Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru Pada SDN 106800 Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Era globalisasi sekarang ini, sekolah merupakan tempat strategis dan menjadi suatu tolak ukur pencapaian kemajuan suatu bangsa. Kualitas dari suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu dari pendidikan Negara itu sendiri. Di dalam Undang-Undang

  mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal

  Dasar 1945 alinea 4 disebutkan upaya dalam

  

ini bukan hanya pemerintah yang memerhatikan pendidikan sebagai suatu indikator kemajuan

bangsa melainkan masyarakat juga mengambil tindakan nyata bahwa pendidikan yang akan

merubah nasib suatu bangsa dan menghilangkan paradigma lama bahwa pendidikan tinggi

hanya membuang waktu dan menghabiskan biaya. Pembangunan nasional di bidang

pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas

manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang memungkinkan warganya mengembangkan

diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. (Depdikbud, 1997). Penyelenggaraan pendidikan

di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

  Indonesia termasuk Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yaitu berkisar antara 250-280 juta penduduk namun kualitas pendidikan Indonesia masih lemah menurut survey United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di gurunya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang tentunya hal ini merupakan sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses peningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Guru merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas pendidikan dimana interaksi yang baik antara murid dengan guru akan menghasilkan mutu pengajaran yang baik pula. Menurut Pidarta bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : 1.

  Kepemimpinan kepala sekolah 2. Fasilitas kerja 3. Harapan-harapan, dan 4. Kepercayaan personalia sekolah

  Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru (Lamatenggo, 2001: 35) Selain itu, tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah secara keseluruhan. tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yakni: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima standar kompetensi tersebut terintegrasi di dalam kinerja kepala sekolah.

  Wahjosumijo (1999), mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kepala sekolah dalam hal ini dituntut mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi antar atasan dan bawahan dan mendelegasikan tugas.

  Dalam pelaksanaan dilapangan kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Dalam hal mendesak maka kepala sekolah harus mempunyai kemampuan yang tepat dan cepat dalam pengambilan keputusan, serta mempelajari hambatan-hambatan atau kendala yang terjadi dilingkungan sekolah. Koordinasi yang baik dan tepat secara pengorganisasian antara kepala sekolah dan para guru maka akan semakin meningkatkan efektivitas dan meningkatkan motivasi kerja bagi para guru karena adanya komunikasi dan kerjasama yang baik terjalin. Tentunya pelaksanaan tanpa adanya koordinasi yang baik tidak akan mencapai target yang telah ditentukan, disamping itu keberhasilan koordinasi yang dilaksanakan dari perkembangan dan pendidikan dapat ditunjukkan dengan adanya fenomena sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan dan kompetitif salah satu indikasi sekolah yang memiliki keunggulan dan kompetitif adalah adanya tampilan sikap dan perilaku para siswanya sesuai dengan norma yang berlaku dan adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Tabel 1.1 Tingkat Kehadiran Guru di SDN 106800

  No. Absensi 2012 2013 2014

  1. Dengan keterangan

  14

  16

  19

  2. Tanpa keterangan

  6

  4

  1 Total

  20

  20

  20 Sumber : Operator SDN 106800, 2014

  Dalam hal ini SDN 106800 Hamparan Perak telah memberikan sedikit perubahan kearah yang lebih baik secara perlahan semenjak pergantian kepala sekolah dari tahun ajaran 2011/2012 dengan meningkatnya nilai para siswa, kehadiran guru dan jumlah fasilitas pendukung belajar yang meningkat. Tentunya dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat memuaskan bagi seluruh pihak walaupun masih terdapat banyak kekurangan namun SDN 106800 Hamparan Perak diharapkan perubahan ini akan semakin meningkat.

Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Siswa

  No. Absensi Nilai UN Nilai US

  1. Matematika

  7.00

  

7.28

  2. Bahasa Indonesia

  7.24

  

8.00

3.

  IPA

  7.50

  

7.29

Sumber : Operator SDN 106800, 2014

Tabel 1.3 Fasilitas Guru dan Belajar Siswa

  No. Fasilitas 2012 2013 2014 1. - - Perpustakaan

  1

  2. UKS - 1 -

  • 3. TV ruang guru

  

1 -

  4. Komputer - -

  2 Total

- 5 -

Sumber : Operator SDN 106800, 2014

  Berdasarkan berbagai fenomena yang sudah terjadi di SDN 106800 Hamparan Perak seperti sudah disampaikan di atas serta berdasarkan uraian materi tentang kinerja guru yang dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru Pada SDN 106800 Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah ada pengaruh dari gaya kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja dan motivasi guru di SDN 106800 Hamparan Perak ?

  1.3 Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian harus ada tujuan agar penelitian yang dilaksanakan

  mempunyai arah sesuai dengan apa yang diinginkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada SDN 106800 Hamparan Perak .

  1. Dengan mengetahui pengaruh kepemimpinan tersebut sehingga untuk selanjutnya diharapkan mampu menjawab berbagai kejanggalan pelaksanaan tugas yang dilakukan dilingkungan SDN 106800 Hamparan Perak.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1. Manfaat secara ilmiah

  Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan untuk menulis karya ilmiah tentang sistematis dan metodologi penulis dalam menyusun suatu wacana baru dan memperkaya mengenai penerapan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dalam kaitan pengaruh kepemimpinan.

  2. Manfaat secara praktis Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan atau sumbangan saran dimana adanya hubunga dan koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan.

  3. Manfaat secara akademis Sebagai tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Teori

  Teori adalah seperangkat konsep. Definisi dan dalil yang saling terkait secara sistematis yang dikedepankan untuk menjelaskan dan mempradiksi fenomena yang terjadi (Angha, Nader. 2002)

  Teori atau sumber proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hipotesis kemudian diuji atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka, H.Rustam E:1999).

1.5.1 Pengertian Pengaruh

  Menurut Norman Barry : Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika

  

terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak

merupakan motivasi yang mendorongnya

(influence is a type of power in that a person who is influenced to act in a certain way

may be said to be caused so to act, even though an overt threat of santions will not be

the motivating force) Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang

ada dan timbul dari sesuatu (orang benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya

bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain. Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal

balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang di

pengaruhi. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu,

menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut

berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya.

1.5.2 Pengertian Kepemimpinan

  Menurut George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)

  

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,

mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Rauch & Behling (1984) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

  

Menurut Kartini Kartono (1994 : 48) Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas,

diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan

aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan¬peralatan

yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi

Menurut G.L.Feman & E.K.aylor (1950) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk

menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan efektifitas

maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu.

Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-

aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok (Veithzal

Rivai ; 2004 : 3). Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu : a.

  Kepemimpinan melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun pengikutnya.

  b.

  Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secra seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya.

  c.

  Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

1.5.2.1 Gaya kepemimpinan

  Menurut Sondang Siagian (2003 : 138) gaya atau model kepemimpinan yang paling banyak dipakai dewasa ini adalah yang berdasarkan teori situasional yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Bahkan teori tersebut banyak dipakai dalam program pengembangan eksekutif oleh berbagai jenis perusahaan di perusahaan komputer, perminyakan, dan bank. Bahkan juga oleh organisasi- organisasi kemiliteran. Gaya kepemimpinan yang timbul dapat mengambil empat bentuk, yaitu : a.

  Memberitahukan b. Menjual c. Mengajak bawahan berperan serta d. Melakukan pendelegasian

  Satu hal yang menarik dalam teori ini ialah bahwa disamping membahas empat gaya kepemimpinan dalam menghadapi situasi tertentu juga membahas tentang tingkat kedewasaan para bawahan.

  Menurut Sedarmayanti (2001 : 80) berbagai bentuk kepemimpinan dapat digolongkan dalam 6 (enam) golongan/tipe, yaitu: 1.

  Tipe Otokratis, mempunyai cirri : Menganggap organisasi sebagai milik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,

  Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu mengandalkan kekuasaan formalnya, Dalam tindakan penggerakannya sering menggunakan pendekatan yang mendukung unsur paksaaan, Cenderung memberi hukuman pada bawahan.

  Tipe Materialistis, mempunyai ciri-ciri : Dalam menggerakkan bawahan lebih cenderung menggunakan sistem perintah, Dalam menggerakkan bawahan selalu dikaitkan kepada pangkat dan jabatan, Senang dengan formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai peristiwa.

  3. Tipe Paternalistis, mempunyai ciri-ciri : Menganggap bawahnnya sebagai manusia yang tidak dewasa, Bersikap terlalu melindungi, Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, Cenderung bersifat maha tahu.

  4. Tipe Kharismatis, mempunyai ciri antara lain memiliki pengikut yang jumlahnya sangat besar karena mempunyai daya tarik yang besar. Kekayaan, kekuasaan, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma.

  5. Tipe Demokratis, mempunyai ciri-ciri : Dalam proses gerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya, la senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya, Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan tim work yang kompak dalam usaha mencapai tujuan, Dengan ikhlas memberikan kesempatan yang seluas-luasnya mengembangkan kemampuan bawahannya.

  6. Tipe Laissez Faire, mempunyai ciri : Tidak mempunyai keyakinan diri dalam kapasitas kepemimpinannya. Sebagai pemimpin yang, tidak menetapkan tujuan untuk kelompok vang dipimpinnya, Pengambilan keputusan dan penetapan tujuan diserahkan kepada kelompok, Kelompok menjadi kurang bersemangat dan kurang minat untuk bekerja.

1.5.2.2 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

  Peran para pemimpin dalam suatu organisasi sangat sentral dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Hal itu berarti efektivitas kepemimpinan dari para pemimpin yang bersangkutan merupakan hal yang paling didambakan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi tersebut. Kemampuan mengambil keputusan merupakan criteria utama dalam menilai efektivitas seseoang, berarti ada kriteria lain yang dapat dan biasanya digunakan. Berbagai kriteria itu berkisar pada kemampuan seorang pemimpin menjalankan berbagai fungsi-fungsi kepemimpinan. Ada lima fungsi kepemimpinan (Siagian, 2010:46) yaitu :

  1. Pimpinan sebagai penentu arah Seorang pemimpin harus dapat menentukan arah yang akan ditempuh suatu organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin harus dapat mengambil keputusan yang tepat untuk organisasinya. Strategik, teknik, menetukan arah organisasi di masa yang akan dating merupakan suatu saham yang teramat penting dalam kehidupan organisasional untuk pencapaian tujuan organisasi.

  2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi Tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar organisasi yang bersangkutan sendiri. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus mampu menjadi wakil dan juru bicara organisasi dalam menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak baik dari dalam organisasi maupun luar organisasi.

  3. Pimpinan sebagai komunikator yang efektif Pemeliharaan hubungan baik ke dalam maupun keluar organisasi dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan interaksi antara atasan dan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan, dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan operasional dimungkinkan terjadi dengan baik berkat komunikasi yang efektif. Demikian pentingnya komuniksi yang efektif itu dalam usaha peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan kewajiban bagi setiap pemimpin.

  4. Pimpinan sebagai mediator Pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator yang andal, khususnya terjadinya konflik.

  5. Pimpinan sebagai integrator Di dalam suatu organisasi, tidak jarang terjadi adanya kotak-kotak atau kumpulan golongan tertentu, baik itu yang bersifat negative maupun positif.

  Seorang pemimpin memiliki fungsi sebagai integrator maksudnya seorang pemimpin harus mampu bersikap efektif, rasional, objektif, dan netral dalam menghadapi keadaan tersebut diatas.

1.5.3 Kinerja Guru

  Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan menggungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula. Rich (1997 : 118) menyatakan kinerja dianggap lebih dari produktivitas karena kinerja menyangkut perilaku alami yang dimiliki seseorang untuk bebas melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya. Perilaku bebas untuk bertindak ini tetap tidak bisa dilepaskan dari syarat-syarat formal seorang karyawan untuk meningkatkan fungsi efektif suatu organisasi. Cascio (1995 : 22) mengatakan bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan dari tugas-tugas yang telah ditetapkan. kinerja guru sebagai seorang pendidik agar dapat mencapai tujuan dari sekolah tempatnya mengajar.

1.5.3.1 Faktor yang Memengaruhi Kinerja Guru

  Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kerja adalah:

1. Imbalan finansial yang memadai 2.

  Kondisi fisik yang baik 3. Keamanan 4. Hubungan antar pribadi 5. Pengakuan atas status dan kehormatannya 6. Kepuasan kerja.

1.5.3.2 Penilaian Dari Kinerja Guru

  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdapat 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogic, keperibadian, sosial, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Guru memiliki dimensi utama dalam penilaian kerjanya dimana setiap guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran harus memperhatikan beberapa indicator kinerja dari seorang guru yaitu : perencanaan pembelajarannya yang harus disusun oleh para guru dalam bentuk RPP dan efektif, penilaian pembelajaran bagi siswa secara kompetitif.

1.5.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru

  Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam memengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur, lebih bertanggung jawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga meraih pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Dalam suatu organisasi yang besar, efektivitas seorang pemimpin tergantung pada kekuatan pengaruh gaya kepemimpinannya terhadap atasan, rekan sejawat, dan pengaruhnya terhadap bawahan (Yukl, 2005:174).

  Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 2010:84).

  Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi. Sebagaimana yang dikemukakan Kartono (2002:76), pemimpin adalah menggerakkan orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing dengan hasil yang diharapkan.

1.6. Definisi Konsep

  Menurut Masri Singarimbun (1989 : 17) konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristikkejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social. Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka untuk mendapatkan batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka tulisan mengemukakan definisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu :

  1. Pengaruh Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

  2. Kepemimpinan Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus.

  Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.

  3. Motivasi

  Motivasi secara umum didefinisikan sebagai alsan atau dorongan seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya.

  4. Kinerja

  Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.

1.7. Definisi Operasional

  Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

  1. Gaya kepemimpinan sebagai variable X atau variabel bebas, dengan indikator sebagai berikut : a.

  Pemantauan, memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri ditempat dimana peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas.

  Bimbingan dan pengarahan, adalah segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas.

  c.

  Tindakan disiplin, adalah segala usaha yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku.

  d.

  Tindakan korelsi, dimana segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh bawahan.

2. Kinerja guru sebagai variabel Y atau terikat dengan indikator sebagai berikut : a.

  Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan yaitu kesanggupan guru untuk mengikuti ketentuan-ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama bekerja.

  b.

  Ketaatan terhadap waktu yaitu ketetapan dan keberadaannya pada jam kerja yang ditentukan sesuai dengan peraturan dan ketetapan dalam menyelesaikan tugas.

  c.

  Kesadaran akan pentingnya tugas/pekerjaan yaitu kesanggupan guru dalam menyelesaikan segala pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya.

  d.

  Teknologi dan sarana yaitu kesanggupan serta kemampuan seorang guru dalam menggunakan sarana teknologi, sehingga guru dapat melakukan e.

  Pelayanan yaitu melayani kepentingan murid sesuai dengan bidang studinya f.

  Kerjasama yaitu saling koordinasi sesame guru, sehingga menciptakan suasana yang harmonis.

  g.

  Kepatuhan yaitu sikap dan prilaku yang baik terhadap pimpinan, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terasa ikhlas.

  h.

  Menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga diharapkan segala tugas- tugas yang diberikan oleh pimpinan dapat diperjakan sesuai dengan standard kualitas dan standard kuantitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.8. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara tentang suatu penelitian yang sebenarnya akan dibuktikan dengan jalan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah

  Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru Pada SDN 106800 Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”.