan Sawit dan Tambang
Melegalkan Kekuasaan Modal di Kalimantan”

Opini :
Kue Kalimantan
Untuk Siapa ?

Wahana Kalimantan

Daftar Isi

Media Informasi dan Komunikasi Walhi se-Kalimantan

03


SALAM REDAKSI: Land-Grabbing
dan monopoli tanah mengubah
hutan dan menyingkirkan masyarakat.
Kekuatan modal untuk memperoleh keuntungan dalam mengeruk
sumberdaya alam dikalimantan dengan berkoloborasi dengan birokrasi
mengkonversi hutan untuk mempertahankan monopoli atas tanah.

12

WARTA KALSEL : Pegunungan
Meratus & Masyarakat Adat Hu-

Cover Story

04

WARTA KALTENG : Ijin Rekomendasi Gubernur untuk
Pelepasan Kawasan Hutan di Kalimantan Tengah
adalah. Tundukknya Pemerintah Atas Kuasa Modal ... Konversi
hutan untuk perkebunan sawit dan pertambangan jelas-jelas menghancurkan tatanan

ekonomi masyarakat kalimantan tengah ...

tan bagi Masyarakat Adat Dayak Meratus
adalah merupakan bagian dari napas
hidupnya. Pemanfaatannya dikelola secara
bersama ...

06

OPINI : Kue Kalimantan Kue Kalimantan

telah habis dibagi. Semut-semut itu
menguasai potongan-potongan kue
dengan politik monopoli tanah dan
menjadikan tanah/sumber agrarian
lainnya sebagai bagian dari alat
produksi ...

08


WARTA KALBAR : Untuk memperoleh

dukungan dari legislator Pihak Walhi
Kalbar beserta anggota Jaringanya menyambangi
kantor Rakyat DPRD Kalbar untuk menghentikan
ekpansi sawit di danau sentarum

15

INFO CLIMATE JUSTICE : Menagih Komitmen
SBY untuk Menurunkan Emisi Menuntut
Keadilan Iklim Atas Solusi Perubahan Iklim Global
... akibat dari perubahan iklim akan berdampak pada penghidu-

pan masyarakat terutama negara-negara selatan ...

17

Catatan Perjalanan
: Hidup Di Air Hitam


... hutan bukan hanya memiliki
nilai ekonomi, namun menempati
kedudukan yang lebih utama dengan
harapan tinggi pada keberlanjutan
ekosistem.

10

WARTA KALTIM : Tangkap Bupati Yang Memberikan Ijin Tambang Dan Ijin Pembangunan Di Dalam
Kawasan Hutan Lindung ... dalam kasus pemakaian kawasan hutan

lindung adalah yang memberikan ijin, dalam hal ini adalah Bupati ...

Penanggungjawab : Arie Rompas Direktur Eksekutif Walhi Kalteng
Dewan Redaksi : Arie Rompas, Afandi,
Anang. J
Foto : Rio, Afandi, Yulianto
Layout : Rio , Jean Nito


Walhi Kalteng Jl. Virgo IV, No. 129 - Palangkaraya 73112 Kalimantan Tengah
Telp.: (0536)-3229202 Fax. (0536) 3238382 email : kalteng@walhi.or.id web : http://www.walhikalteng.org

2

Salam Redaksi

LAND-GRABBING & MONOPOLI TANAH
MENGUBAH HUTAN DAN MENYINGKIRKAN
MASYARAKAT

K

ami hadir kembali di tahun 2010. Kali ini, Wahana
Kalimantan
mengetengahkan liputan dan tinjauannya tentang
keadaan kekinian yang dilamai hutan, ekosistem dan masyarakatnya.
kita memahami. Bahwa hingga saat
ini industri yang bergerak di usaha
hutan dengan hsil kayu seperti HPH

berjumlah 174 unit, HTI berjumlah 201 unit sementara pertambangan hingga saat ini setidaknya terdapat 21 perusahaan tambang skala
besar di Kalsel dan 15 unit di Kaltim.
Juga ada 154 konsesi pertambangan skala
menengah dan 13 perusahaan tambang
batu bara skala raksasa di Kalimantan
Tengah.Terakhir ijin perkebunan sawit
masing masing propinsi di kalteng luasannya mencapai 4.5 juta ha ( 104 unit
operasional seluas 1,7 juta ha dan 196
unit belum operasional seluas 2,8 juta ha),
Di Kalsel luasanya adalah 1,1 juta ha (400
ribu ha operasional dan alokasi baru seluas 700 ribu ha) di kaltim ijin pelepasan
kawasan hutan untuk perkebunan 2,6
juta ha dari total 4,09 juta ha untuk 186
unit, tetapi hanya 34 unit yang aktif.
Dan terakhir di Kalbar ijin lokasi kelapa sawit seluas 1.5 juta ha untuk 79
unit [ 127.100 ha adalah kawasan hutan yang dialihfungsikan]. Prediksi
kedepan di Kalimantan hingga tahun 2016 akan dibangun perkebunan seluas hampir ± 10 juta hektare.
Investasi diatas merupakan investasi
yang memiliki syarat untuk penguasaan
wilayah dengan monopoli tanah sebagai basis produksinya sudah dipastikan

konflik sumberdaya alam akan berkepanjangan dan selalu menyertai setiap bentuk investasi di bumi Kalimantan.

eksstensifikasi. Perluasan area kelola perusahaan pada gilirannya menjadi penyebab mayor atas kerusakan hutan dan
perubahan peruntukannya untuk perkebunan monokultur dan pertambangan.
Perluasan kelola perusahaan pada
hakektnya adalah land-grabbing (perampasan tanah). Hutan dan sumber
agraria yang dinikmati oleh komunitas
masyarakat lokal telah diubah menjadi
area kelola perusahaan besar swasta.
Hal ini telah menghancurkan nilaidan tradisi lokal yang berbasikan kerja
kolektif dan untuk kebutuhan sendiri.
Praktek pengelolaan secara lokal ini sesunguhnya sudah membuktikan mampu menjaga wilayahnya dari kerusakan ekologi karena tidak bersifat masif
serta tidak ekploitatif namun memiliki
nilai-nilai konservasi yang mereka pahami secara lokal sangat beda dengan
investasi untuk kepentingan komsumsi
dan eksport kenegara-negara maju.
Kondisi ini adalah satu cerminan perjalan
panjang eksploitasi sumber daya alam sejak jaman kolonial yang hingga hari ini
masih berlangsung dalam pola yang sama
walaupun berbeda komoditasnya saja.

Wahana Kalimantan dalam edisi ini
menyajikan inisiatif dan aktivitas yang
dilakukan oleh Walhi di regional kalimantan. Agar pembaca memahami
besarnya bahaya perluasan perusahaan
swasta besar perkebunan/pertambangan. Yang pada akhirnya merusak hutan, ekosistem dan masyarakatnya.

Hari ini masih berlangsung model penjajahan
atas kontrol dan pengusaan sumber daya
alam di negeri ini, monopoli atas tanah dengan
penguasaan tanah oleh
investasi yang dektruktif
dan masif menyebabkan
kerusakan ekologi yang
begitu parah di pulau kalimantan dimana hampir
setiap tahun terjadi banjir, kebkaran hutan, tanah
longsor dan konflik tanah
akibat prilaku korporasi
yang berkolaborasi dengan aparatur pemerintah dalam menerbitkan
ijin sawit dan tambang
di

kawasan
hutan.

Selamat membaca.

Produksi berbasis tanah dan sumber
agraria tersebut di jalankan dengan dasar

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

3

Warta Kalteng

Ijin Rekomendasi Gubernur Untuk Pelepasan Kawasan Hutan di Kalimantan Tengah Adalah Tunduknya Pemerintah Atas Kekuasaan Modal

P

alangkaraya,
WALHI

Kalimantan
Tengah
meyakini bahwa Ijin Rekomendasi yang diajukan oleh
gubernur kalimantan tengah
ke menteri kehutanan untuk
ijin pinjam pakai kawasan hutan dan ijin pelepasan kawasaan
hutan sangat dilandasi oleh kepentingan pengusaha untuk
penguasaan kawasan (hutan
dan non-hutan) untuk kepentingan monopili tanah di sektor perkebunan dan pertambangan di kalimantan tengah.

ruang dan sektor kehutanan di
kalimantan tengah bukan justru
mengikuti ambisi kepentingan
pengusaha yang akhirnya akan
merugikan masyarakat dan
lingkungan di kalimantan tengah dimana esensi dari penataan
ruang, merujuk pada UU No.
26/2007 tentang Penataan Ruang adalah proses alokasi ruang
yang merupakan pencerminan
dari upaya optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA)

sehingga dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran
Sangat disayangkan seorang gu- dan kesejahteraan masyarakat.
bernur yang seharusnya memiliki komitmen yang penuh untuk Konversi hutan untuk perkekesejahteraan rakyat di kalim- bunan sawit dan pertambanantan tengah justru tidak mam- gan jelas-jelas menghancurkan
pu memposisikan diri secara te- tatanan ekonomi masyarakat
gas kepada para pengusaha yang kalimantan tengah yang bukan
jelas-jelas menggunakan mo- mengandalkan sektor ini sement politik untuk mendorong- bagai mata pencaharian untuk
kan motif ekonomi dalam men- memenuhi kebutuhan hidupcari keuntungan atas kisruhnya nya, justru sektor perkebunan
tata ruang dan moment pilka- dan pertambangan mengancam
da di Kalimantan Tengah. mata pencaharian masyarakat
dengan merampas, mencemari
Seharusnya RTRWP di jadi- lingkungan dan membodohkan
kan untuk perbaikan tata kelola masyarakat di sekitar konsensi

4

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

perkebunan dan pertambangan.
Daya rusak tambang dan perkebunan sawit bukan saja merusak
ekologi tetapi juga mengancam
keselamatan warga dan menciptakan kemiskinan dimana banyak fakta menunjukan bahwa
wilayah-wilayah yang memiliki
konsensi perkebunan dan pertambangan di situ juga terjadi
konflik sosial karena perampasan
lahan dan kesengangan ekonomi antar pendatang dengan
masyarakat lokal dan kosentrasi
kemiskinan bagi masyarakat
lokal disekitar kawasan karena
tertutupnya akses masyarakat
terhadap sumberdaya alamnya.
Walhi Kalimantan Tengah
mencatat bahwa perijinan di
Kalimantan tengah di sektor
pertambangan ( KK, PKP2B,
KP, Ijin Pertambangan Rakyat
Daerah dan Ijin Pertambangan
Daerah) telah mencapai 466
ijin dengan luasan mencapai
4.716.444,96 ha. Dimana Ijin
KP yang di dominasi ijin pertambangan batubara merupakan ijin yang paling masif yang

dikeluarkan oleh Bupati dan melanggar ruang karena tanpa dilengkapi ijin memasuki kawasan
hutan dan ijin pinjam pakai kawasan hutan. Dari 466 perusahaan di sektor pertambangan
hanya 20 perusahan yang telah
mengantongi ijin pinjam pakai
kawasan hutan yang masuk di
departemen kehutanan. Sedangkan disektor perkebunan ijin
yang dikeluarkan telah mencapai total luasan 4.254.804,773
ha dari 340 unit PBS dimana
hanya 17 perusahaan seluas
203,675,9 ha yang telah mendapat ijin pelepasan kawasan hutan, sedangkan Ijin perkebunan
tanpa pelepasan kawasan hutan
adalah seluas ± 2.844.311 Ha.
Diantaranya seluas ± 600.209
Ha tumpang tindih dengan
IUPHHK- HA / HT. Ijin-ijin
tersebut sebagian telah beroperasi dan telah berstatus HGU
yang jelas-jelas melanggar UU
kehutanan No. 41. Tahun 1999.
Rekomendasi ijin pelepasan
kawasan hutan dan ijin pinjam pakai kawasan hutan ini
jelas-jelas bertentangan dengan komitmen gubernur terkait
dengan isu perubahan iklim
pasca COP 15 di Copenhagen
dimana gubernur sendiri ikut
serta dalam rombongan presiden yang berkomitmen untuk

menurunkan emisi dari degradasi dan deforestasi hutan sebagai upaya pengurangan emisi
dalam solusi perubahan iklim,
selain itu perseden ini akan
menjadi batu sandungan terkait
dengan Undang-Undang No.
26/2007 tentang Penataan Ruang dimana pelaksanaan penetapan revisi tata ruang propinsi
maupun kabupaten/kota, tidak
diperbolehkan adanya pemutihan atas pelanggaran tata ruang yang telah terjadi sebelumnya. Apabila yang dimaksud
pemutihan adalah melegalkan pelanggaran-pelanggaran
prosedur hukum perubahan peruntukan/status kawasan hutan
yang terjadi sebelumnya, berarti
seluruh pelanggaran di atas
harus diselesaikan terlebih dahulu, dalam arti diproses secara
hukum. Dan apabila hal tersebut diabaikan pejabat pemberi
ijinya bisa dikenakan pidana.
Dengan melihat kondisi di atas
maka WALHI Kalimantan
Tengah menyatakan menolak ijin rekomendasi pelepasan
kawasan hutan karena hal ini
merupakan agenda investasi
sebagai wujud motif mencari
keuntungan untuk mengeruk
sumberdaya alam di kalimantan
tengah dan memanfaatkan moment politik dalam kesempatan

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

PILKADA. Selanjutnya Walhi
meminta kepada Gubernur Kalimantan Tengah bersikap tegas dan lebih mengedepankan
kepetingan rakyat dan keselamatan warga di kalimantan tengah dari bencana ekologi yang
diakibatkan oleh penghancuran
lingkungan, pencemaran, pelanggaran HAM yang dipraktekan oleh investasi dalam
mengkonsolidasikan modalnya
melalui monopoli tanah dengan
modus perijinan. Walhi kalimantan tengah meminta seluruh
perijinan yang jelas melanggar
tata ruang selama ini harus di
cabut terlebih dahulu terutama
perusahaan perkebunan yang
mencaplok kawasan hutan dan
konsensi tambang yang beroperasi tanpa ijin memasuki kawasan hutan dan ijin pinjam kawasan hutan karena merupakan
ketegori pidana dan korupsi di
bidang kehutanan. Jalan satusatunya adalah melakukan moratorium semua perijinan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan dan menata pemanfaatan
ruang untuk kepentingan rakyat
dan keseimbangan ekologi
###

5

O p i n i

Kue Kalimantan
PULAU ini
sama sekali tak mirip dengan kue.
Tapi ia memiliki rasa gurih
untuk kekayaan alam
dan sumber agraria
yang dikandungnya.
Mereka telah menikmatinya

dalam perut bumi, Minyak dan gas di lepas pantai, Hutan tanaman industry, perkebunan kelapa
sawit dan karet serta hutan alam di atas tanahnya.
Dari balik rimbunnya hutan Kalimantan, mereka mengejar kayu-kayu industri, rotan, damar,
dan tengkawang.
Juga kayu gaharu, ramin,
dan cendana yang kini sudah sulit dijumpai.
Dalam bukunya yang berjudul Indigenes and Colonizers: Dutch Forest Policy in South and East Borneo
(Kalimantan) 1900 to 1950 yang terbit tahun 1988,

Oleh : Jean Nito - Volunteer Walhi Kalteng
Siapa yang tak kenal dengan Kalimantan? Semua
orang pasti tahu. Kalau Borneo? Sekiranya belum
tentu semua orang akrab dengan sebutan ini. Padahal ada fakta yang menyebut bahwa Borneo adalah gugus pulau terbesar ketiga di dunia setelah
Greenland dan Seluruh P. Papua. Luar biasa besar.
Kalimantan yang kita kenal adalah bagian wilayah Indonesia. Ia adalah bagian dari P Borneo Besar. Sementara bagian P. Borneo yang di luar wilayah Indonesia
adalah negeri Malaysia (negara bagian Serawak dan
Sabah) dan Kesultanan Brunei Darusallam. Adalah
3000 Km. Panjang perbatasan antara Kalimantan dengan sebagian wilyah Malaysia itu. Membelah P Borneo dari Kalimantan Barat sampai Kalimantan Timur.
Kalimantan meliputi hamper 73 % massa daratan Borneo dengan luas keseluruhan mencapai 549.032 km2.
Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia.
Kalimantan kini sudah ramai. Kalau ada yang mengatakan bahwa seantero Kalimantan hari ini hanyalah
hutan rimba perawan lebat nan gelap gulita yang tak
terjamah, maka ia sudah pasti keliru. Lihatlah. Dari
luasan 56.876.800 hektar, menurut Walhi dan Jatam
2006, semuanya sudah habis terbagi bak kue. Gula di
pulau ini telah membuat ratusan semut mendatanginya.
Kue Kalimantan telah habis dibagi. Semut-semut
itu menguasai potongan-potongan kue dengan politik monopoli tanah dan menjadikan tanah/sumber
agrarian lainnya sebagai bagian dari alat produksi.
Usaha produksi berbasis tanah/sumber agrarian tersebut menghasilkan bahan makanan dan bahan mentah guna tujuan pasar luar negeri. Sebagai komoditas yang memiliki nilai tukar dan harga. Yang pada
gilirannya, mereka digunakan sebagai bahan dasar
industry besar guna menciptakan barang dengan
nilai baru. Industri milik tuan imperialis skala dunia.
Secara umum klas para semut akan meluaskan penguasaan tanah melalui perampasan tanah (Land
grabbing) untuk meningkatkan produksi, tenaga
kerja yang murah dan alat kerja yang terbelakang
Apa

yang

menarik

dari

Kalimantan?

Para semut itu mencari gula kekayaan alam
yang dikandungnya. Mineral dan batubara

6

L Potter mengemukakan bahwa eksploitasi kayu telah berlangsung lama semenjak penjajahan Belanda.
Mulai tahun 1904 sejumlah konsesi penebagan hutan
telah diberikan di bagian hulu Sungai Barito dan daerah-daerah Swapraja di pantai timur, khususnya Kutai.
Kayu dari suku meranti-merantian atau Dipterocarpaceae merupakan sekelompok tumbuhan tropis yang
anggota-anggotanya banyak dimanfaatkan dalam bidang perkayuan dan laku di pasaran dunia. Suku ini
praktis semuanya berupa pohon yang sangat besar,
dengan ketinggian dapat mencapai 70-85 m. Hutan
Kalimantan merupakan satu pusat keragaman suku ini.
Karena banyak dieksploitasi, beberapa anggota penting
suku ini terancam punah. Adalah International Union
for Conservation of Nature IUCN telah mencatatkannya dalam Red List sebagai spesies terancam punah.
Bila kayu ekonomis sudah habis tak tersisia, mereka mengubah hutan yang rusak menjadi perkebunan kelapa sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan.
Usaha perkebunan
ini sering diincar oleh semut dari negari Jiran.
Mineral dan bahan tambangpun tak luput dilirik.
Sejak dahulu kala pengolahan biji besi, pengumpulan
emas dan intan telah dikenal. Konon kabarnya justru
bukan suku bangsa asli yang menikmatinya. Melainkan para pendatang berketurunan pedagang Cina dan
Hindu. Tradisi masyarakat Dayak, selaku suku bangsa
pendiam Kalimantan, justru tidak pernah membuat
dan mengenakan perhiasan yang terbuat dari emas.
Batubara juga menjadi favorit. Pada tahun 1903,
dengan penanaman modal Belanda, tambang batubara terbesar di Pulau Laut mulai berproduksi dan

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

menjelang tahun 1910 telah menghasilkan kirakira 25 % dari semua keluaran Indonesia. Demikian salah satu fakta penelitian yang dikemukakan
oleh Thomas Lindblad Between pada tahun 1988
dalam bukunya Dayak and Dutch: the economic history of Southeast Kalimantan 1880-1942.
Tercatat oleh Save Our Borneo, lembaga nirlaba yang
peduli terhadap Kalimantan, bahwa pertambangan
mineral (emas dan biji besi) berbasis investasi asing di mulai dengan kontrak kerja perusahaan Indo
Muro Kencana di Kalimantan Tengah dan Kelian
Equatorial Mining di Kalimantan Timur. Sementara Pertambangan Batu Bara di mulai oleh Perusahaan Adaro dan Arutmin. Di Kalimantan Selatan
dan di Kalimantan Timur oleh Berau Coal, Indominco Mandiri, Kaltim Prima Coal, Kideco Jaya
Agung, Multi Harapan Utama dan Tanito Harum.

“kolonialisme baru”? Apakah terdapat persamaan antara “kolonialisme lama” dengan “kolonialisme baru”? jawabnya, YA. Secara hakikat
tiada yang berbeda antara kolonialisme lama
dengan kolonialisme baru. Yang berbeda hanyalah pada bentuknya. Dengan kata lain, kolonialisme lama dengan kolonialisme baru hanya berbeda dalam bungkusnya, tapi sama dalam isinya.
Penjajahan pada masa kini adalah penjajahan
tidak langsung, yakni penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara imperialis dengan menggunakan kekuasaan politik dari kaki tangannya
di dalam negeri. Kaki-tangan imperialis inilah
yang menjalankan politik penjajahan gaya baru
melalui instrument Negara, sebutlah diantaranya
adalah aturan hukum dan perundang-undangan.

Mengapa demikian? Karena foundasi hidup imDan saat ini terdapat lebih dari 21 perusahaan besar perialism di negeri ini adalah penguasaan atas
pertambangan di Kalsel, 15 perusahaan besar per- tanah, kekayaan alam dan sumber-sumber agrartambangan di Kaltim dan154 KP dan 13 PKP2B
perusahan pertambangan di Kalimantan Tengah
Mengapa negeri ini tak bisa mengelolanya secara
mandiri? Karena ia dihambat kemajuannya oleh
imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrasi yang berbasiskan monopoli tanah. Kekuatan
produktif di negeri ini di-belakangkan dan dibuat
menjadi miskin. Keadaan demikian menjadikan Indonesia tetap menjadi negeri agraris, pra-industrial
dan terbelakang yang menggantungkan diri pada
import kapital melalui investasi asing dan hutang.
Bahan mentah yang dimiliki Kalimantan dan pulau lainnya di nusantara nyaris tidak ada gunannya bagi rakyat karena ketiadaan industri nasional
di negeri ini. Industry yang berkembang hari ini
adalah Industri milik imperialis. Sebutlah pertambangan besar. Sementara industri dan pabrik
olahan layaknya CPO dan karet nyata-nyata adalah bertujuan ekspor. Semua industri tersebut
bergantung pada mesin impor dari negeri imperialis. Tidak ada alih teknologi bagi negeri ini.
Bila kita mendengar kata ‘imperialis’ maka kita
akan membayangkan pada sejarah masa lalu, jaman
penjajahan atau kolonialisme Belanda dan Jepang.
Ingatan itu tidak salah. Imperialisme memang
identik dengan penjajahan Belanda dan Jepang.
Namun imperialisme tidak selamanya berwujud
dalam bentuk penjajahan secara langsung seperti yang dulu dilakukan oleh Belanda dan Jepang.
Penjajahan yang dialami saat ini berbeda dengan
penjajahan yang dialami pada masa dulu. Penjajahan saat ini kita sebut “penjajahan gaya baru”
atau bila menggunakan istilah bung Karno dikenal dengan sebutan “Nekolim”, singkatan dari
“Neo-Kolonialisme
dan
Neo-Imperialisme”.

‘ ... dihambat kemajuannya oleh imperialisme, feodalisme dan kapitalisme
birokrasi yang berbasiskan
monopoli tanah. ... menjadikan Indonesia tetap
menjadi negeri agraris, praindustrial dan terbelakang
...’

ianya. Perusahaan besar swasta dan Negara berbentuk perkebunan dan pertambangan adalah
faktanya. Dengan beragam komoditinya. Mereka berkeinginan untuk menjamin pasokan bahan baku, berupa bahan mentah dan pangan
guna menopang keberlangsungan industrinya.
Tipikal perusahaan besar yang demikian adalah tuan tanah tipe baru. Tipe yang demikian selalu berorientasi untuk mendapatkan kekuasaan
monopoli atas tanah melalui beragam cara. Baik
dengan jalan jual-beli ataupun dengan cara yang
lebih primitif, perampasan tanah (land grabbing).
Dengan adanya kekuasaan kaki tangan imperialis dan keberadaan tuan tanah tipe baru
yang melakukan monopoli tanah adalah ciri
penting untuk menyebut Indonesia sebagai negeri setengah jajahan – setengah feudal.
Tentu Kita patut merubah keadaan.

Mengapa disebut “penjajahan gaya baru” atau
Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

7

Warta Kalbar

Penyelamatan Danau Sentarum
Dari Ekspansi Perkebunan Sawit

Penyelamatan hutan di
Kalimantan Barat harus dilakukan dan dikawal dengan
serius oleh semua pihak, karena ancaman nyata semakin
terlihat intensitasnya dimana
kawasan-kawasan genting pun
mulai disasar untuk perkebunan sawit. Bahkan Taman Nasional Danau sentarum tidak
terhindar dari ancaman pembukaan perkebuan sawit yang
begitu rakus akan tanah karena salah satu syaratnya adalah
pembukaan perkebunan skala
besar membutuhkan ham-

8

paran tanah yang luas, selain
menghancurkan ekositem karena sifatnya yang monokultur.
Kondisi ini tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama pihak
legislator yang duduk di DPR
sebagai wakli rakyat dan fungsi kontrol atas kebijakan eksektutif yang merupakan peran
sentral dalam memberikan ijin
perkebunan diwilayah kalbar
termasuk di kawasan taman
Nasioanal Danau Sentarum.
Untuk itu pihak Walhi kalbar bersama salah satu anggota

jaringanya melakukan dengar
pendapat dengan Komisi C
DPRD Kalbar untuk menyampaikan persoalan ini. Dalam
kesempatan itu pihak Walhi
Kalbar melalui
kordinator
riset dan divisi kampanye hendrikus Adam mengajak pihak
DPRD Kalbar untuk memperjuangkan penyelamatan kawasan hutan Taman Nasional
Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu. Walhi Kalbar
sangat berharap agara DPRD
Kalbar memposisikan keberpihakanya kepada masyarakat
local karena perkebunan sawit
akan mengancam perkonomian masyarakat dan akan merusak tatanan social masyarakat
local yang selama ini sudah
terjaga secara turun temurun
tanpa konflik yang berarti.
Ketika perkebunan masuk
pihak perkebunan dan pemerintah selalu menyampaikan slogan yang menyatakan
pembukaan lahan sawit akan
membuka lapangan pekerjaan
bagi rakyat hingga saat ini dalam kenyataanya sangat tidak
relevan, dimana dengan pembukaan lahan sawit masyarakat
setempat yang terbiasa dengan
pekerjaan berkebun, berladang, nelayan dan pemanfaatan hasil hutan lainnya
justru akan kehilangan lapangan pekerjaannya,” ulasnya.
Ancaman nyata atas kehilangan pekerjaan bagi masyarakat
local adalah kemampuan untuk
bertahan hidup bagi 10.000
jiwa nelayan dan masyarakat
disekitar danau sentarum

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

yang mengandalkan sungai
dan danau sebagai sumber
penghidupanya semakin terancam dimana ikan-ikan sungai dan kawasan danau yang
akan menyempit dan dipastikan akan terjadi
pencemaran akibat bahan-bahan
kimia, pupuk dan
pestisida yang digunakan untuk
perkebunan akan
mengalir ke danau dan sungai.
Selain itu mereka akan terancam kehilangan sumber mata
pencaharian lainya yaitu madu
hutan yang dijadikan pekerjaan masyarakat selain di sektor nelayan. Seharunya hutan
di lindungi untuk kebutuhan
rakyat karena mereka sudah
mampu memproduksi madu
dari hutan sebanyak 30 ton
pertahun ungkap Vincentius
Heri dari Yayasan Riak Bumi.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Komisi C DPRD Kalbar
Andi Aswad yang didampingi
anggota Komisi C lainnya seperti Ali Akbar, Mohamad Isa,
Gusti Effendy dan Tapanus
Tapat, mengatakan sepaham
dengan apa yang disampaikan
Walhi dan akan memperjuangkan hal tersebut karena data-data yang ada sangat meyakinkan.
“Salah satu bentuk dukungan
kita adalah menyetujui program
ecotourism yang dicanangkan
oleh Bapedalda Kalbar, dimana dalam program yang menjual keindahan kawasan hutan

tersebut tentunya akan menjaga kelestarian hutan sebagai
daya tarik utama,” ujar Andi.
Ia mengatakan untuk tahap awal sudah dicanangkan pembangunan pelabu-

Selain itu tangapan legislator lainya menytakan bahwa
Bupati seharusnya meninjau
kembali perijinan perkebunan
sawit di wilayah Kapuas Hulu.

han di Jongkong dan di Hal ini salah satu antisipasi terLanjak dengan anggaran jadinya bentrok dan konflik somasing-masing Rp 500 juta. cial di tingkat masyarakat. Di
temukan dilapangan juga banDari total 132.000 hektar luas yak sekali ijin yang tumpang
kawasan TNDS ditambah ka- tindih yang juga menambah
wasan penyangga (bufferzone) carut marutnya pengeloalaan
seluas 65.000 hektar, diper- hutan untuk perkebunan di kakirakan 141.290 hektar hutan lbar menyambung pernyataan
primer dan sekumder ditebang Muhamad Isya. Disisi lain
dan dialihfungsikan menjadi masih banyak perusahaan yang
kebun sawit, oleh karenanya belum memilki dokumen AM965,2 juta hektar lahan gambut DAL, kalaupun ada itu AMakan hilang. Alih fungsi lahan
DAL yang tidak kompeten
gambut ini akan mengakibatkarena di keluarkan oleh orang
kan gambut teroksidasi dan
yang tidak memiliki sertifkasi
melepaskan 128 juta ton karbon ke udara dalam reaksi yang AMDAL, sudah dipastikan
makin lama makin membesar. pelaksannya pasti amburadul.
Perubahan kualitas air kawasan danau dan sungai akibat pestisida juga mengancam
keberadaan industry ikan Arwana yang sensitive terhadap
perubahan kualitas air. Ini
artinya, hilangnya pendapatan Rp 70-140 milyar pertahun dari sektor tersebut

Untuk itu pihak DPRD
akan segera memangil BLHD
dan pihak-pihak terkait termasuk pihak perusahan pemliak lahan di sekitar kawas taman nasional danau sentarum
untuk memperjelas persoalan.

Wahana Kalimantan | Januari- April 2010

9

Warta Kaltim

Tangkap Bupati
Yang Memberikan Izin Tambang
Dan Izin Pembangunan Di Dalam Kawasan Hutan

Terancamnya Hutan Lindung Kaltim
Akibat Ijin Tambang dan
Pembangunan Infrastruktur Daerah

S

amarinda, Kaltim – Jajaran POLDA Kaltim
harus berani menangkap
dan mengusut secara tuntas
terkait penggunaan kawasan
Hutan Lindung di Kabupaten
Bulungan (Pulau Bunyu) untuk kegiatan Pertambangan
Batu Bara dan di Kabupaten
Nunukan terkait pembangunan jalan jika kedua kasus
tersebut terbukti melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak paling bertanggung jawab dalam
kasus pemakaian kawasan
hutan lindung adalah yang

10

Siaran Pers Untuk disiarkan segera
Tanggal : 24 Maret 2010
Oleh Walhi Katim

memberikan ijin, dalam hal ini ing banyak Rp 5 Milyar sampai
adalah Bupati dikedua daerah. Rp 10 Milyar. Seyogyanya kedua aktivitas di dalam kawasan
Kedua aktifitas di dalam kaHutan Lindung yang meresahwasan Hutan Lindung dikedua
kan tersebut juga harus dihenKabupaten tersebut telah jelas
tikan sampai adanya kepastian
melanggar Pasal 38 dan Pasal
penyidikan dan penyelidikan
50 dalam UU No. 41 Tentang
dari POLDA Kaltim termasuk
Kehutanan Tahun 1999. Ijin
status hukum jika kasus tersepinjam pakai di dalam kawasan
but sampai keranah peradilan.
Hutan Lindung pun harus
dilakukan oleh Menteri Ke- Aktivitas penambangan di Puhutanan dengan persetujuan lau Bunyu sebelumnya sudah
Dewan Perwakilan Rakyat. diketahui oleh WALHI KaPelanggaran atas kedua pasal limantan Timur pada tahun
ini merupakan tindakan pidana 2007 melalui investigasi yang
dengan ancaman penjara paling dilakukan dengan dasar penlama 10 tahun dan denda pal- gaduan dari masyarakat Ke-

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

camatan Bunyu. Ekosisitem
Pulau Bunyu saat ini terancam
oleh eksploitasi pertambangan batubara oleh tiga perusahaan dengan menggunakan
ijin Kuasa Penambangan (KP)
yang dikeluarkan oleh Bupati
Bulungan. Tiga perusahaan
tersebut adalah; PT. Garda Tu-

Hutan Lindung di Pulau Nunukan telah dimulai semenjak tahun 2005 melalui dana Anggaran Belanja Tahunan (ABT),
sementara Pemkab Nunukan
mengeluarkan surat ke Menteri Kehutanan dan Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2007 untuk

juh Buana seluas: + 1.995 ha,
PT. Lamindo Inter Multikon
seluas: + 1.000 ha, dan PT. Mitra Niaga Mulya / PT. Adani
Gelobal seluas: + 1.900 ha dengan total keseluruhan ijin konsesi + 4.928 ha. Artinya; hampir
50 % Pulau Bunyu dikepung
oleh eksploitasi pertambangan
batubara dengan total luasan
Pulau Bunyu sebesar + 198,32
km persegi. Dan tentu saja ini
akan berdampak semakin buruknya kualitas Lingkungan
Hidup dan terancamnya kawasan Hutan yang ada di Pulau
Bunyu, Kabupaten Bulungan.

permohonan pinjam pakai kawasan hutan. Artinya pembukaan Hutan Lindung untuk
pembangunan infrastruktur
telah dikerjakan terlebih dahulu. Dari hasil pemantauan
WALHI Kaltim tahun 2008,
Hutan Lindung Pulau Nunukan sudah berubah fungsinya.
Jika ini dibiarkan maka kerusakan dan tinga deforestarsi di
Hutan Lindung tersebut akan
semakin meluas dan parah sementara Hutan Lindung ini
juga berfungsi sebagai “buffer zone” untuk keseimbangan ekologi Pulau Nunukan.

nesia yang mendapatkan ijin
dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pertambangan
sesuai dengan Kepres No. 41
Tahun 2004, termasuk 2 di
Kalimantan Timur yaitu; PT.
Interex Sacra Raya (PT. ISR)
dan PT. Indominco Mandiri.
Artinya sudah bisa dipastikan

perusahaan lain yang beroperasi di dalam kawasan Hutan
Lindung di Kalimantan Timur
adalah illegal. Pembukaan Hutan Lindung untuk eksploitasi
industri ekstraktif seperti Batu
bara dan perluasan infrastruktur daerah merupakan preseden
buruk bagi pengelolaan hutan
di Kalimantan Timur, ditengah provinsi ini mencanangkan Kaltim Green yang telah
ramai dikampanyekan dimedia
Lokal, Nasional bahkan sampai Internasional oleh Gubernur Kaltim. Fungsi kontrol dari
Pemerintah Provinsi melalui
Gubernur juga menjadi penting
Sementara pembangunan in- Seperti diketahui terdapat 13
untuk dilakukan sesuai denfrastruktur di dalam kawasan perusahaan tambang di Indogan PP No. 19 Tahun 2010.
Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

11

Warta Kalsel

Pegunungan Meratus & Masyarakat Adat
air bagi daerah aliran sungai
sungai tersebut. Di lain pihak
kondisi kelerengan lahan yang
cukup terjal dan jenis tanah
peka erosi membuat wilayah
tersebut memiliki nilai kerentanan (fraglity) yang tinggi sehingga penutupan hutan merupakan satu-satunya pilihan terbaik
yang perlu dipertahankan dan
dijauhkan
dari
kerusakan.
Hutan bagi Masyarakat Adat
Dayak Meratus adalah merupakan bagian dari napas hidupnya.
Pemanfaatannya dikelola secara
bersama, diatur berdasarkan kebiasaan-kebiasan mereka (adat).
Umumnya model pengelolaannya berbasis pada nilai ekonomis, ekologis dan keberlanjutan sebuah sistem pengelolaan.
Sumberdaya alam adalah sumber
pendapatan untuk memenuhi
hidupnya sehari-hari sekaligus
sebagai tabungan masa depannya untuk anak cucu mereka.
Mata pencaharian mereka menSUKU bangsa Dayak Meratus dalam pakaian adat. mereka gandalkan sumberdaya alam semendiami seputuar Pegunungan Meratus di Kalimantan Sela- tempat (resources based activity)
tan. gambar diambil dari http://dwipratama86.blogspot.com/ yang memiliki rotasi ekonomi
sepanjang tahun sesuai musim
utan pegunungan meratus buat wilayah ini berperan pent- yang berlaku, mulai usaha permerupakan kawasan hutan ing sebagai kawasan resapan air. tanian berupa padi tugalan, keasli (native forest) yang masih
bun rotan, kebun karet dan hasil
Hutan
kawasan
Meratus
merutersisa di Propinsi Kalimanhutan non kayu seperti : kulit
tan Selatan, letaknya memben- pakan kawasan hulu bagi be- kayu, getah jelutung, obat-obatang dari arah Tenggara sam- berapa sungai penting yang ada tan tradisional dan buah-buahan
pai kesebelah Utara berbatasan di Kalimantan Selatan yaitu lokal musiman. Proses pengelodengan Propinsi Kalimantan sungai Amandi, Sungai Bara- laanya (pemanfaatan dan peleTimur. Kawasan Meratus mem- bai, Sungai Batang Alai, dan stariannya) diatur oleh aturan
punyai peran yang sangat vital Sungai Sampanahan serta Sun- adat yang disepakati bersama
sebagai sistem penyangga ke- gai Balangan. Bisa dibayangkan oleh msyarakat Dayak Meratus
hidupan serta penyedia sum- betapa besar dan pentingnya melalui musyawarah yang dipber yang bermanfaat. Posisi peranan kawasan hulu ini bagi impin oleh kepala Balai (adat).
kawasan hutan yang terletak di sistem hidrologi di propinsi ini. Sumberdaya alam yang dimakwilayah hulu beberapa DAS Kelestarian kawasan Meratus sud antara lain : hutan, kebun,
(Daerah Aliran Sungai) mem- adalah satu satunya jaminan sungai-sungai dan makhluk
kelangsungan kondisi pasokan

H

12

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

hidup di dalamnya (termasuk memperparah kondisi pengelomanusia) tidak dapat dipisah- laan SDA oleh negara., misalkan antara satu dengan lainnya. nya pemberian konsesi HPH,
perkebunan besar melalui PIRDengan kearifan lokal yang BUN dan sector pertambangan
mereka miliki terbukti bahwa yang umumnya dilaksanakan
hingga saat ini wilayah hutan melalui pembuatan kebijakan
yang selama ini menjadi sum- yang bersifat sentralistik sehingber penyangga kehidupan mer- ga dalam pelaksanaannya telah
eka mampu dijaga dengan baik menimbulkan berbagai masalah
dan dengan pengelolaan ladang terutama yang
gilir-balik yang mereka terap- b e r k a i t a n
kan, memiliki kebijaksanaan d e n g a n
tersendiri dalam memandang h a k - h a k
alam dan hutan sebagai suatu m a s y a r a k a t
kesatuan yang tidak dapat ter- adat (lokal).
pisah dari kehidupan mereka. Hal ini umHal ini tentu saja mementahkan umnya terjadi
pendapat segilintir pihak yang karena dalam
mangatakan bahwa masyarakat k e n y a t a a n adat di sekitar meratus lah yang nya wilayahjustru merusak hutan mer- wilayah ekeka sendiri, padahal jelas-jelas sploitasi itu
Pengelolaan sumberdaya lam telah dikuasai
dilakukan oleh negara melalui m a s y a r a k a t
pelaksanaan pembangunan oleh secara
tupemerintah mulai dari tingkat run temurun.
pusat sampai tingkat daerah
dengan melibatkan investor Namun melabaik dalam maupun luar negeri. lui
“Hak
MenguaKebijakan pembangunan yang sai Negara”
menekankan pada pertumbu- k e d a u l a t a n
han ekonomi terutama sekali rakyat
atas
pasca bomming minyak telah SDA diabaikan. Hutan dan Penmenjadikan sumberdaya alam gakuan Terhadap Masyarakat
non migas sebagai sector an- Adat Dalam beberapa peraturan
dalan. Pada model pengelolaan perundang-undangan di negeri
yang diusahakan lebih mengejar ini diakui adanya keberadaan
pertumbuhan ekonomi sehingga masyarakat adat sebagai sebuah
berbagai kebijakan yang dike- bagian dari keberagaman yang
luarkan lebih menekankan pada ada. Dimulai dengan Undangpendapatan keuntungan yang undang Dasar 1945 (hasil
sebesar-besarnya. Mulailah ek- amandemen), pengakuan dan
sploitasi secara besar-besaran peng-hormatan terhadap komuterjadi melalui berbagai perusa- nitas adat, sangat gamblang dishaan berskala besar. Kondisi ini ebutkan pada pasal 18B ayat (2),
telah mengabaikan kepentingan bahwa: “Negara mengakui dan
dan kedaulatan rakyat atas pen- menghormati kesatuan-kesatuan
gelolaan SDA serta aspek kele- masyarakat hukum adat beserta
starian dan keberlanjutannya. hak-hak tradisionalnya sepanBeberapa contoh kasus kebijakan jang masih hidup dan sesuai denyang bersifat sektoral telah turut gan perkembangan masyarakat

dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.
Pasal ini memberikan posisi
konstitusional
kepada
masyarakat adat dalam hubungannya dengan negara, serta
menjadi landasan konstitusional
bagi penyeleng-gara negara ba-

‘ ... yang umumnya
dilaksanakan melalui
pembuatan kebijakan
yang bersifat sentralistik sehingga dalam
pelaksanaannya telah
menimbulkan berbagai masalah terutama
yang berkaitan dengan
hak-hak masyarakat
adat (lokal) ...’

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

gaimana seharusnya komunitas adat diperlakukan. Lalu di
dalam undang-undang kehutanan sendiri pun mengakui
keberadaan masyarakat adat.
Dalam Undang-undang 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan
sendiri pun mengakui adanya
wilayah masyarakat hukum
adat, seperti dinyatakan dalam
pasal 1 angka 6: “Hutan adat
adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat”. pengakuan hak
masyarakat hukum adat untuk
melakukan pengelolaan hutan
adatnya dipertegas dalam pasal
67 ayat (1) bahwa : “Masyarakat
hukum adat sepanjang menu-

13

Warta Kalsel
rut kenyataannya masih ada dan
diakui keberadaannya, berhak:
a. melakukan pemungutan hasil
hutan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat
adat yang bersangkutan; b.
melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum
adat yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan undangundang; dan c. mendapatkan
pemberdayaan dalam rangka
meningkatkankesejahteraannya”.

menjadi sebuah ancaman bagi
kelestarian hutan pegunungan
meratus dan juga masyaraka adat tentunya, belum lagi
dampak yang ditimbulkan yang
dapat berakibat terhadap kondisi
lingkungan Kalimantan Selatan
lain karena Kawasan Meratus
mempunyai peran yang sangat
vital sebagai sistem penyangga
kehidupan serta penyedia sumber yang bermanfaat. Posisi
kawasan hutan yang terletak di
wilayah hulu beberapa DAS
Dengan diakuinya keberadaan (Daerah Aliran Sungai) memmasyarakat adat didalam be- buat wilayah ini berperan pentberapa peraturan perundang- ing sebagai kawasan resapan air.
undangan tersebut, seharusnya
para pengambil kebijakan dit- Hutan kawasan Meratus meruingkat propinsi dan kabupaten di pakan kawasan hulu bagi beKalimantan Selatan mengeluar- berapa sungai penting yang ada
kan suatu kebijakan yang mem- di Kalimantan Selatan yaitu
berikan perlindungan terhadap sungai Amandi, Sungai Barakeberadaan hutan pegunungan bai, Sungai Batang Alai, dan
meratus dan masyarakat adat Sungai Sampanahan serta Sunyang selama ini masih belum gai Balangan. Bisa dibayangkan
mendapatkan pengakuan yang betapa besar dan pentingnya
legal dari pemerintah daerah. peranan kawasan hulu ini bagi
sistem hidrologi di propinsi ini.
Pengakuan yang legal ini adalah Kelestarian kawasan Meratus
salah satu cara untuk melind- adalah satu satunya jaminan keungi keberadaan kawasan pegu- langsungan kondisi pasokan air
nungan meratus dari berbagai bagi daerah aliran sungai sunmacam potensi ancamannya. gai tersebut. Di lain pihak konMelindungi Meratus, Melind- disi kelerengan lahan yang cuungi Kalimantan Selatan Saat ini kup terjal dan jenis tanah peka
kawasan Pegunungan Meratus erosi membuat wilayah tersesedang mengalami proses per- but memiliki nilai kerentanan
cepatan degradasi lingkungan. (fraglity) yang tinggi sehingga
Pada periode tahun 1985-1997 penutupan hutan merupakan
saja telah terjadi pengurangan satu-satunya pilihan terbaik
hutan seluas 796.718 Ha (44,4%) yang perlu dipertahankan dan
atau 66.559,83 (3,7%) pertahun- dijauhkan dari kerusakan.
nya. Dimana prosentasi laju
kerusakan hutan ini lebih besar Sebuah Tindakan dan Haradari angka rata-rata nasional. pan Dengan fakta ancaman dan
Semua ini akibat terjadinya pe- Dengan adanya pengakuan lerubahan tata guna lahan, izn gal yang bisa dapat dituangkan
HPH/HTI, maraknya pem- dalam sebuah perda yang menbalakan liar dan ancaman ins- cakup tentang perlindungan dan
dutri ekstraktif seperti pertam- pengakuan terhadap kawasan
bangan batubara dan bijih besi. hutan pegunungan meratus dan
hutan adat, setidaknya ada dua
Kesemua ancaman itu tentu saja sasaran besar yang dapat dicapai.

14

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

Pertama, adalah dengan adanya
sebuah peraturan perundangundangan yang mencakup
kedua hal tersebut diatas maka
perlindungan terhadap kondisi
pegunungan meratus sebagai
penyangga kondisi lingkungan hidup di Kalimantan Selatan dapat terus dilindungi
dari berbagai ancaman yang
saat ini terus berdatangan dan
bersiap-siap
mengeskploitasi
habis pegunungan meratus.
Kedua, dengan adanya perlindungan kawasan hutan adat
yang ada dan dengan disertai
niat baik dari pemerintah maka
diharapkan akses terhadap pemanfaatan sumber daya hutan
yang ada lebih bermanfaat bagi
masyarakat adat sekitar untuk
meningkatkan perekonomian
mereka. Dengan begitu harapan-harapan bersama muncul
untuk menyelamatkan SDA
Kalimantan Selatan, khususnya
kawasan Pegunungan Meratus
agar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan
masyarakat, sehingga hari esok
yang lebih damai, adil dan sejahtera akan dapat diwujudkan
melalui proses yang demokratis dalam setiap mengambil
keputusan pengelolaan SDA.

Oleh

:

Dwitho

Feristadi

Manager Kampanye Walhi kalsel

Info climate justice

Menagih Komitmen SBY Untuk Menurunkan Emisi,
Menuntut Keadilan Iklim Atas Solusi Perubahan
Iklim Global
Oleh : Arie Rompas
Palangkaraya, 1 Desember
2009

meningkatnya efek rumah kaca
dimana merupakan fenomen
alam akibat meningkatnya koerubahan iklim merupakan sentrasi Gas rumah kaca ( CO2,
keniscayaan, bukti nyata Metan, dan CFC) di atmosfer.
atas terjadinya perubahan
iklim yang saat tidak bisa dita- Akibat dari perubahan iklim
war lagi karena mulai dirasa- akan berdampak pada penghidukan oleh umat manusia dibumi. pan masyarakat terutama negara-negara selatan yang sangat
Bukti nyata adalah mencairnya rentan terhadap perubahan
es dikutub utara dan selatan, iklim. Sebagai negara kepulauan
meningkatnya suhu permukaan dan pesisir, Indonesia memibumi, siklus cuaca yang tidak liki resiko tinggi dan ancaman
menentu dan sering terjadinya berupa tengelamnya pulaubadai yang tidak bisa diperkira- pulau kecil, erosi di wilayahkan. Hal tersebut menandakan wilyah rentan, dan ancaman atas
bahwa perubahan iklim glob- wilayah kesatuan republik Indoal sedang menujukan kondisi nesia yang akan berkurang; sebumi yang sedang bermasalah lain itu juga pengungsi internal
dan planet yang kita huni sudah akan meningkat, wabah penyamulai memasuki ambang ke- kit muncul dimana-mana, banhancuran. Penyebab utama dari jir dan longsor, perubahan masa
pemanasan global ini adalah

P

Wahana Kalimantan | Januari-April 2010

tanam, rawan pangan dan rawan air besih akibat keringan dan
badai tropis semakin meningkat
yang akan mencekik kehidupan.
Parahnya situasi itu akan mempengaruhi penduduk miskin dimana jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada dibawah
garis kemiskinan) di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
34,96 juta jiwa (15,42%) dan sebagian besar penduduk miskin
berada di daerah pedesaan dan
pesisir yang rentan terhadap
dampak perubahan iklim tersebut. Tentunya angka kemiskinan dan penyakit akan meningkat dari tahun ketahun akibat
dampak dari perubahan iklim
dan ditambah dengan makin
sempitnya akses masyarakat
terhadap sumber daya alam.

15

Info climate justice

16

Akar persoalan dari perubahan iklim adalah paradigma
pembagunan global yang rakus
akan energi dan cenderung
mengekploitasi
sumberdaya
alam untuk pemenuhan energi
dan komsumsi negara-negara
maju. Hampir 80 % penyumbang emisi adalah dari negaranegara maju (anex 1) atas emisi
dari aktivitas industri yang
mengunakan bahan bakar fosil
kemudian negara-negara selatan yang memiliki hutan tropis
juga ikut menyumbang atas
pelepasan emisi karena tingginya degradasi dan deforestasi
hutan akibat pengundulan dan
kebakaran hutan. Indonesia
merupakan penyumbang nomor
3 terbesar setelah amerika dan
china akibat dari rusaknya hutan karena ekpolitasi sumberdaya yang masif dan merusak
diberbagai wilayah di Indonesia
yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi hutannya.

jadinya kebakaran hutan yang
banyak melepaskan karbon.
Kerusakan hutan akibat ekploitasi sumberdaya alam seperti konsensi kehutanan, konversi
hutan ke perkebunan sawit dan
hutan tanam industri dan aktivitas pertambangan di kawasan
hutan menjadi penyebab utama
kerusakan hutan di kalimantan
tengah, bahkan angka lahan
kritis di kalimantan pada tahun
2009 mencapi 9, 595 juta ha.
Di sisi lain Kalimantan tengah
memiliki luasan gambut sebesar
3,101 juta ha merupakan 53,75
% dari keseluruhan kawasan
gambut yang tersisa dipulau
kalimantan yang diprediksikan
memiliki simpanan karbon sebanyak 6,351.52 giga ton. Namun sayangnya hampir 35 %
kawasan gambut di kalteng sudah rusak karena pembukaan
kawasan eks PLG 1 juta ha, dan
konversi untuk perkebunan sawit
dan aktivitas ekonomi lainya.

Kalimantan tengah merupakan
salah satu wilayah yang menjadi penyumbang emisi akibat
deforestasi hutan dan rusaknya
lahan gambut dan sering ter-

Menagih Komitmen SBY
untuk menurunkan emisi dan intervensi kebijakan pemerintahan daerah
Indonesai menjadi salah satu

ujung tombak dari penyelamatan iklim dimana indonesai
masih memiliki peluang untuk
menyelamatkan hutanya dengan menekan deforestasi hutan
tropis dan perlindungan kawasan gambut. Sejak dari pertemanuan COP 13 di Bali pada
tahun 2007 yang menghasilkan Bali Action Plan Indonesia
menjadi salah satu negara yang
memiliki posisi yang strategis
dari solusi perubahan iklim. Ini
juga diperkuat oleh pidato SBY
dalam forum G 20 di Pitsburgh
yang menyatakan komitmen
indonesai untuk menurunkan
emisi dari 21 persen menjadi 41
persen pada tahun 2020. Tentunya hal ini bukan hanya menjadi retorika belaka dan harus
menjadi komitemen yang jelas
dan rencana aksi secara nasioanal terhadap penurunan emisi
tersebut. Pemerintah harus
mulai memperbaiki tata kelola pengelolaan kehutan dengan memastikan keterlibatan
masyarakat dalam pegelolaan
sumberdaya alam dan menghentikan investasi yang merusak
yang mangeksploitasi sumberadaya alam terutama menghentikan perijinan konversi hutan
untuk perkebunan sawit, pertambangan dan hutan tatanam
industri yang merupakan penyebab deforestasi dan degradasi hutan di indonesia. Selain
itu yang paling penting adalah
penyelamatan kawasan gambut sebagai penyimpan karbon
(karbon sink) terbesar. Isue ini
harus menjadi salah satu isue
yang seharusnya dibahas dalam
rakernas Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI) di Palangkaraya pada
tanggal 1- 3 Desember 2009.
Dimana pemerintahan provinsi
harus memiliki komitmen untuk manjaga hutan karena salah
satu penyebab deforestasi dan
degradasi hutan disebakan oleh

Wahana Kalimantan
| Januari-April
2010
Wahana
Kalimantan
| Januari- April
2010

Info climate justice

‘Tujuan utama
dari kaum kapitalis birokrat
adalah mempertahankan basis social-feudalistic
yang berupa monopoli atas tanah
.......’
pelaksanaan otonomi daerah
yang mengejar anggaran dengan mengekploitasi sumberdaya alam yang mengakibatkan
hancurnya hutan dan kawasan
gambut. Para gubernur yang
berkumpul dalam pertemuan ini
juga harus bertanggung jawab
penuh atas kebijakan pengerukan Sumberdaya alam yang diakibatkanya dan segera memperbaiki kebijakan yang lebih
pro lingkungan dan pro rakyat.
Salah satu moment yang paling menentukan adalah momen
COP 15 di Copenhagen dimana salah satu titik krusial
yang akan menentukan solusi
perubahan iklim karena mekanisme protokol kyoto yang
akan habis pada tahun 2012
dan butuh komitmen baru
atas solusi perubahan iklim.
Para pemimpin dunia harus
mengambil peran nyata atas
solusi perubahan iklim termasuk
Indonesia harus menentukan
sikapnya atas komitmen SBY
terkait penurunan emisi dengan
kerangka kerja yang jelas dan
terinternalisasi hingga daerah
dan menghargai hak-hak warga
atas keselamatan sebagai bagian
dari solusi perubahan iklim.
Solusi perubahan iklim tanpa
komitmen negara maju untuk
menurukan emisi dan menghargai hak warga atas keberlanjutan penghidupan adalah
solusi yang tidak berkeadilan.

Kerangka kerja PBB tentang
perubahan iklim sudah lama
memikirkan tentang solusi
dari perubahan iklim, namun
sayangnya argumen-argumen
yang disampaikan tidak berangkat dari kesadaran dan
pengakuan
gagalnya model
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dimana
ketimpangan negara utara dan
negara selatan merupakan hasil sampingan proporsi dari
produksi yang tidak seimbang
dibandingkan dengan manfaat
yang diperoleh oleh sebagian
warga dunia. Solusi-solusi yang
dikeluarakan lebih menguntungkan negara maju sehingga
penting melihat konteks keadilan iklim dalam upaya pencarian solusinya dan tidak pernah
mengarah kepada penyebab
utama meningkatnya emisi gas
rumah kaca di atmosfer. Dua
agenda pokok yang selalu dibicarakan adalah upaya-upaya
penyelesaian lewat teknologi
dan pengaturan kembali lahanlahan (terutama wilayah hutan)
agar terus dapat menjaga stabilitas atmosfer pada tingkat yang
tidak membahayakan bagi kehidupan manusia hasilnya ‘tidak
menegosiasikan reduksi emisi
gas rumah kaca sebagai hal utama’ tetapi lebih sebagai ‘bagian
dari tawar menawar yang lebih
luas antara negara-negara utara
dan selatan, yang berkompetisi
pada kepentingan atas energi
dan kepemerintahan yang di-

hadapkan dengan masalahmasalah ekonomi yang bertumbuh, mengembangkan investasi
di masa datang akan semakin
penting tetapi menjadi lebih sulit.
Negara maju kemudian juga
melemparkan tanggung jawab
kepada negara selatan untuk
bertanggung jawab atas kerusakan hutan, padahal apabila
di tilik lebih jauh dari sejak jaman kolonialisme negara selatan termasuk indonesia adalah negara yang telah di hisap
sumberdaya untuk pemenuhan industri negara maju.
Padahal
Target penurunan
emisi hingga saat ini belum pernah dicapai oleh negara-negara
Annex 1. Negara-negara nonAnnex yang merupakan sumber bahan-bahan mentah alami
masih berkutat pada upaya meraup dana-dana bantuan dan investasi menggunakan kerangka
kerja perubahan iklim. Sementara itu, upaya penurunan dengan target tertentu di negara
selatan yang dijanjikan sejumlah dana memiliki implikasiimplikasi serius bagi warga
setempat karena mengingat
sebagian besar negara tersebut
memiliki karakter pemerintahan yang sentralistik, otoriter
dan korup termasuk indonesia.
Pada banyak kasus di Indonesia, upaya-upaya mengejar
target pembangunan mulai
dari industri ekstraktif hingga

Wahana Kalimantan
| Januari-April
2010
Wahana
Kalimantan
| Januari- April
2010

17

Info climate justice
perluasan kawasan konservasi
memiliki nuansa pelanggaran
pengorbanan kehidupan warga
setempat. Bahkan upaya-upaya
penyelesaian teknologik pun
dapat menghasilkan pelangga-

generasi atas prinsip-prinsip
keselamatan rakyat, pemulihan
keberlanjutan layanan alam,
dan perlindungan produktifitas rakyat dimana
semua
generasi baik sekarang mau-

“... solusi perubahan iklim
seharunya menghargai hak
untuk mendapatkan keadilan
antar generasi atas