Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi

KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Muflihah Isnawati G0009134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Skripsi dengan judul: Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi

Muflihah Isnawati, NIM: G0009134, Tahun: 2012 Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari………..….., Tanggal…………….…….2012

Pembimbing Utama

Rustam Sunaryo, dr.,Sp.OG.

NIP. 19480224 197603 1 002

Penguji Utama

Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr.,Sp.OG.(K)

NIP. 19620822 198912 2 001

Pembimbing Pendamping

Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,M.Sc,Ph.D

NIP. 19551021 199412 1 001

Penguji Pendamping

Dra. Fitriyah

NIP. 19520624 198003 2 002

Tim Skripsi

Muthmainah, dr.,M.Kes

NIP. 19660702 198802 2 001

Skripsi dengan judul: Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi

Muflihah Isnawati, NIM: G0009134, Tahun: 2012 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari………..….., Tanggal…………….…….2012

Pembimbing Utama

Nama : Rustam Sunaryo, dr.,Sp.OG. NIP : 19480224 197603 1 002

Pembimbing Pendamping

Nama : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,M.Sc,Ph.D NIP : 19551021 199412 1 001

Penguji Utama

Nama : Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr.,Sp.OG.(K) NIP : 19620822 198912 2 001

Anggota Penguji

Nama : Dra. Fitriyah NIP : 19520624 198003 2 002

Surakarta, …………………………

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr.,M.Kes

NIP. 19660702 198802 2 001

Dekan FK UNS

Prof, Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP. 19510601 197903 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, …………..................

Muflihah Isnawati NIM. G0009134

Muflihah Isnawati, G0009134, 2012. Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Preeklamsia dan eklamsia merupakan urutan kedua penyebab kematian ibu setelah kasus perdarahan. Gangguan kehamilan dapat disebabkan dari bahaya merokok. Departemen Kesehatan melaporkan, tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok. Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Sebanyak 60 subjek penelitian yang dipilih dengan purposive sampling dan fixed disease sampling adalah pasien ibu hamil yang memeriksakan diri di Poli Kandungan RSUD Dr.Moewardi dan ibu melahirkan di RSUD Dr.Moewardi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan rekam medik pasien. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan model regresi logistik ganda dan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20.00 for Windows.

Hasil Penelitian: Ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko mengalami preeklamsia 8.38 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok setelah mengontrol berat badan ibu hamil, status gravida, dan status ANC (OR = 8.38; CI = 95%; 1.53, 45.90; p = 0.014).

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil yang terkena paparan asap rokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia. Simpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh berat badan ibu hamil, status gravida, dan status antenatal care.

Kata kunci: Ibu hamil, perokok pasif, preeklamsia

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr.Moewardi”.skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat, ucapan terimakasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. H. Rustam Sunaryo, dr., Sp.OG. selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing penulis.

3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD selaku Pembimbing Pendamping yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

4. Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Fitriyah, dra. selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ari Probandari, dr., MPH, PhD. Dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Yang tercinta, Ayahanda Mudasir dan Ibunda Ngatijah serta kakak saya, Muhammad Alfian Rosyadi dan adik saya, Muhammad Alfaiz Hamdan dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Partner skripsi sekaligus sahabat saya, Ratih Puspa Wardani dan Puspa Damayanti yang setia memberikan semangat, bantuan dan mendampingi berjuang bersama saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat Wisma Nurul Fikri, sahabat Wisma Deka, sahabat kelompok 13 dan teman-teman Pendidikan Dokter FK UNS 2009 atas semangat dan bantuan serta waktu yang selalu tersedia.

10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, Juli 2012 Muflihah Isnawati

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Millennium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), termasuk Indonesia. Salah satu sasaran MDGs adalah terkait kesehatan ibu dan anak. Indikator MDGs yang kelima yaitu terkait angka kematian ibu (AKI), merupakan salah satu indikator yang diperkirakan sulit dicapai. Kesulitan ini tidak hanya dirasakan Indonesia tetapi juga di banyak negara berkembang di dunia. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian ibu (AKI) adalah 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Masih perlu upaya yang lebih keras guna mencapai target MDGs pada 2015, yaitu angka kematian ibu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes,2011a). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, rasio kematian ibu di Indonesia tergolong tinggi yaitu 240 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia hanya 31 kematian per 100.000 kelahiran hidup, di China 38 kematian per 100.000 kelahiran hidup, di Amerika 12 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya. Penyebab utama kematian ibu, yaitu perdarahan pasca persalinan, eklamsia dan infeksi. Kematian ibu di rumah sakit disebabkan Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya. Penyebab utama kematian ibu, yaitu perdarahan pasca persalinan, eklamsia dan infeksi. Kematian ibu di rumah sakit disebabkan

Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi (Prawirohardjo, 2009). Menurut Sofwan, rata-rata pasien preeklamasia dan eklamsia di Indonesia adalah 5%. Data ini hanya yang masuk di RS pendidikan di Indonesia, belum di RS swasta. Preeklamsia dan eklamsia ini merupakan urutan kedua penyebab kematian ibu setelah kasus perdarahan (Depkes, 2005).

Menurut Dinas Kesehatan Kota Surakarta, berdasarkan persalinan dengan komplikasi tahun 2006, insiden preeklamsia sebesar 13, 42% (Ryadi, 2008). Di RSUD Dr. Moewardi, selama periode 1 Januari sampai 31 Desember 2001 terdapat 162 kasus preeklamsia berat dan eklamsia dengan insiden 4,4% dari seluruh persalinan (Sihwiyana, 2003). Preeklamsia merupakan pendahuluan dari terjadinya eklamsia.

Rokok masih menjadi salah satu penyebab penting meningkatnya penyakit kronis serta tingginya angka kematian penduduk dunia (Metsios, 2011). Data epidemi di dunia menunjukkan, tembakau membunuh lebih lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlanjut, diproyeksikan pada tahun 2020 terjadi 10 juta kematian, dengan 70% kematian di negara sedang berkembang (Depkes, 2010).

dunia setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang per tahun 2005. Tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok (Depkes, 2010). Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya (Depkes, 2011b).

Salah satu dari bahaya merokok adalah gangguan pada kehamilan. Rokok mengandung beberapa zat yang dapat membahayakan janin seperti nikotin, radikal bebas dan oksidan. Zat ini dapat menyebabkan terjadinya defisiensi folat, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan hipertensi dalam kehamilan (Titisari, 2011).

Ibu hamil yang tidak merokok pun bila sehari-hari selalu berada di antara perokok dan selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), bisa mengalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok aktif (Titisari, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi.

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris (data) tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia.

2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti kepada masyarakat tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Jika hipotesis dalam penelitian ini benar, maka dapat dijadikan acuan dalam penyuluhan di masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan ibu dan peran keluarga dalam hal menghindari paparan asap rokok.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

a. Pengertian Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang diramu secara khusus dari berbagai macam jenis dan mutu tembakau (Titisari, 2011).

Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya dari sejumlah kandungan tembakau dan asap yang dihasilkannya (Husaini, 2006). Merokok merupakan faktor risiko utama terhadap berbagai penyakit pada manusia, seperti kanker paru, PPOK, penyakit kardiovaskuler, dan kanker mulut (Purnamasari, 2006). Selain itu, salah satu bahaya merokok adalah gangguan kehamilan dan janin (Titisari, 2011; Hawamdeh, 2003).

b. Zat yang terkandung dalam rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia yang kebanyakan toksik (bersifat racun), di antaranya adalah nikotin, tar, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), formaldehid dan lain-lain (Kabo, 2008).

karsinogen dan kokarsinogen, 40% kandungan rokok merupakan bahan beracun yang berefek candu (Titisari, 2011). Kandungan asap rokok selengkapnya akan disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok Senyawa

Efek

Fase Partikel

Tar Hidrokarbon aromatik polinuklear Nikotin

Fenol Kresol β-Naftilamin

N-Nitrosonor nikotin Benzo(a)piren Logam (nikel, arsen, polonium210) Indol Karbazol Katekol

Karsinogen Karsinogen Stimulator, depressor ganglion, kokarsinogen Kokarsinogen dan iritan Kokarsinogen dan iritan Karsinogen Karsinogen Karsinogen Karsinogen

Akselator tumor Akselator tumor Kokarsinogen

Fase Gas

Karbon monoksida

Asam hidrosianat Asetaldehid Akrolein Amonia Formaldehid Oksida dari nitrogen Nitrosamin Hidrazin Vinil Klorida

Pengurangan transpor dan pemakaian O 2 Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Karsinogen Karsinogen Karsinogen

Sumber: Purnamasari, 2006

Beberapa zat yang terkandung dalam rokok dan bahayanya antara lain adalah: Beberapa zat yang terkandung dalam rokok dan bahayanya antara lain adalah:

Setelah memasuki sirkulasi darah, nikotin akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon epinefrin. Epinefrin akan merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, respirasi dan denyut jantung. Glukosa akan dikeluarkan ke sirkulasi darah ketika nikotin menekan pengeluaran insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan perokok aktif mempunyai peningkatan kadar gula darah yang kronik (National Institute of Health, 2009).

Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu pada rangsangan kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif (National Institute of Health, 2009). Cotinine sebagai metabolit nikotin meningkatkan aksi vasokontriksi dariprostaglandin E2 dan akumulasi cotinine pada aliran darah janin mempengaruhi secara paksa terjadinya prematuritas dan aborsi spontan (Titisari, 2011)

Gas karbonmonoksida ini merupakan gas yang bersifat toksik yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin. Terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok. Gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (part per milyar) yang dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah kira-kira 2-16%. Kadar normal karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila kebiasaan merokok ini diteruskan, maka terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi sistem saraf pusat (National Institute of Health, 2009).

3). Zat-zat lain: Rokok atau pun asap rokok mempunyai campuran bahan kimia yang kompleks. Antaralain adalah karbon monoksida, tar, formaldehid, sianida dan ammonia yang bersifat karsinogenik. Karbonmonoksida meningkatkan risiko berlakunya penyakit kardiovaskuler. Paparan kepada tar dapat meningkatkan risiko penyakit kanker paru, emfisema dan masalah pada bronkiolus. (National Institute of Health, 2009).

2. Preeklamsia

a. Pengertian Preeklamsia adalah penyakit tekanan darah sekurang- kurangnya 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai a. Pengertian Preeklamsia adalah penyakit tekanan darah sekurang- kurangnya 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklamsia (Rozikhan, 2007). Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria setelah kehamilan 20 minggu (Milne, 2005). Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklamsia berat (Rozikhan, 2007).

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkakan pada ekstremitas dan muka (Prawirohardjo, 2009). Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,

preeklamsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan harus dicurigai preeklamsia. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan mungkin merupakan tanda preeklamsia. Pertambahan berat badan yang tiba-tiba ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian edema tampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia (Rozikhan, 2007).

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 + (menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam (Prawirohardjo, 2009). Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada preeklamsia karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. Di samping adanya gejala yang tampak di atas pada keadaan yang lebih lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang membawa pasien ke dokter.

/gejala preeklampsia ringan adalah:

1) Tekanan darah sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.

2) Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick.

3) Edema: edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. Sedangkan penyakit preeklamsia digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan:

1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif.

3) Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.

4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.

5) Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, 2009).

b. Etiologi Penyebab preeklamsia/eklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Banyak teori yang menerangkan namun belum dapat memberi jawaban yang memuaskan (Susianto, 2009). Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan adalah iskemia plasenta. Namun teori ini tidak dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan kondisi ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia/eklamsia (Wibowo dan Rachimhadi, 2006).

dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory (Sudhabrata K, 2001). Adapun teori- teori tersebut antara lain: 1). Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklamsia/eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2). Peran Faktor Imunologis Preeklamsia/eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsia/eklamsia: a). Beberapa wanita dengan preeklamsia/eklamsia mempunyai

kompleks imun dalam serum.

komplemen pada preeklamsia/eklamsia diikuti dengan proteinuria.

Risiko preeklamsia akan meningkat apabila wanita berganti pasangan seksual. Paparan berulang terhadap sperma dari individu yang sama juga merupakan faktor pencegah terjadinya preeklamsia. Walaupun belum jelas dipahami, hipotesis yang mendasari efek protektif dari paparan sperma yaitu bahwa sel T dalam traktus genitalis dapat mengenali antigen tanpa adanya human leucocyt antigen (HLA) kelas I pada antigen precenting cells (APC), sehingga trofoblas yang mengandung sedikit HLA klasik dapat dikenali. Selain itu limfosit T kurang respon terhadap HLA kelas I paternal yang mungkin berpengaruh terhadap reaksi imun (Ardini, 2005).

3). Peran Faktor Genetik/familial Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklamsia/eklamsia antara lain: a). Preeklamsia/eklamsia hanya terjadi pada manusia. b).Terdapatnya

kecenderungan

meningkatnya frekuensi preeklamsia/eklamsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsia/eklamsia.

pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsia/eklamsia dan bukan pada iparnya.

4). Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) .

c. Faktor risiko

Berbagai faktor risiko preeklamsia: 1). Faktor yang berhubungan dengan kehamilan

a). Kelainan kromosom b). Mola hidatidosa c). Hidrops fetalis d). Kehamilan multifetus e). Inseminasi donor atau donor oosit f). Kelainan struktur kongenital

2). Faktor spesifik maternal

a). Primigravida b). Usia > 35 tahun c). Usia < 20 tahun d). Ras kulit hitam e). Riwayat preeklamsia pada keluarga f). Nulipara g). Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya h). Kondisi medis khusus: diabetes gestational, diabetes tipe 1,

obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia

a). Primipaternitas b). Partner pria yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil

dan mengalami preeklamsia (Wagner, 2004; Vikse, 2008; Qiu, 2009; Angelini, 2010).

3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif

Analisis World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok terhadap perokok pasif lebih besar daripada perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang dihisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream) dan asap yang keluar dari ujung rokok disebut asap sampingan (side stream). Asap sampingan ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibandingkan pada asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, dan nitrosamine yang kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama. Demikian juga dengan zat-zat racun lainnya dengan kadar yang lebih tinggi pada asap sampingan (Umami, 2010).

Manifestasi preeklamsia dapat berkembang saat kehamilan < 34 minggu (early onset preeclampsia), dan ≥ 34 minggu (late onset preeclampsia ), selama persalinan, atau setelah melahirkan. Preeklamsia onset dini biasanya dikaitkan dengan plasentasi abnormal terkait dengan cacat invasi trofoblas dan ditemukan bukti lesi iskemik plasenta. Sedangkan preeklamsia late onset biasanya tidak berhubungan dengan lesi namun berkaitan dengan faktor ibu, seperti tingginya body mass index (Valensise, 2008).

Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2001). Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap karbon monoksida (CO) yang menyebabkan pasokan O2 jaringan berkurang. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah (Syazana, 2011). Hal ini mendukung teori iskemia plasenta pada preeklamsia.

oksidan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksik khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel juga akan merusak nucleus dan protein sel endotel. Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel bahkan rusaknya seluruh sel endotel, padahal endotel berfungsi mengatur tonus vaskular, mencegah thrombosis, mengatur aktivitas fibrinolisis, mencegah perlekatan leukosit dan mengatur pertumbuhan vaskular (Dharma, 2005).

Pada kerusakan endotel vascular terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel (Sudhaberata, 2001).

Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan substansi vasoaktif sehingga dapat terjadi hipertensi. Disfungsi endotel juga menyebabkan permeabilitas vascular meningkat sehingga menyebabkan edema dan proteinuria. Peran disfungsi endotel itulah yang mendasari pathogenesis preeklamsia (Dharma, 2005).

mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO yang berasal dari rokok. Dari gambaran di atas baik gas CO maupun nikotin berpacu menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus (Syazana, 2011).

: tidak diteliti : diteliti

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Asap rokok

Pola hidup :

1) Konsumsi alkohol

2) Konsumsi obat- obatan

Faktor kehamilan ibu:

1. Antenatal Care (ANC)

2. BMI

3. Status gravida

a. Riwayat preeklamsia/eklamsia

b. Riwayat hipertensi kehamilan

c. Kondisi medis tertentu

Iskemia plasenta

Oksidan

Disfungsi endotel

Kel. adrenal

Adrenalin

Tekanan darah

Permeabilitas vaskular

Substansi vasoaktif tidak seimbang

Edema

Proteinuria

Hipertensi

Terdapat hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia dari pada tidak perokok pasif.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus kontrol. Penelitian merupakan penelitian observasional karena peneliti hanya mengamati (mengukur) variabel yang diteliti, tidak memberikan intervensi (perlakuan). Penelitian merupakan analitik karena memiliki hubungan variabel yaitu paparan rokok pasif dan kejadian preeklamsia.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah RSUD Dr. Moewardi tepatnya di Ruang Mawar 1 dan Ruang Poliklinik Obsgyn pada bulan April - Juni 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua ibu hamil dan pasien bersalin di RSUD Dr. Moewardi dengan:

1. Kriteria inklusi:

a. Ibu hamil dengan usia kehamilan ≥20 minggu.

b. Janin tunggal

2. Kriteria eksklusi: 2. Kriteria eksklusi:

d. Diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal.

D. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease sampling . Fixed-disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed. Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang valid antara kedua kelompok studi dalam keempat variabel.

E. Besar Sampel

Menurut Thabane dalam Murti 2006, salah satu teknik untuk mengontrol pengaruh faktor perancu (confounding factor ) adalah memperhitungkan pengaruh itu dengan model analisis multivariat ketika peneliti sudah mempunyai data. Penelitian ini akan menggunakan analisis multivariat.

Jumlah sampel ditentukan dari variable independen x (15-20 observasi) (Hair dalam Murti, 2006). Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 4 x 15 = 60 orang.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

: Status perokok pasif.

2. Variabel terikat

: Kejadian preeklamsia.

3. Variabel perancu : Berat badan ibu hamil (BMI), status gravida dan riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC).

G. Definisi Operasional Variabel

1. Kejadian preeklamsia Definisi:

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1 + (North, 2011; Prawirohardjo, 2009).

a. Tekanan darah Tekanan darah diukur pada arteri brachialis menggunakan sphygmomanometer air raksa. Tekanan darah terdiri dari sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel kiri dan diastolik, yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri. Tekanan sistolik ditentukan berdasarkan bunyi korotkoff

1 sedangkan diastolik korotkoff 5. Pada saat pemeriksaan tekanan darah, pasien dalam kondisi tenang, lengan yang diperiksa bebas dari pakaian, istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktivitas fisik 1 sedangkan diastolik korotkoff 5. Pada saat pemeriksaan tekanan darah, pasien dalam kondisi tenang, lengan yang diperiksa bebas dari pakaian, istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktivitas fisik

b. Proteinuria Proteinuria dapat dinilai menggunakan carik celup (dipstick) atau dengan tes kolorimetri. Dipstick urin mengukur albumin tetapi relatif tidak sensitif dan tidak akurat. Dipstick umumnya mendeteksi kadar protein dalam kisaran dari 300-500 mg albumin/24 jam. Tes ini didasarkan pada perubahan warna indikator tetrabromophenol. Reaksi positif ditandai dengan perubahan warna dari kuning lalu hijau dan kemudian biru kehijauan. Pada tes kolorimetri, albumin adalah protein utama terdeteksi, namun protein lain juga dapat ditemukan. Normal individu mengekskresikan kurang dari 20 mg albumin per hari. Tingkat ekskresi albumin dalam kisaran 30 sampai 300 mg/24 jam disebut sebagai mikroalbuminuria, dan tingkat lebih dari 300 mg/hari merupakan kadar albuminuria (Duddleston, 2004).

Interpretasi hasil pada dipstick :

: kuning kehijauan

: hijau (+++) : hijau kebiruan (++++) : biru kehijauan Alat ukur

: Rekam medik

Skala pengukuran : Kategorikal

Definisi: Perokok pasif adalah orang-orang bukan perokok yang berada di lingkungan yang tercemar asap rokok, baik di lingkungan rumah, lingkungan tempat kerja maupun tempat umum. Perokok pasif minimal terpapar 15-60 menit/hari. Diidentifikasi dari kuesioner nomor 8 dan

12 (lampiran.3). Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Kategorikal

3. Body Mass Index (BMI) Definisi:

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI digunakan untuk mengklasifikasikan individu underweight, overweight dan obesitas pada orang dewasa. Kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan rata-rata 12, 5 kg. Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian ditambahkan dengan berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang aktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur kehamilan dalam minggu. BBIH = BBI + (UH x 0,35)

BBIH : Berat badan ideal ibu hamil yang akan dicari (BMI) BBI

: Berat badan ideal sebelum hamil

UH

: Usia kehamilan dalam minggu

0,35 : Tambahan berat badan kg per minggunya (0,35 kg) Alat ukur

: Rekam medik

Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis skala kontinyu diubah menjadi kategorikal

4. Status gravida Definisi:

Status gravida adalah status berdasarkan kehamilan yang sedang dialami. Primigravida apabila kehamilan yang dialami ibu adalah yang pertama kali, secundigravida apabila kehamilan ibu adalah yang kedua, multigravida apabila kehamilan ibu adalah yang ketiga atau lebih. Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Kategorikal

5. Antenatal Care (ANC) Definisi:

ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Frekuensi yang disarankan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu : ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Frekuensi yang disarankan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu :

c. Minimal dua kali pada trimester III Hasil pengukuran didapatkan tiga kelompok yaitu :

a. ANC teratur jika sesuai dengan pedoman di atas atau lebih

b. ANC tidak teratur jika frekuensi maksimal kurang empat kali atau

c. Tidak pernah ANC Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Kategorikal

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data mengenai preeklamsia diambil dari data rekam medik subjek penelitian.

2. Subjek penelitian mengisi biodata.

3. Subjek penelitian mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan paparan asap rokok pada ibu hamil (perokok pasif) dengan kejadian preeklamsia.

I. Teknik Analisis Data

Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang

1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya.

2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi) menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala kategorikal, maka rumus OR = Exp (bi).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2006) :

ln

= a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4

di mana :

p : Probabilitas untuk perokok pasif

1-p

: Probabilitas untuk tidak perokok pasif

a : Konstanta

b 1 ..b 4 : Konstanta regresi variabel bebas X 1 …X 4

X 1 : Perokok pasif (0: bukan perokok; 1: perokok pasif)

X 2 : BMI (0: < 25 kgBB/m²; 1: ≥ 25 kgBB/m²)

X 3 : Status gravid (0: multigravida; 1: primigravida)

X 4 : Status ANC (0: K4; 1: K1/K2/K3)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Ibu Hamil dan ibu melahirkan di RSUD Dr Moewardi

Tidak Preeklamsia Preeklamsia

Kuesioner

Terpapar asap

rokok

Tidak terpapar asap rokok

Tidak terpapar

asap rokok

Terpapar asap

rokok

Analisis data

Fixed disease sampling

Ibu hamil dan ibu melahirkan

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi telah dilaksanakan pada bulan April - Juni 2012 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 60 orang terdiri dari 20 sampel preeklamsia dan 40 sampel bukan preeklamsia. Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif

No

Status Perokok Pasif

Frekuensi

(n)

1. Perokok Pasif

2. Bukan Perokok Pasif

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti merupakan perokok pasif.

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Ibu Hamil (BBIH)

No.

Status obesitas

2. Tidak obesitas

Jumlah

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gravida No.

Status Gravida

2. Secundigravida dan multigravida

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti adalah secundigravida dan multigravida. Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pemeriksaan Kehamilan

(ANC)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti sudah melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) dengan teratur.

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Preeklamsia No

Status Preeklamsia

2. Tidak preeklamsia

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah sampel tidak preeklamsia lebih banyak daripada sampel preeklamsia.

No

Riwayat Pemeriksaan

Kehamilan (ANC)

Frekuensi

(n)

1. Tidak teratur

1 1.67

2. Teratur

59 98.33

Jumlah

60 100

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji analisis bivariat. Dengan uji tersebut dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan antara variabel bebas status perokok pasif dengan variabel terikat preeklamsia serta variabel perancu berupa berat badan ibu hamil, status gravida dan status ANC. Adanya variabel perancu berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Uji statistik menggunakan Chi Square Test dengan Confidence Interval (CI) = 95%.

Tabel 4.6 Analisis bivariat Status Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia Variabel

Kejadian Preeklamsia

Total

OR P

Positif n (%) Negatif

(%)

Perokok pasif

- - Bukan perokok pasif

2 (10.5)

17 (89.5)

19 (100)

6.65 0.011

Gambar 4.1 Presentase Kejadian Preeklamsia Menurut Status Perokok Pasif

Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.1 kejadian preeklamsia lebih banyak dijumpai pada ibu hamil perokok pasif daripada ibu hamil bukan perokok pasif. Analisis bivariat terhadap hubungan antara status perokok pasif dengan kejadian preeklamsia, menunjukkan bahwa kelompok sampel perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 6.65 kali lebih besar daripada kelompok sampel bukan perokok pasif secara signifikan (OR= 6.65; CI 95%; 1.36, 32.61; p = 0.011), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu.

Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia

Variabel

Kejadian Preeklamsia

Total

OR P

Positif n (%) Negatif n (%)

Obesitas

6 (50.0)

6 (50.0)

12 (100)

Gambar 4.2 Persentase Kejadian Preeklamsia Menurut Berat Badan Ibu Hamil

Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 didapatkan ibu hamil yang obesitas lebih banyak ditemukan pada ibu hamil bukan perokok pasif daripada ibu hamil perokok pasif. Analisis bivariat terhadap hubungan antara status obesitas dengan kejadian preeklamsia menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.171). Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko mengalami preeklamsia 2.43 kali lebih besar daripada ibu hamil tidak obesitas (OR = 2.43; CI 95%; 0.67, 8.84; p = 0.171).

Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Status Gravida dengan Kejadian Preeklamsia

Variabel

Kejadian Preeklamsia

Total

OR P

Positif n (%)

Negatif n (%)

25 (100) - - Secundigravida dan multigravida

13 (37.1)

22 (62.9)

35 (100) 0.66 0.459

Gambar 4.3 Presentase Kejadian Preeklamsia Menurut Status Gravida

Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 didapatkan kejadian preeklamsia lebih sering ditemukan pada secundigravida dan multigravida daripada primigravida. Analisis bivariat terhadap hubungan antara status gravida dengan kejadian preeklamsia menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.459). Ibu hamil primigravida memiliki risiko mengalami preeklamsia 0.66 kali lebih besar daripada ibu hamil secundigravida dan multigravida (OR = 0.66; CI 95%; 0.22, 2.00; p = 0.459).

Tabel 4.9 Analisis Bivariat Hubungan Status ANC dengan Kejadian Preeklamsia Variabel

Kejadian Preeklamsia

Total

OR P

Positif n (%) Negatif n (%)

- - ANC teratur

- 0.154 - 0.154

1 orang (100%). Pada ibu hamil dengan

ANC teratur yang mengalami preeklamsia sebanyak 19 orang (32.2%) dan yang tidak mengalami preeklamsia sebanyak 40 orang (67.8%). Analisis bivariat terhadap hubungan antara status ANC dengan kejadian preeklamsia, menunjukkan hubungan tidak signifikan (p = 0.154).

C. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Perokok Pasif, Status Obesitas, Status Gravida, dan Status ANC

dengan Kejadian Preeklamsia

Batas Bawah

Batas Atas

Perokok pasif

1.000 N observasi = 60

Nagelkerke R 2 = 26.20%

-2 loglikelihood = 63.83

Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda bahwa terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 8.38 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok (OR = 8.38; Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda bahwa terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 8.38 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok (OR = 8.38;

model regresi logistik yaitu perokok pasif, status obesitas, status gravid dan status ANC secara bersama mampu menjelaskan terjadinya preeklamsia sebesar 26.20%.

PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul ”Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi” dilakukan pada bulan April 2012 di bangsal Mawar I dan Poliklinik Obsgyn RSUD Dr. Moewardi dan setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan 60 subjek penelitian yang terdiri dari 40 pasien bukan preeklamsia dan 20 pasien preeklamsia.

Distribusi sampel penelitian berdasarkan status perokok pasif pada Tabel

4.1 didapatkan sebagian besar ibu hamil merupakan perokok pasif (68.33%). Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok sudah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok (Depkes, 2010). Sebanyak 85,4% perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya (Depkes, 2011). Salah satunya adalah meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan 48 orang (80%) sampel tidak obesitas yaitu berat badan saat hamil tidak melebihi berat badan ideal sesuai usia kehamilan dan tinggi badan.

Pada Tabel 4.3 didapatkan 25 ibu hamil primigravida dan 35 ibu hamil adalah secundigravida dan multigravida. Hal ini mungkin disebabkan karena

RSUD Dr. Moewardi adalah secundigravida dan multigravida, sehingga pada penelitian ini banyak subjek penelitian yang secundigravida dan multigravida daripada primigravida.

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan 59 orang (98.33%) sampel penelitian melakukan Antenatal Care (ANC) secara teratur yaitu minimal satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan minimal dua kali pada trimester III. Ketika ANC dianalisis baik menggunakan analisis bivariat maupun analisis regresi logistik ganda, hasil tidak dapat diketahui adanya Odds Ratio (OR). Tingginya angka ibu hamil yang secara teratur melakukan ANC menunjukkan bahwa tingkat kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan sudah tinggi.

Pada Tabel 4.5 persentase ibu hamil dalam penelitian ini yang mengalami preeklamsia lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil yang bukan preeklamsia. Dapat terlihat dari persentase 33.3% pasien yang menjadi subjek penelitian mengalami preeklamsia sedangkan 66.7% pasien tidak mengalami preeklamsia. Pengambilan subjek penelitian berstatus preeklamsia lebih sedikit dibanding subjek penelitian berstatus bukan preeklamsia karena pasien ibu hamil di RSUD Dr. Moewardi kebanyakan bukan preeklamsia.

Tabel 4.6 dan Gambar 4.1 menunjukkan hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia (OR= 6.65; CI 95%;

1.36, 32.61; p = 0.011), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu. Ibu hamil sebagai perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 6,65 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok pasif. Hal ini sesuai 1.36, 32.61; p = 0.011), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu. Ibu hamil sebagai perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 6,65 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok pasif. Hal ini sesuai

Asap rokok mengandung berbagai macam senyawa yang berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janin, di antaranya adalah karbonmonoksida (CO) dan Nikotin. Pada penelitian Wickstrom (2007), aktivasi nikotin menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah dikarenakan pelepasan katekolamin oleh adrenal dan sel saraf. Hal ini salah satu yang memacu terjadinya hipertensi, sebuah fenomena awal yang jika dibiarkan bisa berakibat terjadinya preeklamsia. Selain itu, karbonmonoksida memiliki afinitas lebih tinggi dalam mengikat Hb dibandingkan dengan oksigen. Hal ini menyebabkan iskemia plasenta sehingga terjadi disfungsi endotel yang memacu peningkatan permeabilitas vaskular sehingga terjadi preeklamsia.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia (Angelini, 2010). Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang signifikan antara status obesitas dengan kejadian preeklamsia (OR = 2.43; CI 95%; 0.67, 8.84; p = 0.171). Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko mengalami preeklamsia 2.43 kali lebih tinggi daripada ibu hamil yang tidak obesitas. Pada orang obesitas pembuluh darah cenderung lebih sempit sehingga lebih berisiko mempunyai tekanan darah tinggi yang merupakan awal sebab terjadinya preeklamsia.

Tabel 4.8 dan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara hubungan status gravida dengan preeklamsia (OR = 0.66; CI 95%; 0.22, Tabel 4.8 dan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara hubungan status gravida dengan preeklamsia (OR = 0.66; CI 95%; 0.22,