PENGUKURAN KAPABILITAS PROSES PRODUKSI B

PENGUKURAN KAPABILITAS PROSES PRODUKSI BIJI KAKAO BULK MUTU IB-BC/W BERDASARKAN PARAMETER BEAN COUNT DAN KADAR AIR DI PTPN
XII JEMBER
6.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Dewasa ini hampir di semua pasar industri agro terjadi kompetisi antarperusahaan.
Kompetisi tersebut terjadi karena setiap perusahaan ingin memperluas pangsa pasarnya.
Pangsa pasar erat kaitannya dengan loyalitas konsumen perusahaan terkait. Untuk
mendapatkan dan mempertahankan loyalitas konsumen, perusahaan harus menerapkan
strategi khusus. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan loyalitas konsumen dan konsumsi secara repeat yakni dengan mengutamakan
kepuasan konsumen (customer satisfaction).
Kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah tepat
produk. Artinya, setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus memiliki spesifikasi
yang mampu untuk memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus
melakukan pengendalian produksi sesuai spesifikasi produk yang ditawarkan secara
menyeluruh dan kontinu agar kualitas produknya sesuai dengan ekspektasi konsumen.
Kesesuaian kualitas produk, informasi produk yang disampaikan kepada kosumen serta,
ekspektasi konsumen terhadap produk, dapat memengaruhi tingkat kepercayaan dan
loyalitas konsumen terhadap produk dalam jangka panjang.
Pabrik pengolahan kakao Gerengrejo PTPN XII, merupakan salah satu pabrik penghasil
biji kakao kering yang mampu memasarkan produknya sampai ke pasar internasional.

Semakin luas pasar yang dapat dijangkau maka target pasar semakin besar, begitu halnya
dengan kompetitornya. Produk biji kakao kering yang dipasarkan oleh pabrik kakao ini
dapat menjagkau pasar Asia dan Eropa, yang mana sebagian besar konsumennya adalah
perusahaan farmasi, makanan dan minuman. Terdapat dua jenis produk yang dihasilkan
yakni kakao edel dan bulk. Produk varietas bulk mutu I merupakan produk yang paling
banyak dihasilkan dan dieksor setiap tahunnya oleh PTPN XII.
Berkaitan dengan produk pabrik kakao PTPN XII, parameter utama yang harus dijaga
adalah kadar air dan hitungan biji (bean count). Ketidaksesuaian informasi produk dengan
spesifikasi yang diterapkan dapat merugikan dan berdampak langsung kepada perusahaan
serta konsumen. Kendali proses produksi kedua parameter ini berada di seluruh stasiun
kerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan metode statistik proces control
melalui penghitungan kapabilitas proses sortasi. Melalui pengukuran kapabilitas proses,

maka dapat diketahui seberapa besar perusahaan dapat menghasilkan produk dengan
karakteristik kualitas sesuai dengan spesifikasi yang ada. Pengendalian ini diharapkan dapat
digunakan untuk mempresentasikan kinerja proses mampu meningkatkan kinerja dari poses
terkait dan secara tidak langsung mempengaruhi kepuasan dan kepercayaan konsumen
terhadap produk kakao PTPN XII. Dengan mdenganalisis kapabilitas proses nantinya dapat
diukur keseragaman proses dalam menghasilkan produk sekaligus dapat merepresentasikan
kinerja proses pada saat proses terkendali.

6.1.2

Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya bias dalam pengambilan kesimpulan di penelitian ini maka

permasalahan di penelitian ini dibatasi beberapa hal sebagai berikut.
1) Obyek penelitian hanya pada stasiun kerja sortasi biji kakao kering di kantor
pengolahan kakao Gerengrejo PTPN XII, Jember.
2) Faktor eksternal meliputi tahun tanam buah kakao dan blok asal pemanenan kakao
tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
3) Perhitungan kapabilitas proses mencakup perhitungan indeks Cp dan Cpk.
6.1.3

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai untuk mengukur

kapabilitas dari produk biji kakao bulk mutu I-B-BC/W hasil produksi Pabrik Pengolahan
Kakao Gerengrejo PTPN XII, Jember.
6.1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak

terkait, diantaranya sebagai berikut.
1) Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang berkaitan dengan pengendalian mutu dalam bentuk
analisis permasalahan yang diteliti
2) PTPN XII Jember
a. Mengetahui kapabilitas proses produksi biji kakao bulk mutu I-B-BC/W sesuai
dengan parameter yang telah ditentukan perusahaan.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi perusahaan dalam melakukan
pengendalian produksi.
6.2 LANDASAN TEORI
Kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu
produk berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu
sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk (Nasution, 2005).

6.2.1 Pengendalian Mutu Statistik
Pengendalian mutu secara statistik (statistikal process control) adalah pengaplikasian
teknik-teknik statistik untuk mengendalikan proses untuk menentukan stabilitasnya dan
kemampuan menghasilkan produk/ jasa bermutu (Sugian, 2006).
Pengumpulan data akan memiliki kegunaan antara lain (Wignjosoebroto,1993):
a. Alat untuk memahami situasi yang sebenamya. Berdasarkan data, dapat di ketahui

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
b. Alat untuk menganalisis keadaan nyata dan permasalahan yang ada. Berdasarkan data,
dapat dicari hubungan antara penyimpangan yang terjadi dengan faktor-faktor yang di
anggap sebagai sumber terjadinya kesalahan.
c. Alat untuk mengendalikan proses. Berdasarkan data dapat diketahui apakah proses telah
berlangsung normal atau tidak.
d. Alat untuk pengambilan keputusan. Sesuai dengan informasi dapat disimpulkan tindakantindakan yang harus diambil terhadap hasil kerja yang diperoleh.
e. Alat untuk membuat rencana-rencana perbaikan.
6.2.2 Peta Kontrol I-MR
Individuals and moving range control chart (I-MR) yang juga dikenali dengan nama XMR atau Shewhart individuals control chart adalah peta kendali variabel yang digunakan jika
jumlah observasi dari masing-masing subgrup hanya satu (n = 1). I-MR diperlukan dalam
situasi-situasi sebagai berikut (Montgomery, 2005):
1. Menggunakan teknologi pengukuran dan inspeksi otomatis, dan setiap unit yang
diproduksi dapat dianalisis sehingga tidak ada dasar untuk pengelompokan rasional ke
dalam subgrup.
2. Siklus produksi sangat lama, dan menyulitkan jika mengumpulkan sampel sebanyak n>
1.
3. Pengukuran berulang pada proses akan berbeda karena faktor kesalahan (error) lab atau
analisis, seperti pada proses kimia.
4. Beberapa pengukuran diambil pada unit produk yang sama.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk I-MR adalah:
1. Menghitung moving range, rata-rata nilai individu, dan rata-rata moving
range. Moving range merupakan jarak atau range bergerak antara satu
titik data (xi) dengan titik data sebelumnya (xi-1), dihitung sebagai MRi =

|xi – xi-1|. Untuk nilai-nilai individu m, terdapat range m-1. Selanjutnya
rata-rata dari nilai nilai ini dihitung dengan:
m

´ ∑ MR … … … . … … … … . … ..(1)
M R=
i=2 m−1
Kemudianrata−¿ rata nilai individu dihitung:
m

´x =∑
i=1

xi
… … … … … … … … . … . …(2)

m

2. Menghitung garis pusat/CL, UCL dan LCL untuk peta kendali moving
range yaitu sebagai berikut:
CL =

M R´ … … … … … … … … … .. …(3)

UCL = ���= �4.

M R´ … … … . … ..(4 )

LCL = D3. M R´ … … … … … … … . …(5)
3. Menghitung garis pusat/ CL, UCL dan LCL untuk peta kendali individu.
Cara menentukannya sebagai berikut:
CL =

´x … … … … … … … … …. … .. …(6)

´


( MD R2 ) … … … … ...… ..(7)
M R´
LCL= ´x −3 (
… … … … …. …( 8)
D2 )
UCL= ´x +3

Sebagai analisi pola pada prafik pengendali, ada beberapa kriteria peta kendali yang
dianggap tidak terkendali jika (Laksono, 2013):
1. Satu atau lebih titik terletak di luar batas kendali
2. Terdapat 9 titik secara berurutan jatuh berada disisi yang sama dengan garis tengah
(mean)
3. Terdapat 6 titik secara berurutan menunjukkan trend naik atau turun
4. Empat belas titik secara berurutan memiliki pola naik turun
5. Dua dari tiga jatuh diluar batas kendali 2 σ
6. Lima belas titik berada dalam batas kendali 1 σ
7. Delapan titik secara berurutan jatuh di luat batas kendali 1 σ
6.2.3 Analisa Kemampuan Proses
Analisa kemampuan proses merupakan suatu studi guna menaksir kemampuan proses

dalam bentuk distribusi probabilitas yang mempunyai bentuk, rata-rata (mean), dan

penyebaran (standar deviasi). Analisa ini digunakan untuk memprediksi kinerja jangka
panjang yang berada dalam batas pengendali statistik (Feigumbaum, 1991).
Analisis kemampuan proses merupakan konsep yang penting dalam statistikal process
control, karena analisis ini menguji variabilitas dalam karakteristik-karakteristik proses dan
apakah proses mampu menghasilkan produk sesuai spesifikasi. Analisis kemampuan proses
membedakan kesesuaian dengan batas- batas toleransi. Oleh karena itu ada tiga kondisi yang
mungkin terjadi, yaitu (Montgomery, 2005) :
a. Jika rata-rata proses diluar batas pengendali dan berada dalam batas spesifikasi.
b. Berada dalam batas pengendali tetapi tidak berada dalam batas spesifikasi.
c. Batas pengendali sama dengan batas spesifikasi
Batas-batas pengendali menunjukkan penyimpangan atau variabilitas proses sedangkan
batas spesifikasi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karenanya, sering
kali terjadi bahwa proses berada dalam pengendali statistik tetapi produk tidak memenuhi
spesifikasi atau proses berada di luar batas pengendali statistik tetapi produk masih
memenuhi spesifikasi. Perlu diingat kembali bahwa batas pengendali rata-rata proses
mengukur variabilitas rata-rata sampel. Batas-batas spesifikasi mewakili batas-batas yang
dikendaki oleh unit–unit secara individu. Sementara itu, analisis kemampuan proses dapat
digambarkan sebagai variasi pada karakteristik kualitas produk yang dapat dicapai melalui

penghilangan sebab kesalahan karena penyebab khusus. Kinerja produk dapat diprediksi
karena sebab-sebab khusus telah dihilangkan. Kemampuan proses juga mengukur
keseragaman proses dalam membuat produk. Hal ini melibatkan perkiraan rata-rata dan
penyimpangan standar dari karakteristik kualitas. Jika batas-batas spesifikasi telah diketahui,
analisis proses dapat melibatkan pengumpulan dan analisa data yang berhubungan dengan
parameter proses. Analisa kemampuan proses juga merupakan proses manufaktur yang
berulang dan konsisten untuk memenuhi batas spesifikasi produk yang sesuai dengan
keinginan pelanggan (Crow,1997).

6.3 METODOLOGI PENELITIAN
6.3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pabrik Pengolahan Kakao Gerengrejo PTPN XII, yaitu
pabrik yang berlokasi di afdeling Banjarsari, Kecamatan Banjarsari, Jember, Jawa Timur.
Waktu pelaksanaan penlelitian mulai dari tanggal 12 Januari 2015 sampai dengan 09
Februari 2015.
6.3.2

Objek Penelitian
Objek penelitian dengan judul “Pengukuran Kapabilitas Produk Biji Kakao Bulk Mutu


I-B-BC/W Berdasarkan Parameter Bean Count dan Kadar Air Di PTPN XII Jember” adalah
produk jadi biji kakao kering jenis bulk mutu I-B-BC/W yang ada di stasiun kerja sortasi
pabrik pengolahan kakao PTPN XII.
6.3.3 Data
6.3.3.1 Data Primer
Data berikut ini diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti di bagian
stasiun kerja sortasi dan penyimpanan biji kakao PTPN XII:
a. Proses uji petik/ uji bean count
b. Proses uji kadar air dengan aqua boy
c. Proses sortasi dan pengkalsifikasian produk
d. Pengendalian mutu produk berdasarkan standar
6.3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersumber dari arsip PTPN XII berupa hasil
pengujian bean count dan uji kadar air pada produk kakao bulk mutu I-B-BC/W. Data
sekunder lain yang digunakan adalah literatur dan referensi terkait berdasarkan topik
penelitian.

6.3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Peneliti untuk mengumpulkan data

primer dan sekunder adalah sebagai berikut ini.
a. Metode wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang

sesuai kepada tenaga kerja, karyawan dan mandor yang bertanggung jawab pada setiap
stasiun kerja. Hasil wawancara yang didapatkan berupa gambaran umum proses produksi
biji kakao kering, pengendalian mutu yang dilakukan dan tahapan pengujian pada stasiun
kerja penerimaan dan sortasi.
b. Metode observasi/ studi lapangan
Pengumpulan fakta yang terjadi selama proses produksi dan pengumpulan data
dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan pencatatan secara sistematis.
Data observasi yang didapatkan meliputi metode pengujian, standar pengujian dan tahapan
pengujian.
c. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yang dilakukan adalah dengan mencari dan mempelajari beberapa
referensi yang berhubungan dengan pokok bahasan pengukuran kapabilitas produk biji
kakao.
6.3.5

Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, ditunjukkan

pada diagram alir penelitian sebagai berikut ini.
a. Mulai
Dilakukan pengamatan pada bagian proses sortasi dan pengujian produk di stasiun kerja
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

sortasi.
Identifikasi
Dilakukan identifikasi permasalahan yang akan diangkat sebagai objek penelitian
Penetapan tujuan
Ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai
Pengumpulan data
Dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian
Pembuatan peta kontrol I-MR
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan control chart I-MR
Pengukuran kapabilitas proses
Dilakukan penghitungan indeks kapabilitas proses menggunakan rumus yang ada.
Analisa dan pembahasan hasil
Dilakukan analisis hasil yang diperoleh dengan mengacu pada teori yang ada.
Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa pembahasan ditentukan kesimpulan untuk menjawab

tujuan penelitian dan saran bagi perusahaan
i. Selesai
Penelitian yang dilakukan dinyatakan selesai.

Mulai

Observasi

Identifikasi Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian

Identifikasi
Pengumpulan data: 1.
1. Arsip data uji bean count dan kadar air
produk bulk mutu IB
2. Identifikasi proses produksi dan sortasi
3. Identifikasi pengujian

Pembuatan Peta Kontrol I-MR

Pengukuran Kapabilitas Proses

Analisa dan Pembahasan Hasil

Penarikan kesimpulan

Selesai
Gambar. 3 Tahapan Penelitian

6.5 HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
Mengacu pada salah satu visi pabrik yaitu menghasilkan produk yang berkualitas,
proses produksi yang ada di pabrik pengolahan kakao PTPN XII dilakukan seefektif dan
seefisien mungkin untuk menghasilakan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan
konsumen lokal maupun internasional. Sejalan dengan hal itu, perusahaan memproduksi dua
jenis produk kakao kering dengan berbagai tingkatan mutu dan harga. Baik produkkakao
kering jenis bulk maupun edel yang dihasilkan, kedua jenis kakao ini diklasifikasikan
berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Salah satu tujuan klasifikasi
produk adalah pemberian informasi kepada target konsumen yang dituju. Kesesuaian
informasi dengan kualitas produk secara kontinu merupakan hal pokok yang harus dijaga
perusahaan untuk memenuhi kepuasan dan kepercayaan konsumen. Salah satu mutu yang
dominan untuk diproduksi di pabrik pengolahan kakao Gerengrejo adalah kakao bulk mutu IB-BC/W. Produk tersebut sebagian besar diekspor pada perusahan kecantikan, kesehatan, dan
makanan. Harga yang ditawarkan untuk mutu IB jauh berbeda dengan mutu turunannya.
Perusahaan konsumen yang menggunakan produk ini menajdikan kualitas biji kakao sebagai
hal pokok dalam pengadaan bahannya. Mengingat pentingnya kualitas dalam produk biji
kakao, maka diperlukan pengendalian mutu dalam kegiatan produksinya. Indikator kualitas
yang perlu dijaga meliputi hitungan biji (bean count) dan kadar air biji. Spesifikasi khusus
kakao bulk mutu I-B-BC/W yang ditetapkan oleh perusahaan mengacu pada SNI
2323:2008/Amd1:2010.
Tabel 6. Spesifikasi Biji Kakao Bulk Berdasarkan SNI
Persyaratan
Jumlah biji per 100 gram
Kadar air
Kadar biji berjamur
Kadar biji salty
Kadar biji berserangga
Kadar kotoran waste
Kadar biji berkecambah

Spesifikasi
101-110 biji
< 7,5%
< 2%
< 3%
1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.
Jika 1,00 < Cp < 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian ketat
apabila Cp mendekati 1,00. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah sehingga
perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses. Untuk perhitungan kapabilitas
proses sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai Cp menunjukkan ukuran yang menunjukkan apakah proses memenuhi
spesifikasi atau tidak dari proses, hanya mengukur presisi (variabilitas proses) yakitu
mengukur kapabilitas proses bila titik tengah spesifikasi mendekati nilai rata-rata proses.
Kapabilitas tidak mengukur akurasi proses. Untuk itu dalam pengukuran kapabilitas
proses juga diukur akurasi dan presisi proses menggunakan indeks Cpk (indeks
performansi Kane) .

Cpk =

| batas spesifikasi terdekat − mean|
3S

= Min {CPL;CPU}……………………. (11)
CPL=
CPU =

x−LSL
… … … … … … … … … … … … .(12)


USL−x
… … … … … … … … … ….. … .(13)


Dari data in control pada peta kendali I-MR maka dilakukan perhitungan nilai
kapabilitas dan didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Kapabilitas berdasarkan parameter bean count
Spesifikasi bean count yang diterapkan oleh perusahaan dan diinginkan oleh konsumen
untuk kakao bulk mutu I-B-BC/W adalah antara 101-110 biji. Berdasarkan data yang telah
diolah, didapatkan nilai kapabilitas proses (Cp) sebesar 1,68 yakni berada di Cp > 1,33.
101

110

Cp 1,68



Spesifikasi

Gambar 11. Grafik nilai Cp bean count

Sehingga dapat dinyatakan bahwa proses produksi kakao ini telah memenuhi spesifikai
berdasarkan parameter bean count yang diterapkan oleh perusahaan. Nilai toleransi yang
dijadikan sebagai batas perusahaan: batas spesifikasi atas 110 dan batas spesifikasi bawah
110. Berdasarkan indeks kinerja Kane, nilai Cpk didapatkan sebesar 0,56 yang diambil
dari nilai paling minimum, CPL.
101

110



Cpk 0,56

Spesifikasi
Gambar
12. Grafik

nilai Cpk bean count

Dapat ditunjukkan bahwa pada proses produksi, produk yang dihasilkan cenderung
mendekati batas spesifikasi atas. Nilai CPU sebesar 0,56 dan CPL 2,80. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan indeks kane (Cpk) berada dalam kriteria CPL atau CPU > 1,00 yang berati
bahwa proses mampu memenuhi spesifikasi bawah (LSL) untuk produksi kakao bulk mutu IB-BC/W. Proses berada dalam batas spesifikasi tetapi sebagian berada di luar batas
spesifikasi. Indeks Cp dan Cpk didasarkan pada asumsi bahwa nilai-nilai x individu keluaran
proses yang menyebar secara normal. Perhitungan indeks kemampuan nilai Cp yang
menujukkan porses sangat capable namun indeks Cpk menunjukkan kurang baik/ kurang
capable. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ketidaknormalan pada sebaran data. Selain itu
penghitungan Cpk merupakan penghitungan kapabilitas ditinjau dari dua sisi yang mana
sebarannya didasarkan pada 3 sigma. Sedangkan untuk perhitungan dan penilaian Cp , data
diitinjau dari satu sisi dengan sebaran

6 σ . Pada tinjauan satu sisi, perhitungan

berdasarkan pendekatan nilai precision saja, maksudnya nilai-nilai pengukruan yang
dilakukan memiliki nilai kedekatan dan berada pada batas-batas spesifikasi. Dengan kata lain
nilai Cp tidak memperhitungkan rata-rata proses, hanya terfokus pada spread (persebaran
data). Jika sistem tidak centered di dalam batas spesifikasi, maka nilai Cp kurang
memberikan gambaran yang sebenarnya. Sedangkan untuk perhitungan dua sisi (Cpk)
dilakukan pendekatan acurancy, yakni nilai-nilai pengukuran mengikuti nilai target. Suatu
proses dikatakan capable apabila nilainya memenuhi precision dan acurancy proses. Maka

pada pendekatan perhitungan parameter bean count yang dilakukan dapat dikatakan bahwa
secara kemampuan proses dalam memenuhi spesifikasi limit sudah sangat capable, namun
ditinjau dari ukuran sebesarapa baik proses dapat memenuhi spesifikasi dapat dikatakan
proses cukup capable. Oleh karena itu, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada
pengukuran kemampuan proses produksi produksi kakao bulk mutu I-B-BC/W pabrik
pengolahan PTPN XII yang berada dalam sistem pengendalian, diperlukan monitoring secara
terus menerus agar proses tetap berjalan stabil dan untuk meningkatkan tingkat kinerja dari
proses terkait.
b. Kapabilitas berdasarkan parameter kadar air
Spesifikasi yang terapkan oleh perusahaan untuk parameter kadar air adalah 6-7,5.
Hasil perhitungan dari data kadar air menunjukkan bahwa nilai kapabilitas proses (Cp)
kadar air sebesar 1,60 yang berati Cp>1,33. Berdasarkan hal itu maka dapat dinyatakan
bahwa proses produksi kakao ini telah memenuhi spesifikai berdasarkan parameter kadar air
yang diterapkan oleh perusahaan.

Demikian halnya dengan pengukuran hasil

indeks

kinerja Kane, niali Cpk didapatkan sebesar 1,28 yang diambil dari nilai paling minimum,
CPU. Nilai CPU sebesar 1,28 dan CPL 1,92. Hal ini menunjukkan bahwa dengan indeks
kane (Cpk) berada dalam kriteria CPL atau CPU > 1,00 yang berati bahwa proses mampu
memenuhi harapan spesifikasi bawah (LSL) maupun atas (USL) untuk produksi kakao bulk
mutu I-B-BC/W yang diterapkan oleh perusahaan. Proses produksi produksi kakao bulk
mutu I-B-BC/W pabrik pengolahan PTPN XII telah dalam pengendalian dan memiliki nilai
kapabilitas yang tinggi untuk pengujian parameter kadar airnya. Untuk itu diperlukan
monitoring secara terus menerus agar proses tetap berjalan stabil. Dari pengukuran
kapabilitas proses baik parameter bean count dan kadar air yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa nilai Cp memiliki nilai>1,33.
7.5

6

Cp 1,6


Spesifikasi
Gambar
13. Grafik nilai Cp kadar air

Nilai indeks ini Hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi data pengamatan
di masa mendatang, maka kecil kemungkinannya hasilnya akan menyimpang dari
spesifikasi. Melihat dari kinerja proses yang ditunjukkan oleh nilai Cpk, jika dibandingkan
dengan spesifikasi perusahaan (engineering tolerance), untuk parameter kadar air nilai Cpk
> 1 menunjukkan variasi proses yang ditunjukkan berada dalam batas spesifikasi.
LSL

USL

6

7.5

Cp1,288




Spesifikasi

Gambar 14. Grafik Cpk kadar air

6.6 KESIMPULAN
Perusahaan dikatakan capable apabila dapat memenuhi spesifikasi yang diterapkan
pada setiap parameternya. Berdasarkan perhitungan kapabilitas proses dengan pendekatan
indeks kapabilitas proses dan indeks kinerja Kane yang telah dilakukan untuk proses produksi
biji kakao bulk mutu I-B-BC/W, didapatkan nilai Cp untuk parameter bean count memiliki
nilai Cp = 1,68 dengan Cpk 0,56. Untuk parameter skadar air nilai Cp sebesar 1,60 dan Cpk
sebesar 1,28. Berdasarkan tinjauan dari kedua parameter tersebut dapat dikatakan bahwa
perusahaan tidak capable dalam proses produksi produk biji kakao bulk mutu I-B-BC/W.
Meskipun perusahaan capable dalam proses produksinya jika ditinjau dari parameter kadar
air, tetapi perusahaan tidak memenuhi spesifikasi untuk parameter bean count.