BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Index LQ-45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting untuk diketahui, karena melalui pengukuran dan evaluasi kinerja keuangan, perusahaan dapat menyusun rencana-rencana atau target untuk masa yang akan datang. Selain itu, pengukuran untuk kinerja keuangan akan memudahkan pihak manajemen dalam mengindentifikasikan masalah-masalah yang terdapat dalam bidang keuangan sebuah perusahaan sehingga dapat ditentukan suatu solusi yang akurat bagi penanganan masalah tersebut.
Menurut Munawir (2007: 30) mendefinisikan bahwa “Kinerja keuangan perusahaan adalah pengukuran prestasi yang dicapai oleh perusahaan yang mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu”. Pengukuran prestasi pada umumnya didasarkan atas laba yang dihasilkan dibandingkan dengan investasi yang ditanam dalam perusahaan.
Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan, yaitu untuk mengevaluasi perubahan atas dasar sumber daya yang dimiliki perusahaan apakah menunjukkan kenaikan, statis atau penurunan, berdasarkan informasi mengenai perubahan-perubahan tersebut. Manajer perusahaan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan perusahaan yang dikelolanya, sehingga manajer segera dapat mengambil keputusan-keputusan yang berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan perusahaan yang dipimpinnya. Apabila terdapat kekurangan, manajer harus segera mengatasi dan mencari jalan keluarnya. Dan bila terdapat kelebihan, manajer harus mempertahankan atau bahkan meningkatkannya (Munawir: 2007: 31). Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan berupa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen di masa mendatang, dan risiko atas penilaian tersebut. Dengan demikian pengukuran kinerja perusahaan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham (investor).
2.2 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006: 6).
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1548/KMK.013/1990, saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas.Dengan demikian, seorang pemegang saham merupakan pemilik suatu perusahaan dimana dapat disimpulkan bahwa pemegang saham turut menikmati hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, serta ikut menanggung kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut. Hak-hak pemilik saham tersebut antara lain:
1. Mendapat dividen, yaitu bagian keuntungan usaha dari perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
2. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Peningkatan nilai modal terjadi apabila saham tersebut dijual oleh pemiliknya.
2.3 Index LQ-45
Index LQ-45 dibuat dan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Index LQ-45 merupakan salah satu index dari 11 jenis index yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Index LQ-45 merupakan index saham dari 45 jenis saham perusahaan yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai likuiditas dan kapitalisasi paling tinggi di antara saham- saham lainnya. Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam index LQ-45 secara rutin di pantau perkembangannya dan dievaluasi atas pergerakan urutan saham- sahamnya untuk menjamin kewajaran pemilihan saham yang masuk ke dalam index LQ-45. Sehingga perusahaan yang masuk ke dalam index LQ-45 menjadi perusahaan utama yang banyak diminati oleh investor, karena index LQ-45 berfungsi sebagai patokan naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Untuk dapat masuk dalam pemilihan LQ-45, suatu saham harus memenuhi kriteria tertentu dan melewati seleksi utama. Menurut Harianto dan Sudomo (1998: 101) kriteria pemilihan saham untuk index LQ-45 yaitu: 1.
Masuk dalam peringkat 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Penentuan peringkat berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan).
3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi, dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
2.4 Return Saham
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Menurut Jogiyanto (2010: 205), “Return atau tingkat pengembalian saham merupakan hasil yang diperoleh investor dari aktivitas investasi yang dilakukan, yang terdiri dari capital gains atau capital loss”.Capital Gains/Loss adalah selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif tinggi (rendah) dibandingkan dengan harga saham sebelumnya.
Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya maka pemegang saham mengalami capital gain.Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss.
Return saham dibagi menjadi dua macam yaitu return realisasi yaitu return
yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis, berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang belum terjadi dan diharapkan akan diperoleh oleh investasi di masa yang akan datang.
Perhitungan return realisasi dituliskan dengan menggunakan rumus (Jogiyanto 2010: 206):
P P Rit
P Keterangan:
i,t
R = Return saham i pada periode t
i,t
P = Harga penutupan saham ke-i pada periode t (periode terakhir)
i,t-1
P = Harga penutupan saham ke-i pada periode sebelumnya (periode awal) Namun menurut Ross (2009: 531) jika dividen dibagikan, maka total
et al, return saham dapat dihitung sebagai berikut:
D P P Rit
P P Keterangan:
i,t
R = Return saham i pada periode t
i,t
P = Harga penutupan saham ke-i pada periode t (periode terakhir)
i,t-1
P = Harga penutupan saham ke-i pada periode sebelumnya (periode awal)
i,t
D = Dividen
2.5 Economic Value Added Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan oleh G.
Bennet Stewart & Joel M. Stern yaitu seorang analis keuangan dari perusahaan konsultanStern Steward Management Service pada tahun 1993 di Amerika Serikat.
Menurut Utama (1997: 34), bahwa “Konsep EVA memang masih tergolong baru sehingga belum secara luas dipergunakan di Indonesia”. Konsep EVA merupakan suatu konsep yang mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam memperhatikan ekspektasi para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Pendekatan ini mengukur kinerjaperusahaan berbasis nilai, yang menggambarkan jumlah absolut dari nilaipemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak(destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. EVA yang positifmenunjukkan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatifmenunjukkan penghancuran nilai (value destruction).
Menurut Widayanto (1993:145), “EVA merupakan ukuran kinerja keuangan operasional perusahaan yang bisa berdiri sendiri tanpa ukuran-ukuran atau angka pembanding lainnya”.
Menurut Rousana (1997: 18), “Economic Value Added (EVA) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba”.
Menurut Utama (1997: 10), secara umum “Economic Value Added (EVA) merupakan laba operasi setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital), dan Economic Value Added (EVA) juga merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi”.
Menurut Tandelilin (2001: 195), “Economic Value Added adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value
added ) bagi perusahaan.Asumsinya adalah bahwa kinerja manajemen baik/efektif
(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan”.
Dari beberapa definisi di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa EVA merupakan suatu perangkat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, alat untuk meningkatkan nilai (value) dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham, dan merupakan selisih dari laba operasi setelah pajak (net operating profit after tax ) dikurangi dengan biaya modal (cost of capital).
Menurut Widayanto (1993) dalam Sunardi (2010) “secara sederhana apabila EVA > 0, maka telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Sementara apabila EVA = 0, menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya apabila EVA < 0, menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana”.
2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added
Dalam penilaian Economic Value Added (EVA) terdapat beberapa kelebihan.Menurut Utama (1997: 12-13) beberapa kelebihan dalam penerapan
Economic Value Added (EVA) adalah: 1.
Sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai.
2. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal.
3. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan ataupun proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.
Disamping kelebihan, terdapat juga kekurangan dari penerapan Economic
Value Added (EVA). Menurut Utama (1997: 12-13) di dalam penelitian Economic Value Added (EVA) ternyata mempunyai kekurangan, diantaranya adalah:
1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai dalam suatu periode tertentu.
2. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal.
Namun menurut Rousana (1997: 21) mengindentifikasi kelemahan Economic
Value Added (EVA) sebagai berikut: 1.
Economic Value Added (EVA) menekankan pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain kadang-kadang justru dominan.
2. Konsep Economic Value Added (EVA) sangat bergantung pada transparansi internal untuk menghasilkan perhitungan yang akurat. Di dalam kenyataan perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.
2.5.2 Perhitungan Economic Value Added
Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung Economic Value Added (EVA) menurut Roussana (1997: 19) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Menghitung biaya modal hutang (Cost of Debt) Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of
return yang diharapkan investor digunakan sebagai tingkat diskonto dalam
mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan, maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak.
Menurut Isnani dan Iswati (2001: 202),Cost of Debt setelah pajak dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
∗
kd kd 1 T Keterangan:
∗
= Biaya hutang setelah pajak kd kd = Biaya hutang sebelum pajak T = Tarif pajak 2. Menghitung biaya modal sendiri (Cost of Equity)
Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan jika mereka berinvestasi dalam alternatif investasi yang mempunyai risiko sebanding. Damodaran (2002: 182) menyebutkan “The
cost of equity is the stock of return investors require on an equity investment in a firm”.
Menurut Sartono (2000: 131) untuk menghitung Cost of Equity (Ke) dapat diketahui dari perbandingan dividen yang diterima dengan harga saham.
D Ke Po
Keterangan: Ke = Biaya ekuitas (Cost of Equity) D = Dividen yang diterima Po = Harga Saham
Besarnya premi risiko itu sendiri ditentukan oleh koefisien beta β dari perusahaan masing-masing yang dihitung dari indeks harga sahamnya dan indeks harga saham gabungan. Koefisien beta
β ini kemudian dikalikan dengan selisih risiko pasar (Rm) dengan tingkat suku bunga bebas risiko.Hasil inilah yang disebut dengan premi risiko. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Rp β x Rm Rf Sehingga biaya ekuitas (Cost of Equity) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ke Rf Rp Ke Rf β x Rm Rf Keterangan: Ke = Biaya Ekuitas (Cost of Equity) Rf = Tingkat bunga bebas risiko (Risk Free of Return) Rm = Tingkat bunga investasi rata-rata keseluruhan pasar
= Faktor risiko yang berlaku spesifik untuk perluasan β Rp = Premi risiko
Selain itu, menurut Rahmadi (2013: 7) untuk menghitung besarnya biaya ekuitas dapat digunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dengan rumus sebagai berikut:
1 Ke PER
Dimana PER dapat dihitung sebagai berikut: Harga penutupan saham akhir tahun
PER Laba per lembar saham 3.
Menghitung Stuktur Permodalan dari Neraca Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi modal sendiri dalam bentuk persentase dari jumlah hutang dan modal sendiri. Menurut Prabowo (2004: 23) mengatakan untuk menghitung proporsi hutang (WD) dan proporsi modal sendiri (WE) digunakan rumus sebagai berikut:
WD x 100% WE x 100%
4. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)
Pendapatan bersih setelah pajak atau Net Operating Profit Ater Tax (NOPAT) merupakan laba operasi perusahaan yang telah dikurangi pajak dan merupakan pengukuran laba yang dihasilkan perusahaan dari operasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.
Untuk menghitung NOPAT menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Airlangga (2009: 24) dirumuskan sebagai berikut: NOPAT Laba Usaha 1 Tax 5. Menghitung Invested Capital
Invested Capital merupakan seluruh sumber pembiayaan yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan profit yang dalam penelitian ini invested capital terdiri dari total hutang dan modal saham (total passiva).
Untuk menghitung Invested Capital, menurut Susan (2005: 29) dirumuskan sebagai berikut: Hutang Modal 6. Menghitung biaya modal tertimbang (WACC)
Weighted Average of Capital (WACC) adalah gabungan dari masing-
masing biaya modal dari perusahaan dan persentase dari masing-masing
capital structure, yaitu hutang jangka panjang, modal sendiri, dan saham
biasa, dimana tujuan Weighted Average of Capital (WACC) adalah menghitung cost of capital perusahaan secara keseluruhan. Adapun rumus menghitung Weighted Average of Capital (WACC) menurut Prabowo (2004: 23) adalah sebagai berikut:
WACC Kd x Wd 1 T Ke x We Keterangan: T = Pajak yang dikenakan pemerintah kepada perusahaan Kd = Biaya hutang Ke = Biaya ekuitas Wd = Proporsi hutang terhadap total modal We = Proporsi ekuitas terhadap total modal 7. Menghitung Economic Value Added (EVA)
Setelah semua variabel diketahui langkah selanjutnya adalah menghitung Economic Value Added (EVA), dimanaEconomic Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya modal atau cost of capital.
Adapun rumus menghitung Economic Value Added (EVA) menurut Prabowo (2004: 23) adalah sebagai berikut:
EVA NOPAT WACC x Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu alat analisis keuangan untukmenilai tingkat profitabilitas yang rasional dari operasi perusahaan.EVA menunjukkan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 6).
2.6 Earnings
Earnings yang sering disebut sebagai laba akuntansimerupakan laba atau rugi
dari kegiatan bisnis perusahaan dalam suatu periode berdasarkan perhitungan secara akrual.Jumlah earnings menunjukkan pengukuran akuntansi secara aktual terhadap perubahan nilai perusahaan yang menjadi modal perusahaan dalam suatu periode, terpisah dari transaksi langsung dengan pemegang saham seperti pembagian dividen atau penerbitan saham biasa.
Earnings dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusanekonomi
karena menggunakan data aktualyang didukung dengan buktiyang objektif.Selain itu, laba akuntansi juga memenuhi kriteria konservatif, dimana ketika dihadapkan pada pilihan, pilihlah metode yang tidak melebihi aset dan laba bersih.
Menurut Tandelilin (2001: 241) “Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai
Earning per Share (EPS)”. Secara umum dijelaskan bahwa EPS adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.EPS adalah rasio yang paling umum digunakan dalam model penilaian return karena paling mudah digunakan. Rasio ini sering menjadi perhatian utama pihak manajemen karena dapat menunjukkan prospek di masa yang akan datang. Pihak manajemen berusaha untuk mengaplikasikan EPS yang baik untuk menarik para investor.
Informasi EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan.Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan bersarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001: 241-242):
Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS
Jumlah saham yang beredar Jika EPS tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika EPS rendah, berarti kurang baik, dan EPS negatif berarti tidak baik terhadap prospek perusahaan.Oleh karena itu informasi EPSsuatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Operating Leverage
2.7 Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit (leverage) yang besar berarti
perubahan kecil dalam tingkat penjualan (sales) mengakibatkan perubahan besar dalam laba bersih operasi. Menurut Horne dan Wachoviz (1998: 425) mendefinisikan “leverage The use of fixed costs in an attempt to increase (or level up) profitability”. merupakan penggunaaan biaya tetap untuk meningkatkan keuntungan dari
Leverage suatu perusahaan.
Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka perusahaan tersebut menggunakan leverage.Maka rasio keuangan yang mampu menggambarkan kinerja perusahaan dari struktur asetnya dalam menjelaskan return saham adalah operating leverage. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar.
Menurut Mayo (2001: 448), bahwa “Operating leverage (leverage operasi): “Operating leverage is the use of fixed factors of production (fixed cost) instead of
variabel factors of production (variable cost) to produce a level of output”. Leverage
operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan biaya tetap pada produksi tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut, daripada biaya variabel untuk menghasilkan mutu pada output.
Menurut Syamsudin (2001: 107), bahwa “Operating leverage adalah kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap Earning Before (EBIT)”.
Interest and Taxes
Menurut Hanafi (2004: 327), bahwa “Operating Leverage diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”.Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi, dan biaya pemasaran yang bersifat tetap seperti gaji karyawan.Sedangkan beban variabel operasional seperti biaya tenaga kerja.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa
operating leverage adalah seberapa besar pengaruh beban tetap operasional terhadap
kemampuan perusahaan untuk menutupi beban tetapnya. Dengan kata lain, menunjukkan pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).
Selanjutnya, mengukur volume penjualan terhadap laba operasi adalah dengan menghitung tingkat operating leverage.Leverage operasi dihitung dengan
Degree of Operating Leverage (DOL) yaitu rasio dari perubahan persentase laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pendapatan, dengan menggunakan rumus (Gitman 2003 dalam Trisnawati, 2009: 75): Persentase Perubahan EBIT
DOL Persentase Perubahan SALES
Analisis leverage operasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian.
2.8 Market Value Added
Selain memperkenalkan EVA sebagai metode penilaian kinerja operasional perusahaan, Stern dan Stewart (1991) dalam Roussana (1997: 264) juga memperkenalkan “suatu konsep penilaian kinerja perusahaan berdasarkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu disebut Market Value Added (MVA).MVA ini digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh dari kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang serta mengukur keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai.
Menurut Rasyid (2002: 69) menyatakan “Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu – dari investasi modal, pinjaman, dan laba ditahan dan uang yang bisa diambil sekarang, atau sama dengan selisih antara nilai buku dan nilai pasar saham plus obligasi”.Perbedaan cash baik debt atau equity investor yang telah di kontribusikan dalam perusahaan dan nilai cash yang diharapkan diformulasikan sebagai berikut:
MVA Menurut Grant (1996) dalam Ruky (1997: 25) MVA secara ekuivalen dipandang sebagai total economic surplus perusahaan.MVAjuga merupakan nilai sekarang dari EVA pada masa mendatang yang dihasilkan oleh kinerja manajemen.Oleh karena itu, adalah tugas manajemen untuk menciptakan nilai tambah. Secara konseptual MVA digambarkan dengan formulasi:
MVA Namun MVA secara teknis dapat diperoleh dengan cara mengalikan selisih harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book value per share) dengan jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding
share ). Nilai buku per lembar saham didapat dari total ekuitas dengn jumlah saham
yang beredar. Formulasi teknis MVA (Susan, 2005: 24): MVA x
Dengan demikian, MVA merupakan persepsi pasar (pasar investor) terhadap kemampuan manajemen perusahaan.Investor menganggap manajemen memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan aset yang mereka tanamkan.Kemampuan manajemen tergambar dari MVA sebagai EVA yang diproyeksikan pada masa mendatang.Sehingga, harapan investor terhadap tingkat pengembalian menjadi lebih besar.
Ketentuan atau tolak ukur dari MVA sebagai berikut: 1. Jika MVA positif (>0) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham bertambah atau bisa dikatakan kinerja perusahaan sehat.
2. Jika MVA negatif (<0) artinya pihak manajamen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan pemegang saham berkurang atau bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.
Jadi MVA yang positif atau negatif bagi perusahaan yang Go Public adalah perkiraan dari pasar modal tentang MVA dari proyek investasi perusahaan, baik yang telah terjadi maupun yang diantisipasi investor akan terjadi di masa yang akan datang.
2.9 Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penenlitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dan pembanding.Penelitian yang dilakukan oleh Pradhono dan Christiawan (2004) yang meneliti tentang “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Adapun variabel independen meliputi Economic Value Added (EVA),Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi, sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EVA dan Residual Income tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham. Sedangkan dan Arus Kas Operasimempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Earnings Return yang diterima oleh pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2008) yang meneliti tentang “Analisis Pengaruh Leverage Keuangan dan Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun 2005- 2007”. Adapun variabel independen meliputi Debt Ratio (DR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Leverage Keuangan (debt ratio), ROA, dan NPM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. ROE memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2008) yang meneliti tentang “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Operating Income, dan Net Income dengan Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Adapun variabel independen meliputi Economic Value Added (EVA), Operating Income, dan
Net Income, sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap Return Saham, dan Net Incomeberpengaruh terhadap Return Saham.
Operating Income
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2009) yang meneliti tentang “Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings,
Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap Return Saham”. Adapun
variabel independen meliputi Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, (MVA),
Residual Income, Earnings, Operating Leverage, Market Value Added
sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EVA, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan MVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Tjun (2009) yang meneliti tentang “Pengaruh Economic Value Added terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”.Adapun variabel independen adalah
Economic Value Added (EVA), sedangkan variabel independen adalah Return
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana.Hasil Saham. penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan konsep Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2013) yang meneliti tentang “Pengaruh Earning Per Share, Arus Kas Operasi, Economic Value Added, dan
Market Value Added terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI)”. Adapun variabel independen meliputi Earning Per Share (EPS), Arus Kas Operasi, Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS dan EVA tidak berpengaruh terhadap Return Saham, Arus Kas Operasi berpengaruh signifikan positif terhadap Return Saham, dan MVA berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Return Saham.
Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluVariabel Peneliti/ Teknik No Judul Penelitian
Hasil Penelitian Tahun Analisis Independen Dependen
1 Pradhono Pengaruh Economic EVA, Regresi EVA dan Residual
Return
dan Value Added, Residual Residual Saham Linier Income tidak
Christiawan dan Berganda mempunyai pengaruhIncome, Earnings, Income,
(2004) Arus Kas Operasi Earnings, yang signifikan
terhadap Return yang dan Arus terhadap return saham.Diterima oleh Pemegang Kas Operasi Earnings dan Arus Kas Saham (Studi pada Operasi mempunyai
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta) pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan MVA
Return Saham Regresi
Kas Operasi, EVA, dan MVA
6 Rahmadi (2013) Pengaruh Earning Per Share, Arus Kas Operasi, Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) EPS, Arus
EVA Return Saham Regresi Linier Sederhana Kinerja Keuangan yang diukur dengan menggunakan konsep Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
Value Added terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45
5 Wijaya dan Tjun (2009) Pengaruh Economic
Linier Berganda EVA, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, MVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Return Saham Regresi
4 Trisnawati (2009) Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap Retur Saham EVA, Arus
Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluEconomic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap return saham, Operating Income dan Net Income berpengaruh terhadap return saham.
Saham Regresi Linier Berganda
EVA, Operating Income , dan Net Income Return
3 Purnama (2008) Analisis Pengaruh Economic Value Added, Operating Income, dan Net Income dengan Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
Linier Berganda Leverage Keuangan (debt ratio), ROA, dan NPM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. ROE memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap return saham.
Return Saham Regresi
Debt Ratio , ROA, ROE, dan NPM
2 Hasanah (2008) Analsis Pengaruh Leverage Keuangan dan Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun 2005-2007
No Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian Independen Dependen
Linier Berganda EPS dan EVA tidak berpengaruh terhadap return saham, Arus Kas Operasi berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, dan MVA berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham.
2.10 Kerangka Konseptual
Dalam berinvestasi di pasar modal, setiap investor mengharapkan akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut biasa disebut dengan return.Return tersebut merupakan kompensasi atas biaya kesempatan dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Return tersebut nantinya akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh variabel fundamental terhadap return saham tersebut, yaitu economic value added, earnings, operating
leverage, dan market value added.Masing-masing variabel tersebut mewakili dari
setiap kategori pengukuran kinerja perusahaan.Menurut Tunggal (2001) dalam Fandi (2006 : 33), “EVA adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal, suatu perusahaan dapat dikatakan meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya bila tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar daripada biaya modal”. Bila EVA semakin tinggi, maka harga saham akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena perusahaannya tersebut telah berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya, sehingga return saham ikut naik juga. Kesimpulan dari pola hubungan antara economic value added dan
return adalah, bahwa economic value added dan return mempunyai hubungan yang
searah dan linier. Artinya, semakin tinggi economic value added suatu aset, semakin tinggi pula return dari aset tersebut, demikian juga sebaliknya (Issabella, 2013: 10).
Menurut Tandelilin (2001: 2410), “komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS)”. EPS adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan pada saat menjalankan operasinya untuk memperoleh keuntungan tiap lembar sahamnya yang mampu diperoleh oleh perusahaan. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning di masa depan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan (Rahmadi: 2013: 9).
Menurut Hanafi (2004: 327), bahwa operating leverage diartikan sebagi seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”. Operating
leverage digunakan dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar dari beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi para pemegang saham. Semakin tinggi nilai operating leverage, perubahan dalam kegiatan penjualan akan sangat berdampak terhadap profit (Trisnawati, 2009: 70). Dengan demikian, para investor akan memperoleh return dari penjualan sahamnya atau dari peningkatan perolehan laba perusahaan. Akan tetapi, apabila pendapatan dari penggunaan hutang ini lebih rendah dari beban tetapnya maka perusahaan akan menderita kerugian.
Market value added merefleksikan seberapa besar pertambahan nilai yang
dapat dikapitalisasi dan memaksimalkan nilai modal yang dipakai dalam suatu perusahaan. Selain itu, MVA juga merefleksikan seberapa pintar pihak manajemen dalam menciptakan atau meningkatkan kemakmuran terhadap modal pemegang saham (Rahmadi, 2013: 9). MVA membantu manajer fokus atas penghargaan kepada para pemegang saham, yaitu mendapatkan pengembaliandari modal yang diinvestasikan (Ismanegara, 2012: 12).Dengan demikian, MVA merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam m menciptakan kekayaan bagi pemil liknnya (pe megang sah ham).Jadi, kekayaan atau
ke esejahteraa an pemega ang saham m akan b bertambah bila MV VA bertam mbah. Menurut W M Winarto (201 10: 2), “jik ka MVA po ositif berar rti manajer r telah ber rhasil
menciptakan m n nilai tam mbah bagi i perusaha aan. Sebali iknya, jika a MVA ne egatif
m maka manaj jer gagal m menciptakan n nilai tam mbah bagi p erusahaan n”.Berda asarkan has sil analisis tersebut da apat disimp pulkan keran angka konse eptual ya ang mengga ambarkan ki inerja perus sahaan pada a Gambar 2. .1 berikut in ni:
1
(X )
Economic Value Adde ed
X )
2 Earnings (X
Return R Saham am(Y)
X )
3 Operating Leverage (X
X )
4 Market Val lue Added (
Gambar 2
2.1 Kera angka Kon nseptual 2. .11 Hipot tesis Peneli itian
Beras sarkan kera angka kons septual, ma aka dihipo tesiskan: E Economic Value
Ad dded, Earn ning, Oper rating Leve erage, dan n Market Value Add ded berpeng garuh
te erhadapRetu urn Saham p pada perusa ahaan yang t terdaftar di Index LQ-4 45.