Analisis brand equity pada produk olahraga adidas (Study pada mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta)

SKRIPSI ANALISIS BRAND EQUITY PADA PRODUK OLAHRAGA ADIDAS (Study pada mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Disusun Oleh :

DIAN ZAN DEVEGA NIM. F1207020 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

Believe in miracles, but do not depend on it

- Jackson Brown -

Semua belum berakhir apabila seseorang kalah, Semua berakhir apabila orang itu berhenti

- Denny Sumargo -

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

- QS. Al Baqarah : 155 -

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :  Ayah, ibu serta adikku tercinta  Ratna Nurhidayanti Hapsari  Keluarga besar FE UNS  Sahabat-sahabatku  Almamaterku

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS

BRAND EQUITY PADA PRODUK OLAHRAGA ADIDAS (Study pada

mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta) ”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Djoko Purwanto, MBA, selaku Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran serta memberikan saran hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Hunik Sri Runing S, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Wiyono S.E., M.M., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Non Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Dra. I Sri Seventi P., MSI, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan dan membimbing penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

commit to user

5. Segenap dosen dan karyawan yang telah membantu selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

6. Semua pihak yang telah membantu demi terlaksananya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca penulis harapkan demi perbaikan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan yang membutuhkan.

Surakarta, 22 Juni 2012

Penulis

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

LAMPIRAN

61

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1 Model The Awareness Pyramid .........................................................

II.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................

IV.1 Logo Adidas .....................................................................................

IV.2 Model Yang Di Uji Dengan SEM ......................................................

IV.3 Model Penelitian ..............................................................................

11

18

39

48

50

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III.1 Tabel Indeks Goodness-of-Fit Model ........................................................

IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................

IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Saat Ini ...........................

IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ..................................................

IV.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Uang Saku Per-Bulan .......................

IV.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Produk Yang Digunakan ..................

IV.6 Tabel Rotated Component Matrix ............................................................

IV.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………………..

IV.8 Tabel Hasil Uji Normalitas ......................................................................

IV.9 Tabel Jarak Mahalanobis ..........................................................................

IV.10 Hasil Goodness-of-Fit Model .................................................................

IV.11 Tabel Regression Weights ......................................................................

IV.12 Tabel Coefficients ....................................................................................

IV.13 Tabel Model Summary ............................................................................

36

40

41

41

41

42

43

44

45

46

47

50

51

53

commit to user

ABSTRACT "ANALYSIS OF BRAND EQUITY IN SPORTS PRODUCTS ADIDAS"

(Study on the students at the University Sebelas Maret Surakarta)

DIAN ZAN DEVEGA F1207020

The purpose of this study examine the role of the influence of perceived quality, brand awareness, brand associations, brand loyalty on brand equity. In particular, we examine whether the perceived quality, brand awareness, brand associations, brand loyalty plays an important role in shaping the brand equity in sport adidas products.

Survey methods used to collect data.Tthis study, used 125 students who had used the adidas productthat is studied in University Sebelas Maret Surakarta as respondens. Convenience sampling method was chosen to make it easier to get a sample.

Reliability and validity tests were conducted to test the quality of data. The method selected for each statistic is a SEM (structural equation models) are used to explain the relationship between the variables observed. The results showed that brand awareness has a significant influence on brand equity, brand associations have a significant effect on brand equity, brand loyalty has a significant influence on brand equity, but the perceived quality has no significant effect on brand equity.

In this study, both limitation and implication are also discussed in order to give insight toward theoritical, practical and future research aspects.

Keyword: brand awareness , brand association, perceived quality, brand loyalty, brand equity.

commit to user

ABSTRACT “ANALISIS BRAND EQUITY PADA PRODUK OLAHRAGA ADIDAS” (Study pada mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta) DIAN ZAN DEVEGA F1207020

Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji peranan pengaruh presepsi kualitas, kesadaran merek, assosiasi merek, loyalitas merek terhadap ekuitas merek. Khususnya, penelitian ini ingin menguji apakah presepsi kualitas, kesadaran merek, assosiasi merek, loyalitas merek mempunyai peranan penting dalam membentuk ekuitas merek pada produk olahraga adidas.

Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari 125 mahasiswa yang pernah menggunakan produk adidas di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Metode convenience sampling dipilih agar lebih mudah dalam mendapatkan sampel.

Reliability dan validitas tes dilakukan untuk menguji kualitas data. Metode statistik yang diplih adalah SEM (Model persamaan struktural) digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran merek memiliki pengaruh signifikan terhadap ekuitas merek, assosiasi merek berpengaruh signifikan pada ekuitas merek, loyalitas merek memiliki pengaruh signifikan terhadap ekuitas merek, sedangkan presepsi kualitas tidak memiliki berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek.

Dalam studi ini, baik keterbatasan dan implikasinya juga dibahas untuk memberikan wawasan ke arah teoritis, aspek penelitian praktis dan penelitian selanjutnya.

Keyword: brand awareness , brand association, perceived quality, brand loyalty, brand equity.

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk dapat menyusun strategi bisnis yang tepat dalam rangka mempertahankan eksistensinya dalam suatu lingkungan bisnis. Pada era sekarang ini bukan lagi perang kualitas produk yang ditonjolkan akan tetapi perang merek. Membangun sebuah merek yang kuat adalah tujuan yang dimiliki oleh banyak perusahaan di dunia dan salah satu unsur penting untuk membangun sebuah merek adalah brand equity. Brand equity memainkan peranan strategis dalam membantu manajer meraih keuntungan. (Simon dan Sullivan, 1993 dalam Tong dan Hawley, 2009).

Alasan pentingnya mengelola dan mengembangkan merek adalah merek lebih bermakna daripada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik berikut dimensinya sehingga tidak lebih dari sekedar komoditi yang dapat dipertukarkan, sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggannya. Hal ini dapat terjadi karena merek mengandung nilai-nilai yang bersifat terikat seperti emosi, keyakinan, harapan, serta syarat dengan persepsi pelanggan (Rangkuti, 2004). Aaker (2004) juga melakukan pembagian brand equity berdasarkan 4 unsur utama, yaitu: brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty.

Oleh karena itu penelitian tentang brand equity yang di pengaruhi oleh brand awareness , brand association, perceived quality, brand loyalty penting untuk di teliti.

Menurut Kotler (2002) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau

commit to user

pesaing. Sedangkan pengertian merek menurut Aaker (1997) adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek adalah pembeda dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh competitor.

Brand Equity adalah ukuran yang tepat untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari keputusan pemasaran (Simon dan Sullivan, 1993 dalam Tong dan Hawley, 2009). Hal ini di buktikan Tong dan Hawley (2009) dengan melakukan pengujian ulang, dan hasil yang paling populer adalah dimensi brand equity, penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dan mengoperasionalkan komponen brand equity serta bagaimana mereka berinteraksi dalam konteks merek olahraga. Hasil akhir dari penelitian tersebut juga menjelaskan lebih terhadap pemahaman konsep brand equity serta beberapa implikasi bagi para praktisi yang bekerja di industri olahraga.

Sebuah merek bisa memiliki posisi yang kuat dan menjadi modal atau kekuatan bagi suatu perusahaan apabila merek tersebut memenuhi empat unsur atau elemen yang meliputi brand loyality, brand awareness, perceived quality dan brand associations (Aaker, 2004).

Perceived quality didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan (Aaker, 1997). Variabel ini diposisikan sebagai variabel independen untuk menjelaskan bahwa perceived quality dapat mempengaruhi brand equity, dalam penelitian terdahulu tentang pengaruh perceived quality terhadap brand equity yang dilakukan oleh Gil, et al. (2007) dan Tong, Xiao dan Jana M. Hawley (2009) menemukan bukti bahwa perceived quality tidak mempengaruhi brand equity .

commit to user

calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Peran brand awareness dalam keseluruhan brand equity tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek (Aaker, 1997). Variabel ini diposisikan sebagai variabel independen untuk menjelaskan bahwa brand Awareness dapat mempengaruhi brand equity. Dalam penelitian terdahulu tentang pengaruh brand awareness terhadap brand equity yang dilakukan oleh Edo Rajh, E (2005), dan Kim, K. Hoon, et al. (2008) menemukan bukti bahwa brand awareness mempengaruhi brand equity , sedangkan penelitian yang dilakukan Gil, et al. (2007) dan Tong dan Hawley (2009) menemukan bukti bahwa brand awareness tidak berpengaruh terhadap brand equity.

Brand association adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek (Aaker, 1997). Hal ini diyakini merek mengandung arti bagi konsumen. Brand association dapat dilihat dalam segala bentuk yang mencerminkan fitur dari produk atau aspek independent dari produk itu sendiri (Chen, 2001). Variabel ini diposisikan sebagai variabel independen untuk menjelaskan bahwa brand association dapat mempengaruhi brand equity. Dalam penelitian terdahulu tentang pengaruh brand association terhadap brand equity yang dilakukan oleh Cheng, Arthur dan Hsui Chen (2001), menjelaskan bahwa brand associations memberikan pengaruh terhadap brand equity, hal itu memperkuat penelitian lain yg dilakukan Tong, Xiao dan Jana M. Hawley (2009) sedangkan Gil, et al. (2007) menemukan bukti bahwa brand associations tidak mempengaruhi brand equity .

Brand loyalty menurut Aaker (1991) merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan utama dalam pemasaran. Variabel ini diposisikan sebagai variabel independen untuk menjelaskan bahwa brand loyalty dapat mempengaruhi brand equity.

commit to user

loyality memberikan pengaruh terhadap brand equity hal itu memperkuat penelitian lain yg dilakukan Gil, et al. (2007) sedangkan Kim, K. Hoon, et al. (2008) menemukan bukti bahwa brand loyality tidak memberikan pengaruh terhadap brand equity.

Penelitian ini akan mengambil objek mengenai brand equity pada kategori produk olahraga Adidas, pemilihan merek ini dikarenakan merek tersebut merupakan produk olahraga terkemuka di kalangan remaja khususnya mahasiswa, merek tersebut dapat mewakili berbagai kombinasi faktor pasar, seperti harga, pangsa pasar, strategi pemasaran, reputasi merek / perusahaan, dan negara asal. (Tong dan Hawley, 2009).

Beberapa penelitian terdahulu, seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya, masih ditemukan hasil yang belum konsisten, artinya masih terdapat perbedaan, sehingga menarik untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh perceived quality, brand awareness, brand association, brand loyalty pada brand equity serta menggunakan produk olahraga sebagai objek amatan, dan judul dari penelitian ini adalah :

ANALISIS BRAND EQUITY PADA PRODUK OLAHRAGA ADIDAS (Study Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, secara lebih rinci permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah perceived quality berpengaruh pada brand equity ?

2. Apakah brand awareness berpengaruh pada brand equity ?

3. Apakah brand association berpengaruh pada brand equity ?

4. Apakah brand loyalty berpengaruh pada brand equity ?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Studi ini bertujuan untuk menguji model kausal yang di harapkan mampu menjelaskan hubungan pengaruh perceived quality, brand awareness, brand association, brand loyalty pada Brand Equity. Secara spesifik, studi ini bertujuan untuk :

1. Menguji pengaruh perceived quality pada brand equity.

2. Menguji pengaruh brand awareness pada brand equity.

3. Menguji pengaruh brand association pada brand equity.

4. Menguji pengaruh brand loyalty pada brand equity.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis Studi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman teoritikal terhadap variabel-variabel yang diamati yaitu: Perceived Quality, Brand Awareness, Brand Association, Brand Loyalty pada brand equity Hubungan antar-variabel yang terbentuk diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam ilmu pemasaran.

commit to user

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya, sehingga mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

3. Manfaat Praktis Model yang dikembangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pembentuk dari brand equity pada sektor industri, dalam penelitian ini adalah produk olahraga. Melalui studi ini, diharapkan para manager yang bergerak di bidang industri atau para manager yang akan terjun dalam bisnis industri utamanya produk olahraga dapat memahami faktor – faktor apa saja yang berpotensi membentuk suatu brand equity. Dengan demikian, diharapkan para manager mampu menyusun kebijakan dan strategi pemasaran yang sesuai, sebagai upaya untuk meningkatkan brand equity.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

commit to user

Pemberian merek kepada sebuah produk dianggap penting bagi pemasar, sebab merek dapat memudahkan pemasar dalam memasarkan produknya. Menurut kotler, (2001) mengatakan bahwa tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu pengumpulan makna yang lebih dalam terhadap merek tersebut

Merek harus dikelola secara strategis melalui usaha untuk meningkatkan ekuitas dan loyalitas konsumen yang berkelanjutan. Menurut Kotler dan Armstrong, (1997) merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing

Nama merek yang paling efektif, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut (Lamb, Hair, dan McDaniel, 2001):

a) Mudah untuk diucapkan (baik pembeli domestik maupun luar negeri)

b) Mudah untuk dikenali

c) Mudah untuk diingat

d) Pendek

e) Berbeda

f) Unik

g) Menggambarkan produk

h) Menggambarkan penggunaan produk

i) Menggambarkan manfaat dari produk j) Mempunyai konotasi yang positif k) Memperkuat citra produk yang diinginkan l) Secara hukum kepentingannya terlindungi baik di dalam maupun luar negeri.

commit to user

Perceived Quality didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan (Aaker, 1997).

Menurut Aaker (1997), Yang mempengaruhi Perceived Quality dibagi menjadi tujuh, yaitu:

a) Kinerja

b) Pelayanan

c) Ketahanan

d) Keandalan

e) Karakteristik produk

f) Kesesuaian dengan spesifikasi

g) Hasil

Rangkuti (2003) menyebutkan bahwa proses persepsi terhadap suatu jasa tidak mengharuskan pelanggan tersebut menggunakan jasa tersebut terlebih dahulu. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan atas suatu jasa adalah :

a) Harga Harga yang rendah menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas. Harga yang terlalu rendah menimbulkan persepsi pembeli tidak percaya kepada penjual. Sebaliknya, harga yang terlalu tinggi menimbulkan persepsi produk tersebut berkualitas. Harga yang terlalu tinggi menimbulkan persepsi penjual tidak percaya kepada pembeli.

b) Citra

commit to user

pelanggan mudah marah untuk kesalahan kecil sekalipun. Citra yang baik menimbulkan persepsi produk berkualitas, sehingga pelanggan memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya.

c) Pelayanan Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.

d) Momen Situasi pelayanan dikaitkan dengan kondisi internal pelanggan sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan

3. Brand Awareness (kesadaran merek)

Brand Awareness merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997). Brand Awareness dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja. Brand Awareness juga merupakan dimensi dasar dalam brand equity . Mencapai kesadaran akan merek adalah tantangan utama bagi merek baru, mempertahankan tingkat kesadaran akan merek yang tinggi adalah tugas yang harus dihadapi oleh semua merek (Shimp, 2003).

Tingkatan kesadaran merek secara keseluruhan di bagi menjadi 4 kategori yaitu :

commit to user

Gambar II.1 The Awareness Pyramid Sumber: Widjaja et al., 2007

a) Unware of brand (tidak menyadari merek)

Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan suatu merek.

b) Brand recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.

c) Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak eprlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

d) Top of Mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen.

commit to user

4. Brand Association ( Asosiasi Merek )

Menurut Aaker (1997), brand association adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality). Selanjutnya jika konsumen menganggap apabila merek tertentu berbeda secara fisik dari merek pesaing, maka citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu (loyalitas merek).

Asosiasi merek menurut Rangkuti (2004) memberikan beberapa keuntungan, yaitu:

a) Dapat membantu proses penyusunan informasi.

b) Asosiasi memainkan peranan yang penting dalam membedakan satu merek dari merek lain

c) Asosiasi merek membantu konsumen mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa.

d) Penciptaan sikap dan perasaan positif.

e) Sebagai landasan untuk perluasan merek yaitu dengan cara menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru

commit to user

5. Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Loyalitas menurut Stanton (1996) adalah suatu komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan secara konsisten dimasa yang akan datang sehingga dapat menyebabkan pengulangan pembelian ditempat yang sama walaupun ada pengaruh situasi dan berbagai usaha pemasaran yang berpotensi untuk menyebabkan tindakan perpindahan pembelian.

Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. (Darmadi Durianto, 2001)

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan (Darmadi Durianto, 2001) :

a) Reduced marketing costs (mengurangi biaya pemasaran)

b) Trade leverage (meningkatkan perdagangan)

c) Attracting new customers (menarik minat pelanggan baru)

d) Provide time to respond to competitive threats (memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan)

6. Brand Equity (Ekuitas Merek)

Brand Equity merupakan serangkaian aset yang terkait dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah dan mengurangi nilai yang diberikan oleh

commit to user

(Rangkuti, 2004). Brand equity adalah nilai tambah pada sebuah produk dari merek yang melekat pada produk tersebut (Yoo, Donthu dan Lee, 2000). Brand equity juga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian (Yoo,Donthu dan Lee, 2000). Dalam brand equity, konsumen dibantu dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi mengenai produk dan merek. Brand Equity juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif, diantaranya adalah (Kotler, 2007) :

a. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.

b. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka untuk menjual merek tersebut.

c. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya

karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih tinggi.

d. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi.

e. Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas

B. Penelitian Terdahulu

Variabel dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari studi terdahulu. Hal ini dilakukan dengan cara mengkompilasikan beberapa variabel yang

commit to user

menjelaskan variabel Brand Equity. Penelitian pertama yang digunakan sebagai acuan adalah Tong dan Hawley (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Measuring customer-based brand equity: empirical evidence from the sportswear market in China” membahas hubungan antara perceived quality, brand awareness, brand association, brand loyalty terhadap brand equity. Tujuan penelitian ini ingin menguji aplikasi model brand equity pada pasar pakaian olahraga di Cina. Hasil yang ditemukan membuktikan bahwa brand awareness dan perceived quality tidak mempengaruhi brand equity, sedangkan brand associations dan brand loyality berpengaruh terhadap brand equity.

Penelitian kedua yang digunakan sebagai acuan adalah Gil, et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Family as a source of consumer-based brand equity”. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh iklan terhadap kesadaran merek (brand awareness ), asosiasi merek (brand associations) dan persepsi kualitas (perceived quality ). pengaruh keluarga terhadap kesadaran merek, asosiasi merek dan persepsi kualitas; pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek dan persepsi kualitas terhadap loyalitas merek dan ekuitas merek. Dengan menggunakan analisis SEM, ditemukan bukti bahwa iklan berpengaruh terhadap kesadaran merek, asosiasi merek dan persepsi kualitas. Keluarga berpengaruh terhadap kesadaran merek asosiasi merek dan persepsi kualitas. Promosi tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi kualitas. Kesadaran merek dan asosiasi merek berpengaruh terhadap loyalitas merek, tetapi persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap loyalitas. brand awareness, brand associations dan perceived quality tidak berpengaruh terhadap brand equity. Sedangkan brand loyalty berpengaruh terhadap brand equity

commit to user

(2008) melakukan penelitian dengan judul “Brand equity in hospital marketing”. Tujuan penelitian ini menguji lima faktor yang mempengaruhi brand equity dan citra rumah sakit. Dengan menggunakan analisis SEM, ditemukan bukti bahwa kepercayaan, kepuasan pelanggan dan komitmen berpengaruh terhadap brand loyality, brand awareness dan citra rumah sakit, selain itu, brand loyality tidak mempengaruhi brand equity , sedangkan brand awareness memberikan pengaruh terhadap brand equity.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka dasar digunakan untuk memudahkan arah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar II.2 : Kerangka Pemikiran

Model penelitian ini terdiri dari 4 variabel amatan yang digunakan untuk menjelaskan proses terbentuknya brand equity. Model ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara perceived quality dan brand equity (H1), brand awareness dan brand

Perceived Quality

Brand Awareness

Brand Association

Brand Loyalty

Brand Equity

H1

H2

H3

H4

commit to user

equity (H4)

D. Hipotesis

Menurut Tong dan Hawley (2009) perceived quality bukan merupakaan kualitas riil dari produk, tetapi presepsi konsumen tentang keselurahan produk tersebut. Dalam penelitiannya yang terdahulu Tong dan Hawley (2009) juga menguji pengaruh perceived quality pada brand equity. Mengacu pada hasil dari penelitian terdahulu, hipotesis yang dirumuskan adalah :

H1. Perceived quality berpengaruh positif pada brand equity

Menurut Aaker (1997) brand awarenees adalah kemampuan konsumen untuk mengingat kembali sebuah merek. Menurut Tong dan Hawley (2009) ketika konsumem memiliki tingkat kesadaran yang tinggi maka brand equity akan terbentuk. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Edo rajh (2005) dan Kim K. Hoon (2008) yang menemukan bukti bahwa brand awarenees mempengaruhi brand equity. Mengacu pada hasil dari penelitian terdahulu, hipotesis yang dirumuskan adalah :

H2. Brand awareness berpengaruh positif pada brand equity.

commit to user

ingatan konsumen tentang merek. Brand equity terjadi ketika konsumen memiliki tingkat asosiasi brand yang kuat, unik, dan baik di memori mereka (tong dan hawley, 2009). Dalam penelitiannya Tong dan Hawley (2009) menemukan bukti bahwa brand association mempengaruhi brand equity. Mengacu pada hasil dari penelitian terdahulu, hipotesis yang dirumuskan adalah :

H3. Brand associations berpengaruh positif pada brand equity

Menurut Darmadi (2001) brand loyalty adalah ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek, pelanggan yang loyal kurang memiliki kemungkinan untuk pindah ke merek lain hanya karena harga, mereka juga lebih sering membeli daripada pelanggan yang tidak loyal (bowen dan shoemaker dalam Tong dan Hawley 2009). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tong dan Hawley (2009) dan Gill, et al. (2007) menemukan bukti bahwa brand loyalty mempengaruhi brand equity. Mengacu pada hasil dari penelitian terdahulu, hipotesis yang dirumuskan adalah :

H4. Loyalitas brand memiliki pengaruh positif pada brand equity

commit to user

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini berjenis kausal dan bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang dibedakan menjadi variabel independent sebagai variabel penyebab dan variabel dependen sebagai variabel yang menjadi akibat dari sebuah fenomena. Sehingga, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang memberikan pemahaman, penjelasan dan prediksi terhadap sebuah fenomena.

Penelitian ini bersifat cross sectional yang pengujiannya bertumpu pada data yang terjadi pada suatu titik tertentu (one point in time), sehingga model penelitian yang dikonstruksi tidak didesain untuk menangkap perubahan yang terjadi karena pergeseran waktu. Fenomena ini kemungkinan berdampak pada ketidakmampuan model untuk digunakan sebagai alat prediksi jika asumsi dasar berubah seiring pergeseran waktu yang terjadi. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survey yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden. Teknik ini dipandang relevan untuk memberikan dukungan terhadap pengujian konsep yang bersifat konfirmasi karena datanya berkencenderungan untuk memberikan dukungan atau penolakan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa pengguna produk olahraga adidas disurakarta, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret yang menggunakan produk olahraga adidas. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode convenience sampling. yaitu teknik pengambilan sampel yang

21

commit to user

mudah dijangkau (Sekaran, 2000). Menurut Sekaran (2003) analisis SEM membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah variabel indikator yang dibutuhkan.Penentuan jumlah sampel diharapkan mampu memenuhi kriteria minimal dalam pengujian hipotesis sesuai dengan metode statistik yang digunakan yaitu Structural Equation Model (SEM). Penentuan jumlah sampel ini didasarkan pada pedoman ukuran sampel dari Ferdinand (2005) yaitu :

a. 100-200 sampel dalam teknik maximum likelihood estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi. Berdasar pedoman diatas maka sampel minimal yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah berdasar jumlah parameter yang diestimasikan dikali 5. Dalam penelitian ini Jumlah parameter yang digunakan sebanyak 18, sehingga jumlah minimal sampel yang direkomendasikan adalah 18 x 5 = 90. Untuk mengantisipasi apabila ada kuesioner yang rusak atau gagal, maka sampel yang digunakan berjumlah 125. Penentuan jumlah sampel diharapkan mampu memenuhi kriteria minimal dalam pengujian hipotesis sesuai dengan metode statistik yang digunakan yaitu Structural Equation Model (SEM).

Kuesioner akan dibagikan kepada 125 responden, setiap responden berhak menerima atau menolak survei, tidak ada ikatan kekerabatan, intimidasi, ataupun penawaran hadiah-hadiah dalam bentuk apapun yang menunjukkan derajad keyakinan terhadap data yang diperoleh.

commit to user

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Perceived Quality

Adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan (Aaker, 1997). Variabel ini diukur dengan tiga indikator sebagai berikut :

a) kepercayaan

b) Kualitas produk adidas.

c) Fitur yang di tawarkan Produk adidas.

2. Brand awareness

Merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997). Variabel ini diukur dengan tiga indikator sebagai berikut :

a) Karakteristik dari produk adidas

b) Ciri khas produk adidas.

c) pengenalan merek adidas

3. Brand Association

Adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada anyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.

commit to user

b) Reliability (etika)

c) ingatan

d) Kepercayaan terhadap perusahaan adidas

4. Brand Loyalty

Adalah suatu komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan secara konsisten dimasa yang akan datang sehingga dapat menyebabkan pengulangan pembelian ditempat yang sama walaupun ada pengaruh situasi dan berbagai usaha pemasaran yang berpotensi untuk menyebabkan tindakan perpindahan pembelian. Variabel ini diukur dengan lima indikator sebagai berikut :

a) Selalu menggunakan produk adidas.

b) Setia menggunakan menggunakan produk adidas.

c) Percaya terhadap produk adidas

d) loyalitas

e) Merekomendasikan produk adidas kepada orang lain.

5. Brand Equity

Merupakan serangkaian aset yang terkait dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah dan mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada sebuah perusahaan atau para pelanggan perusahaan Variabel ini diukur dengan tiga indikator sebagai berikut :

a) Keputusan untuk memilih produk adidas

commit to user

D. Instrumen Penelitian

Data variabel ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Dalam kuesioner ini dapat diketahui persepsi serta tanggapan responden mengenai perceived quality, brand awareness , brand association, brand loyalty dan brand equity pada pungguna produk adidas.

Kuesioner yang digunakan disini, berisi daftar-daftar pertanyaan yang menggambarkan informasi yang ingin diketahui dari konsumen/masyarakat, dimana dalam kuesioner ini digunakan skala pengukuran itemized rating scale (Sekaran, 2003), yaitu skala interval dengan rentang poin satu sampailima dengan susunan sebagai berikut:

Penentuan nilai skala Likert:

a. Skor 5 (lima) untuk jawaban ”Sangat Setuju” (SS)

b. Skor 4 (empat) untuk jawaban ”Setuju” (S)

c. Skor 3 (tiga) untuk jawaban ”Netral” (N)

d. Skor 2 (dua) untuk jawaban ”Tidak Setuju” (TS)

e. Skor 1 (satu) u ntuk jawaban ”Sangat Tidak Setuju” (STS)

E. Sumber Data

Di dalam pengumpulan data, jenis-jenis data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

commit to user

a) Data Primer

Data ini diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian dengan angket (kuesioner). Kuesioner merupakan suatu metode dengan menyusun daftar pertanyaan secara tertulis yang kemudian dibagikan kepada responden.

b) Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari referensi-referensi baik berasal dari majalah, buku, maupun dokumen-dokumen lainnya yang dapat menunjang penelitian ini.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Peneliti menyusun dan mengedarkan kuesioner yang berisi daftar pernyataan kepada responden. Setelah kuesioner diisi, kemudian dikembalikan kepada peneliti. Mereka diminta untuk menunjukkan persetujuan dan ketidaksetujuan atas pernyataan- pernyataan dalam kuesioner. Jawaban dari kuesioner menggunakan skala likert yang mana responden mengidentifikasikan jawaban dalam lima tingkatan.

2. Wawancara

Wawancara langsung dilakukan dengan responden agar dapat mengetahui kondisi responden.

3. Studi pustaka

Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data sekunder, dengan mencari berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.

commit to user

G. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004). Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil demografi responden yang menjadi sampel dalam penelitian serta mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan pada jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, produk yang digunakan dan uang saku per- bulan.

2. Pengujian Statistik

Pengujian statistik merupakan pengujian yang diawali dengan pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi kritetria kelayakan untuk diuji dengan menggunakan metode statistik apapun jenisnya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh mampu menggambarkan fenomena bisnis yang diukur.

a) Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui seberapa tepat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran mengenai sasarannya (Sekaran, 2003). Untuk memperoleh validitas kuesioner, usaha di titik beratkan pada pencapaian validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang diperoleh dengan

commit to user

yang diteliti. Untuk uji validitas yang digunakan alat uji Confirmatory Factor Analysis dengan bantuan SEM yang dibantu dengan program aplikasi SPSS 11.5. Menurut Hair et.al (1998), factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal, sangat disarankan besarnya factor loading adalah ± 0.40, jika factor loading suatu item pertanyaan mencapai ± 0.50 atau lebih besar maka item tersebut sangat penting dalam menginterpretasikan kontruks yang diukurnya. Pedoman umum untuk analisis faktor adalah nilai lambda atau factor loading ≥

0.40 (Ferdinand, 2005). Berdasarkan pedoman tersebut, peneliti menetapkan nilai factor loading yang signifikan adalah lebih dari ± 0.50. Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output dari Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Rotated Componen Matrix harus terekstrak sempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum memiliki nilai loading factor > 0,50, maka proses pengujian validitas dengan analisis faktor harus diulang.

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi internal dari indikan- indikan dalam suatu variabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya/dapat diandalkan dan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Kategori tingkat realibilitas suatu pengujian adalah sebagai berikut (Sekaran, 2009):

0.8 – 1.0

= reliabilitas baik

0.6 – 0.799

= reliabilitas dapat diterima

commit to user

Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SEM yang dibantu dengan program aplikasi SPSS 11.5.

c) Structural Equation Model (SEM).

Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan atau SEM yang dibantu dengan program aplikasi AMOS 6.0. Model ini dipilih karena mereplikasi dari penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Tong dan Hawley (2009) yang menggunakan model SEM. Model structural equation model bertujuan untuk mengestimasi beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing-masing mempunyai hubungan simultan atau bersamaan.

Pada prinsipnya, model struktural bertujuan untuk menguji hubungan sebab akibat antar variabel sehingga jika salah satu variabel diubah, maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Dalam studi ini, data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment Structure atau AMOS versi 6.0

Analisis SEM memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat persamaan regresi yang simultan, berganda atau saling berhubungan. Beberapa karakteristik penggunaan analisis SEM antara lain, untuk mengestimasi hubungan dependen ganda yang saling berkaitan, kemampuannya untuk memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi dan kemampuannya untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta mengungkap variabel laten (Hair et al,. 1998).

3. Evaluasi Asumsi Structural Equation Model (SEM)

commit to user

teknik analisis dengan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) dimana jumlah sampel yang memenuhi tidak dapat ditentukan sebelum dilakukan analisis uji kecukupan sampel, maka peneliti menggunakan jumlah sampel yang disyaratkan yaitu sebanyak minimum 125 sampel atau 5 kali jumlah parameter yang diestimasi (Hair et.al., 1998). Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya maka peneliti akan menggunakan rekomendasi untuk menggunakan maksimum likelihood yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel (Hair et al., 1998).

b) Asumsi Normalitas Dalam analisis multivariate, asumsi ini paling fundamental karena merupakan bentuk distribusi data pada variabel matriks tunggal yang menghasilkan distribusi normal (Hair et al., 1998). Jika asumsi ini tidak dipenuhi dan penyimpangan data normalitasya terlalu besar maka akan mengakibatkan hasil uji yang bias. Uji normalitas dapat digunakan dengan menggunakan nilai critical statistic ratio skewness yang menggambarkan penyimpangan distribusi simetris dan kurtosis atau tingkat kecuraman secara berturut – turut. Nilai statistik untuk menguji normalitas disebut z value (critical ratio / CR pada output AMOS

16.0) dari ukuran skewness dan kurtosis ditribusi data. Bila nilai CR lebih besar dari nilai critical value, maka diduga distribusi data tidak normal. Critical value dapat ditentukan berdasar tingkat signifikansi 1% yaitu 2,58.

c) Asumsi Outlier Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel kombinasi (Hair et.al.,

commit to user

Chi Square ( ) terhadap nilai mahalanobis distance squared pada tingkat signifikansi 0.001 dengan degree of freedom sejumlah konstruk yang digunakan

dalam penelitian (Hair, et.al., 1998).

d) Evaluasi Kriteria Goodness of fit Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et.al., 1998), tetapi berbagai indeks kesesuaian digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dengan data yang disajikan. Indeks-indeks kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Chi Square (X²) Tujuan analisis Chi Square adalah untuk menguji apakah sebuah model sesuai dengan data. Chi Square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji lainnya. Nilai Chi Square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005). Tingkat signifikansi penerimaan yang direkomendasikan adalah apabila p ≥ 0.05 (Hair, et.al., 1998), yang berarti matriks input yang sebenarnya dengan matriks input yang diprediksi secara statistik tidak berbeda

2. The Root Mean Square of Approximation (RMSEA) RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik Chi-Square model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA yang dapat diterima antara 0.05 sampai 0.08 (Ghozali dan Fuad, 2005). Sedangkan menurut Hair et.al. (1998) nilai RMSEA yang lebih

commit to user

baik untuk menerima kesesuaian sebuah model.

3. Normed Chi-Square (CMIN/DF) Normed Chi-Square adalah ukuran yang diperoleh dari nilai Chi-Squre dibagi dengan degree of freedom. Menurut Hair et. al., (1998), nilai yang direkomendasikan untuk menerima kesesuaian sebuah model adalah nilai CMIN/DF yang lebih kecil dari atau sama dengan 2.0/3.0 (CMIN/DF ≤ 2.0/3.0)

4. Goodness of Fit Index (GFI) Indeks ini menggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan, yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan dengan data yang sebenarnya. Nilai yang lebih mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik (Hair et.al., 1998). Meskipun tidak ada threshold levels yang pasti untuk menerima secara absolut, nilai GFI yang lebih besar dari atau sama dengan 0. 90 (GFI ≥ 0.090) dikatakan baik.

5. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari GFI, yaitu indeks GFI yang telah disesuaikan dengan rasio dari degree of freedom model yang diusulkan dengan degree of freedom dari null model. menurut Hair et.al., (1998), nilai indeks penerimaan kesesuaian sebuah model yang direkomendasikan adalah apabila nilai AGFI ≥ 0.90. Nilai indeks yang semakin mendekati 1, maka model tersebut memiliki kesesuaian yang semakin baik.

commit to user

model yang diuji dengan null model. Hair, et.al. (1998) merekomendasikan bahwa nilai TLI yang baik adalah TLI ≥ 0.90.