Pengaruh Perubahan Return On Asset Dan Economic Value Added Terhadap Perubahan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2004-2006

(1)

PENGARUH PERUBAHAN RETURN ON ASSET DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP PERUBAHAN RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2004-2006

T E S I S

Oleh

ABDI SATRIA S

067017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENGARUH PERUBAHAN RETURN ON ASSET DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP PERUBAHAN RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2004-2006

TESIS

Oleh

ABDI SATRIA S

067017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

PENGARUH PERUBAHAN RETURN ON ASSET DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP PERUBAHAN RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2004-2006

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi

pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABDI SATRIA S

067017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(4)

Judul Penelitian : PENGARUH PERUBAHAN RETURN ON ASSET DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP PERUBAHAN RETURN SAHAM PADA

PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

JAKARTA PERIODE 2004-2006 Nama Mahasiswa : ABDI SATRIA S

Nomor Pokok : 067017027

Program Studi : Ekonomi Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(5)

Tanggal Lulus : 9 September 2008 Telah Diuji pada

Tanggal: 9 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. 2. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

3. Drs. M.Lian Dalimunte, M.Ec.Ac. 4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak.


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dan pengujian terhadap pengaruh faktor fundamental dan karakteristik variabel fundamental seperti Return on Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) secara parsial dan simultan terhadap

return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai tahun 2006, berjumlah 141 perusahaan. Perusahaan. Sample dipilih dengan menggunakan metode pemilihan secara acak sederhana berjumlah 30 perusahaan selama 3 tahun. Teknik pengujian data dengan menggunakan regresi linier kemudian dilakukan uji hipotesis dengan uji t (secara parsial ) dan uji f (secara simultan) dengan alpa 5%.

Hasil penelitian ini membuktikan secara parsial bahwa Return on Asset

berpengaruh dan signifikan terhadap return saham, Economic Value Added tidak berpengaruh terhadap return saham. Secara simultan membuktikan bahwa Return on Assets dan Economic Value Added berpengaruh secara siginifikan terhadap return

saham.


(7)

ABSTRACT

Purpose of this research is to do analysis and testing to fundamental factor influence and basal variable characteristic like Return on Asset ( ROA) and Economic Value Added ( EVA) parsially and simultan to return stock at manufacturing business in Indonesia Stock Exchange.

Population in this research is all inscribed manufacturing business successively in Indonesia Stock Exchange in the year 2004 until the year 2006, amounts to 141 companies. Sample is selected by using simple random sampling at random modestly amounts to 30 companies during 3 year . Data testing technique by using linear regression then is done hypothesis test with test t ( parsially ) and test f (in simultan) with alpha 5%.

Result of this research proves parsially that Return on Asset influential and signifikan to return stock, Economic Value Added doesn't have an effect on to return stock. In simultan proves that Return on Assets and Economic Value Added influential in siginifikan to return stock.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kepada penguasa jagat alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh perubahan Return On Asset Dan Economic Vallue Added Terahadap

Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” sebagai salah satu persyaratan pemenuhan untuk memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Ilmu Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembanding utama penulis dalam menyusun tesis ini.

4. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak , selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.


(9)

5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

6. Drs. M. Lian Dalimunte,M.Ec.Ac, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis didalam menyusun tesis ini.

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis didalam menyusun tesis ini. 8. Ayahanda tercinta (Ir. Djasa Sembiring) dan Ibunda tercinta (Dra. Marta Tarigan)

yang telah memberikan dukungan material dan moril dengan penuh kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Program Pasca Sarjana ini.

9. Adik-adikku tercinta (Emia Medianta Sembiring).

10.Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan XI yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

11.Yang terkasih (Eva Fransiska Tarigan) yang telah mendukung sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Pasca Sarjana ini.

12.Teman – teman kedokteran yang selalu memberikan saran untuk kesehatan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Progran Sarjana ini tepat pada waktunya.

13.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Program Pasca Sarjana ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan


(10)

dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 9 September 2008


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………..………... i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI………...………... vi

DAFTAR TABEL ………...………... ix

DAFTAR GAMBAR………..…………... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ………..…… 1

1.2.Rumusan Masalah Penelitian ………. ………... 5

1.3.Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4.Manfaat Penelitian……….. 6

1.5 Originalitas Penelitian ………..…. 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

2.1. Tinjauan Teori ……… 8

2.1.1. Tingkat Pengembalian Saham...………...… 8

2.1.2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi harga saham…... 15

2.1.2.1. Return On Asset (ROA) ……… 16

2.1.2.2. Economic Value Added (EVA) ……… 16


(12)

2.1.2.4. Biaya Modal Sendiri (Ke) ……… 18

2.1.2.5. Struktur Modal ……… 21

2.1.2.6. Weighted Average Cost of Capital …………. 22

2.2. Tinjauan Penelitan Terdahulu ………...…. 22

2.3. Kerangka konseptual ………. 25

2.4. Hipotesis Penelitian ………... 26

BAB III : METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Rancangan Penelitian ………...………. 27

3.2. Populasi dan Sampel ………. 27

3.3. Variabel Peneltian ……… 29

3.3.1. Klasifikasi Variabel ………... 29

3.3.2. Definisi Operasional Variabel ……… 29

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 31

3.5. Prosedur Pengambilan Data ………. 32

3.6. Model dan Teknik Analisis Data……….. 32

3.6.1. Perumusan model ……….. 32

3.6.2. Pengujian Data dan Model ……….. 33

3.6.3. Pengujian Hipotesis ………36

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ……….…... 39

4.1.1 Statistik Deskriptif ……….. 39

4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 41


(13)

4.1.2.2 Pengujian Multikolineritas ……….….…… 42

4.1.2.3 Pengujian Autokorelasi ……….……... 43

4.1.2.4 Pengujian Heterokedastisitas ……….…… 44

4.1.3 Pengujian Model ……….…….. 45

4.2 Pembahasan ………..….… 46

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ……… 51

5.2 Keterbatasan ……….. 52

5.3 Saran ………. 52


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Rincian Penelitian Terdahulu ………...…… 24

2. Operasional Variabel ………... 31

3. Rangkuman Statistik Deskripsi ………...… 40

4. Pengujian Normalitas ………...… 42

5. Pengujian Multikolineritas ………... 43


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kerangka Konseptual ………...……… 26 2. Gambar daerah pengambilan keputusan tes Durbin-Watson ...…… 35 3. Pengujian Heterokedastisitas ………...……. 44


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Harga Saham ……….……….………...…..…. 57

2 Data Deviden ……….………..…. 58

3 Data Return Saham ……….……….….. 58

4 Data Return on Asset ……….………….……….. 59

5 Data Perubahan Return On Asset ……….………..…...… 60

6 Data Economic Value Added ………..…………...…….... 61

7 Data Perubahan Economic Value Added ……….……….… 62

8 Statistik Deskriptif ……….………... 63

9 Pengujian Normalitas ………...……...….. 64

10 Pengujian Multikolineritas ... 68

11 Pengujian Autokorelasi ... 68

12 Pengujian Heteroskedesitas ………...……...……… 69


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Perkembangan pasar modal di banyak negara termasuk Indonesia meningkat pesat, hal ini disebabkan oleh daya tarik yang dimiliki Pasar Modal. Pertama, pasar modal diharapkan dapat menjadi alternatif penghimpun dan pendistribusian (fungsi intermediasi) dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal atau investor melakukan pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.

Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan (Suad Husnan,1998). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (Lender) ke pihak yang memerlukan dana (Borrower). Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Pernedaan mekanisme pasar modal adalah perdagangan instrumen dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung tanpa perantara keuangan.

Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower, dan para lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas, namun


(18)

pasar modal secara nyata menjalankan kedua pernan yang penting ini di dalam perekonomian suatu negara.

Salah satu instrument yang sangat signifikan keberadaannya di dalam pasar modal adalah saham. Investor melakukan investasi pada saham dengan mengharapkan return tertentu. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari return yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan deviden tunai ataupun adanya perubahan harga saham pada suatu periode (Ross, 2002).

Berdasarkan sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat prospek pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui probabilitas investasi yang akan dilakukan di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang dipersyaratkan investor. Untuk itu biasanya digunakan rasio profitabilitas, yaitu Return On Equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri menghasilkan laba untuk pemegang saham. Return On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan asset yang dimiliki untuk mengahasilkan laba (Wathi, 2006). Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, Pudjiastuti, 1993).


(19)

Economic Value Added (EVA) dipopulerkan dan dipatenkan oleh Steward & Company, sebuah konsultan manajemen terkemuka. EVA adalah salah satu varian

Value Based Management (Steward ,1991) yang mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. Hal ini sama dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal sedangkan angka nilai bersih dalam Laporan Laba Rugi hanya mempertimbangkan jenis biaya modal yang biayanya dapat diidentifikasi seperti bunga atas hutang sementara mengabaikan biaya ekuitas (Young, O’Byrne, 2001).

EVA sering digunakan beberapa perusahaan besar di AS seperti Coca Cola, AT &T, Quaker Oats, Briggs & Stratton dan CSX. A. Rappaport, pakar dalam nilai pemegang saham, menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan oleh sebuah rencana bisnis yang khusus dapat diproyeksikan dengan menghitung nilai kapitalisasi selisih antara margin operasi dan operating return minimum yang dapat diterima atas penjualan terakhir. Metode ini di bidang keuangan mendorong manajer untuk bertindak sebagai pemilik dan yang paling penting, mendongkrak keuntungan bagi pemegang saham (Steward III, 1995).

Sebuah survei yang dilakukan oleh Manufacturing Alliances menemukan bahwa EVA merupakan tolok ukur kinerja yang paling umum digunakan dalam bisnis di AS, Sebagian besar responden, semuanya eksekutif senior perusahaan akan lebih menekankan penciptaan nilai perusahaan. Berbeda dengan tolok ukur kinerja akuntansi tradisional, EVA berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan


(20)

perusahaan dengan memperhitungkan biaya modal yang timbul dari investasi karena biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan (Christinat, 1996).

Di Indonesia penelitian tentang EVA dan ROA dilakukan oleh Hartono dan Chendrawati (1999), membuktikan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Penelitian Pradono dan Cristiawan (2004) membuktikan bahwa (EVA) tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Penelitian Irwansyah (2005) membuktikan bahwa

ROA memiliki pengaruh terhadap harga saham .Penelitian Waluya (2005), membuktikan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian harga saham dan EVA secara statistic tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Penelitian Sasongko dan Wulandari (2006) membuktikan bahwa ROA dan EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2005). Alasan lain penelitian ini adalah ROA merupakan alat ukur tradisional di dalam mengukur kinerja perusahaan dan seringkali dicantumkan di dalam setiap analisis laporan keuangan. ROA memberikan gambaran yang lebih luas dibandingkan ROE karena menghitung asset secara keseluruhan. Sedangkan EVA

yang diperkenalkan pertama kali oleh Stewart III dan Stren dianggap sebagai alat ukur baru yang memiliki keunggulan dibandingkan alat ukur tradisional, karena EVA


(21)

dalam alat ukur tradisional tidak pernah diperhitungkan. rate of stock return adalah tingkat perubahan harga saham suatu perusahaan yang diteliti yang dihitung berdasarkan rata-rata mingguan ditambah dengan deviden tunai yang dibagi.

Ada dua alasan dilaksanakan studi ini, pertama, meskipun EVA sering digunakan perusahaan sebagai tolok ukur kinerja, namun di pihak lain investor menggunakan ROA atau ukuran akuntansi tradisional lainnya untuk menilai tingkat pendapatan atas saham yang akan dibeli (Dodd dan Chen, 1996). Studi ini mencoba menjawab pertanyaan apakah kedua tolok ukur kinerja ROA dan EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Kedua, adanya ketidak kosistenan hasil penelitian terdahulu tersebut menjadi alasan penulis melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh EVA dan ROA terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan manufaktur yang listing di BEJ Indonesia periode 2004-2006. Hal yang paling menarik adalah perbedaan hasil penelitian tersebut dengan teori yang dikembangkan terutama terkait dengan EVA.

1.2.Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang ingin diteliti di dalam penelitian ini adalah : Apakah perubahan ROA dan EVA berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengembalian saham pada perusahaan manufaktur ?.


(22)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa pengaruh Variabel seperti ROA dan EVA, secara parsial dan bersama-sama (simultan) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2006.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan berbagai manfaat, secara terperinci dinyatakan sebagai berikut :

1. Sebagai informasi tambahan bagi para investor yang akan berinvestasi dalam bentuk saham.

2. Untuk peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami pengaruh ROA dan EVA terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.

1.5.Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Wibowo (2005) dengan judul pengaruh Profitabilitas dan EVA terhadap return pemegang saham. Periode penelitian tahun 2001-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta


(23)

dengan 22 sampel. Variabel dependen dalam penelitiannya adalah return saham, sedangkan variabel independen dalam penelitiannya adalah Profitabilitas dan EVA .

Penelitian ini menggunakan variabel dependen perubahan return saham yang diukur dari harga saham saat ini ditambah dengan deviden saat ini dikurangkan dengan harga saham tahun lalu dibagi harga saham tahun lalu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan ROA yang diukur dari ROA saat ini dikurangi dengan ROA tahun lalu dibagi dengan ROA tahun lalu, dan perubahan EVA yang diukur dari EVA saat ini dikurangi EVA tahun lalu dibagi dengan EVA tahun lalu. Dengan argumentasi bahwa penggunaan perubahan setiap variabel dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dalam perusahaan yang diteliti, sehingga peneliti tertarik untuk menguji kembali dengan judul pengaruh perubahan ROA dan EVA terhadap perubahan return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian tahun 2004-2006 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1.Tingkat Pengembalian Saham

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang seharusnya diketahui oleh para investor dalam menentukan beberapa perkiraan harga saham yang wajar, sebab tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Tingkat pengembalian saham yang diharapkan dari para investor yang utama adalah kenaikan harga saham itu sendiri dan pembagian dividen. Keputusan membeli saham terjadi apabila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsic (Intrinsic Value)

suatu saham, kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (Current Market Price) saham tersebut. Nilai Intrinsik (NI) menunjukkan nilai sekarang

(Present Value) arus kas yang diharapkan dari harga saham tersebut. Untuk menentukan nilai intrinsik, Husnan (1998) menyebutkan bahwa :

1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai under valued

(harganya terlalu rendah), dan karenanya seharunya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai over valued


(25)

3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Dengan menggunakan penilaian tersebut, pemodal harus memperkirakan berapa dan kapan manfaat yang diharapkan akan diterima, dan manfaat tersebut dinilai-tunaikan dengan tingkat bunga yang layak. Tingkat bunga tersebut harus memperhatikan risk free rate ditambah premi resiko. Selanjutnya nilai intrinsik dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini.

Selanjutnya Tandelilin (1991) mengatakan bahwa nilai suatu saham sama dengan nilai sekarang dari pendapatan yang akan diterima oleh investor pada masa yang akan datang. Selanjutnya formula yang akan digunakan sebagai model dasar penilaian saham adalah

∞ ∞ ∞ = + + + + + + = + =

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 1 * k d k D k D k D P t t t o K K

………( Jogiyanto, 1998)

Dimana P*o = nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm).

Dt = deviden yang dibayarkan untuk periode ke t t = periode waktu ke t dari t = 1 sampai dengan n,

k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).

Dari pandangan beberapa ahli tersebut dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penilaian sekuritas hendaknya para investor dapat menilai berbagai saham yang ada di bursa efek guna menentukan portofolio yang dapat memberikan tingkat

return yang optimal. Model penilaian menurut Husnan (1998) adalah merupakan suatu mekanismen untuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel


(26)

perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel ekonomi yang dimaksud seperti laba perusahaan, deviden yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya.

Model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisa sekuritas adalah nilai sekarang (present value = PV) dan price earning ratio (PER). Pendekatan dengan PV mencoba menaksir PV, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, dengan manfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Berdasarkan pendekatan tersebut maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Rumusan formulanya adalah:

− + = n t t t o k kas Arus P 1 * ) 1

( ……( Jogiyanto, 1998)

Dimana : P0* = Nilai saham sekarang dari perusahaan (value of the firm)

t = Periode waktu ke t dari t = 1 sampai n.

k = Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).

Arus kas = arus kas perusahaan.

Dalam formula itu k merupakan tingkat bunga atau keuntungan yang dipandang layak bagi suatu investasi. Tingkat bunga bagi perusahaan merupakan cost of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri. Untuk menaksir k tersebut dapat dilakukan dengan model-model equilibrium, seperti Capital Asset Pricing Model (CPAM) maupun Arbitrage Pricing Theory (APT). Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analis


(27)

perlu memasukkan faktor resiko. Semakin besar resiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi keuntungan yang dipandang layak. Dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal. Oleh sebab itu nilai k akan dipengaruhi oleh tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi untuk resiko. Apabila hasil penjualan saham lebih tinggi dari harga belinya, maka pemodal akan memperoleh capital gains, dan sebaliknya jika pemodal memperoleh hasil penjualan saham lebih rendah dari harga belinya maka pemodal akan menderita capital loss.

Menurut Awat (1999) ada empat model penelitian yaitu : (1) Model penilaian umum, (2) penilaian saham tanpa pertumbuhan, (3) Model pertumbuhan konstan, (4) Model pertumbuhan umum.

Selanjutnya untuk melakukan analisis saham dan memilih saham, Husnan (1998) mengatakan bahwa ada dua pendekatan dasar yaitu : (1) Analisis Fundamental dan (2) Analisis Teknikal.

Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dalam membuat peramalan harga saham, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya yang diperlukan mempengaruhi harga saham.


(28)

Menurut Sunariyah (2000) sebagaimana di kutip Komang, pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price).

Ada dua pendekatan yang biasa digunakan dalam penilaian saham yaitu : pertama, pendekatan laba (price earning ratio approach) dan kedua, pendekatan nilai sekarang (present value approach). Pendekatan yang pertama menilai saham atas dasar hasil yang diharapkan per lembar saham pada masa yang akan datang. Pendekatan yang kedua, menegaskan bahwa nilai suatu saham diestimasikan dengan cara mengkapitalisasi pendapatan, oleh sebab itu disebut Capitalization Income Methode.

Analisis Teknikal dilakukan untuk saham-saham individu ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan dengan menggunakan grafik. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis seperti moving average, new highs and loss,volume perdagangan, dan short interest ratio serta menggunakan analisis grafis.

Sunariyah (2000) selanjutnya mengatakan bahwa analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mangakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun


(29)

pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti : harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor lain yang bersifat teknis.

Edward dan Magee dalam Tendelilin (1991) menyatakan bahwa asumsi dasar yang berlaku dalam analisis teknis ialah :

1. Harga pasar ditentukan oleh interaksi supply dan demand.

2. Supply dan demand dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.

3. Fluktuasi harga mengikuti trend tertentu yang bertahan dalam jangka waktu yang relative lama.

4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.

5. Sebenarnya pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan melihat diagram dari perilaku pasar.

6. Pola diagram cenderung berulang-ulang.

Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan sangat terpengaruh oleh adanya kekuatan penawaran dan permintaan baik yang rasional maupun yang irasional di bursa. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Sedangkan nilai hutang perusahaan tidak terpengaruh sama sekali. Sebaliknya, jika perusahaan berjalan tersendat-sendat, maka hak pemberi hutang akan didahulukan, sedangkan nilai saham perusahaan akan menurun drastis. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bias merupakan indeks yang tepat untuk mengatur tingkat efektifitas perusahaan.


(30)

Berdasarkan alasan inilah maka tujuan menajemen keuangan seringkali dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau singkatnya maksimalisasi harga saham.

Menurut Komang (2001), di luar Amerika Serikat khususnya Eropa dan Jepang, tujuan memaksimalkan harga saham bukanlah satu-satunya tujuan yang ditetapkan. Di Jepang, tujuan yang seringkali ditekankan adalah merebut pangsa paling besar. Maksudnya ialah untuk mencapai profitabilitas jangkan panjang. Sedangkan di Eropa pekerja duduk dalam dewan komisaris sehingga tujuan kesejahteraan sosial juga diperhatikan bersama dengan tujuan perusahaan.

Perusahaan dengan prestasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya, akan menikmati harga saham yang lebih tinggi dan memperoleh kemudahan untuk menambah dana baru jika diperlukan. Jika dana mengalir ke perusahaan yang memiliki harga saham cenderung meningkat, maka sumber-sumber ekonomi akan digunakan dengan cara paling efesien.

Menurut Tandelilin (1991) metode penilaian khusus yang digunakan untuk menentukan nilai bebagai jenis surat berharga berbeda-beda menurut jenis surat berharga yang akan dinilai. Namun demikian ada metode penilaian yang dapat digunakan untuk menilai segala macam surat berharga yaitu metode penilaian nilai sekarang (nilai sekarang (present value methode). Jadi besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan (dari surat berharga) dapat ditentukan dengan menggunakan Nilai sekarang (present value). Selisih dari nilai sekarang dari surat berharga tersebut


(31)

dibandingkan dnegan harganya saat ini merupakan tingkat pengembalian diatas risk free rate.

2.1.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna mengurangi resiko. Bukti menunjukkan bahwa semakin banyak jenis sekuritas yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka resiko kerugian saham akan berkurang. Selanjutnya dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko investasi yang terdiri dari 2 komponen yaitu 1) resiko tidak sistematis (unsystemic risk) dan 2) resiko sestematis (systemic risk).

Dalam pasar modal yang efesien, dana akan teralokasikan dengan tepat sehingga produkstifitasnya tinggi. Penawar tertinggilah yang akan berhasil mendapatkan sumber daya yang tersedia. Harga saham tidaklah dapat dikendalikan sendiri oleh pembeli atau penjual. Sebagian besar perdagangan saham tidak cukup kuat untuk mempengaruhi harga saham. Dalam prakteknya dapat kita amati bahwa harga saham sangat rentan dengan informasi yang berkembang, baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sebagaimana dikatakan Usman (1990) bahwa pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh informasi yang diterima oleh para investor. Informasi tersebut berasal dari faktor fundamental perusahaan, faktor teknis dan lingkungan sosial ekonomi. Sedangkan menurut Hasan (1998) faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham ialah faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, dan sebagainya.


(32)

Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu hipotesa bahwa apabila kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat, yang berarti rate of stock return semakin tinggi.

2.1.3. ROA

ROA di gunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabiltas/ profitabilitas yang lainnya.ROA diperoleh dengan membandingkan antara Earning After Tax (EAT)

terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Assets Total

Tax after Profit Net Assets on

Return = x 100%

2.1.4. EVA

EVA adalah laba operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasional berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC).


(33)

komponen modal –utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham – ditimbang berdasarkan proporsi relatif dalam stuktur modal perusahaan pada nilai pasar. Untuk menjadi alat pengukur kinerja dihitung sebagai berikut :

Penjualan Bersih xxx Biaya Operasi (xxx)

Laba Operasi xxx

Pajak (xxx) Laba Operasi sesudah pajak (NOPAT) xxx Biaya Modal (modal yang diinvestasikan x Biaya Modal) (xxx)

EVA xxx

EVA = NOPAT – Cost of Capital

EVA = NOPAT – (WACC x Capital Invested), atau EVA = (ROA – WACC) x Capital invested,

(Young dan O’Byrne, 2001)

2.1.5. Biaya Hutang (Kd)

Biaya hutang (cost of debt) atau Kd merupakan rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weigth). Adanya pemabayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak (PKP), maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Sehingga dapat dirumuskan menjadi :

panjang jangka

hutang Total

tahunan bunga

Biaya Kd=

Menurut Brigham (2001), biaya hutang berasal dari biaya hutang setelah pajak, Kd (1-t). Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru,


(34)

mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan dengan (1-t), dimana t merupakan tarif pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.

Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga – Penghematan pajak = Kd – Kdt

= Kd (1-t)

Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga

merupakan beban yang dapat dikurangkan , maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang adalah suku bunga atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya kita perlukan adalah biaya hutang Marginal.

2.1.6. Biaya Modal Sendiri (Ke)

Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity atau Ke. Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang


(35)

karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.

Menurut Brigham dan Gapenski (1996) ada tiga metode pendekatan untuk menentukan nilai Ke antara lain :

1. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Model yang populer adalah penetapan harga aktiva modal atau CAPM. Metode tersebut dapat dirumuskan :

Ke = Risk free rate + Risk premium = Krf + I (Krm – Krf)

Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf = tingkat hasil pengembalian bebas resiko (risk free ratei), Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan dipasar, dan I = koefesien Beta saham yang merupakan Indeks resiko saham perusahaan ke i .

Komponen biaya ekuitas : a. Risk Free rate = Krf

Adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal.


(36)

b. Market Return = Krm

Adalah tingkat keuntungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukuran dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory (ICMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut :

1 -i

1 -i i

bulan Indeks

bulan Indeks bulan

Indeks (Krm)

pasar

Return = −

c. Beta =

Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap rata-rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan resiko pasar sebagai lawan resiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historical beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat pengembalian (stock return)

saham atau excess return saham yang akan dicari nilai betanya terhadap excessreturn portfolio pasar/indeks pasar (dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG)

X . Y= Dimana:

Y = excess return saham individual (Kri – Krf) X= excess return portfolio pasar (Krm – Krf)


(37)

Yang dimaksud Exess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat bebas resiko.

2. Discounted Cash Flow Model (DCF)

Model ini melihat Ke sebagai nilai deviden atau harga saham ditambah dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut (asumsi pertumbuhan konstan), dimana :

g = b (r), b atau retention ratio diperoleh = (1- Payout ratio), D1= D0 (1+g),

Po= harga saham periode ke 0, r = rate of return

g P

D Ke

0 1 + =

Ke = Deviden Yield + b (r)

Ratio antar D1 dan P0 dikenal sebagai Deviden Yield.

3. Bond Yield Plus Risk Premium Approach

Memperkirakan tingkat return yang akan diperoleh dengan menambahkan premi resiko pada obligasi, dimana company bond yield dipeoleh dari perusahaan yang memiliki obligasi (Kd) dan risk premium pada pendekatan ketiga ini adalah premi yang diharapkan melebihi nilai bond yield perusahaan (Kd) dengan maksud menarik investor untuk investasi pada obligasi yang lebih beresiko.

Premium Risk

yield bond own Company


(38)

2.1.7 Struktur Modal

Struktur modal adalah pertimbangan atau perbandingan antara modal asing jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finasial perusahaan.

2.1.8 Weighted Average Cost of Capital

WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungan akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya moda sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan.

Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.

Rumus :

Pe) x (Ke Pd) x * (Kd

WACC= +

Dimana : Kd* = Biaya hutang setelah pajak Ke = Biaya modal sendiri Pd = Proporsi hutang Pe = Proporsi modal sendiri


(39)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan variabel ROA dan EVA yang Jogityanto dan Chendrawati (1999) dengan judul penelitian Pengaruh ROA dan EVA

terhadap Tingkat Pengembalian Saham menghasilkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Dalam penelitian Pradono dan Cristiawan (2004) meneliti pengaruh EVA terhadap return saham. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa EVA tidak memiliki mempunyai pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Adapun penelitian tersebut menggunakan uji hipotesis regresi linier sederhana.

Irwansyah (2005),meneliti pengaruh rasio profitabilitas terhadap perubahan harga saham. adapun penelitian tesebut menggunakan uji hipotesis regresi berganda dan regresi sederhana. Salah satu dari hasil penelitian bahwa ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun dalam penelitian itu dijelaskan juga bahwa ROA juga mempunyai pengaruh terhadap return yang diterima pemegang saham.

Waluya (2005), meneliti ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian harga saham dan EVA secara statistic tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.


(40)

Wibowo (2005), meneliti bahwa Profitabilitas dan EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Secara parsial ROA,ROE dan EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return pemegang saham artinya perubahan return saham dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

Sasongko dan Wulandari (2006), meneliti pengaruh EVA dan rasio profitabilitas terhadap harga saham. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ROA dan EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham .

2.3. Kerangka Konseptual

H1

Return On Assets (ROA)

Return saham

Economic Value Added (EVA)

Return On Assets (ROA)

Return saham

Economic Value Added (EVA)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis membuat kerangka konseptual seperti yang digambarkan pada gambar 2.1.


(41)

ROA yaitu rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total assets. Rasio ini Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan perusahaan menghasilkan tingkat keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang mengatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal

(cost of capital).Return yang diterima oleh pemegang saham, adalah return yang diterima para pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, yang bisa berupa deviden kas dan selisih perubahan harga saham (capital gain/loss).

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

“ Perubahan Return On Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap perubahan return saham”.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teori

2.4.1.Tingkat Pengembalian Saham

Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang seharusnya diketahui oleh para investor dalam menentukan beberapa perkiraan harga saham yang wajar, sebab tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Tingkat pengembalian saham yang diharapkan dari para investor yang utama adalah kenaikan harga saham itu sendiri dan pembagian dividen. Keputusan membeli saham terjadi apabila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsic (Intrinsic Value)

suatu saham, kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (Current Market Price) saham tersebut. Nilai Intrinsik (NI) menunjukkan nilai sekarang

(Present Value) arus kas yang diharapkan dari harga saham tersebut. Untuk menentukan nilai intrinsik, Husnan (1998) menyebutkan bahwa :

4. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai under valued

(harganya terlalu rendah), dan karenanya seharunya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

5. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai over valued


(43)

6. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Dengan menggunakan penilaian tersebut, pemodal harus memperkirakan berapa dan kapan manfaat yang diharapkan akan diterima, dan manfaat tersebut dinilai-tunaikan dengan tingkat bunga yang layak. Tingkat bunga tersebut harus memperhatikan risk free rate ditambah premi resiko. Selanjutnya nilai intrinsik dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini.

Selanjutnya Tandelilin (1991) mengatakan bahwa nilai suatu saham sama dengan nilai sekarang dari pendapatan yang akan diterima oleh investor pada masa yang akan datang. Selanjutnya formula yang akan digunakan sebagai model dasar penilaian saham adalah

∞ ∞ ∞ = + + + + + + = + =

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 1 * k d k D k D k D P t t t o K K

………( Jogiyanto, 1998)

Dimana P*o = nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm).

Dt = deviden yang dibayarkan untuk periode ke t t = periode waktu ke t dari t = 1 sampai dengan n,

k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).

Dari pandangan beberapa ahli tersebut dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penilaian sekuritas hendaknya para investor dapat menilai berbagai saham yang ada di bursa efek guna menentukan portofolio yang dapat memberikan tingkat

return yang optimal. Model penilaian menurut Husnan (1998) adalah merupakan suatu mekanismen untuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel


(44)

perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel ekonomi yang dimaksud seperti laba perusahaan, deviden yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya.

Model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisa sekuritas adalah nilai sekarang (present value = PV) dan price earning ratio (PER). Pendekatan dengan PV mencoba menaksir PV, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, dengan manfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Berdasarkan pendekatan tersebut maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Rumusan formulanya adalah:

− + = n t t t o k kas Arus P 1 * ) 1

( ……( Jogiyanto, 1998)

Dimana : P0* = Nilai saham sekarang dari perusahaan (value of the firm)

t = Periode waktu ke t dari t = 1 sampai n.

k = Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).

Arus kas = arus kas perusahaan.

Dalam formula itu k merupakan tingkat bunga atau keuntungan yang dipandang layak bagi suatu investasi. Tingkat bunga bagi perusahaan merupakan cost of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri. Untuk menaksir k tersebut dapat dilakukan dengan model-model equilibrium, seperti Capital Asset Pricing Model (CPAM) maupun Arbitrage Pricing Theory (APT). Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analis


(45)

perlu memasukkan faktor resiko. Semakin besar resiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi keuntungan yang dipandang layak. Dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal. Oleh sebab itu nilai k akan dipengaruhi oleh tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi untuk resiko. Apabila hasil penjualan saham lebih tinggi dari harga belinya, maka pemodal akan memperoleh capital gains, dan sebaliknya jika pemodal memperoleh hasil penjualan saham lebih rendah dari harga belinya maka pemodal akan menderita capital loss.

Menurut Awat (1999) ada empat model penelitian yaitu : (1) Model penilaian umum, (2) penilaian saham tanpa pertumbuhan, (3) Model pertumbuhan konstan, (4) Model pertumbuhan umum.

Selanjutnya untuk melakukan analisis saham dan memilih saham, Husnan (1998) mengatakan bahwa ada dua pendekatan dasar yaitu : (1) Analisis Fundamental dan (2) Analisis Teknikal.

Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dalam membuat peramalan harga saham, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya yang diperlukan mempengaruhi harga saham.


(46)

Menurut Sunariyah (2000) sebagaimana di kutip Komang, pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price).

Ada dua pendekatan yang biasa digunakan dalam penilaian saham yaitu : pertama, pendekatan laba (price earning ratio approach) dan kedua, pendekatan nilai sekarang (present value approach). Pendekatan yang pertama menilai saham atas dasar hasil yang diharapkan per lembar saham pada masa yang akan datang. Pendekatan yang kedua, menegaskan bahwa nilai suatu saham diestimasikan dengan cara mengkapitalisasi pendapatan, oleh sebab itu disebut Capitalization Income Methode.

Analisis Teknikal dilakukan untuk saham-saham individu ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan dengan menggunakan grafik. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis seperti moving average, new highs and loss,volume perdagangan, dan short interest ratio serta menggunakan analisis grafis.

Sunariyah (2000) selanjutnya mengatakan bahwa analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mangakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun


(47)

pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti : harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor lain yang bersifat teknis.

Edward dan Magee dalam Tendelilin (1991) menyatakan bahwa asumsi dasar yang berlaku dalam analisis teknis ialah :

7. Harga pasar ditentukan oleh interaksi supply dan demand.

8. Supply dan demand dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.

9. Fluktuasi harga mengikuti trend tertentu yang bertahan dalam jangka waktu yang relative lama.

10.Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.

11.Sebenarnya pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan melihat diagram dari perilaku pasar.

12.Pola diagram cenderung berulang-ulang.

Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan sangat terpengaruh oleh adanya kekuatan penawaran dan permintaan baik yang rasional maupun yang irasional di bursa. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Sedangkan nilai hutang perusahaan tidak terpengaruh sama sekali. Sebaliknya, jika perusahaan berjalan tersendat-sendat, maka hak pemberi hutang akan didahulukan, sedangkan nilai saham perusahaan akan menurun drastis. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bias merupakan indeks yang tepat untuk mengatur tingkat efektifitas perusahaan.


(48)

Berdasarkan alasan inilah maka tujuan menajemen keuangan seringkali dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau singkatnya maksimalisasi harga saham.

Menurut Komang (2001), di luar Amerika Serikat khususnya Eropa dan Jepang, tujuan memaksimalkan harga saham bukanlah satu-satunya tujuan yang ditetapkan. Di Jepang, tujuan yang seringkali ditekankan adalah merebut pangsa paling besar. Maksudnya ialah untuk mencapai profitabilitas jangkan panjang. Sedangkan di Eropa pekerja duduk dalam dewan komisaris sehingga tujuan kesejahteraan sosial juga diperhatikan bersama dengan tujuan perusahaan.

Perusahaan dengan prestasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya, akan menikmati harga saham yang lebih tinggi dan memperoleh kemudahan untuk menambah dana baru jika diperlukan. Jika dana mengalir ke perusahaan yang memiliki harga saham cenderung meningkat, maka sumber-sumber ekonomi akan digunakan dengan cara paling efesien.

Menurut Tandelilin (1991) metode penilaian khusus yang digunakan untuk menentukan nilai bebagai jenis surat berharga berbeda-beda menurut jenis surat berharga yang akan dinilai. Namun demikian ada metode penilaian yang dapat digunakan untuk menilai segala macam surat berharga yaitu metode penilaian nilai sekarang (nilai sekarang (present value methode). Jadi besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan (dari surat berharga) dapat ditentukan dengan menggunakan Nilai sekarang (present value). Selisih dari nilai sekarang dari surat berharga tersebut


(49)

dibandingkan dnegan harganya saat ini merupakan tingkat pengembalian diatas risk free rate.

2.4.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna mengurangi resiko. Bukti menunjukkan bahwa semakin banyak jenis sekuritas yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka resiko kerugian saham akan berkurang. Selanjutnya dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko investasi yang terdiri dari 2 komponen yaitu 1) resiko tidak sistematis (unsystemic risk) dan 2) resiko sestematis (systemic risk).

Dalam pasar modal yang efesien, dana akan teralokasikan dengan tepat sehingga produkstifitasnya tinggi. Penawar tertinggilah yang akan berhasil mendapatkan sumber daya yang tersedia. Harga saham tidaklah dapat dikendalikan sendiri oleh pembeli atau penjual. Sebagian besar perdagangan saham tidak cukup kuat untuk mempengaruhi harga saham. Dalam prakteknya dapat kita amati bahwa harga saham sangat rentan dengan informasi yang berkembang, baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sebagaimana dikatakan Usman (1990) bahwa pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh informasi yang diterima oleh para investor. Informasi tersebut berasal dari faktor fundamental perusahaan, faktor teknis dan lingkungan sosial ekonomi. Sedangkan menurut Hasan (1998) faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham ialah faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, dan sebagainya.


(50)

Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu hipotesa bahwa apabila kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat, yang berarti rate of stock return semakin tinggi.

2.1.3. ROA

ROA di gunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabiltas/ profitabilitas yang lainnya.ROA diperoleh dengan membandingkan antara Earning After Tax (EAT)

terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Assets Total

Tax after Profit Net Assets on

Return = x 100%

2.1.4. EVA

EVA adalah laba operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasional berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC).


(51)

komponen modal –utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham – ditimbang berdasarkan proporsi relatif dalam stuktur modal perusahaan pada nilai pasar. Untuk menjadi alat pengukur kinerja dihitung sebagai berikut :

Penjualan Bersih xxx Biaya Operasi (xxx)

Laba Operasi xxx

Pajak (xxx) Laba Operasi sesudah pajak (NOPAT) xxx Biaya Modal (modal yang diinvestasikan x Biaya Modal) (xxx)

EVA xxx

EVA = NOPAT – Cost of Capital

EVA = NOPAT – (WACC x Capital Invested), atau EVA = (ROA – WACC) x Capital invested,

(Young dan O’Byrne, 2001)

2.1.7. Biaya Hutang (Kd)

Biaya hutang (cost of debt) atau Kd merupakan rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weigth). Adanya pemabayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak (PKP), maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Sehingga dapat dirumuskan menjadi :

panjang jangka

hutang Total

tahunan bunga

Biaya Kd=

Menurut Brigham (2001), biaya hutang berasal dari biaya hutang setelah pajak, Kd (1-t). Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru,


(52)

mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan dengan (1-t), dimana t merupakan tarif pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.

Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga – Penghematan pajak = Kd – Kdt

= Kd (1-t)

Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga

merupakan beban yang dapat dikurangkan , maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang adalah suku bunga atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya kita perlukan adalah biaya hutang Marginal.

2.1.8. Biaya Modal Sendiri (Ke)

Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity atau Ke. Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang


(53)

karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.

Menurut Brigham dan Gapenski (1996) ada tiga metode pendekatan untuk menentukan nilai Ke antara lain :

2. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Model yang populer adalah penetapan harga aktiva modal atau CAPM. Metode tersebut dapat dirumuskan :

Ke = Risk free rate + Risk premium = Krf + I (Krm – Krf)

Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf = tingkat hasil pengembalian bebas resiko (risk free ratei), Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan dipasar, dan I = koefesien Beta saham yang merupakan Indeks resiko saham perusahaan ke i .

Komponen biaya ekuitas : b. Risk Free rate = Krf

Adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal.


(54)

b. Market Return = Krm

Adalah tingkat keuntungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukuran dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory (ICMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut :

1 -i

1 -i i

bulan Indeks

bulan Indeks bulan

Indeks (Krm)

pasar

Return = −

c. Beta =

Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap rata-rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan resiko pasar sebagai lawan resiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historical beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat pengembalian (stock return)

saham atau excess return saham yang akan dicari nilai betanya terhadap excessreturn portfolio pasar/indeks pasar (dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG)

X . Y= Dimana:

Y = excess return saham individual (Kri – Krf) X= excess return portfolio pasar (Krm – Krf)


(55)

Yang dimaksud Exess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat bebas resiko.

2. Discounted Cash Flow Model (DCF)

Model ini melihat Ke sebagai nilai deviden atau harga saham ditambah dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut (asumsi pertumbuhan konstan), dimana :

g = b (r), b atau retention ratio diperoleh = (1- Payout ratio), D1= D0 (1+g),

Po= harga saham periode ke 0, r = rate of return

g P

D Ke

0 1 + =

Ke = Deviden Yield + b (r)

Ratio antar D1 dan P0 dikenal sebagai Deviden Yield.

3. Bond Yield Plus Risk Premium Approach

Memperkirakan tingkat return yang akan diperoleh dengan menambahkan premi resiko pada obligasi, dimana company bond yield dipeoleh dari perusahaan yang memiliki obligasi (Kd) dan risk premium pada pendekatan ketiga ini adalah premi yang diharapkan melebihi nilai bond yield perusahaan (Kd) dengan maksud menarik investor untuk investasi pada obligasi yang lebih beresiko.

Premium Risk

yield bond own Company


(56)

2.1.9 Struktur Modal

Struktur modal adalah pertimbangan atau perbandingan antara modal asing jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finasial perusahaan.

2.1.10 Weighted Average Cost of Capital

WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungan akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya moda sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan.

Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.

Rumus :

Pe) x (Ke Pd) x * (Kd

WACC= +

Dimana : Kd* = Biaya hutang setelah pajak Ke = Biaya modal sendiri Pd = Proporsi hutang Pe = Proporsi modal sendiri


(57)

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan variabel ROA dan EVA yang Jogityanto dan Chendrawati (1999) dengan judul penelitian Pengaruh ROA dan EVA

terhadap Tingkat Pengembalian Saham menghasilkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Dalam penelitian Pradono dan Cristiawan (2004) meneliti pengaruh EVA terhadap return saham. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa EVA tidak memiliki mempunyai pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Adapun penelitian tersebut menggunakan uji hipotesis regresi linier sederhana.

Irwansyah (2005),meneliti pengaruh rasio profitabilitas terhadap perubahan harga saham. adapun penelitian tesebut menggunakan uji hipotesis regresi berganda dan regresi sederhana. Salah satu dari hasil penelitian bahwa ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun dalam penelitian itu dijelaskan juga bahwa ROA juga mempunyai pengaruh terhadap return yang diterima pemegang saham.

Waluya (2005), meneliti ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian harga saham dan EVA secara statistic tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.


(58)

Wibowo (2005), meneliti bahwa Profitabilitas dan EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Secara parsial ROA,ROE dan EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return pemegang saham artinya perubahan return saham dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

Sasongko dan Wulandari (2006), meneliti pengaruh EVA dan rasio profitabilitas terhadap harga saham. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ROA dan EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham .

2.6. Kerangka Konseptual

H1

Return On Assets (ROA)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis membuat kerangka konseptual seperti yang digambarkan pada gambar 2.1.

Return saham

Economic Value Added (EVA)

Return On Assets (ROA)

Return saham

Economic Value Added (EVA)


(59)

ROA yaitu rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total assets. Rasio ini Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan perusahaan menghasilkan tingkat keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang mengatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal

(cost of capital).Return yang diterima oleh pemegang saham, adalah return yang diterima para pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, yang bisa berupa deviden kas dan selisih perubahan harga saham (capital gain/loss).

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

“ Perubahan Return On Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap perubahan return saham”.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dimulai dari penetapan populasi sasaran, penetapan sampel, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, sumber dan teknik pengumpulan data serta selanjutnya penentuan model analisis. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian multivariat kausal komparatif yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel ROA dan EVA sebagai variabel independen dan varibel dependen adalah

return saham.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut selama tahun 2004-2006. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 141 perusahaan. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan metode simple random sampling. Penelitian ini memberikan kesempatan yang sama untuk setiap anggota populasi menjadi sampel penelitian.

Penentuan ukuran sampel dalam penelitian merupakan hal yang sangat variatif. Dalam berbagai buku teks disertakan beberapa cara penentuan jumlah sampel. Dalam


(61)

penelitian parametrik jumlah sampel minimum sebesar 30 sampel dengan memenuhi berbagai asumsi yang dipersyaratkan oleh model yang digunakan (Levin, 2000). Jika jumlah sampel telah mencapai 30, maka jika jumlah sampel ditambah, peningkatan distruvi data untuk semakin mendekati bentuk genta (distribusi normal) masih akan terjadi tetapi tidak terlalu memiliki perbedaan yang signifikan. Ukuran sampel yang lebih jelas untuk penelitian multivariate secara jelas disampaikan oleh Roscoe (1975) mengajukan rules of thumb yaitu Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis. Penulis menyadari terdapat berbagai pandangan lain yang menghasilkan jumlah sampel yang lebih banyak, namun berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai pandangan penetuan sampel tersebut sampel sebanyak 30 perusahaan telah sangat memadai karena memenuhi berbagai pandangan penentuan sampel tersebut.

Penetapan sampel 30 perusahaan dengan menggunakan metode pooling data

selama 3 tahun akan menghasilkan 90 buah set data yang menjadi dasar penentuan nilai-nilai persamaan regresi, sehingga persamaan regresi tersebut sudah sangat memadai jika terbukti memenuhi asumsi yang dipersyaratkan untuk persamaan regresi berganda. Penelusuran penulis terhadap beberapa penelitian pasar modal yang menarik sampel secara acak seperti penelitian yang dilakukan Situmeang (2004) memilih sampel secara acak sebanyak 60 sampel yang dibagi ke dalam 3 kategori saham (20 saham untuk tiap kategori) dalam penelitian terhadap keseluruhan saham yang ada di Bursa Efek Indonesia.


(62)

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel.

1. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham perusahaan manufaktur.

2. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Return on Asset (ROA) yang diberi simbol X1

Economic Value Added (EVA) yang diberi simbol X2

3.3.2 Defenisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas proses perhitungan setiap variabel, berikut ini dijelaskan operasionalisasi masing-masing variabel.

1. Return Saham.

Return yang diterima oleh pemegang saham, adalah harga saham pada tahun sekarang di tambah deviden yang diterima selama periode sekarang dikurangi harga saham tahun lalu dibagi dengan harga saham tahun lalu. Sehingga return

dihitung sebagai rasio perubahan dibanding dengan return saham tahun sebelumnya. Variabel Tingkat pengembalian Saham (Rate of Stock Return) diukur dengan rumus sebagai berikut :

% 100 P

P (%) Saham Return

1 -t

1 t +DivtPtx

= Δ


(63)

Dimana : Pt = Harga Saham periode t

Pt-1 = Harga saham periode t-1

Divt = Dividen selama periode t

2. Return On Asset /ROA (X1)

ROA dalam penelitian ini adalah ROA pada tahun sekarang dikurangi dengan ROA pada tahun sebelumnya dibagi dengan ROAtahun sebelumnya . Sehingga ROA dihitung sebagai rasio perubahan dibanding dengan ROA tahun sebelumnya. Dalam penelitian ini, perhitungan variabel ROA dilakukan dengan menghitung rasio dengan rumusan sebagai berikut :

100% R R R (%) ROA 1 -t 1 -t t x OA OA OA − = Dimana : ROAt = ROA periode t

ROAt-1 = ROA periode t-1

3. Economic Value Added /EVA (X2)

EVA dalam penelitian ini adalah perubahan EVAdari tahun sekarang di kurangi tahun sebelumnya dibagi dengan EVA pada tahun sebelumnya. Sehingga EVA dihitung sebagai rasio perubahan dibandingkan dengan EVAtahun sebelumnya. Dalam penelitian ini, perhitungan variabel ROA dilakukan dengan menghitung rasio dengan rumusan sebagai berikut :

100% (%) EVA 1 -t 1 -t t x EVA EVA EVA − =


(64)

Tabel 3.1 Operasional Variabel Nama

Variabel

Defenisi

Variabel Parameter Skala

Return On Assets (Χ1)

Perubahan kemampuan

asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari tahun per tahun 100% R R R (%) ROA 1 -t 1 -t t x OA OA OA − = Rasio Economic Value Added (X2)

Perubahan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang 100% (%) EVA 1 -t 1 -t t x EVA EVA EVA − = Rasio

Return saham (Y) Perubahan jumlah uang yang menyatakan nilai suatu saham. Rasio % 100 P P (%) Saham Return 1 -t 1 t+DivtPtx

= Δ

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia terhadap perusahan manufaktur yang sudah go public dari tahun 2004 sampai 2006. Data diambil dari beberapa website seperti http://www.jsx.co.id, http://www.e-bursa.com,


(65)

http://www.bapepam.go.id dan website perusahaan yang terpilih sebagai sampel serta website lain yang berkaitan.

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April 2008 sampai bulan Agustus 2008, dimulai dari pemilihan masalah , pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan. Waktu penelitian diharapkan memakan waktu 6 bulan seperti yang terlampir dalam jadwal penelitian berikut ini.

3.5 Prosedur Pengambilan Data

Dalam penelitian lapangan ini dikumpulkan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen pada seluruh perusahaan manufaktur . Sumber data tersebut diperoleh dari Jakarta Stock Exchange , JSX Statistic, Capital market directory 2004, 2005, 2006, Data yang digunakan merupakan gabungan cross section dan time series yang dikenal dengan

pooled data .

3.6 Model dan Teknik Analisis Data 3.6.1 Perumusan Model

Untuk menentukan tingkat pengaruh antara variabel bebas ROA dan EVA terhadap tingkat pengembalian saham, digunakan persamaan regresi linier berganda, dengan model sebagai berikut :

e

+ +

+

= a b1X1 b2X2


(66)

dimana : Y = Tingkat pengembalian saham.

b1,b2 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independent

= ROA perusahaan manufaktur dari periode 2004 – 2006 1

X

= EVA perusahaan manufaktur dari periode 2004 – 2006 2

X

e = Variabel pengganggu. a = konstanta

3.6.2 Pengujian Data dan Model

Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup besar. Sebuah model regresi yang menggunakan data time series dan

cross section harus melakukan beberapa pengujian seperti yang dikemukakan dibawah ini.

1. Uji Normalitas.

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan di dalam penelitian telah memiliki distribusi normal. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Normalitas dari distribusi data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov dimana nilai signifikansi pengujian harus lebih besar dari 0.05. Sebagai pembanding digunakan Normal Probabilitas Plot Of Regression Standardized Residual. Jika beresidual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus (Santoso, 2006).

2. Uji Multikolineritas

Multikolineritas merupakan fenomena adanya korelasi antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Konsekuensi praktis yang


(67)

timbul sebagai akibat adanya multikolineritas ini adalah kesalahan standar praktis semakin besar dan profitabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar, Hal ini akan berakibat penarikan kesimpulan yang salah. Menurut Cooper (1995), Multikolineritas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen di dalam koefesien persamaan regresi yang dapat dilihat pada matriks korelasi lebih tinggi dari 0,8. Cara mendeteksi adanya gejala multikolineritas adalah dengan metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian metode VIF ini adalah jika VIFj > 10 terjadi multikolineritas yang

tinggi antara variabel independen dengan variabel independen lainnya (Hakim, 2004).

3. Uji Autokorelasi

Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara data dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section (Hakim, 2004). Salah satu pengujian umum yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin – Watson yang dikembangkan oleh J Durbin dan G Watson pada tahun 1951. Menurut Gujarati (1995) Pengujian statistik Durbin Watson atau d statistik dihitung dengan rumus:

(

)

= d = = 2 t 2 t n 2 t 2 1 -2 t U U U


(68)

Secara khusus. Untuk diuji Durbin Watson dua sisi terdapat lima himpunan daerah untuk nilai d seperti yang digambarkan berikut :

H0 = Tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif

d < dl = Tolak H0 (ada korelasi positif)

d > 4 - dl = Tolak H0 (ada korelasi negatif)

du < d < 4- du = Terima H0 (Tidak ada autokorelasi)

dl ≤ d ≤ du = Tidak dapat ditarik kesimpulan (4-du) ≤ d ≤ (4-dl) = Pengujian tidak dapat disimpulkan

4 - dL

4 - dU 4

dU

dL

0

Tidak tahu

Tidak ada korelasi Tidak tahu

Korelasi positif Korelasi negatif

Gambar 3.3

Gambar daerah pengambilan keputusan tes Durbin-Watson (Gujarati, 2003)

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstans dari suatu observasi lainnya. Gejala

heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan metode grafik yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada Scatterplot, dasar pengambilan kesimpulan jika ada pola tertentu yang teratur (bergelombang melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedestisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada


(1)

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Ex

pecte

d Cum Prob


(2)

Lampiran 10 : Pengujian Multikolinearitas

Regression

Variables Entered/Removedb

EVA, ROAa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Return_Saham b.

Coefficientsa

23.729 4.713 5.034 .000

1.131 .459 .280 2.463 .016 .977 1.024

.047 .033 .162 1.425 .158 .977 1.024

(Constant) ROA EVA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Return_Saham a.

Collinearity Diagnosticsa

1.401 1.000 .23 .18 .25

.853 1.281 .24 .79 .07

.746 1.370 .53 .02 .68

Dimension 1 2 3 Model 1 Eigenvalue Condition

Index (Constant) ROA EVA

Variance Proportions

Dependent Variable: Return_Saham a.


(3)

Lampiran 11 : Pengujian Otokorelasi

Regression

Variables Entered/Removedb

EVA, ROAa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Return_Saham b.

Model Summaryb

.301a .091 .066 39.22399 1.710

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), EVA, ROA

a.

Dependent Variable: Return_Saham b.


(4)

Lampiran 12 : Pengujian Heteroskedastisitas

4 3

2 1

0 -1

-2

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

Reg

re

ssi

on S

tud

ent

ized

Resi

dua

l

Dependent Variable: Return_Saham

Scatterplot


(5)

Lampiran 13 : Pengujian Model

Variables Entered/Removedb

EVA, ROAa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Return_Saham b.

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .301(a) .091 .066 39.22399

a Predictors: (Constant), EVA, ROA b Dependent Variable: Return_Saham

ANOVAb

11071.054 2 5535.527 3.598 .032a

110773.6 72 1538.522

121844.6 74 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), EVA, ROA a.

Dependent Variable: Return_Saham b.

Coefficientsa

23.729 4.713 5.034 .000

1.131 .459 .280 2.463 .016

.047 .033 .162 1.425 .158

(Constant) ROA EVA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Return_Saham a.


(6)

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .9247 72.1847 23.8577 12.23147 75

Std. Predicted Value -1.875 3.951 .000 1.000 75

Standard Error of

Predicted Value 4.529 20.029 7.054 3.456 75

Adjusted Predicted Value .2634 68.5638 23.8027 12.33576 75

Residual -58.64707 101.95662 .00000 38.69031 75

Std. Residual -1.495 2.599 .000 .986 75

Stud. Residual -1.563 2.625 .001 1.008 75

Deleted Residual -66.63296 103.98639 .05504 40.46971 75

Stud. Deleted Residual -1.579 2.741 .006 1.021 75

Mahal. Distance .000 18.309 1.973 3.821 75

Cook's Distance .000 .180 .016 .033 75

Centered Leverage Value .000 .247 .027 .052 75


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added, Return On Asset, Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Pada Bursa Efek Indonesia

1 41 84

Pengaruh return on equty (REO), return on asset (ROA) dan economic value added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII) : studi empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI

30 335 109

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan ukuran perusahaan (FIRM SIZE) terhadap harga saham: studi pada perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012

0 30 165

Pengaruh Return On Investment Dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham (penelitian Pada Perusahaan MAnufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 20 10

PENGARUH RETURN ON ASSETS, ARUS KAS OPERASI, ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

4 16 135

PENGARUH RETURN ON ASSET, ECONOMIC VALUE ADDED, DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014.

0 6 31

PENGARUH PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2002-2004 (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).

0 1 12

PENDAHULUAN PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2002-2004 (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).

0 1 6

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE ADDED (MVA) DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011.

0 0 15

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 7 125