BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kurs dan Return On Asset Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. APT (Arbitrage Pricing Theory) Return saham merupakan selisih antara harga jual atau harga saat ini,

  dengan harga pembelian. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. APT (Arbitrage Pricing Theory) ini untuk melihat hubungan return dan risiko yang menggunakan beberapa variabel pengukur risiko atau dengan kata lain APT (Arbitrage Pricing Theory) tidak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pricing (Tandelilin, 2001). APT (Arbitrage Pricing Theory) pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda.

  Keuntungan saham menurut teori APT (Arbitrage Pricing Theory) tidak tergantung pada kombinasi (portofolio saham yang efisien) tetapi keuntungan investasi saham diperoleh dari perubahan harga saham. Perubahan harga atau return saham ini ditentukan oleh faktor makro, dan kejadian- kejadian yang bersifat unik (noice) dalam perusahaan. Namun APT (Arbitrage

  Pricing Theory ) tidak membatasi faktor makro apa saja yang termasuk dalam

  kejadian yang bersifat unik tersebut. Faktor makro dapat saja berupa suku bunga, kurs, aktivasi industri dan harga minyak. Sedangkan faktor unik dalam perusahaan atau noice dapat saja berupa prestasi atau kinerja perusahaan bersangkutan (Husnan, 2000).

  Dengan dasar teori APT (Arbitrage Pricing Theory) jelas bahwa faktor-faktor makro dan fundamental merupakan variabel penting yang mempengaruhi harga saham yang tercermin dalam PBV (Price to Book Value) (Roseel (1963) dalam Husnan (2000)).

2.1.2. Return Saham

  Return Saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor

  berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari sebuah saham.

  Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan dalam bentuk saham (Boediono, 2000). Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi tersebut.

  Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return yang belum terjadi tetapi diharapkan di masa mendatang. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari sebuah saham. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa

  return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

  berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return realisasi diukur dengan menggunakan

  return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return

  (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu dari capital gain (loss) dan yield (Hardiningsih et. al., 2001).

  Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan (dana kreditur) tidak berpengaruh. Sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

  Husnan (2000) membedakan pendapatan saham menjadi dua yaitu pendapatan dalam bentuk saham dan capital gain yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli. Dalam teori portofolio mensyaratkan bahwa apabila risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham meningkat maka saham tersebut akan memperoleh return saham yang besar. Jadi terdapat hubungan yang positif antara risiko dan return saham.

  Jogianto (2011) menjelaskan bahwa terdapat dua unsur pokok return total saham, yaitu capital gain dan yield. Capital gain merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara harga pembelian (kurs beli) dengan harga penjualan (kurs jual). Artinya jika kurs beli lebih kecil dari pada kurs jual maka investor dikatakan memperoleh capital gain, dan sebaliknya jika kurs beli lebih besar dari kurs jual maka investor akan memperoleh capital loss.

  Maka capital gain dapat dituliskan sebagai berikut :

  Capital Gain (Loss) = P t - P t-1 P t-1

  Keterangan : P t = Harga saham periode sekarang P = Harga saham periode sebelumnya

  t-1

  Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodik sebesar D t rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan sebagai berikut (Jogianto, 2011) :

  

Yield = D t

P t-1

  Keterangan : D t = Dividen kas yang dibayarkan P t -1 = Harga saham periode sebelumnya

  Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogianto, 2011) :

  Return Total = P t - P t-1 + Yield P

t-1

  Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung sebagai berikut (Jogianto, 2011) :

  Return Saham = P t - P t-1 x 100%

P t-1

  Keterangan : P t = Harga saham sekarang P = Harga saham periode sebelumnya

  t -1 2.1.3.

  Tingkat Suku Bunga Pengertian dari suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang (Herman (2003) dalam Meta (2005)). Menurut Laksmono (2001), nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan tingkat suku bunga international. Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan international serta kebijakan nilai tukar mata uang yang kurang fleksibel.

  Selain suku bunga international, tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia (SBI) juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI segera direspon suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sedangkan merespon suku bunga deposito baru muncul setelah 7 sampai 8 bulan. Boediono (2000) berpendapat bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Dalam menentukan tingkat suku bunga berlaku hukum permintaan dan penawaran.

  Apabila penawaran uang tetap, maka semakin tinggi pendapatan nasional dan tingkat suku bunga.

  Perubahan-perubahan yang terjadi pada suku bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran akan uang. Apabila permintaan lebih besar dari penawaran, maka uang akan menjadi langka dan tingkat bunga akan bergerak naik. Hubungan dari permintaan dan penawaran uang terhadap suku bunga akan mengakibatkan fluktuasi investasi pada pasar saham.

  Kenaikan suku bunga akan sangat berpengaruh bagi pelaku pasar modal. Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada tingkat yang dianggap normal. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang meningkat maka pemegang saham cenderung menjual sahamnya karena harga jualnya tinggi. Pergerakan suku bunga SBI yang fluktuatif dan cenderung meningkat akan mempengaruhi pergerakan sektor riil yang dicerminkan oleh pergerakan return saham. Akibat meningkatnya suku bunga, para pemilik modal akan lebih suka menanamkan uangnya di bank dari pada berinvestasi dalam bentuk saham (Dornbusch dan Fischer (1992) dalam Meta (2005)).

  Perubahan suku bunga bank dapat mempengaruhi harga saham melalui tiga cara, yaitu:

  1. Perubahan suku bunga mempengaruhi kondisi perusahaan secara umum dan profitabilitas perusahaan yakni dividen dan harga saham biasa.

  2. Perubahan suku bunga mempengaruhi hubungan antara perolehan dari obligasi dan perolehan dividen dari saham-saham dan oleh karena itu terdapat daya tarik yang relatif antara saham dan obligasi.

  3. Perubahan suku bunga mempengaruhi psikologi para investor sehubungan dengan investasi kekayaan sehingga mempengaruhi harga saham.

  Apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka hal tersebut akan membuat para investor menarik dananya dan menginvestasikannya ke tempat yang mempunyai risiko relatif kecil misalnya ke deposito. Sedangkan bila tingkat suku bunga mengalami penurunan maka dana yang ditanamkan tersebut akan ditarik dan para investor akan menginvestasikan dananya ke aspek yang lebih menguntungkan lainya seperti pasar modal dengan membeli saham. Dengan banyaknya investor yang mengalihkan dananya dari deposito ke pasar modal maka dengan sendirinya akan menyebabkan harga saham di pasar modal akan terdongkrak naik.

  Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham. Dengan kata lain, apabila ada perubahan tingkat bunga, maka akan berpengaruh terhadap harga saham. Hubungan antara harga saham dengan tingkat bunga secara umum mempunyai hubungan yang negatif. Apabila bunga naik maka harga sekuritas akan turun, sebaliknya apabila bunga turun maka harga sekuritas akan naik (Sunariyah, 2010).

  Dalam penelitian ini digunakan tingkat suku bunga SBI. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Adapun cara menghitung tingkat suku bunga SBI periode bulanan yakni dengan rumus sebagai berikut: Rata-rata tingkat suku bunga SBI = Jumlah tingkat suku bunga periode harian

  Jumlah periode waktu selama 1 bulan

2.1.4 Kurs (Nilai Tukar Uang)

  Nilai tukar suatu mata uang sebenarnya adalah „harga‟ mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya, misalnya „harga‟ dari satu dollar Amerika saat ini Rp 9.326,00 atau harga satu dollar Hongkong (HKD) adalah Rp 1.196,00 dan seteru snya. Apabila kita berbicara tentang „harga‟ maka hal tersebut pada umumnya terkait dengan sejumlah uang, dan nilai tukar mata uang ini bersifat stabil dan bisa juga labil atau terlalu bergerak naik atau turun.

  Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer (1992) dalam Meta (2005)) : a.

  Selling Rate (kurs jual), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

  b.

  Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada saat tertentu.

  c.

  Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

  d.

  Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli

  

bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah

diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainya.

  Nilai tukar mata uang atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.

  Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange

  rate , atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran

  dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: a)

  Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism ).

  b) Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism ).

  c) Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu Negara. d) Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

2.1.5 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan pada dasarnya menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

  Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha , Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Selain itu laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

  (Harahap, 2011:105) .

  Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah: a.

  Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

  b.

  Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

  c.

  Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d.

  Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

  e.

  Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubugan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

  APB Statement No.4 (AICPA), menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua yaitu: a.

  Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.

  b.

  Tujuan Khusus Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.

2.1.5.1 Return On Asset (ROA)

  Return On Asset (ROA) juga sering disebut Return on Investment

  (ROI) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio yang membandingkan antara pendapatan/laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Secara matematis ROA dapat diformulasikan sebagai berikut:

  ROA = Net Income After Tax x 100%

  Total Assets

  Keterangan :

  Net Income After Tax = Laba bersih sesudah pajak Total Assets = Rata-rata total aktiva (asset) yang diperoleh dari

  rata-rata total aset awal tahun dan akhir tahun.

  Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu

  rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan (Clara (2001) dalam Prihantini (2009)). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return

  

On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya,

  rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.

  2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut : Djayani (1999) dalam penelitiannya yang berjudul “Risiko Investasi pada

  Saham Properti di Bursa Efek Jakarta” dalam penelitian ini variabel indepanden yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah/US Dollar, tingkat suku bunga, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, struktur modal, struktur aktiva dan tingkat likuiditas. Dengan alat analisis regresi, hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa secara parsial tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap risiko investasi pada saham properti, serta nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko investasi pada saham properti di BEJ.

  Hardiningsih et al (2001) dalam penelitiannya yang berjud ul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kurs, inflasi, ROA dan PBV sedangkan variabel independennya adalah return saham dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa secara empiris terbukti bahwa secara parsial semua variabel dependen berpengaruh berpengaruh positif terhadap return saham kecuali nilai tukar Rupiah/US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham.

  Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) dalam penelitian yang berjudul “Peran Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Uang dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia selama Krisis Eko nomi”. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah profitabilitas perusahaan, suku bunga, laju inflasi dan nilai tukar uang sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Penelitian tersebut menggunakan objek penelitian yaitu perusahaan yang sensitif terhadap perubahan kondisi ekonomi yang terdaftar di BEJ. Dengan metode analisis regresi berganda, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa secara empiris terbukti bahwa profitabilitas, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar mata uang secara bersama-sama mempengaruhi harga saham secara signifikan selama krisis ekonomi dan secara empiris terbukti bahwa secara parsial tingkat suku bunga berpengaruh signifikan negatif dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham selama krisis ekonomi.

  Penelitian dilakukan oleh Rayun Sekar Meta (2005) yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/US Dollar terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Saham Properti dan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2000 -

  2005)”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham yang diukur dari perubahan harga pasar saham sedangkan variabel independen yaitu inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah/US dollar. Adapun metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan hasilnya menyatakan secara parsial inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham properti sedangkan tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham properti dan nilai tukar rupiah/US dollar berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham properti. Secara parsial, inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap

  return saham manufaktur sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif

  secara signifikan terhadap return saham manufaktur dan nilai tukar rupiah/US dollar berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham manufaktur.

  Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah/US dollar terhadap return saham properti dan manufaktur.

  Erlinda Lusiana Fatta (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat inflasi Dan Kurs Rupiah Terhadap

  Return saham Perbankan Yang Go Public Pada Bursa Efek Jaka

  rta” yang menggunakan tingkat suku bunga, inflasi, kurs rupiah BEJ sebagai variabel independen dan return saham sebagai varibel dependen. Model analisis yang diterapkan pada penelitian ini adalah jenis analisis regresi linier berganda dan hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pada ketiga variabel independen tersebut terjadi pengaruh yang signifikan. Akan tetapi satu variabel yaitu tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham, dan dua variabel lainnya berpengaruh positif terhadap return saham.

  Dheni Wahyu Fuadi (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Volume Perdagangan dan Kurs terhadap Return Saham Sektor Properti yang

  Listed di BEI (Studi Kasus Pada Saham Sektor Properti yang Listed di BEI periode 2003- 2007)”. Penelitian ini menggunakan suku bunga, volume perdagangan dan kurs sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen serta menggunakan metode analisis regresi berganda. Adapun hasil penelitian ini adalah tingkat suku bunga dan kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham sedangkan volume perdagangan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.

  Ratna Prihantini (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate And Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003

  • – 2006)”. Penelitian ini menggunakan nilai tukar, inflasi ROA, DER dan CR sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen serta menggunakan metode analisis data yakni analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dari penelitian ini adalah inflasi, nilai tukar dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan ROA dan CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

  Penelitian yang dilakukan oleh Reny Indri Martanti (2010) dengan judul “Analisis Variabel-Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Harga Saham Perusahaan Yang Tergabung Di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2004- 2008”.

  Adapun metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan EPS, PER, ROE dan ROA sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian ini adalah bahwa secara bersama-sama EPS, PER, ROE dan ROA berpengaruh signifikan, sedangkan secara parsial hanya EPS dan PER yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan ROE dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Penelitian yang dilakukan oleh Elinda Novitasari (2011) dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bu rsa Efek Indonesia”. Adapun metode yang digunakan adalah regresi berganda. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas meliputi PBV, DER, NPL, ROA dan LDR. Sedangkan untuk variabel terikatnya adalah return saham pada perusahaan perbankan di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PBV dan ROA mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap return saham. Variabel DER, NPL dan LDR berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap return saham.

  Nini Sartika Aziz (2012), melakukan pen elitian dengan judul “Pengaruh ROA, DER, Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Return Saham Sektor Perbankan di BEI (periode 2003-

  2010)”. Penelitian ini menggunakan ROA, DER, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen serta menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.

  Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat disajikan dalam Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1.

  Hasil dari Penelitian Terdahulu No .

  inflasi, nilai tukar rupiah, dan return saham.

  Inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah/US dollar dan return saham.

  4. Rayun Sekar Me- ta/ “Perbedaan Pe- ngaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/US Dollar terhadap

  Regresi Profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar bersama- sama mempengaruhi harga saham selama krisis ekonomi. Secara parsial, tingkat suku bunga berpe- ngaruh signifikan ne- gatif dan nilai tukar Rupiah/US Dollar berpengaruh signifi- kan positif terhadap harga saham selama krisis ekonomi.

  Profitabilitas perusa- haan, suku bunga, laju inflasi, nilai tukar mata uang dan harga pasar saham.

  3. Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu/ “Peran Profitabi- litas,Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Uang da- lam Mempenga- ruhi Pasar Modal Indonesia selama Krisis Ekonomi” (2003)

  turn saham.

  Regresi ROA, PBV, inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap re-

  Book Value (PBV),

  Peneliti/ Judul

  (ROA), Price to

  Return On Asset

  2. Hardiningsih et al/ “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta” (2001)

  Regresi Inflasi dan tingkat suku bunga ber- pengaruh negatif ter- hadap investasi sa- ham, sedangkan nilai tukar Rupiah/ US Dollar tidak berpe- ngaruh terhadap ri- siko investasi saham properti di BEJ.

  Inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekono- mi, kebijakan peme- rintah, struktur mo- dal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, dan risiko investasi sa- ham.

  1. Djayani Nurdin/ “Risiko Investasi pada Saham Pro- perti di Bursa Efek Jakarta” (1999)

  Analisis Hasil

  Variabel Metode

  Regresi Secara parsial inflasi tidak memiliki penga- ruh yang signifikan terhadap return sa- ham properti, sedang- kan tingkat suku bunga tidak berpeng- aruh secara signifikan

  Return Saham

  (Studi Kasus pada Saham Properti dan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakar- ta (2000 -

  2005)” (2005) terhadap return sa- ham properti, dan nilai tukar rupiah/ US dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham properti. Secara parsial, inflasi berpengaruh positif dan signifikan terha- dap return saham manufaktur, sedang- kan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham manufaktur, dan nilai tukar rupiah/US dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham manufaktur.

  5. Erlinda Lusiana Fatta/ “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat inflasi Dan Kurs Rupiah Terhadap

  Return saham

  Perbankan Yang Go Public Pada Bursa Efek Jakarta” (2007)

  Tingkat suku bunga, inflasi, kurs rupiah dan return saham.

  Regresi Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return sa- ham, sedangkan infla- si dan kurs rupiah berpengaruh positif terhadap return sa- ham.

  6. Dheni Wahyu Fuadi/ “Analisis Penga- ruh Suku Bunga, Volume Perda- gangan dan Kurs terhadap Return Saham Sektor Properti yang Lis-

  ted di BEI (Studi

  Kasus Pada Sa- Tingkat suku bunga, volume perdagangan, kurs dan return saham.

  Regresi Tingkat suku bunga dan kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham sedangkan volu- me perdagangan ber- pengaruh positif dan tidak signifikan terha- dap return saham.

  • – 2006)” (2009)

  2008” (2010)

  Loan to Deposit Ratio (LDR) dan return saham.

  (ROA),

  Equity Ratio (DER), Non Performance Loan (NPL), Return on Asset

  (PBV), Debt to

  Price Book Value

  9. Elinda Novitasari/ “Pengaruh Rasio Keuangan Terha- dap Return Sa- ham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bur- sa Efek Indo- nesia” (2011)

  EPS, PER, ROE dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya EPS dan PER yang berpengaruh signifikan, sedangkan ROE dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  (ROA) dan harga saham Regresi Secara bersama-sama

  Ratio (PER), Return on Equity (ROE), Return on Asset

  (EPS), Price Earning

  Earning Per Share

  (JII) Periode 2004-

  ham Sektor Pro- perti yang Listed di BEI periode 2003-

  Islamic Index

  8. Reny Indri Mar- tanti/ “Analisis Variabel-Variabel Yang Berpe- ngaruh Terhadap Tingkat Harga Saham Perusaha- an Yang Terga- bung Di Jakarta

  Regresi Inflasi, nilai tukar dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham, sedangkan ROA dan CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return sa- ham.

  dan return saham.

  Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR)

  (ROA), Debt to

  Return On Assets

  Nilai tukar, inflasi,

  Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003

  And Property

  7. Ratna Prihantini/ “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studi Ka- sus Saham In- dustri Real Estate

  2007)” (2009)

  Regresi PBV dan ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return sa- ham. Variabel DER, NPL dan LDR ber- pengaruh negatif tapi tidak signifikan terha- dap return saham.

  10. Nini Sartika Aziz/ “Pengaruh ROA, DER, Tingkat Su- ku Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Return Saham Sektor Perbankan di BEI (periode 2003- 2010)” (2012)

  ROA, DER, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan return saham.

  Regresi ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return sa- ham, sedangkan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return sa- ham. Tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return sa- ham.

  Sumber : dari berbagai jurnal 2.3.

  Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah tingkat suku bunga dan kurs sedangkan variabel dependen adalah return saham.

  Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : sebagai berikut :

  Tingkat Suku Bunga (X

  1

  ) Nilai Tukar Uang/Kurs

  (X

  2 ) Return

  Saham (Y)

  Return On Asset

  (X

  3 )

  Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.1.

  Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Return Saham Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan return saham adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi dalam bentuk saham.

  Dengan kata lain, apabila ada perubahan tingkat suku bunga, maka akan berpengaruh terhadap return saham. Hubungan antara harga saham dengan tingkat bunga secara umum mempunyai hubungan yang negatif. Apabila tingkat suku bunga naik, maka harga saham akan mengalami penurunan dan return saham juga akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat suku bunga menurun, maka harga saham dan return saham akan meningkat.

  2.3.2. Pengaruh Kurs terhadap Return Saham Kurs/nilai tukar merupakan harga mata uang suatu Negara yang dinyatakan dalam mata uang Negara lainnya. Kurs memiliki pengaruh terhadap

  return saham. Secara umum, kurs memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Apabila kurs meningkat maka return saham akan mengalami penurunan.

  Sebaliknya apabila kurs mengalami penurunan, maka return saham akan meningkat.

  2.3.3. Pengaruh Return On Asset terhadap Return Saham

  Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan

  untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA berpengaruh terhadap return saham.

  Secara umum, ROA memiliki hubungan yang positif terhadap return saham. Apabila ROA naik, maka return saham akan naik juga. Sebaliknya, apabila ROA mengalami penurunan, maka return saham juga akan turun.

2.4. Perumusan Hipotesis

  Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proporsi adalah pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

  Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : H

  

1 : Diduga tingkat suku bunga berpengaruh secara parsial terhadap return saham

  H 2 : Diduga kurs/nilai tukar berpengaruh secara parsial terhadap return saham. H 3 : Diduga return on asset berpengaruh secara parsial terhadap return saham. H : Diduga tingkat suku bunga, kurs dan return on asset berpengaruh secara

  4 simultan terhadap return saham.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Status Kepemilikan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 53 116

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kurs dan Return On Asset Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

3 91 112

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 84 79

Analisis Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 100 81

Pengaruh Pertumbuhan Laba, Tingkat Suku Bunga, Dan Return On Equity Terhadap Investasi Aktiva Tetap Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 58 117

Pengaruh Perubahan Return On Asset Dan Economic Value Added Terhadap Perubahan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2004-2006

0 42 105

Pengaruh Return On Investment Dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham (penelitian Pada Perusahaan MAnufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 20 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Status Kepemilikan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Status Kepemilikan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kurs dan Return On Asset Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 19