1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Permasalahan Psikososial Warga Binaan Dikaji dari Perspektif Konseling Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

  Tindak kejahatan atau kriminalitas merupakan suatu gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat, baik itu masyarakat menengah ke bawah (miskin) sampai kepada masyarakat menengah ke atas (kaya). Masalah kejahatan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, baik yang tinggal di kota maupun yang tinggal di desa, sehingga hal tersebut patut mendapat perhatian yang serius, bukan hanya mereka yang berkecimpung di bidang hukum, tetapi juga masyarakat bahkan gereja. Kejahatan merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya istilah kejahatan ini diberikan kepada suatu jenis perbuatan atau tingkah laku manusia tertentu yang dapat di nilai

  1

  sebagai perbuatan jahat. Kejahatan terjadi karena ulah manusia untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mementingkan nafsunya. Kejahatan telah menimbukan dampak buruk yang mencakup aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual bagi yang melakukannya, sehingga dengan demikian para pelaku kejahatan mangalami suatu beban hidup yang sangan

  2

  berat. Dari pemahaman diatas menurut penulis, kejahatan merupakan hal yang lazim sebab kejahatan selalu ada dalam kehidupan masyarakat. Para pelaku kejahatan secara sadar melakukan kejahatan, namun setelah melakukannya ada perasaan bersalah yang dirasakan oleh mereka, dan perasaan bersalah tersebut terkadang membebani pikiran mereka.

  Warga binaan merupakan sebutan untuk para pelaku kejahatan yang sedang menjalani

  3

  hukuman karena tindak pidana. Menyandang status sebagai warga binaan memang bukanlah hal yang mudah, namun itulah konsekuensi yang harus di terima oleh mereka. Penelitian ini 1 Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminal, (Medan : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1999), hlm 18. 2 3 Lucien van Liere, Ph.D. memutus rantai kekerasan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), hlm 48.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga , (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 774. berawal dari keprihatinan penulis terhadap stigma negatif yang selalu diberikan oleh masyarakat kepada warga binaan. Masyarakat pada umumnya memandang seorang warga binaan sebagai Trouble Maker atau pembuat masalah, sehingga tidak jarang masyarakat melakukan penolakan dan mewaspadai mereka apabila mereka telah keluar dari Lembaga

4 Pemasyarakatan. Masyarakat selalu mempunyai pandangan yang negatif terhadap warga

  binaan namun mereka tidak menyadari bahwa dalam keyataannya seorang warga binaan yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, berada dalam posisi yang tidak berdaya (berada

  5

  pemenjaraan sampai pembebasan di kemudian hari. Mereka mudah menjadi bulan-bulanan pemerasan, ancaman, kekerasan, penyiksaan, pelecehan, penghinaan dan sebagainya. Dalam

  6

  situasi yang sulit dan tertekan itu mereka memerlukan pelayanan, pendampingan dan pembelaan. Mereka membutuhkan pengertian, pengampunan dan sangat dibutuhkan penerimaan kembali di tengah masyarakat.

  Permasalahan diatas, dialami juga oleh para warga binaan yang meringkuk dalam Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi- Alor, dimana mereka seringkali mengalami suatu beban hidup yang sulit. Mereka terpisah dari keluarga, dari suami atau isteri atau anak-anaknya.

  Mereka memiliki rasa bersalah atau penyesalan atas perbuatan yang telah mereka lakukan yang

  7 membuat mereka harus menerima konsekuensi meringkuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

  Terkadang mereka geram dan sakit hati atas perkara yang menurut mereka tidak adil, terkadang

  8

  mereka penuh dendam atas masyarakat. Rasa bersalah, geram dan dendam ini seringkali tidak hanya di rasa terhadap orang-orang tetapi juga terhadap Tuhan. Warga binaan merasa dirinya di 4 Raudhatul Mahmudah. (2013). “Interaksi Mantan Warga Binaan di Tengah Masyarakat”. JOM FISIP, Vol. 4, No. 01, hlm 1. 5 Akhmad Mukhlis.(2011).“Pengaruh Terapi Membatik Terhadap Depresi Pada Warga Binaan”. Jurnal Psikoislamika, Vol.8, No.1, hlm 1. 6 7 Ari Astuti.(201 1). “Pembinaan Mental Warga Binaan”. Jurnal Citizenship, Vol .1, No.1, hlm 29-30. 8 Wawancara dengan bapak MS pada tanggal 24 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

  Wawancara dengan sdr. MM pada tanggal 29 Agustus 2017, jam 09.00 WITA. tinggalkan bukan hanya oleh manusia tetapi juga oleh Tuhan. Dalam permasalahan psikososial seperti ini, mereka membutuhkan penanganan, dan konseling menjadi alternatif.

  Konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara harafiah berarti

  9

  memberi arahan. Konseling merupakan proses pertolongan antara seorang penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud bukan hanya meringankan penderitaan

  10

  konseli tetapi memberdayakannya. Dalam proses konseling, seorang konselor mencoba untuk membimbing konselinya ke dalam suasana percakapan yang ideal yang memungkinkan konseli tersebut dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya sendiri, persoalan yang sedang ia hadapi, kondisi hidupnya dan bagaiman ia merespon semua itu dengan pola pikir, perasaan dan sikap, sehingga dengan demikian ia mempunyai kesadaran yang meningkat sehingga ia mulai belajar untuk melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan

  11

  tanggungjawabnya pada Tuhan dan mencoba untuk mencapai tujuan tersebut. Dari pemahaman diatas menurut penulis, konseling merupakan suatu proses pembinaan yang dilakukan antara seorang konselor dan konseli dengan tujuan untuk dapat meringkankan permasalahan yang dialami oleh konseli dan memberdayakan konseli menjadi manusia yang lebih baik lagi.

  Konseling masyarakat merupakan suatu bentuk pertolongan secara komperehensif, yang di dasarkan pada kompetensi multikultural dan berorientasi pada keadilan sosial masyarakat.

  Kompetensi multikultural didasarkan asumsi akan kesadaran konselor masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam budaya masyarakat, kesadaran konselor terhadap permasalahan konseli dan kesadaran untuk menciptakan suatu pendekatan

  9 10 J.D.Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016), hlm 1. 11 J.D.Engel, Pastoral dan Kebutuhan..., hlm 1.

  

Yakub B. Susabda, Konseling Pastoral : Pendekatan Konseling Pastoral Berdasarkan Integrasi

Teologi Dan Psikologi , (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2014), hlm 7.

  12

  konseling sesuai dengan budaya klien. Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial didasarkan asumsi bahwa, konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat konseli dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan merata dalam masyarakat. Keadilan sosial didasarkan pada keyakinan bahwa semua orang memiliki hak untuk diperlalukan

  13

  setara. Adapun definisi tentang ketidakadilan sosial menurut Levy & Sidel adalah penolakan atau pelanggaran ekonomi, sosial budaya, politik, sipil dan hak manusia. Ketidakadilan sosial mengacu pada kebijakan atau tindakan yang mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Tujuan masa lampau menjadi perilaku adaptif. Konselor membantu konseli mengidentifikasi dan menemukan faktor penyebab masalah serta mengembangkan alternatif penyelesain. Jordan memahami masalah masyarakat mengacu pada dampak buruk lingkungan yang bersifat

  14

  menindas, dan menghambat tingkat pemahaman individu serta tekanan budaya. Dari pemahaman diatas, menurut penulis konseling masyarakat bertujuan untuk menciptakan bentuk pertolongan yang sesuai dengan permasalahan konseli. Untuk dapat menciptakan satu pendekatan yang sesuai dengan permasalahan konseli, seorang konselor harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam proses konseling.

  Warga binaan dan permasalahan di dalamnya bukanlah hal yang baru. Hal ini telah dibahas oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Terdapat beberapa tulisan yang juga membahas tentang bagaimana permasalahan warga binaan, Tulisan tersebut, penulis jabarkan sebagai berikut : 1)

  Ari Astuti, Pembinaan Mental Warga Binaan, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jurnal citizenship(2011). Dalam Lembaga Pemasyarakatan, warga binaan tidak berbeda 12 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea Community Counseling : A Multicultural-Social Justice Perspective ,( USA: Cengage Learning, 2010), Hlm 11. 13 Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community Counseling 14 …, hlm 12.

  Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andre,Community Counseling …,hlm 4. dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan perbuatan yang melawan hukum. Hal tersebut tidak harus diberantas tetapi yang perlu ditiadakan adalah faktor- faktor yang dapat menyebabkan warga binaan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum. Untuk itu dalam jurnal ini menjelaskan tentang pentingnya pembinaan mental kepada warga binaan, sebab dengan pembinaan mental dapat mendorong sikap dan perbuatan manusia dalam berperilaku di lingkungan keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Akhmad Mukhlis, Pengaruh Terapi Membatik Terhadap Depresi Pada Warga Binaan,

  Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Kamal Rembang, Jurnal Psikoislamika (2011). Ketika berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, seorang warga binaan berada dalam tekanan psikologis. Tekanan tersebut dapat memperburuk kehidupan warga binaan sehingga penulis jurnal ini menggunakan terapi seni (membatik) untuk mau melihat sejauh mana pengaruh terapi membatik terhadap depresi pada warga binaan. 3)

  Fauziya Ardilla, Ike Herdiana, Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Wanita, Universitas Airlangga Surabaya, Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial (2013).

  Psikologis seorang wanita dan laki-laki berbeda ketika berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan baik itu keadaan emosi dan kesehatan mental, sehingga jurnal ini bertujuan untuk melihat bagaimana seorang warga binaan wanita dapat menerima dirinya ketika menjalani kehidupannya di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

  Hasil penelitian ketiga tokoh di atas memiliki kajian yang berbeda dalam penulisan karya ilmiah ini. Penelitian di atas mengambarkan tentang psikologi seorang warga binaan secara umum ketika berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada permasalahan psikososial yang dialami oleh warga binaan pelaku pelecehan seksual yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor dan mengkajinya dari perspektif konseling masyarakat. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis melakukan penelitian tersebut.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengkajinya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul :

  

“Permasalahan Psikososial Warga Binaan Di Kaji Dari Perspektif Konseling Masyarakat”

1.2.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian adalah bagaimana permasalahan psikososial warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi- Alor, dikaji dari perspektif konseling Masyarakat? 1.3.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah mengkaji permasalahan psikososial warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi -Alor, di kaji dari perspektif konseling Masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini terumuskan dalam signifikansi penelitian yaitu secara akademis dan pragamatis :

  a. Akademis

  Menjadi bahan informasi bagi peningkatan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang konseling masyarakat untuk menyikapi permasalahan psikososial warga binaan di Kabupaten Alor.

  b. Praksis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Gereja Masehi Di Timor dalam upaya mengoptimalkan pelayanan konseling masyarakat di Kabupaten Alor.

1.5. Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana penelitian kualitatif merupakan upaya penjajagan secara mendalam dengan cara menggali keterangan terus menerus sedalam mungkin tentang apa yang menjadi pemikiran, perasaan dan keinginan yang

  15

  mendasari timbulnya perilaku tertentu. Dalam penelitian ini penulis akan menggali keterangan secara mendalam tentang apa yang menjadi pemikiran, perasaan, keinginan dan masalah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB di Kalabahi- Alor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memecahkan masalah yang diteliti dengan menggambarkan sesuatu masalah atau keadaan dalam masyarakat atau kelompok tertentu pada saat sekarang

  16

  berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana masalah dan keadaan yang di alami oleh warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB di Kalabahi- Alor sesuai dengan fakta yang ada. Data dalam penlitian ini akan didapatkan melalui wawancara. Proses wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

  17

  keterangan. Dalam proses pengumpulan data penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa Informan, antara lain:

  15 16 B Sandjaja, & Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hlm 51. 17 Fisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa,2007), hlm 20.

  Cholid Narbuko & H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm 83.

  1) warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi- Alor, karena mereka merupakan objek dari penelitian ini. 2) konselor/pelayan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi- Alor , karena konselor adalah orang yang menjadi tempat warga binaan berbagi pengalaman dan masalah mereka selama menjalani masa hukuman.

  3) pegawai Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi- Alor. 4) kepala Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi- Alor, karena penulis memerlukan pembinaan yang dijalani oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan tersebut. 5) keluarga

1.6. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini memiliki lokasi penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB yang berada di Kota Kalabahi- Kabupaten Alor.

1.7. Sistematika Penulisan

  Penelitian ini terdiri dari lima Bab, yang terbagi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II tentang konseling masyarakat yang meliputi pemahaman, kompetensi multikultural, keadilan sosial masyarakat, model konseling masyarakat, dan teori tentang psikososial warga binaan. Bab III tentang hasil penelitian yang berisi deskripsi permasalahan psikososial warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi- Alor. Bab IV Pembahasan & analisis yang meliputi kajian terhadap permasalahan psikososial warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

  IIB Kalabahi- Alor dari perspektif konseling masyarakat. Bab V penutup yang berisi kesimpulan berupa hasil temuan penelitian serta kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Noborejo 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajara

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan: Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani

0 0 41

Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan (Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani) TESIS Diajukan kepada Program Studi: Magister Sosiologi Agama, Fakultas: Teologi

0 0 14

2. IDENTITAS SOSIAL BAGI MASYARAKAT KARO DIASPORA 2.1. Pendahuluan. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rakut Si Telu: Studi Sosiologis terhadap Rakut Si Telu sebagai Identitas Sosial bagi Masyarakat Karo Diaspora Yogyakarta

0 1 37