PPT Kelompok 4B Terapi DM

  

TERAPI DIABETES MELLITUS

DAN HIPERLIPIDEMIA Rizky Fajar Wirawan Mega Audine P.

  Meiliani Shara Nurrahma Nawwir Azzahra Indah Hapsari K. Intan Novia Hadriantanella Nisrina Ramadhyanti

  

Algoritma Terapi Diabetes

Melitus Rizky Fajar Wirawan 1106051622

  Diabetes Melitus Tipe 1

  

  Perkiraan dosis untuk injeksi insulin :

  ◦ 0,6 unit/kg BB

   50% basal insulin sebelum sarapan

   20% prandial insuin sebelum sarapan

   15% prandial insuin sebelum makan siang

 15% prandial insulin sebelum makan malam

  

Diabetes Mellitus Tipe II

  1. Pengobatan peroral

  2. Pengobatan lanjutan dengan insulin

  

  Once Daily Insulin (ODI)

  

  Muti-dose Insulin (MDI)

  

  Intensive Insulin Therapy

Terapi Diabetes pada penderita TB dengan DM

  Interaksi Obat: Rifampisin menginduksi Sitokrom P450

  • Sulfonilurea dan Thiazolodinediones
  • dimetabolisme di hati oleh Sitokrom P450

  Pilihan Obat Metformin karena tidak dipengaruhi oleh Rifampisin.

  Insulin

Mega Audina P 1106051843 Normal Diabetes sel

  β langerhans kelenjar pankreas Insulin Insulin

  Menstabilkan kadar gula dalam darah

  Mekanisme Kerja 1.

  Meningkatkan difusi glukosa dari darah ke dalam sel

  2. Peningkatan aktivitas enzim Insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan seperti glukokinase.

  Klasifikasi

  Gas Regular Insulin Merupakan insulin alami yang diberikan secara intravena.

  2. Insulin Masa Kerja Sedang Lispro, aspart, dan glulisin.

  3. Insulin Masa kerja Sedang, Mula Kerja Cepat Semilente, isophane/NPH, lente

  4. Insulin Masa Kerja Panjang (Long Acting) Glargine dan detemir

  5. Insulin Campuran (Premixed insulin) Dari sediaan yang ada sering dibuat campuran dengan tujuan memperoleh sediaan yang mula kerja cepat dan masa kerja panjang. Contoh Sediaan

  Indikasi 

  Penderita DM tipe 1 yang mutlak membutuhkan insulin pengganti

  

  DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi dengan diet dan antidiabetik oral

  

  DM pasca pankreatektomi

  

  DM dengan kehamilan

  

  DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis, atau dengan komplikasi lain. Kontraindikasi 

  pasien yang rentan mengalami kondisi hipoglikemia

  tingginya sensitivitas pasien terhadap insulin ◦ tidak tepatnya waktu makan dengan waktu

  ◦ tercapainya kadar puncak insulin kerja fisik yang berlebihan.

  ◦ 

  pasien hipersensitif

Efek Samping 1

  Hipoglikemia 2. Alergi 3. Lipodistrofi pada tempat penyuntikan Dosis 

  Pada DM tipe 1, rata-rata kebutuhan insulin harian adalah 0,5-0,6 unit/kg

  

  Selama penyakit akut atau adanya ketosis atau pada keadaan resistensi relatif insulin, dibutuhkan dosis yang lebih tinggi

  

  Pada pasien DM tipe 2, dibutuhkan dosis yang lebih tinggi (0,7-2,5 unit/kg) Interaksi Obat

  Obat yg dapat me ↙ efek hipoglikemia insulin

  Danazol

  

  Progesteron

  

  Dobutamin

  

  Diazoxida

  

  Dekstrotirosin

  

  

   Kontrasepsi oral

  Siklofosfamid

  Hormon tiroid 

  B- blocker 

  

   Fenitoin

   Fenotiazin

   Nikotin

   Epinefrin

   Diltiazem

   Kortikosteroid

  Inhibitor protease Obat yg dapat me ↗ efek hipoglikemia insulin

  • ACE inhibitor
  • Salisilat • Alkohol • Sulfonamid • Antidiabetik oral
  • Tetrasiklin • MAO inhib
  • Mebendazol • Klorokuin • Fenilbutazon

  Rute Pemberian Subkutan

  • Absorpsi bervariasi bergantung pada lokasi penyuntikan dan variasi individu

  Intramuskuler

  • Penyerapan lebih cepat 2 kali lipat dari pada subkutan

  Intra Vena

Bentuk Sediaan

  Syringe Insulin Jet Injector

  Insulin Pen Insulin Pump

  Lokasi Penyuntikan

  Cara Pakai

  Penyimpanan 

  Dihindarkan dari cahaya, dan penyimpanan tidak pada panas yang ekstrim serta tidak beku.

  

  Insulin harus di simpan pada lemari es pada suhu 2-8 ⁰C.

  

  Pada suhu kamar dengan penyejuk pada suhu 15-20 ⁰C untuk vial yang akan digunakan dalam 1 bulan .

  

Antidiabetik Oral Golongan

Sulfonilurea Meiliani Shara 1106067431

  Sulfonilurea

  • Tolbutamid • Tolazamid • Asetoheksimid • Klorpropamid

  Generasi I

  • Glibenklamid • Glipizid

    • Gliklazid

  Generasi II Terapi Diabetes tipe II, dengan fungsi sel ẞ pankreas yang masih aktif

  Mekanisme Kerja Sulfonilurea memblok kanal kalium sensitif ATP dalam membran sel dari sel ẞ pankreas Inhibisi dari kanal tersebut menyebabkan depolarisasi membran sel ẞ

  Kanal Ca 2+ terbuka sehingga Ca 2+ masuk dan terjadi peningkatan Ca 2+ dalam sel Merangsang sekresi insulin dari granul insulin

Tolbutamid

   T 1/2 plasma : 4-6,5 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 6-10 jam

   Metabolisme : terkarboksilasi di hati

   Ekskresi : 100% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 500-1500, 500-3000, 3000

   Penggunaan perhari : 2-3 kali

   Ukuran tablet yang tersedia (mg) : 250, 500

   Contoh sediaan : Orinase, Rastinon

   Keterangan : tolbutamid sedikit poten S N H O O N H CH H 3 O 3 C

Klorpropamid

   T 1/2 plasma : 36 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 60 jam

   Metabolisme : terhidroksilasi di hati

   Ekskresi : 80-90% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 100-250, 100-500, 500

   Penggunaan perhari : 1 kali

   ukuran tablet yang tersedia (mg) : 100, 250,

   Contoh sediaan : Diabinese

   Keterangan : lebih poten dari tolbutamid S N H O O N H CH O 3 Cl

Tolazamid

   T 1/2 plasma : 7 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 12-14 jam

   Metabolisme : termetabolisme di hati

   Ekskresi : 85% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 100-250, 100-1000, 1000

   Penggunaan perhari : 1-2 kali

   ukuran tablet yang tersedia (mg) : 100, 250, 500

   Contoh sediaan : Tolinase S N H O O N H H 3 C O N

Asetoheksamid

   T

  1/2 plasma : 4-6 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 12-18 jam

  

Metabolisme : terreduksi di hati

menjadi 1-hidroksiheksamid

   Ekskresi : 60% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 250-500, 250-1500, 1500

   Penggunaan perhari : 1-2 kali

  

ukuran tablet yang tersedia (mg) : 250, 500

   Contoh sediaan : Dymelor S N H N H H 3 C O O O O

Gliburida

   T 1/2 plasma : 4-11 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 24 jam

   Metabolisme : termetabolisme di hati

   Ekskresi : 50% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 1.25-2.5, 1.25-20, 20

   Penggunaan perhari : 1-2 kali

   ukuran Tablet yang tersedia (mg) : 1.25, 2.5, 5, 10

   Contoh sediaan : Daonil, Euglucon

   Keterangan : 100 kali lebih efektif dari S N H O O N H O N H O OCH 3 Cl

Glipizida

   T 1/2 plasma : 2.5-4,7 jam  Durasi efek hipoglikemik: sampai 24 jam

   Metalobisme : termetabolisme di hati

   Ekskresi : 50% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 2.5-5, 2.5-40, 40

   Penggunaan perhari : 1-2 kali

   ukuran Tablet yang tersedia (mg) : 5, 10

   Contoh sediaan : Aldiab, Glucotrol, Glibinese

   Keterangan : terabsorpsi sempurna. belum S N H O O N H O N H N N H

3

C O

Gliklazida

   T 1/2 plasma : 8-11 jam

   Durasi efek hipoglikemik: sampai 24 jam

   Metalobisme : termetabolisme di hati

   Ekskresi : 60-70% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 40, 40-320, 320

   Penggunaan perhari : 1-2 kali  Contoh sediaan : Diamicron

  

Keterangan : memiliki potensi diantara

S N H O O N H O H 3 C N

Glimpirida

   T

  1/2 plasma : 5-9 jam

   Durasi efek hipoglikemik : 24 jam

   Metalobisme : termetabolisme di hati

   Ekskresi : 60% di urin

   Dosis (awal, lazim, maksimal [mg/hari])

  ◦ 1-2, 4-8, 8

   Penggunaan perhari : 1 kali

   Contoh sediaan : Amaryl S N H O O N H O CH H 3 N O N O H 3 C H 3 C

  Dosis Sulfonil Urea Oral Nama Generik Dosis awal yang direkomendasi mg/hari Dosis terapi Ekivalen mg Dosis maksimum mg

  Non lansia Lansia Asetoheksamid 250 150-250 500 1500 Klorpropamid 250 100 250 500 Tolazamid 100-1250 100 250 1000 Tolbutamid 1000-2000 500-1000 1000 3000 Glipizid 5 2,5-5 5 40 Glipizid 5 2,5-5 5 20 Glibenkamid 5 1,25-2,5 5 20 Glibenkamid 3 1,5-3 3 12 Glimepirid 1-2 0,5-1 2

  Farmakokinetika 

  Cepat diabsorpsi di saluran cerna setelah pemberian oral 

  Waktu makan mempengaruhi juga absorpsi sulfonilurea (glipizide).

  

Sebagian besar terikat dengan protein (90-

99%) Generasi I : ikatan ionik Generasi II : ikatan non-polar

  

Semua sulfonilurea termetabolisme dihati dan sebagian besar terekskresi melalui ginjal dalam urin, ada juga melalui empedu. Terapi dan Perhatian Khusus 

  Selama terapi, lakukan asupan nutrisi yang benar

  

  Pasien Obesitas : harus ada pembatasan kalori

  

  Pasien Kelainan hati dan/atau ginjal : pengurangan dosis sulfonilurea dan sering kontrol gula darah.

Interaksi Obat

  MK: proses perombakan enzimatis dari alkohol di hati akan terhambat pada fase asetaldehid, sehingga jumlah asetaldehid dalam darah meningkat. Efek yang terjadi berupa nyeri kepala, jantung berdebar, flushing, berkeringat.

  Rx : C H OH  CH CHO  CH COOH 2 5 3 3

  2. Sulfonilurea vs akarbose  meningkatkan efek hipoglikemi

MK: sulfonilurea merangsang sel beta untuk melepaskan insulin

yang selanjutnya akan merubah glukosa menjadi glikogen. Dengan adanya akarbose akan memperlambat absorbsi & penguraian disakarida menjadi monosakarida  insulin >>

  3. Sulfonilurea vs antasid  absorbsi sulfonilurea meningkat MK: interaksi ini terjadi pada proses absorbsi, yaitu antasid akan meningkatkan pH lambung. Peningkatan pH ini akan meningkatkan kelarutan dari sulfonilurea sehingga absorbsinya dalam tubuh juga akan meningkat.

  4. Insulin vs CPZ  glukosa darah meningkat MK: CPZ akan menginaktivasi insulin dengan cara mereduksi ikatan disulfida sehingga insulin tidak dapat bekerja.

  5. Sulfonilurea vs Simetidin  hipoglikemi MK: simetidin menghambat metabolisme sulfonilurea di hati sehingga efek dari sulfonilurea meningkat.

  6. Sulfonilurea vs Alupurinol  hipoglikemi >> MK: Alupurinol meningkatkan t1/2 dari klorpropamid.

  Hipoglikemia dan koma dapat dialami oleh pasien yang mengkonsumsi glikazid dan alupurinol.

  

7. Antidiabetika vs Sulfonamida  peningkatan efek hipoglikemia.

MK: Sulfonamida dapat menggantikan posisi dari sulfonilurea dalam hal pengikatan pada protein dan plasma sehingga sulfonilurea dalam darah meningkat.

  MK: Gemfibrozil menghambat metabolisme glimepirida pada sitokrom P450 dengan isoenzim CYP2C9 yang

merupakan perantara metabolisme dari glimepirida dan

antidiabetika golongan sulfonilurea lainnya seperti glipizida, glibenklamida & gliklazida sehingga efek hipoglikemi meningkat.

  9. Sulfonilurea vs kloramfenikol  hipoglikemi akut

MK: kloramfenikol dapat menginhibisi enzim di hati yang

memetabolisme tolbutamid dan klorpropamid.

Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi di dalam tubuh,

waktu paruh akan semakin panjang.

  10. Sulfonilurea vs Probenesid  hipoglikemi MK: probenesid dapat mengurangi ekskresi renal dari sulfonilurea sehingga waktu paruhnya semakin panjang.

  11. Glibenklamid vs Fenilbutazon  Efek hipoglikemia glibenklamid diperpanjang.

  MK: Fenilbutazon menghambat ekskresi renal dari glibenklamid, sehingga dapat bertahan lebih lama dalam tubuh & memperpanjang t1/2 glibenklamid.

Kontraindikasi

  • Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati-

    hati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi

    hati, dan atau gangguan fungsi ginjal.
  • • Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk pasien usia lanjut

    dan pasien insufisiensi ginjal.
  • Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya singkat.
  • Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra indikasi bagi sulfonilurea.
  • • Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes yuvenil,

    penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes melitus berat.

Efek Samping

  • umunya ringan dan frekuensinya rendah seperti gangguan saluran cerna dan gangguan syaraf pusat.
  • • Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi

    asam lambung dan sakit kepala.
  • Gangguan susunan saraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia,

    trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi

    walau jarang sekali.
  • Klorpropramida dapat meningkatkan ADH (antidiuretik hormon).
  • Hipoglikemia dapat terjadi jika dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia.

    Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral

    dengan masa kerja panjang (Anonim,2005).

  Obat Golongan Analog Amylin

  

  Amylin merupakan hormon peptida yang disekresikan bersama dengan insulin, berperan dalam menurunkan kadar gula darah dengan memperlambat pengosongan lambung, dan menekan pengeluaran glukagon dari sel

  α pankreas.

  

  Pramlintid merupakan sintetik analog dari amylin yang digunakan sebagai terapi tambahan untuk pasien yang sedang menggunakan insulin.

  

  Mekanisme kerja: menekan sekresi glukagon post-prandial, mengurangi asupan makanan, menurunkan berat badan, memperlambat pengosongan lambung

   Nama obat : Pramlintid Dosis awal untuk  Nama Dagang Symlin ® adalah 15 mcg secara pasien DM tipe 1  Indikasi men ditingkatkan hingga subkutan sebelum makan dan dapat

  Untuk pasien diabetes melitus tipe 1 dan 2 yang sudah dosis pemeliharan 30- menggunakan insulin Regi 60 mcg sebelum makan. pramlintid tidak boleh digunakan muntah, nyeri kepala, Mual, hipoglikemia, pasien DM tipe 2 Dosis awal untuk

  IO bersamaan dengan adalah 60 mcg secara agen yang dapat TD nyeri abdomen. subkutan sebelum memperlambat O makan. Dosis dapat absorbsi intestinal R ditingkatkan menjadi

  Meglitinid

Nurrahma Nawwir Azzahra

1106067633

  Meglitinid Mekanisme Kerja

  Mekanisme kerja dari obat golongan meglitinid ini mirip dengan obat golongan sulfonilurea, yaitu dengan cara merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ada pada ATP-independent di sel β pankreas.

  Perbedaan dengan Obat Golongan Sulfonilurea:

  Meglitinid awal kerjanya lebih cepat, namun masa kerjanya lebih pendek = “faster on/faster off”.

  

Resiko hipoglisemia yang muncul pada golongan

  Induksi Pengikatan pada reseptor

Blokade

kanal K

Depolarisasi sel β

  • DM tipe 2 pada pasien yang beresiko tinggi terjadinya hipoglikemia dan alergi terhadap sulfa.

  Indikasi • Pasien gangguan fungsi hati dan ginjal.

  Kontraindikasi

  • Hipoglikemia dan peningkatan berat badan Repaglinid : Derivat asam metilbenzoat karbamoil Nateglinid : Derivat Fenilalanin-D

  Interaksi Obat Menguntungkan (+)

  • Tindakan hipoglikemik oral dapat diperkuat oleh obat-obatan tertentu seperti salisilat, sulfonamida, kloramfenikol, kumarin, probenesid, dll.

    termasuk AINS dan obat lainnya yang memiliki ikatan protein yang kuat,

  • Obat yang menginduksi CYP 3A4 (Troglitazone, Rifampisin, Barbiturat, menurunkan efek antidiabetik bila digunakan secara bersamaan. Karbamazepin) = meningkatkan metabolisme Repaglinid yang dapat

  Merugikan (-)

  • Inhibitor CYP 3A4 : obat antijamur (Ketokonazol, Mikonazol, dll.) dan beberapa antibiotik (Eritromisin) = menurunkan metabolisme Repaglinid.
  • Tiazid (diuretik), kortikosteroid, fenotiazin, produk tiroid, estrogen, blockers, isoniazid, dan obat lain yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia

    kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik, calcium channel

    diobati dengan Repaglinid. harus digunakan dengan hati-hati dan dengan pemantauan pada pasien yang

   Sediaan dan Dosis

kali/hari, 15 - 30 menit sebelum makan. Dosis harian maksimum adalah 16 mg.

Repaglinid (Prandin )  Dosis : (Dewasa) : Oral = Kisaran dosis: 0,5-4 mg 2-4

® sebelum makan. Nateglinid (Starlix )  Dosis (Dewasa) : Oral = 120 mg 3 kali/hari, 15-30 menit ®

  Bisa diberikan secara monoterapi atau kombinasi dengan : 1. dikontrol dengan metformin secara monoterapi

Metformin (Repaglinid/Nateglinid + Metformin) = apabila pasien tidak dapat

2. dalam jangka waktu dua minggu dirawat selama lebih dari satu tahun dengan terapi obat oral tunggal setelah gagal Tiazolidinedion (Repaglinid/Nateglinid + Rosiglitazon) = untuk pasien diabetes yg 3. dari sulfonilurea + terapi insulin basal Basal insulin (Repaglinid/Nateglinid + Gliklazid) = sebagai pengganti/alternatif lain dibandingkan penggunaan monoterapi  memberikan hasil statistik yang lebih besar menurunkan HbA1c dan FPG

  Biguanid

Rizky Fajar Wirawan

1106051622

  Mekanisme Kerja

  Selain menghambat jalur glukoneogenesis metformin diduga memberikan efek lain p- ada jalur glikogenolisis. Penghambatan glikogenolisis diduga berasal dari penghambatan aktivitas Glukosa-6-Fosfatase, di mana enzim ini bekerja pada jalur glukoneogenesis maupun glikogenolisis.

  • Diabetes Melitus tipe 2 yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonilurea, terutama pada pasien yang gemuk Indikasi:
  • gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi asidosis laktat, gagal jantung, infeksi atau trauma berat, dehidrasi, alkoholisme, wanita hamil, laktasi

  Kontraindikasi:

  • mual, muntah, anoreksia, dan diare yang selintas, asidosis laktat Efek samping:
  • penggunaan hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan fungsi hati dan ginjal Peringatan

  Dosis Pemberian

  • 500 mg, 2 kali sehari Metformin Metformin Lepas Lambat

Interaksi Obat Obat A Obat B Efek yang terjadi / Deskripsi

  Alkohol Metformin Alkohol mempotensiasi efek metformin pada menggunakan alkohol selama menggunakan metabolisme laktat,. Peringatkan pasien tidak metformin. kationik ginjal potensial berinteraksi dengan metformin Obat Metformin Secara teori obat kationik yang dieleminasi melalui dengan berkompetisi pada sistem sekresi/ dilakukan penaturan dosis metformin. meningkat, kadar metformin harus dimonitor dan transport tubular, kadar metformin dapat Simetidin Metformin Simetidin meningkatkan kadar puncak plasma eksresi metformin. metformin 60% dan AUC 40% terjadi hambatan

  Furosemid Metformin Furosemid meningkatkan kadar plasma metformin, Obat A Obat B Efek yang terjadi / Deskripsi furosemid lebih rendah 31 dan 12%, t terminal eksresi renal tidak signifikan. Cmax dan AUC Cmax meningkat 22% dan AUC 15%, perubahan ½ renal furosemid. turun 32% tanpa perubahan signifikan pada klirens Nifedipin Metformin Cmax dan AUC metformin meningkat masing- diekskresikan ke dalam urin meningkat. Nifedipin masing 20 dan 90%, jumlah metformin yang meningkatkan absorpsi metformin.

  Glibenkamid Metformin Pemberian metformin meningkatkan AUC dan Cmax glibenkamid tetapi sangat bervariasi.

  Penghambat enzim α- Glikosidase Indah Hapsari K.

  1106067330 Penghambat α-Glukosidase Mekanisme Kerja:

  

  Menghambat enzim α-Glukosidase yang dapat memecah disakarida menjadi monosakarida menurunkan absorbsi monosakarida mencegah peningkatan glukosa plasma postpandrial

  Mono Di,

  Polisakar α-amylase α-glukosidase oligosa sakari ida karida da

  Mekanisme Kerja

  Penghambat α-Glukosidase Indikasi:

   Menurunkan glukosa plasma postprandial pada

DM tipe 1 dan 2, dan pada DM tipe 2 dengan

hiperglisemia yang hebat dapat menurunkan HbA1c secara bermakna.

  Kontraindikasi:

  Anak usia dibawah 12 tahun, wanita hamil, wanita menyusui, colitis ulseratif, obstruksi usus, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal berat, hernia, riwayat bedah abdominal

  Efek Samping:

  

Dose-dependent, malabsorbsi, flatulen, diare, dan Penghambat α-Glukosidase Interaksi obat (Merugikan) Obat A Obat B Efek yang Terjadi

  Akarbose Digoksin Konsentrasi serum digoksin menurun, efek terapeutik digoksin menurun Akarbose Enzim saluran cerna (amilase, Akarbose Absorben/karbon aktif Efek akarbose menurun pankreatin) Efek arkabose menurun Miglitol Digoksin Konsentrasi plasma digoksin menurun 19-28%

  Miglitol Gliburid AUC Cmax dan AUC gliburin menurun Miglitol Metformin AUC dan Cmax metformin menurun 12-13% Miglitol Propanolol Ketersediaan hayati propranolol menurun Miglitol Ranitidin signifikan 40% Ketersediaan hayati ranitidine menurun signifikan 60%

  Penghambat α-Glukosidase Contoh obat:

   Akarbose dan miglitol

  Dosis:

  Untuk mengurangi efek samping, sebaiknya dosis diberikan secara bertahap 

  Tahap Awal: 25 mg pada saat mulai makan selama 4-8 minggu kemudian secara bertahap: ditingkatkan setiap 4-8 minggu sampai dosis maksimal 75 mg setiap tepat sebelum makan

  Sediaan beredar:

  Akarbose : Glucobay Bayer Indonesia 

  Miglitol : Glyset (belum ada di Indonesia)

  

Thiazolidinediones

(Glitazones) Intan Novia Hadriantanella 1106067513

  • Tiazolidinediones biasa disebut sebagai

    TDZs atau glitazone.
  • Rosiglitazon dan pioglitazon merupakan

  dua obat dari golongan ini yang berperan untuk terapi farmakologi diabetes melitus tipe 2 Mekanisme Kerja Thiazolindinedion 

  merupakan obat agonist dan selektif

  Peroxisome Proliferator-activated Receptor- γ

  (PPAR- γ) yang pada kondisi normal dirangsang oleh insulin di inti sel dan mengaktivasi insulin-

  responsive genes sehingga merangsang

  pembentukkan GLUT ke membran sel organ perifer

  

  PPAR- γ terdapat di organ target insulin : jaringan adiposa, hepar, dan pankreas

  Farmakokinetik 

  Pemberian oral pioglitazondapat diabsorpsi baik dengan/tanpa makanan, berlangsung ± 2 jam

  

  Metabolisme pioglitazon di hepar, oleh sitokrom P-450 dengan enzim CYP2C8 dan CYP3A4. dan dieliminasi di fesen dan 15-30% d urin sebagai metabolit. Efikasi 

  Golongan ini diberikan untuk penderita DM 2 yang tidak memberikan respon dengan diet dan latihan fisik.

  Menurut Pharmacy care-DM

  

  Pioglitazone digunakan sebagai obat tunggal

  

  Rosiglitazone mempunyai efek hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan dengan metformin, tapi Dosis dan pemberian Pioglitazone

   Dimulai dengan diberikan 15 mg sekali sehari.

   dosis maksimum adalah 45 mg/hari

   Contoh : Actos (Pioglitazone 15 mg/tablet

  Rosiglitazone  dimulai dengan pemberian 2 sampai 4 mg sekali sehari.

   Dosis maksimum yang diberikan adalah 8 mg per hari.

   Contoh sediaan : Avandia (Rosiglitazone 2 mg/tablet) Efek Samping 

  Troglitazon (Thiazolidinediones yang pertama kali digunakan untuk pengobatan DM) menyebabkan idiosinkrasi hepatotoksisitas. Sekitar 1,9% pasien yang mengkonsumsi Troglitazon mengalami peningkatan kadar ALT (Alanin aminotransferase) lebih dari 3 kali lipat dari batas normalnya

  

  FDA menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes fungsi hepar 2 bulan sekali

  Nisrina Ramadhyanti 1106067141

  DPP

  • – 4 Inhibitor dan Agonis GLP - 1
Dipeptidil Peptidase

  • – 4 (DPP-4)

  

  Enzim yang berperan dalam menginaktivasi hormon inkretin

  

  Inkretin merupakan hormon yang berperan penting dalam pengaturan glukosa darah (Glucagon GLP-1 Like

  peptide 1) Hormon Inkretin Insulinotropic GIP (Glucose Dependent

  Polypeptide)

  

Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1)

  Berfungsi untuk menghambat sekresi glukagon dan menstimulasi sekresi insulin

  

  Namun GLP-1 dengan cepat dipecah oleh DPP-4, karena itu dibutuhkan DPP-4 inhibitor atau agonis GLP 1 sehingga kadar glukosa darah dapat diatur dengan baik

  

  Pada penderita DM tipe 2, kadar GLP-1

  Efek Samping

  • Gangguan saluran pencernaan (nausea, diare, ulkus lambung)
  • Simptom gejala flu (pusing, hidung mampat, sakit tenggorokan)
  • Reaksi pada kulit (rasa sakit pada kulit yang disertai kemerahan atau keunguan)
  • Resiko pankreatitis

  Kontraindikasi

  • Pasien penderita DM tipe 1
  • Ibu hamil dan menyusui
Sediaan yang Beredar 

  Sitagliptin Dosis: 100 mg sekali sehari; Untuk pasien dengan CrCl

  ≥ 30 hingga < 50 ml/min, 50 mg/hari;

pasien dengan CrCl < 30 ml/min, 25 mg/hari

   Vildagliptin Dosis:

  50 mg dua kali sehari

  

Mekanisme Kerja Agonis GLP-1

  Analog GLP-1 bekerja seperti GLP-1

  Berikatan dengan reseptor sel β di pankreas bersama GIP Meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon Peningkatkan uptake glukosa di sel Kadar gula darah menurun

  Efek Samping

  • Gangguan saluran pencernaan (nausea, diare, muntah, konstipasi)
  • Pusing • Kehilangan nafsu makan
  • Berkeringat • Resiko pankreatitis

  Kontraindikasi

  • Pasien penderita DM tipe 1
  • Ibu hamil dan menyusui
Sediaan yang Beredar 

  Exenatide Dosis: 5 mg dua kali sehari. Dapat di tingkatkan menjadi10 mg dua kali sehari setelah 1 bulan terapi

   Liraglutide Dosis: 0,6 mg satu kali sehari untuk 1 minggu pertama (penyesuaian toleransi GI), 1,2 mg satu kali sehari untuk 1 minggu berikutnya, 1,8 mg satu kali sehari untuk selanjutnya

  Daftar Pustaka DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., dan Posey, L.M. (Eds). (2005). Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 4rd ed. Appleton & Lange, Stamford.

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Bakti Husada.

  

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. (2008).

Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan POM RI. Katzung, B. G., Masters, S. B., dan Trevor, A. J. (2012). Farmakologi

Dasar & Klinik. Vol 2. (Ed. ke-12). (dr. Brahm U. Pendit, Penerjemah).

Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

  Mithieux, G., Ludovic Guignot, Jean-Claude Bordet dan Nicolas

Wiernsperger. (2002). Intrahepatic Mechanisms Underlying the

Effect of Metformin in Decreasing Basal Glucose Production in Rats Fed a High-Fat Diet. Diabetes vol 51: 139-143