2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Permasalahan Psikososial Warga Binaan Dikaji dari Perspektif Konseling Masyarakat

BAB II KONSELING MASYARAKAT Dalam bab ini, penulis akan memaparkan tentang konseling masyarakat yang meliputi

  pemahaman, kompetensi multikultural, keadilan soial masyarakat, model konseling masyarakat, dan teori tentang psikososial warga binaan.

2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat

  Konseling merupakan suatu proses pertolongan yang membuat orang diberdayakan untuk hidup yang menghidupkan dan memanusiakan sesama manusia. Hal itu berarti bahwa konseling tidak hanya sekedar membawa orang keluar dari keterpurukan dan penderitaan hidup tetapi membantu mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya untuk memberdayakan dirinya dan juga orang lain. Konseling berasal dari bahasa inggris to counsel yang secara

  1

  harafiah berarti memberi arahan. Dengan pengembangan Counseling Psychology, di Amerika, konselor diartikan sebagai seorang yang berusaha menolong orang yang

  2

  bermasalah melalui pendekatan psikologis. Konseling merupakan media untuk mencurahkan

  3

  isi hati setiap individu yang mengalami tekanan-tekanan psikologis. Dari pemahaman tersebut, konseling menempatkan seorang konselor untuk selalu bersentuhan dengan apa yang disebut relasi terhadap sesamanya. Relasi yang mendalam hanya dapat dibangun jika seorang konselor memandang orang yang bermasalah itu sangat berharga. Bukan sekedar dikasihani tetapi dicintai. Karena itu konseling adalah proses pertolongan antara seseorang penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud bukan hanya meringankan penderitaan konseli tetapi memberdayakannya. Asumsi dasar yang mendasari konseling 1 J.D. Engel, Pastoral Dan Kebutuhan 2 , hlm 1. 3 Aart Van Beek , Pendampingan Pastoral, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), hlm 7.

  J.D. Engel , Konseling Pastoral dan Isu-Isu Kontemporer, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016). hlm 23.

  4

  masyarakat mengarah pada pendekatan multifaset untuk membantu. Artinya bahwa konseling masyarakat menggunakan lebih dari satu pendekatan agar proses konseling dapat berjalan dengan baik. Konseling masyarakat merupakan bentuk pertolongan secara komperhensif yang didasarkan pada kompetensi multikultural dan keadilan sosial. Karena perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan, maka konselor masyarakat menggunakan strategi yang memfasilitasi perkembangan sehat dari klien maupun masyarakat. Kata masyarakat dipahami secara berbeda-beda tergantung cara pandang orang yang memahaminya. Masyarakat yang dipahami dalam konseling masyarakat didefinisikan

  5

  menurut pemikiran Paisley (1996) sebagai berikut: 1)orang-orang yang tinggal di daerah geografis tertentu (misalnya orang-orang pedesaan versus perkotaan, orang-orang pribumi versus pendatang); 2)sekelompok orang yang berhubungan dengan perbedaan latar belakang budaya, etnis atau ras; 3)orang- orang yang saling ketergantungan dan masing-masing memiliki kesamaan antara satu dengan yang lain sebagai anggota dari komunitas kategorial, professional maupun fungsional yang lebih luas yang disebut komunitas global; 4)kelompok atau kumpulan orang yang termarjinalkan kaum penyakit kusta, LGBT, kaum disabilitas, kaum perempuan korban trafficking dan anak-anak yang berbagi dan saling peduli untuk kepentingan dan kebutuhan umum.

  Definisi ini merujuk pada masyarakat sebagai sebagai sistem yang memiliki kesatuan, kontinuitas dan prediktabilitas. Individu, kelompok dan organisasi merupakan link masyarakat. Masyarakat juga menghubungkan individu dengan masyarakat lainnya, termaksud masyarakat yang lebih besar. Dengan demikian, masyarakat berfungsi sebagai media dimana individu dapat bertindak dan mentransformasikan norma. Dengan demikian, seorang individu menjadi milik lebih dari satu komunitas pada suatu waktu. Keluarga, gereja, 4 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea Community Counseling..., hlm 9. 5 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea Community Counseling…, hlm 9.

  sekolah, kampus menjadi komunitas untuk masyarakat yang lebih besar, seperti lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), kaum disabilitas, kaum marjinalitas, perempuan korban

  

trafficking dan anak-anak juga sistem sosial politik yang jauh lebih besar dan lebih kompleks.

  Dengan itu, individu sebagai anggota masyarakat saling mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung baik secara positif maupun secara negatif. Asumsi berpikir seperti inilah yang menjadi alasan mengapa konseling masyarakat diperlukan.

6 Conyne dan Cook (2004) melihat fokus masalah konseling masyarakat berorientasi

  pada masa lalu pribadi setiap individu masyarakat sebagai klien. Tujuan konseling masyarakat adalah merubah perilaku klien yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa lampau menjadi perilaku adaptif. Konselor memiliki keahlian dan keterampilan untuk membantu klien mengindentifikasi dan menemukan faktor penyebab masalah serta mengembangkan alternatif penyelesaian yang lebih memuasakan. Jordan (2010:3) memahami masalah masyarakat mengacu pada dampak buruk lingkungan yang bersifat minindas dan menghambat tingkat pemahaman individu serta tekanan budaya.

  Konselor masyarakat memainkan peran penting dalam membantu klien untuk menjembatani kesenjangan antara kehidupan klien dengan perkembangan masyarakatnya.

  Kesenjangan tersebut merupakan hasil interaksi klien dengan lingkungan dan bahwa interaksi ini mempengaruhi perkembangan mereka secara negatif. Tugas konselor melakukan negosiasi perubahan lingkungan terhadap korban kemiskinan, rasisme, seksisme, stigmatisasi politik, ekonomi dan sosial sitem yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya. Dalam

  7

  menghadapi kenyataan ini, menurut Lewis(2011) peran konselor masyarakat sebagai agen perubahan sosial untuk:1) Mempromosikan perubahan positif dalam sistem masyarakat yang 6 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…,hlm 4. 7 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 9. mempengaruhi kesejahteraan klien; 2) Memfasilitasi pembangunan manusia (individu) dengan pengembangan masyarakat; 3) Menciptakan strategi konseling masyarakat.

  2.2. Kompetensi Multikultural

  Konselor masyarakat memiliki kompetensi multikultural yang didasarkan pada asumsi

  8

  akan : 1) Kesadaran konselor masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam budaya masyarakat; 2) Kesadaran konselor terhadap permasalahan klien; 3) Kesadaran konselor masyarakat untuk menciptakan strategi intervensi untuk pengembangan suatu pendekatan konseling yang sesuai dengan budaya klien. Dalam masing- masing bagian ini, kompetensi meliputi kategori : a) Sikap dan keyakinan; b) Pengetahuan; c) Keterampilan. Sue dan Sue (2002) memberikan definisi tentang kompetensi multikultural professional sebagai berikut : Pertama, seorang konselor professional membantu kompetensi multikultural terhadap perilaku manusia, nilai-nilai, bias budaya, dan praduga; Kedua, seorang konselor profesional membantu kompetensi multikultural terhadap pandangan budaya klien yang berbeda; Ketiga, seorang konselor profesional membantu kompetensi multikultural terhadap pengembangan strategi intervensi yang tepat dan relevan dalam budaya klien yang berbeda.

  2.3. Keadilan sosial Masyarakat

  Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial masyarakat didasarkan pada asumsi bahwa, konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat klien dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan merata masyarakatnya. Keadilan sosial melibatkan akses dan pemerataan untuk memastikan partisipasi penuh dalam kehidupan sebuah masyarakat, terutama bagi mereka yang telah secara sistematis dikecualikan 8 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 11. berdasarkan ras/etnis, jenis kelamin, usia, cacat fisik atau cacat mental, pendidikan, orientasi seksual, status ekonomi, status sosial atau karakteristik lain dari latar belakang atau kelompok anggota masyarakat.

  Keadilan Sosial didasarkan pada asumsi bahwa semua orang memiliki hak untuk diperlakukan secara adil (setara), dukungan untuk hak asasi manusia dan sumber daya

  9

  masyarakat (Lee, 2007:1). Konselor masyarakat menjadi sadar ketika klien mereka ditolak hak-haknya, maka konselor melakukan intervensi lingkungan dalam bentuk advokasi keadilan sosial. Kompetensi advokasi diatur dalam tiga tingkat intervensi : 1) Pada tingkat intervensi, kompetensi bertujuan untuk membawa perubahan; 2) Pada tingkat klien individu, kompetensi dikategorikan sebagai pemberdayaan dan advokasi klien; 3) Pada tingkat masyarakat, kompetensi berfokus pada kolaborasi dan sistem komunikasi. Akhirnya di area publik yang lebih luas konselor melaksanakan program-program publik-informasi dan sosial/ advokasi politik. Levy dan Sidel (2006) memberikan definisi ketidakadilan sosial sebagai

  10

  berikut : 1) Penolakan atau pelanggaran ekonomi, sosial budaya, politik, sipil dan hak manusia; 2) Ketidakadilan sosial mengacu pada kebijakan atau tindakan yang mempengaruhi kondisi sosial masyarakat miskin, tunawisma, yang sakit dan terluka.

2.4. Model Konseling Masyarakat

  Strategi konseling masyarakat berdasarkan asumsi bahwa peran konselor masyarakat adalah mendesain strategi terfokus dan strategi berbasis luas yang memefasilitasi pengembangan klien dan pengembangan masyarakat yang sehat dan kondusif, memenuhi

  9 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 12. 10 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 4. kebutuhan individu dan kelompok untuk mempengaruhi masyarakat umum. Strategi tersebut tercakup dalam model konseling masyarakat yang ditujukan pada tabel di bawah ini :

  11 STRATEGI MEMFASILITASI

  PENGEMBANGAN MANUSIA (INDIVIDU)

  MEMFASILITASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT Strategi Terfokus Konseling dalam konteks out reach

  (penjangkauan lapangan/lingkungan untuk klien yang depresi/distress dan /marjinalisasi).

  Treatment klien untuk kolaborasi masyarakat Strategi Berbasis

  Luas Intervensi perkembangan/pencegahan melalui program pendampingan maupun konseling outreach (penjangkauan) individu dalam masyarakat.

  Treatment sosial/politik untuk perubahan tingkat makro : peranan politicall-

  skill education untuk tujuan

  pendidikan dan melakukan perubahan sosial,politik, dan ekonomi, yang cenderung melawan penindasan dalm segala bentuknya.

  Sifat dari model konseling masyarakat secara komperhensif, mempengaruhi baik, program yang dirancang dan peran konselor masyarakat untuk mambantu klien mereka.

  Program konseling masyarakat mempergunakan intervensi/treatment(perlakuan) yang ditawarkan disetiap aspek model. Peran konselor masyarakat menunjukan karakteristik optimisme, aktivisme dan visi yang memberdayakan klien dalam model konseling masyarakat. Deskripsi model konseling masyarakat penulis paparkan sebagai berikut: 11 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 15.

  1. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Terfokus

  Fakta bahwa konselor abad ke-21 mempedulikan lingkungan masyarakat, tidak berarti mengabaikan kemampuan dan peran setiap individu dalam memberikan bantuan kepada mereka. Hal tersebut didasari kesadaran konselor dalam konteks lingkungan. Keterkaitan konseling dengan jangkaun lingkungan melibatkan partisipasi mitra kerja (observer dan

  

interviewer ) dalam menginterpretasi fenomena psikis klien dan fenomena sosial masyarakat

  melalui observasi dan interview. Konselor menemukan keterkaitan teori-teori konseling

  12

  dengan berbagai fenomena masalah klien dalam masyarakat. Strategi terfokus ini memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi juga hasil penjangkauan lingkungan merupakan upaya pendidikan bagi individu dan masyarakat. Tujuannya adalah agar individu dan masyarakat memahami tantangan baru mereka dan belajar meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk menangani depresi dan marjinalisasi.

  2. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Berbasis Luas

  Pengembangan/intervensi pencegahan memungkinkan konselor masyarakat untuk mendidik atau melatih anggota masyarakat pada umumnya. Anggota masyarakat dilatih mekanisme koping spesifik (mengatasi masalah) dan bagaimana memenuhi kebutuhan ketika diperhadapkan dengan masalah masyarakat secara mendadak. Intervensi pencegahan sebagai suatu proses pendidikan pengembangan mental anggota masyarakat, dalam rangka

  13

  pencegahan dini masalah-masalah masyarakat. Tujuan dari strategi berbasis luas : 1) membantu anggota masyarakat mendapatkan pengetahuan baru melalui penyuluhan yang berguna dalam menangani masalah yang belum diketahui; 2) meningkatkan kesadaran 12 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…,hlm 15. 13 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 16.

  anggota masyarakat tentang tantangan hidup potensial dan mengembangkan keterampilan yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan dini; 3) melaksanakan program-program seminar tentang kesehatan mental masyarakat dan pelatihan relaksasi. Konselor dapat mengembangkan teknik, konsep dan program pendidikan pencegahan, membuat konseling masyarakat efektif dan peranan konselor masyarakat menjadi praktisi, penyuluh, pelatih yang produktif dan sangat aktif.

3. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Terfokus

  Dalam banyak situasi, pendekatan pemberdayaan yang berfokus konselor adalah

  14 semua yang dibutuhkan untuk mempersiapkan klien menjadi pendukung bagi diri sendiri.

  Treatment/perlakuan merupakan bagian integral dari proses konseling, ketika konselor menyadari faktor eksternal sebagai hambatan untuk pengembangan individu. Peran mitra kerja sangat signifikan ketika individu atau kelompok rentan dan kekurangan akses ke layanan konseling.

  Peran konselor, mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk jasa layanan dan faktor-faktor hambatan yang dipengaruhi sejumlah individu dan keluarga. Konselor mengidentifikasi faktor sistematik sebagai penghalang untuk pengembangan masyarakat, dan berharap bisa mengubah lingkungan dan mencegah beberapa masalah yang mereka hadapi.

  Konselor sebagai agen perubahan memahami prinsip-prinsip perubahan sistematik dapat membuat keinginan mereka menjadi suatu kenyataan. Dalam peran memfasilitasi pengembangan masyarakat, konselor mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap perkembangan klien mereka dan mengambil partisipasi mitra kerja dalam pengertian bahwa bekerja sama dengan orang lain dan lembaga untuk membawa perubahan yang diperlukan. 14 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 17.

4. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Berbasis Luas

  Pengalaman konselor masyarakat dalam treatment/perlakuan mempengaruhi kliennya pada setiap langkah perlakuan yang diperlukan pada tingkat yang lebih luas. Konselor sebagai agen perubahan dalam sistem yang mempengaruhi klien dan oranglain dalam jumlah lebih besar. Ketika hal tersebut terjadi, konselor menggunakan keahliannya untuk melakukan perlakuan sosial/politik. Kompetensi konselor terfokus pada kemampuannya membedakan masalah-masalah yang dapat diselesaikan melalui aksi sosial/politik dan mengidentifikasi

  15 mekanisme yang tepat utuk mengatasi masalah.

  Beberapa hal yang perlu diketahui konselor masyarakat adalah : Pertama, praktek konseling membuat konselor peka terhadap masalah lingkungan yang mempengaruhi pengembangan manusia; Kedua, profesi konseling mengharuskan konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berkomunikasi tentang perlunya perubahan dan tindakan kolaboratif(partisipasi mitra kerja). Konselor dapat mengembangkan potensi klien untuk diberdayakan melalui berbagai peran partisipasi mitra kerja. Strategi berbasis luas, memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi juga treatment/perlakuan melalui kolaboratif. Tindakan ini untuk tujuan pendidikan dan melakukan perubahan sosial, politik, ekonomi yang cenderung melawan penindasan dalam segala bentuknya.

2.5. Teori Tentang Psikososial Warga Binaan

2.5.1. Pengertian Psikososial

  Istilah psikososial menurut Kamus Lengkap Psikologi berarti menyinggung relasi

  16

  sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis. Psikososial adalah suatu kondisi yang 15 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. D

  aniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling…, hlm 18. 16 J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 407.

  terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya secara terintegrasi. Psikososial berasal dari gabungan dua kata, psiko dan sosial. Kata “psiko” mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan “sosial” mengacu pada hubungan eksternal individu dengan oranglain di lingkungannya.

  Berdasarkan asal katanya, psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lainnya.

  Psikososial juga dipakai sebagai istilah hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosinya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek fisik dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya.

  Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi denga cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala

  17

  sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa psikososial terdiri dari 2 aspek yaitu psikologi dan sosial. Psikologi terdiri dari kata Psyche yang dalam bahasa Yunani berarti “jiwa” dan kata Logos yang dapat diterjemahkan sebagai “ilmu”. Jadi pengertian dari psikologi adalah sebuah ilmu jiwa yang merupakan suatu istilah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kata ini digunakan untuk menunjuk kepada

  18 sebuah pengetahuan ilmu jiwa.

  Berbicara mengenai psikis manusia berarti membahas juga tentang tingkah laku manusia, yaitu mempersoalkan apa yang diperbuat individu dalam lingkungannya dan mengapa ia berbuat seperti yang diperbuatnya. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah lakunya itu banyak dan bermacam-macam, maka tingkah laku individu yang dilibatkannya juga bermacam-macam. Sesungguhnya bahwa psikologi lebih menitik beratkan perhatian kepada perbedaan-perbedaan tingkah laku ini, meskipun hal ini tidak berarti bahwa 17 F. Patty, Kasmiran Woerjo, M.Noor Syam, I Wayan Ardhana dan Indung A. Saleh, Pengantar Psikologi Umum , (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm 54. 18 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2004), hlm 1.

  mengabaikan sama sekali persamaan-persamaan yang terdapat di dalamnya, sedangkan pengaruh sosial seperti tekanan teman sebaya, dukungan orangtua, latar belakang budaya dan agama, status sosial-ekonomi dan hubungan interpersonal, semua membantu untuk untuk membentuk kepribadian dan pengaruh psikis seseorang. Individu dengan gangguan psikososial sering memiliki fungsi kesulitan dalam situasi sosial dan memiliki masalah berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

  2.5.2. Pengertian Warga Binaan

  Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, warga binaan adalah orang hukuman yang telah dijatuhi pidana oleh pengadilan untuk dimasukan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.

  Sebelum mendapat status terhukum, seseorang yang didakwa melakukan tindakan melawan

  19

  hukum berstatus sebagai terdakwa, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, warga binaan adalah orang hukuman atau orang yang sedang menjalani hukuman karena

  20 tindak pidana.

  2.5.3. Psikososial Warga Binaan

  Pada bagian ini, penulis akan memaparkan tentang deskripsi mengenai psikososial

  21

  seorang warga binaan : 1.

   Lost of personality

  Seorang warga binaan selama dipidana akan kehilangan kepribadian, identitas diri, akibat peraturan dan tata cara hidup di Lembaga Pemasyarakatan. Selama menjalani pidana, warga binaan diperlakukan sama atau hampir sama antara warga binaan yang satu dengan warga binaan yang lain. Hal ini akan membentuk kepribadian yang khas yaitu kepribadian yang tempramental, agresif dan lain-lain. 19 Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di siding pengadilan. Lih.

  Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya , (Surabaya : Permata Press, 2015), hlm 13. 20 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga , (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 774.

  Azani . (2012). “Gambaran Psychological Well-Being Mantan Warga Binaan”. Empathy, Vol. 1, No. 01, hlm 9-10.

  2. Lost of securuty

  Selama menjalani pidana, warga binaan selalu dalam pengawasan petugas. Seorang yang terus menerus diawasi akan merasakan kurang aman, merasa selalu dicurigai, dan merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak karena takut kalau tindakannya merupakan suatu kesalahan yang dapat membuat warga binaan tersebut dihukum. Karena warga binaan diawasi terus-menerus menyebabkan warga binaan tersebut ragu dalam bertindak, kurang percaya diri, salah tingkah, tidak mampu mengambil keputusan dengan baik. Situasi yang demikian, dapat mengakibatkan warga binaan melakukan tindakan kompensasi demi stabilitas jiwanya. Warga binaan akan bertindak sesuai dengan kondisi di Lembaga Pemasyarakatan tersebut meskipun bertentangan dengan kehendak warga binaan untuk menghindari hukuman.

  3. Lost of liberty

  Pidana hilang kebebasan telah merampas berbagai kebebasan individual. Misalnya kebebasan untuk berpendapat, melakukan hobby, membaca surat kabar dan sebagainya.

  Secara psikologis keadaan yang demikian menyebabkan warga binaan menjadi tertekan jiwanya, pemurung, malas, mudah marah, dan tidak bergairah dengan program-program pembinaan.

  4. Lost of personal comunication

  Selama menjalani hukuman, kebebasan untuk berkomunikasi dibatasi. Warga binaan tidak bisa bebas untuk berkomunikasi dengan relasi, keluarganya. Sebagai makhluk sosial, warga binaan memerlukan komunikasi dengan teman, keluarga atau oranglain. Keterbatasan kesempatan untuk berkomunikasi ini juga merupakan beban tersendiri bagi para warga binaan.

  5. Lost of good and service

  Warga binaan juga merasakan kehilangan pelayanan. Dalam Lembaga Pemasyarakatan, warga binaan harus mampu mengurus dirinya sendiri, misalnya mencuci pakaian, menyapu ruangan dan lain-lain. Warga binaan tidak boleh memilih warna atau model pakaian sendiri, sebab semuanya telah diatur agar sesuai dengan warga binaan yang lainnya, termaksud dalam hal menu makanan setiap hari. Hilangnya pelayan menyebabkan warga binaan kehilangan rasa afeksi, kasih sayang yang biasanya didapat di luar Lembaga Pemasyarakatan.

  6. Lost of heterosexual

  Selama menjalani pidana, warga binaan ditempatkan dalam blok-blok sesuai dengan jenis kelaminnya. Penempatan ini menyebabkan warga binaan juga merasakan betapa naluri seks, kasih sayang, rasa aman bersama keluarga ikut terhempas. Hal ini akan menyebabkan penyimpangan seksual, seperti homoseksual, lesbian dan lain-lain. Semua merupakan penyaluran seks yang terpendam.

  7. Lost of prestige

  Warga binaan juga kehilangan harga dirinya. Bentuk-bentuk perlakuan dari petugas terhadap warga binaan membuat warga binaan menjadi terhempas harga dirinya. Misalnya WC dan tempat mandi yang terbuka.

  8. Lost of belief

  Akibat dari perampasan berbagai kebebasan, warga binaan menjadi kehilangan rasa percaya diri. Hal ini disebabkan tidak adanya rasa aman, tidak dapat membuat keputusan sendiri, kurang mantap dalam bertindak dan kurang memiliki stabilitas jiwa yang menetap.

  9. Lost of creativity

  Selama menjalani pidana, kreativitas, ide-ide, gagasan, imajinasi, bahkan juga impian dan cita-cita warga binaan ikut terhempas.

  10. Depresi

  Menurut June Hunt, salah satu penyebab warga binaan melakukan kejahatan dikarenakan depresi. June Hunt menggambarkan bahwa depresi psikologi dalam tulisan kuno

  22

  berasal dari kata depresi adalah melancholia. Depresi psikologi adalah keadaan dimana jantung terasa tertekan dan tidak dapat mengalami kesenangan. Mengindap depresi merasa terjebak dalam kesedihan, rasa bersalah dan tidak mempunyai harapan yang mudah menyebar. Depresi psikologi berhubungan dengan karakteristik mental, emosional dan

  23

  tingkahlaku orang yang depresi. Depresi yang dirasakan oleh warga binaan adalah depresi yang berada pada tahap depresi emosional. Depresi adalah kemarahan yang timbul karena tekanan, tekanan yang terjadi jika keinginan dan emosi yang tidak masuk akal dihalangi dari kesadaran seorang dan dibiarkan berjalan di bawah sadar, depresi juga muncul dari kemarahan yang terpendam. Marah yang ditekan karena kehilanag seseorang yang dikasihi, kehilangan harga diri, kehilangan kendali, kehilangan milik, kehilangan harapan, kehilangan rasa hormat pada oranglain, kehilangan tujuan pribadi. Depresi juga terjadi stres yang ditahan karena tanggungjawab pada keluarga, kewajiban pada keluarga, terlalu banyak pekerjaan dan lain-lain.Akar penyebab terpaku dalam depresi dikarenakan keyakinan yang salah. Hal ini timbul karena kegagalan, kehilangan dan kekecewaan dalam hidup, merasa tidak punya

  24

  harapan dan hilang masa depan, dan merasa tidak dapat melakukan apa-apa. Depresi sangat berpengaruh bagi para warga binaan, khususnya warga binaan dalam kasus pelecehan seksual yang tidak bisa menerima perbuatan yang mereka lakukan.

2.6. Rangkuman

  22 Melancholia secara harafiah berarti air empedu hitam, bahwa seorang melankolis mempunyai

kelebihan air empedu yang menghasilakan depresi. Abad ke 2M seorang dokter bernama Areteus menyebutkan

bahwa pasien yang melankolis sebagai sedih, kecewa, tidak bisa tidur, mereka menjadi kurus oleh karena pergumulan mereka dan kehilangan rasa ingin tidur dan pada tahap selanjutnya mengeluh tentang hal sepeleh

dan ingin mati. Sekarang Melancholia diuraikan sebagai keadaan mental yang bercirikan depresi ekstri, keluhan

tubuh dan kadang-kadang halusinasi dan delusi (memiliki keyakinan yang salah tentang diri sendiri, Pendapat Meriam-

  Webster’s Collegiate Dictionary yang dikutip oleh June Hunt, Konseling Alkitab, Hope For The Heart Indoneia, 2007. 23 June Hunt, Konseling Alkitabiah: Kesembuhan Bagi Hati Yang Terluka, (Denpasar : Hope For The Heart Indonesia, 2007, hlm 185. 24 June Hunt, Konseling Alkitabiah..., hlm 198. Konseling masyarakat merupakan suatu bentuk pertolongan secara komperehensif, yang di dasarkan pada kompetensi multikultural dan berorientasi pada keadilan sosial masyarakat. Kompetensi multikultural didasarkan asumsi akan kesadaran konselor masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam budaya masyarakat, kesadaran konselor terhadap permasalahan konseli dan kesadaran untuk menciptakan suatu pendekatan konseling sesuai dengan budaya klien. Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial didasarkan asumsi bahwa, konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat konseli dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan merata dalam masyarakat. Keadilan sosial didasarkan pada keyakinan bahwa semua orang memiliki hak untuk diperlalukan setara. Tujuan konseling masyarakat adalah merubah perilaku konseli yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa lampau menjadi perilaku adaptif. Konselor membantu konseli mengidentifikasi dan menemukan faktor penyebab masalah serta mengembangkan alternatif penyelesain.

  Psikososial merupakan suatu kondisi yang dialami oleh seorang individu yang mencakup aspek psikis dan sosial. Warga binaan merupakan orang-orang yang melalui pengadilan dinyatakan bersalah, sehingga mereka kehilangan kebebasannya untuk itu mereka perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan agar supaya mereka diberdayakan menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan: Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani

0 0 41

Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan (Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani) TESIS Diajukan kepada Program Studi: Magister Sosiologi Agama, Fakultas: Teologi

0 0 14

2. IDENTITAS SOSIAL BAGI MASYARAKAT KARO DIASPORA 2.1. Pendahuluan. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 1 37

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Permasalahan Psikososial Warga Binaan Dikaji dari Perspektif Konseling Masyarakat

0 0 8