PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta )

TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta )

SKRIPSI Oleh:

REZA NUR CAHYANING PUTRI

K7408138

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

GKA

commit to user

commit to user

PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta )

Oleh: REZA NUR CAHYANING PUTRI K7408138

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

“Usaha dan doa adalah titian yang sejalan dan beriringan, keduanya harus kita tanamkan dalam diri kita untuk dapat meraih mimpi. Dan kebahagiaan adalah disaat kita bisa meraih apa yang kita impikan dengan tetesan peluh yang kita keluarkan” ( Penulis )

“Ilmu tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu akan lumpuh” (Albert Enstein)

“Bekerjalah untuk kebahagiaan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk kebahagiaan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi. ”(H.R. Bukhori)

commit to user

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

 ”Ibu dan Bapak Tercinta”

Do’a mu yang selalu menyertaiku, tetes keringatmu yang menjadikan cambuk motivasi bagi penulis serta kasih sayangmu yang tiada henti.

Tiada kasih sayang yang setulus dan seabadi kasih sayang bapak dan

ibuku tercinta.  ”Saudara-saudaraku”

Om hari, mbak Ningsih,adek dll terima kasih atas do’a dan motivasi yang selalu membuatku semangat menjalani hidup ini.

 ”Seseorang yang special”

Muhammad Gilang Ramadhan yang selalu memberikan dukungan untuk

cepat menyelesaikan karya ini.  ”Sahabat-Sahabatku Tercinta” Reham, Ria, Ratri, Ratna, Puji Wahono, Arya, Sigit dll.

Terima kasih karena kalian semua senantiasa mendorong langkahku dan selalu ada baik di saat ku senang maupun saat kuterjatuh.

 ”Teman-teman PAK 2008”

Terima kasih atas semangat, kerjasama serta kebersamaan kita selama ini.

 “Almamater UNS”

commit to user

ABSTRAK

Reza Nur Cahyaning Putri. PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM

RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP

PAKAI TAHUN 2011/2012 ( Studi Kasus di Surakarta ). Skripsi, Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai meliputi beberapa tahap, yaitu pendaftaran, seleksi, diklat , dan penempatan. 2) Faktor pendukung pihak Solo Technopark adalah adanya fasilitas sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memadai ; sumber daya manusia yang dimiliki Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Selain itu juga adanya program khusus untuk warga yang tidak mampu. Faktor pendukung pihak perusahaan mitra kerja Solo Technopark adalah adanya prosedur kerjasama yang mudah dan calon tenaga kerja lulusan teknopark yang terampil dan berdaya saing. Faktor pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan dan mampu menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. Faktor penghambat pihak Solo Technopark adalah jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu, serta adanya program gratis yang menyebabkan peserta terkesan menyepelekan. Faktor penghambat yang dialami perusahaan mitra kerja adalah terkadang tidak terpenuhinya permintaan tenaga kerja. Faktor penghambat yang dialami peserta adalah rasa lelah yang mengakibatkan menurunnya motivasi peserta. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Solo Technopark. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan cara memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta memperluas sosialisasi program Solo Technopark ke berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan Solo Technopark tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya dalam hal pengadaan tenaga teknisi, selain itu juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri.

commit to user

berusaha memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup.

Kata kunci : program Solo Technopark, tenaga kerja terampil, siap pakai

commit to user

ABSTRACT

Reza Nur Cahyaning Putri. SOLO TECHNOPARK PROGRAM IN THE

ATTEMPT OF PREPARING THE READY-TO-USE SKILLED LABOR IN

2011/2012 (A Case Study on Surakarta). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. June 2012.

The objective of research is to find out: 1) the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, 2) the factors supporting and inhibiting the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, and 3) the measures taken to cope with obstacles in the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor.

This study was a descriptive qualitative research. The data source used included informant, location or event and archive or document. The sampling technique used was purposive sampling, and snowball sampling. Techniques of collecting data used were observation, interview, and document analysis. The data validation was done using source triangulation technique. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis.

Based on the result of research, it could be concluded that 1) The implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor included such stages as registration, selection, short course, and placement. 2) The factors supporting the Solo Technopark management included the presence of adequate infrastructures and human resource; the human resource the Solo Technopark had was reliable and qualified so that it could produce the skilled informed professional labor. In addition, there was also a special program for poor people. The factors supporting the Solo Technopark partner included the easy cooperation procedure and skilled competitive Technopark graduates. The supporting factor for the participants was that the participants who had been graduated and able to complete the Solo Technopark program will be put into works consistent with their skill in the industries of Solo Technopark company partner. The factor inhibiting the Solo Technopark management was uncertain number of applicants in each generation, as well as the presence of free program leading the participants to apparently underestimate the program. The factor inhibiting the work partner company was that sometimes the demand for labors could not be met. The factor inhibiting the participants was fatigue lowering the participants’ motivation. (3) The measures taken to cope with the obstacles in the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor. Solo Technopark management coped with such the problem by motivating the students by giving them incentive to be distributed to the work realm as well as by expanding the socialization of Solo Technopark program to a variety of interested parties. The Solo Technopark company partner coped with the problems occurring by establishing cooperation with not only Solo Technopark but also other training house in the term of engineer procurement, in addition to opening the job vacancy. Meanwhile, the Solo Technopark participants coped with the problems by means of motivating themselves, adapting to as well as maintaining their stamina and regulating their daily activity and taking a sufficiently rest.

commit to user

Keywords: Technopark Solo program, skilled, ready-to-use.

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL

SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta ) ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarah- an dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pimpinan Solo Technopark, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Sutrisno, selaku bagian pemasaran dan pelayanan Solo Technopak, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Anton Susilo, ST selaku instruktur dan koordinator diklat Solo Technopark

yang telah membantu saya dalam pengambilan data penelitian.

9. Keluarga besar Solo Technopark, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

commit to user

berguna dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 2012

Penulis,

commit to user

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….

ii

HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………….

iii

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….

iv

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………..

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………...

vii HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………….. viii ABSTRACT ……………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

xii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

xiv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………....... xvii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

xix

BAB

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………..

B. Rumusan Masalah ………………………………………...

C. Tujuan Penelitian ……………………………………….....

D. Manfaat Penelitian ………………………………………...

BAB

II A. KAJIAN PUSTAKA

1.Tinjauan Umum Program ……………………………....

a. Pengertian Program ………………………………...

7 2.Tinjauan Umum Teknologi …………………………….

a. Pengertian Teknologi ……………………………….

b. Macam-Macam Teknologi …………………………

8 3.Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan ……………

10

a. Pengertian Pendidikan ……………………………... 10

commit to user

BAB

V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan …………………………………………………..

73

B. Implikasi …………………………………………………..

76

C. Saran ………………………………………………………

77 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 79

commit to user

Gambar

Halaman ,,,,,,

2.1 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………………… 34

3.1 Skema Analisis Model Interaktif ……………………………………… 44

3.2 Prosedur Penelitian ……………………………………………………. 47

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman ….

4.1 Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark …………………………… 59

4.2 Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli 2011– Maret 2012) ……………………………………………………

60

4.3 Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STP-SCTC 25 …. 64

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Pedoman wawancara .................................................................. 82 Lampiran 2. Daftar informan .......................................................................... 88 Lampiran 3. Field note .................................................................................... 91 Lampiran 4. Daftar peserta program Solo Technopark 2011/2012 ................. 143 Lampiran 5. Daftar Penempatan Kerja Peserta Program Solo Technopark .... 153 Lampiran 6. Struktur Organisasi Solo Technopark ......................................... 156 Lampiran 7. Daftar karyawan Solo Technopark ............................................. 157 Lampiran 8. Daftar Inventaris ......................................................................... 159 Lampiran 9. Daftar perusahaan mitra kerja Solo Technopark ........................ 163 Lampiran 10. Contoh surat permintaan kerja .................................................. 164 Lampiran 11. Formulir pendaftaran Solo Technopark .................................... 166 Lampiran 12. Dokumentasi ............................................................................. 167 Lampiran 13. Surat perijinan ........................................................................... 169

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tidak terkecuali para pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan tenaga terampil dan profesional bukan saja menghantui siswa-siswa yang ada di daerah, tetapi juga siswa-siswa yang ada di perkotaan terutama bagi yang tidak mampu melanjutkan pendidikan seusai tamat SMA/SMK karena masalah biaya. Pendidikan sebagai kebutuhan dalam pencapaian tingkat hidup yang lebih baik menjadi dramatisasi tersendiri karena banyaknya siswa-siswa tamatan SMA/SMK yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka di bangku perkuliahan.

Daulay (2009) mengemukakan bahwa “Pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah utama pembangunan.” Menurut data BPS tahun 2011, jumlah pengangguran lulusan SLTA di Indonesia sampai pada bulan Agustus 2011 mencapai 3.074.946 orang, lulusan DI/II/III/Akademi sebanyak 244.687 orang, sedangkan untuk lulusan dari universitas sebanyak 492.343 orang. Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh BPS tingkat penggangguran tahun 2011 mengalami penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, tetapi hal ini masih menjadi problematika di Indonesia.

Banyak pengangguran yang tidak terdidik dan terlatih menjadi fokus permasalahan pemikiran pemerintah. Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan ke dalam dunia kerja adalah karena dinamisnya dunia kerja sehingga sistem pendidikan dan pelatihan harus menyesuaikan dengan kebutuhan yang dituntut oleh para pelaku dunia usaha.

Menurut Daulay (2009) dalam tulisannya mengatakan bahwa: “Selama ini diasosiasikan bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan

oleh sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak orang yang sependapat bahwa rendahnya kompetensi pencari kerja ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka pengangguran di Indonesia. Kurangnya kompetensi lulusan sekolah bisa diartikan sebagai belum terpenuhinya tujuan pendidikan nasional

commit to user

2003 pasal 3...” Berdasarkan pada pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa banyaknya

penganggguran yang ada di Indonesia tidak hanya karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia tetapi juga karena kurangnya kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan. Penanaman kompetensi pada dasarnya tidak hanya dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan non formal. Hal ini merujuk kepada pasal 26 ayat 2 UU Pendidikan Nasional yang mengatakan “...mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan kecakapan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”. Sementara itu Daulay (2009) menambahkan bahwa “Pasal tersebut menyiratkan bahwa pendidikan formal memang tidak ditujukan untuk menyiapkan lulusan sekolah yang berdaya saing, pendidikan non formal lah yang memperoleh tugas untuk melaksanakan misi tersebut.”

Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (ASEAN Free Trade Area ) yang menuntut adanya infrastruktur dan juga tenaga terampil dan terdidik yang memadai. Tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut Soeprijanto (2010) menyatakan bahwa ”... persaingan regional ASEAN Free Trade Area (AFTA) misalnya yang sudah dimulai tahun 2002 sudah selayaknya harus segera disikapi dengan upaya percepatan peningkatan kualitas SDM Indonesia melalui peningkatan mutu, relevansi dan daya saing” (hlm. 276). Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi persaingan global.

Melihat tuntutan dunia sekarang ini dimana pesaingan semakin luas, sementara kondisi negara terlilit krisis ekonomi, para siswa seharusnya sudah dibekali dengan kemampuan untuk memasuki dunia kerja selama menekuni pendidikan formal. Kompetensi ini tidak hanya dalam berupa ilmu pengetahuan tetapi lebih kepada ketrampilan kecakapan hidup untuk mempersiapkan para

commit to user

mengemban tugas untuk menyiapkan lulusan yang berdaya saing. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan profesional, antara lain mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki dunia kerja agar pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki oleh suatu pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal yang mendorong peserta didik untuk belajar yang dikaitkan dengan tugas dan perannya harus dipersiapkan di lembaga pendidikan dimana menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Lembaga pendidikan harus memfasilitasi terjadinya proses belajar yang optimal bagi peserta didiknya. Pendidikan yang dilakukan di sekolah merupakan jalur penting untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, mental, kreatifitas, penalaran dan kecerdasan siswa sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja.

Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di hampir semua aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem pendidikan dan pelatihan Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada.

Pendidikan yang berbasis masyarakat luas merupakan salah satu kebijakan penyelenggara pendidikan yang memang diperuntukkan bagi masyarakat di Indonesia. Dasar yang menjadi pemikirannya adalah kebutuhan riil dari lapangan masyarakat terbesar. Oleh karena itu pendidikan harus menitikberatkan pada pe- nguasaan kecakapan untuk hidup. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus men- dasari semua kegiatan pendidikan. Pendidikan dititikberatkan pada kecakapan untuk hidup sehingga diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat.

Melihat problema tersebut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sudah melakukan beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna mencari solusi terbaik bagi anak didik yang seusai tamat SMA/SMK harus bekerja. Diantaranya adalah dengan memberi beberapa pendidikan kecakapan

commit to user

keterampilan ini merupakan hal penting yang mendasari untuk menjawab tantangan saat ini, yaitu dengan membangun Solo Technopark dimana yang model pendidikannya menggunakan model berbasis masyarakat dan menekankan akan pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang ada di lingkungan.

Program pendirian Solo Technopark merupakan realisasi dari kebijakan desentralisasi pendidikan. Desentralisai pendidikan maksudnya adalah penyerahan otoritas dari pemerintah pusat yang memberi hak sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan dan mengatur program pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Keuntungan dari desentralisasi pendidikan adalah produk pendidikan lebih tepat guna baik mutu, kualitas maupun kuantitas.

Program pendirian Solo Technopark ingin menjawab tantangan utama yang ada saat ini, yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang berorientasi pada upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat di suatu daerah. Dengan program Solo Technopark diharapkan dapat mengurangi kelangkaan akan sumber daya manusia yang kreatif dan produktif. Selain itu program Solo Technopark dapat menjadi ujung tombak perubahan sistem pendidikan yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga penerapan teknologi mutahir sehingga dapat menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kriteria sesuai tututan perkembangan zaman.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program Solo Technopark akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi pembahasan masalah. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini ingin mengangkat permasalahan tentang:

commit to user

mempersiapkan tenaga terampil siap pakai ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark ?

3. Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Solo Technopark ?

C. Tujuan Penelitian

Keingintahuan tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan suatu kodrat yang melekat pada diri manusia. Oleh karena itu, manusia selalu menggali apa yang menjadi tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan yang dijadikan pedoman dan arahan. Penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark.

3. Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program Solo Technopark.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci, akurat dan aktual yang akan memberikan banyak manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Memberi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubung- an dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan serta masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga Solo Technopark Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai pelaksanaan program Solo Technopark dalam usaha mempersiapkan tenaga terampil.

commit to user

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan kriteria/standart tamatan program Solo Technopark yang benar- benar lulus dan siap pakai untuk bekerja sabagai tenaga terampil.

c. Bagi siswa Solo Technopark Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi sehubungan dengan Solo Technopark.

d. Bagi guru Penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan sehubungan dengan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Solo Technopark.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya pe- ningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap per- soalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).

Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa : pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan

mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).

Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :

1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.

2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan semakin pesat.

3) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan

masyarakat.

4) Pendidikan berlangsung seumur hidup.

5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya (hlm. 12)

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan, yaitu:

commit to user

teknologi dan metode.

2) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan di- selenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.

3) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang meng- ajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai berikut:

1) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan.

2) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang

sesuai dengan kebutuhan.

3) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang

bermakna (hlm. 46). Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat

yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan

commit to user

pandang yaitu:

1) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu.

2) Cakrawala pandangan tidak sempit.

3) Menumbuhkan rasa ingin tahu.

4) Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik.

5) Daya analisa yang tinggi (hlm. 177). Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhir- nya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, juga semakin tinggi tingkat kesadarannya.

c. Komponen Pendidikan

Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan sebagai berikut:

1) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik) Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalah- masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.

2) Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pe- laksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi.

3) Interaksi Edukasi Antara Peserta Didik Dengan Pendidik

commit to user

antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan alat-alat pendidikan.

4) Tujuan Pendidikan Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

5) Materi Pendidikan Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal.

6) Alat dan Metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya.

7) Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005).

d. Pengertian Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mem- perbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Pelatihan membantu karyawan/pegawai dalam memahami suatu

commit to user

kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha men- capai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya para anggotanya dilatih.

Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto (2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85). Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa “Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secara terinci dan rutin” (hlm.104).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas dalam jabatannya.

Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam me- mahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkat- kan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga yang potensial.

commit to user

e. Tujuan Pelatihan

Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien. Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya.

Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu:

1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat di-

selesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat di-

selesaikan secara rasional

3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan be- kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).

Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkap- kan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu:

1) Memperbaiki kinerja.

2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan

teknologi.

3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi

kompeten dalam pekerjaan.

4) Membantu memecahkan permasalahan operasional.

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.

7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346).

f. Pengertian Link and Match

Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja” (hlm. 277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link

commit to user

Ganda (PSG). Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah : PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari

pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Soeprijanto, 2010: 278).

Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam me- nyikapi perubahan dinamika tersebut.

Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka me- ningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya (Soeprijanto, 2010:276-277).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasi link and match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun dunia kerja.

commit to user

g. Life Skill ( Kecakapan Hidup )

Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.”

Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup (lifeskill ) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya guna bertahan hidup.

Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :

1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill).

2) Kecakapan social (social skill).

3) Kecakapan akademik (academic skill).

4) Kecakapan vokasional (vocational skill). Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental”. Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa:

Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada per- ubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa me- ngembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang,

commit to user

berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan. Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan

instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Kecakapan Dasar

a) Kecakapan belajar terus-menerus

Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakap- an yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.

b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung

Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan ter- tulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, ke- mampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.

c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh peserta didik.

d) Kecakapan berpikir

Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, peng- ambil keputusan, dan pemecahan masalah.

e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi

Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakap- an kalbu yang antara lain berupa iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesai- kan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya sebuah

commit to user

bersangkutan.

f) Kecakapan mengelola kesehatan badan

Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki ke- sehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus di- terapkan dalam kehidupan peserta didik.

g) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk

mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru

tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang

h) Kecakapan berkeluarga dan sosial

Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2) Kecakapan Instrumental

a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan

Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mem- persiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembang- kan teknologi yang ada.

b) Kecakapan mengelola sumber daya

Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara meng- identifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasi- kan sumber daya.

c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain

Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, ke- mauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.

d) Kecakapan memanfaatkan informasi

Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan, mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi,

commit to user

komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.

e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan

Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik.

f) Kecakapan berwirausaha

Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri : (1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan per- ubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.

g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa) Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah.

h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak ber- harap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembang- kan karir yang sesuai dengan potensi dirinya.

i) Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan

Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara ke- dua lingkungan tersebut.

j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasi- kan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Meng- hargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, men-

commit to user

terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pen- dahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contoh- contoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.

2. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia